Kematangan gonad dapat dirangsang dengan pemberian pakan dan penyuntikan. Pakan yang ditambah dengan vitamin E dapat merangsang kematangan gonad. Pemberian pakan dengan vitamin E dilakukan selama 2 minggu sekali. Kematangan gonad juga dirangsang dengan proses penyuntikan.
Penyuntikan ini dilakukan dengan menginjeksi hormon hCG. Frekuensi penyuntikan dilakukan 2 kali dengan jeda tiap suntikan 24 jam. Penyuntikan pertama, induk akan diberi hormon sebanyak 100 IU kg⁻¹ dan pada penyuntikan kedua sebanyak 150 IU kg⁻¹.
4.4.3 Pemijahan Induk
Pemijahan akan terjadi setelah proses penyuntikan kedua. Penyuntikan dilakukan pada pagi hari, sehingga pemijahan terjadi pada malam hari atau selang 23 waktu sekitar 12 jam. Pemijahan dilakukan secara massal dalam 1 kolam.
Induk yang digunakan dalam pemijahan ini yakni sebanyak 6 ekor jantan dan 4 ekor betina. Pada proses pemijahan ini, ikan akan sangat peka terhadap rangsangan cahaya dari luar. Sehingga lampu pada ruangan pemijahan akan dimatikan. Ikan akan mengeluarkan telurnya pada malam hari dan telur tersebut akan mengambang pada kolom air. Oleh karena itu, pipa outlet pada bak induk akan mengalirkan telur telur yang telah dipijahkan ke bak penampungan telur yang telah dipasang egg collector.
4.4.4 Penetasan Telur
Berdasarkan kegiatan pembenihan ikan bawal bintang pada Praktik Kerja Lapangan di BBPBL Lampung, telur dipanen pada pagi hari yakni sekitar pukul 6.00. Telur yang telah terkumpul pada egg collector akan dipindahkan pada wadah penetasan (akuarium). Hal ini dilakukan dengan memasukan telur ke dalam ember berisi air dengan scoopnet. Proses ini perlu dilakukan secara teliti dan cepat agar telur tidak rusak dan tidak terbuang.
Gambar 5. Penetasan telur (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2023)
xxv
Telur yang telah dipindahkan dari bak pemijahan kemudian dibawa ke hatchery dan dipindahkan dalam akuarium. Akuarium yang digunakan berukuran 100 L. Akuarium tersebut perlu dibersihkan sebelum digunakan. Akuarium 24 tersebut, sebelumnya harus telah berisi air dan diberi aerasi di beberapa titik.
Media untuk penetasan telur juga ditambahkan dengan Elbayaou yang memiliki kandungan Nifurstyrenat-Sodium. Telur yang terbuahi memiliki karakteristik berwarna transparan dan berbentuk bulat serta mengapung pada permukaan air.
Telur yang tidak terbuahi akan mengendap di dasar akuarium dan berwarna putih susu. Penyiponan telur yang tidak terbuahi dilakukan pada jam 9.00 atau sekitar 3 jam dari pemanenan telur. Telur yang tidak terbuahi akan ditampung dalam wadah dan diberi aerasi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat perkembangan telur tersebut. Anggapannya adalah telur yang tersipon juga membawa telur telur yang terbuahi, sehingga dapat secara maksimal dalam memanen telur. Telur yang ditebar akan menetas dalam waktu 18 jam.
4.4.5 Fertilized Rate
Data jumlah telur terbuahi dapat diketahui dengan menghitung persentase telur terