BAB III METODE PENELITIAN
C. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara untuk mendapatkan informasi secara langsung dari sumber data primer.62 Peneliti menggunakan bentuk wawancara semi terstruktur.
Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Adapun tujuan wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang diwawancarai dimintai pendapatnya.63
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Bapak Poniman pemilik usaha budidaya ikan lele yaitu Bapak Poniman, karyawan budidaya ikan lele, Bapak Sugito selaku bendahara desa dan empat masyarakat sekitar budidaya ikan lele yaitu Ibu Sri Anah, Ibu Wasikem, Ibu Siami, dan Ibu Nuryati.
62Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 186
63Sugiyono, MetodePenelitian., h. 140
Metode wawancara ini peneliti gunakan untuk mengetahui dan menggali informasi tentang tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berup acatatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulenrapat, lengger, agenda, dan sebagainya.64
Penelitian ini pengumumpulan data dengan cara dokumentasi.
Artinya, tata cara atau strategi penelitian dapat menggali informasi dan data.
D. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyusunan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data, menjabarkan, menyusun ke dalam pola, dan membuat kesimpulan agar dapat di pahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.65
Metode analisis data yang peneliti gunakan adalah metode kualitatif.
Analisi data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satu kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
64Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 274
65Sugiyono, Metode Penelitian., h. 244
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.66
Analisis data kualitatif bersifat induktif, metode berpikir yang menarik kesimpulan dari prinsip umum kemudian diterapkan pada sesuatu yang bersifat khusus.67 Dengan cara berpikir induktif, peneliti ingin melihat tinjauan etika bisnis Islam terhadap kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
66Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian., h. 248
67Sugiyono, Metode Penelitian., h. h. 23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
1. Sejarah Desa Sukadamai
Desa sukadamai sekitar 50-an masih berupa hutan belantara hingga datang penduduk dari jawa yang membuka hutan menjadi kawasan pemukiman seperti sekarang ini. Secara administrasinya wilayah desa pada saat itu masih sangat luas, Sukadamai masih menjadi wilayah Desa Margototo Kabupaten Lampung Timur di bawah kepemimpinan Kepala Desa Mbah Prawiro (Surokasmin).
Sekitar tahun 60-an Desa Sukadamai membentuk wilayah teritorial seperti sekarang ini dengan kepala desa yang pertama Sutris. Berikut ini nama-nama kepala desa yang pernah memimpin Desa Sukadamai, yaitu:
Tabel 1.1
Data kepemimpinan Desa Sukadamai
No Nama Tahun
1 Sutris 1961 s.d 1965
2 Surokasmin 1966 s.d 1969
3 Sukeni 1970 s.d 1972
4 Suwarjo 1973 s.d 1975
5 Sulardi 1976 s.d 1987
6 Taswan 1988 s.d 2007
7 Muwanto 2008 s.d 2013 8 Hi. Suwardi 2014 s.d sekarang68
2. Data Demografi
a. Jumlah penduduk : 6524 Jiwa
b. Jumlah KK : 2066 Kepala Keluarga
c. Jumlah Penduduk : Penduduk (laki-laki 3210 orang dan perempuan 3314 orang)
d. Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sukadamai
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Sukadamai adalah buruh dan petani. Hal tersebut membuat mereka bertahan hidup dengan mengandalkan hasil panen dan bekerja.
Tabel 1.2
Data Penduduk Desa Sukadamai Berdasarkan Mata Pencaharian
Petani Pedagang PNS Buruh TNI/Polri
900 K 150 KK 16 KK 1.005 KK 60 K
e. Agama dan Kepercayaan
Mayoritas penduduk Desa Sukadamai beragama Islam sebesar 99 % orang.
f. Data Geografi 1) Lokasi
68 Dokumentasi Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan diperoleh pada tanggal 18 Juli 2018
Propinsi : Lampung
Kabupaten : Lampung Selatan
Kecamatan : Natar
Desa : Sukadamai 2) Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Sukadamai sebesar 2187,5 Ha yang terbagi ke dalam 9 dusun. Desa Sukadamai adalah salah satu desa yang terbagi menjadi 9 dusun di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
3) Batas Daerah Wilayah Dusun
Utara : Berbatasan dengan Mtero Kibang Selatan : Berbatasan dengan Karang Anyar Barat : Berbatasan dengan Desa Banjarejo Timur : Berbatasan dengan Tanjung Bintang.69
B. Sejarah Berdirinya Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Usaha budidaya ikan lele ini berdiri sejak tahun 2010. Beliau memilih usaha ini dengan alasan tidak mempunyai ladang untuk memenuhi kebutuhan, sedangkan masyarakat di desanya banyak yang berprofesi sebagai petani sebagai mata pencahariannya. Karena rezeki setiap orang itu berbeda, sebagai manusia beliau mencoba usaha yang belum di lakukan
69 Dokumentasi Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan diperoleh pada tanggal 18 Juli 2018
oleh masyarakat sekitar. Mengingat di desanya peluang usaha budidaya ikan lele masih cukup banyak dengan persaingan usaha yang belum ada, kemudian beliau berinisiatif memanfaatkan lokasi sekitar rumah untuk dibuat kolam. Selain itu usaha ini juga dapat dikelola sembari mengerjakan usaha yang lain. Selain usaha ini, beliau juga membuka usaha pijat saraf yang saya tekuni sejak tahun 2007. Jadi beliau bisa menjalankan dua usaha sekaligus dengan bantuan anak laki-lakinya. Usaha ini membutuhkan dua karyawan pada saat panen saja.70
Adapun beberapa alasan beliau membuka usaha budidaya ikan lele, yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan ekonomi.
2. Peluang usaha masih banyak.
3. Ikan lele termasuk ikan yang mudah untuk dibudidaya.
4. Tidak memerlukan lahan yang besar, cukup memanfaatkan lingkungan sekitar rumah.
Awal mula membuka usaha ini, beliau hanya mempunyai 1 kolam, dengan kolam berukuran 15 x 15 meter yang dapat menampung sekitar 5.000 ikan dengan harga bibit satu ekor ikan lele anakan dihargai Rp. 90 dengan harga jual perkilo Rp. 9.000 sampai Rp. 10.000 (harga petani).
Usaha ini juga dekat dengan irigasi yang biasa untuk mengairi sawah masyarakat, jadi memudahkan untuk mengisi air kolam.71
70 Dokumentasi Usaha Budidaya Ikan Lele Tahun 2010
71 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
Pada awal tahun 2014 beliau mulai menggunakan bangkai ayam potong sebagai pakan ikan lele. Beliau mendapatkan informasi ini dari Jawa tempat beliau dilahirkan. Kemudian beliau mencoba memberi beberapa bangkai ayam potong untuk satu kolam ikan. Dan setelah dilakukan perbandingan, berat antara pakan bangkai ayam potong dan pelet sangatlah jauh berbeda. Pakan bangkai ayam potong menjadikan ikan lele lebih cepat pertumbuhannya dan berat lele juga bertambah. beliau juga tidak harus membeli pelet untuk seluruh umur lele karena bangkai ayam potong gratis beliau dapatkan dari para peternak ayam potong di sekitar desanya. Beliau hanya perlu mengambil bangkai ayam potong ke kandang peternakan setiap harinya dengan mobil bak terbuka. 72
C. Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan Lele di Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan
Ikan lele adalah salah satu komuditas perikanan budidaya unggulan yang dikembangkan secara optimal di darat, disamping memiliki prospek pasar, ikan lele dumbo juga memiliki kelebihan lebih tahan hidup dan kuat terhadap serangan hama penyakit.73 Habitat atau lingkungan hidup lele adalah air tawar, meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele adalah air sungai, air saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, tetapi lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik.
72 Dokumentasi Usaha Budidaya Ikan Lele Tahun 2014
73 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa Barat, Air Publishing, 2016), h. 9
Pemilik usaha menjelaskan bahwa proses pengelolaan usaha budidaya ikan lele di lakukan selama 75 hari sampai dianggap bisa dipanen, dimulai dari penebaran bibit atau anakan ikan lele di dalam kolam khusus untuk pembibitan selama 30 hari dengan ukuran kolam 15 x 15 Meter sebanyak dua buah sebanyak 40.000 sampai 50.000 bibit ikan lele.
Pemberian pakan bibit dengan pelet tiga kali sehari, pada pagi hari, siang hari, dan malam hari (paling banyak pemberian pakan). Setelah sebulan penuh masa pembibitan, ikan akan di sortir memakai alat dengan lubang masing-masing memiliki dua ukuran yaitu sedang dan paling besar yang selanjutnya akan dibudidaya pada kolam ukuran 25 x 30 Meter sebanyak lima kolam. Dari masa pembibitan inilah ikan lele akan dibagi menjadi tiga ukuran yaitu kecil, sedang dan besar. Masing-masing ukuran akan membedakan kolam budidaya selanjutnya.74
Pakan untuk ikan lele yang sudah berumur 30 hari adalah bangkai ayam potong yang di lakukan pada pagi hari, sore hari dan malam hari (pemberian pakan yang paling banyak). Sebelum dijadikan sebagai pakan lele, bangkai ayam potong yang sudah mati ini akan direbus bersama bulunya di sebuah panci besar selama 20 Menit, kemudian didiamkan sebentar agar tidak panas lalu akan langsung di lemparkan ke kolam sebagai pakan. Tidak sampai satu jam bangkai ayam potong tersebut akan habis hanya menyisakan bulu dan tulang. Umumnya bangkai ayam potong yang digunakan sebagai pakan adalah berukuran 3 ons sampai 2 kilogram
74 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
yang didapatkan dari 10 peternakan yang ada di beberapa desa yaitu Metro Kibang, Bandarejo, dan Sukadamai. Masing-masing perternakan di miliki oleh beberapa pemilik yang sama.75
Pemilihan bangkai ayam potong ini dianggap cara yang tepat untuk mengurangi pengeluaran pakan pelet yang sangat mahal. Beliau membutuhkan satu Kwintal pelet atau setara dengan Rp. 400.000 perharinya. Terdapat beberapa pakan alternatif lain yang bisa digunakan sebagai pakan pengganti pelet, yaitu onggok dan dedek. Namun, pakan alternatif ini lebih mahal dibangdingkan dengan pakan bangkai ayam potong. Hal ini dikarenakan jika onggok atau dedek tidak didapatkan secara geratis, namun jika bangkai ayam potong didapatkan secara geratis dari beberapa peternakan.76
Terdapat budidaya ikan lele lain di Desa Sukadamai yaitu P2MKP Citra Mitra Lestari dalam bentuk pemberdayaan masyarakat yang dibantu oleh pemerintah. Budiaya ikan lele ini menggunakan alternatif lain sebagai pakan yaitu tumbuh-tumbuhan. Selain membudidaya ikan lele, budidaya ini juga membudidayakan cacing dan ulat sutra.
Menurut Kordi bahwa ikan lele termasuk ikan pemakan segala bahan makanan (omnivor), baik bahan hewani maupun nabati. Pakan ikan lele alami adalah adalah binatang-binatang renik, seperti kutu air. Sementara itu, ikan lele juga memkan larva jentik nyamuk, serangga dan siput-siput keci. Meskipun demikian, jika telah dibudidayakan misalnya dikolam ikan
75 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
76 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
lele dapat memkaan pakan buatan seperti pellet dari udang, cacing maupun ikan.77
Terlihat teori mengenai bagaimana sebaiknya pemberian pakan lele adalah berupa pelet dari udang, cacing maupun ikan. Bangkai ayam potong tidak dianjurkan digunakan sebagai pakan lele. Walaupun maksud dari pemilik usaha ini adalah untuk meminimalisir pengeluaran untuk pembelian pelet.
Menurut Ibu Siami, bahwasanya beliau mengaku mengetahui usaha budidaya ikan lele yang dijalankan di sekitar rumahnya. Beliau juga mengetahui bahwa pakan ikan lele yang dipergunakan adalah bangkai ayam potong. Menurutnya tidak masalah jika pakan yang digunakan adalah bangkai ayam potong selama aman untuk dikonsumsi. Beliau mengakui bahwa ada perbedaan rasa dan bau pada ikan lele saat dibersihkan. Saat membersihkan ikan lele timbul aroma yang tidak enak dan sangat pekat. Meski begitu beliau masih mentolerir selama tidak membahayakan jika dikonsumsi.78
Ibu Nuryati salah satu warga sekitar yang pernah mengkonsumsi ikan lele tersebut, menyatakan bahwa terdapat perbedaan rasa yang dominan terhadap ikan lele tersebut. Beliau menjelaskan terdapat bau apek dan tidak sedap seperti ikan yang tidak segar bila dikonsumsi. Beliau juga
77 Tikah Hanani, Panduan Lengkap Usaha Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang, (Jawa Barat, Air Publishing, 2016), h. 20
78 Wawancara kepada Ibu Siami pada tanggal 16 Juli 2018
meyakini bahwa rasa pada ikan tersebut ditimbulkan dari pakan bangkai ayam potong.79
Ibu Wasikem dan Ibu Sri Anah mengaku bahwa beliau juga mengetahui tentang pakan bangkai ayam potong. Beliau tidak menyetujui bahwa bangkai ayam potong di jadikan sebagai pakan ikan lele, dengan alasan bahwa itu adalah bangkai dan tidak seharusnya dipergunakan untuk pakan ikan lele yang akan dikonsumsi oleh masyarakat. Beliau meragukan akan keamanan mengkonsumsi ikan lele tersebut.
Ibu Sri Anah mengatakan bahwasanya beliau merasa terganggu dengan dampak dari adanya usaha budidaya ikan lele dengan pakan bangkai ayam potong ini. Terkadang beliau mengeluhkan bau busuk yang timbul dari bangkai ayam potong yang ditumpuk dan juga saat angkutan mobil berisi bangkai ayam potong muncul melewati rumahnya. Selain itu bau pembakaran tulang dan bulu ikan juga sangat mengganggu karena bau yang ditimbulkan sangatlah tajam meskipun bau yang ditimbulkan tidaklah lama.80
Perilaku pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya harus sesuai dengan perilaku etika bisnis Islam yang didalamnya terdapat kaidah- kaidah Al-Quran dan hadist agar sukses dunia maupun akhirat, salah satunya adalah mendahulukan sesuatu yang secara moral bersih daripada sesuatu yang secara moral kotor, walaupun misalnya yang disebut terakhir
79 Wawancara kepada Ibu Nuryati pada tanggal 16 Juli 2018
80 Wawancara kepada Ibu Wasikem dan Ibu Sri Anah pada tanggal 16 Juli 2018
mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Mendahulukan pekerjaan yang halal daripada yang haram.81
Pemilik usaha menggunakan bangkai ayam potong sebagai alternatif untuk meminimalisir pengeluaran biaya pakan selama 45 hari, sedangkan bangkai ayam potong yang dipakai untuk pakan merupakan ayam yang mati karena virus atau terinjak-injak oleh ayam yang lain dan sudah menjadi bangkai lebih dari 24 jam. Sedangkan di dalam perilaku etika bisnis Islam pelaku usaha dituntut untuk mendahulukan sesuatu yang bersih daripada yang kotor meskipun nantinya kentungan yang didapatkan lebih besar.
Untuk proses panen antara kolam satu dengan yang lain adalah 10 hari. Kolam ikan yang bisa dipanen adalah kolam ikan yang sudah cukup besar dan sudah berumur 75 hari atau yang memiliki ukuran yang sudah dianggap layak jual. Proses pembuangan air kolam membutuhkan waktu 48 jam yang dilakukan oleh dua orang karyawan untuk membantu proses panen ikan lele. Air kolam akan dibuang ke saluran irigasi yang berada di samping kolam ikan.82
Menurut keterangan warga sekitar usaha budidaya ikan lele, air yang dibuang ke saluran irigasi menimbulkan bau busuk pada air untuk mengairi sawah. Dampak air kolam yang dibuang ke aliran irigasi warga mengandung unsur pencemar yang akhirnya dapat mencemari air irigasi.
Apabila air irigasi terjadi pencemaran maka dapat menyebabkan turunnya
81 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 188
82 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
kualitas air. Meskipun tidak ada dampak secara langsung bagi pertumbuhan padi, namun dampak bau yang ditimbulkan dikeluhkan oleh warga. 83
Hal ini dibenarkan oleh keterangan karyawan pada proses panen berlangsung saat pengeringan air kolam, muncul bau tidak sedap dari air kolam. Hal ini ditimbulkan dari bau bangkai ayam yang dijadikan pakan ikan lele.84
Setiap panen ada beberapa agen yang akan mengambil ikan-ikannya yang selanjutnya akan didistribusikan masing-masing, seperti di rumah makan, pasar, sampai pada pemancingan kolam ikan. Ikan lele ini memang tidak dipasaran di desa Sukadamai, pemilik usaha beralasan jika agen di desanya sudah penuh. Beliau mengungkapkan jika setiap kali panen ikan lelenya pasti selalu habis terjual dalam satu hari. Dalam sekali panen, beliau bisa mendapatkan satu Ton ikan lele atau sekurang-kurangnya 9 Kwintal dengan bibit sebanyak 40.000 sampai 50.000 ikan lele dengan keuntungan sampai Rp.10.000.000.85
Peneliti dapat mengatakan bahwa terdapat beberapa dampak yang ditimbulkan dari usaha budidaya ikan lele ini yaitu adanya bau busuk yang ditimbulkan dari penumpukan bangkai ayam potong yang dibiarkan begitu saja. Hal ini mengganggu udara sekitar usaha budidaya ikan lele serta pada saat mobil angkutan bangkai ayam potong melintas di jalan. Selain itu, limbah air kolam yang dibuang melalui irigasi untuk mengairi sawah
83 Wawancara kepada Ibu Wasikemdan Ibu Sri Anah pada tanggal 16 Juli 2018
84 Wawancara kepada karyawan pada tanggal 16 Juli 2018
85 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
warga juga mengeluhkan bau busuk pada air, meskipun tidak memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan padi.
D. Analisis Penerapan Etika Bisnis Islam Terhadap Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Lele Desa Sukadamai Kecamatan Lampung Selatan Setelah peneliti melakukan beberapa wawancara kepada pemilik usaha, karyawan dan masyarakat Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan, maka peneliti akan menganalisis hasil wawancara tersebut, yaitu tentang kegiatan usaha budidaya ikan lele Desa Sukadamai Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Etika bisnis Islam telah memberikan ketentuan bahwa para pelaku bisnis harus mengetahui prinsip-prinsip etika bisnis dalam berbisnis agar bisnis yang dilakukan mendapatkan keberkahan dan keridhaan dari Allah Swt. yaitu prinsip tauhid, prinsip kebebasan, prinsip kehendak bebas, dan prinsip tanggung jawab.
1. Prinsip Tauhid
Konsep tauhid berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batasan-batasan tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah, untuk memberikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya. Dengan konsep tauhid Allah menunjukkan jalan terbaik dalam menjalankan kebebasan. Dengan demikian, manusia bebas untuk memiliki, tetapi cara terbaik dalam kepemilikan itu dengan memandangnya sebagai pemegang amanat atas apa yang sebenarnya milik Tuhan. Karena itu segala aktivitas manusia
dalam hubungannya dengan alam (sumber daya) dan manusia (muamalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan Allah.86 Dalam pemahaman hasil wawancara dilapangan mengenai teori ketauhidan bahwasanya peneliti melakukan wawancara kepada pemilik usaha budidaya ikan lele. Beliau mengatakan bahwa penggunaaan bangkai ayam potong sebagai pakan ikan lele yang berumur 30 hari merupakan langkah untuk mengurangi biaya pembelian pakan pelet yang mahal. Langkah ini sangatlah efektif untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini dikarenakan bangkai ayam potong yang didapatkan secara gratis dari beberapa peternakan, sedangkan jika harus memberikan pakan dengan pelet beliau harus membelinya dengan jumlah per harinya satu kwintal pelet. 87
Usaha budidaya ikan lele yang dijalankan oleh Bapak Poniman tidaklah sesuai dengan prinsip tauhid. Seperti hadist Rasulullah yang mengharamkan memanfaatkan hewan yang bercampur dengan najis, yaitu:
Artinya: “Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW telah melarang Jallalah (hewan yang makanan utamanya dari benda yang najis) dari kalangan unta, yaitu (tidak boleh) menunggangnya atau
86 Syed Nawab Haider Naqvi, Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 39
87 Wawancara kepada Bapak Poniman pada tanggal 16 Juli 2018
meminum susunya” (HSR Abu Dawud).88
Jahallah adalah segala jenis hewan yang tercampur dengan berbagai bentuk najis. Lele dengan pakan bangkai ayam potong dapat disebut sebagai hewan jahallah. Dan berdasarkan hadist di atas Rasulullah mengharamkan hewan yang bercampur dengan najis maupun memanfaatkannya.
Beberapa Ulama berbeda pendapat mengenai hewan jahallah, atau hewan ternak yang bercampur dengan najis. Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali melarang untuk memakan daging atau meminumnya, bahkan mengendarai hewan yang demikian halnya, sebagaian dari mereka dengan tegas menyatakan bahwa larangan ini bermakna haram, dan Mazhab Maliki memakruhkan hewan yang bercampur dengan najis.89
Peneliti sependapat dengan Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali yang melarang segala macam najis yang bercampur dengan hewan ternak untuk dikonsumsi. Karena dalam penelitian budidaya ikan lele ini sudah menyebabkan perubahan rasa dan bau pada ikan. Selain itu pakan bangkai ayam potong yang diberikan merupakan pakan utama, artinya bangkai ayam potong lebih banyak diberikan, daripada pakan pelet yang hanya diberikan pada saat masa pembibitan saja.
88 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak yang Diberi Pakan dari Barang Najis
89 Fatwa Majelis Ulama Indonesia Taun 2012 Nomor 52 tentang Hukum Hewan Ternak yang Diberi Pakan dari Barang Najis
Terdapat solusi agar ikan lele tersebut dapat dikonsumsi dengan aman, yaitu dengan mengkarantinanya selama tiga hari, atau sampai bau najis pada ikan sudah hilang. Hal ini berasal dari riwayat Ibnu Abi Syaibah dari Ibnu ‘Umar “Ibnu ‘Umar mengkarantina (memberi makan yang bersih-bersih) pada ayam jalalah selama tiga hari.” 90 Pemilik usaha menggunakan ayam potong tanpa memperhatikan unsur halal atau haram. Hal ini berarti pemilik usaha tidak mementingkan hubungannya terhadap Allah, dan melupakan aturan- aturan yang dilarang. Beliau hanya mementingkan bagaimana usahanya dapat menghasilkan keuntungan yang besar dengan pengeluaran biaya yang hanya sedikit. Beliau juga menjual lele nya tanpa mengkarantinanya terlebih dahulu agar lele tersebut aman dikonsmsi.
2. Prinsip Keseimbangan
Prinsip Islam menyatakan bahwa keadilan menjamin tidak ada satu pihak pun yang akan dirugikan oleh orang lain, serta tidak seorang pun yang dapat memiliki harta melalui cara-cara yang tidak diperbolehkan alam Islam, seperti tidak jujur, tidak adil, ilegal, dan curang hanya pemeluk Islam yang diizinkan untuk mendapatkan kekayaan melalui cara yang adil dan jujur.91
90 http://syameela.com/lele-yang-diberi-makan-bangkai-halalkah/ diunduh pada tanggal 3 Oktober 2018
91 Muhammad Sharif Chaundry, Sistem Ekonomi Islam: Prinsip Dasar, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 49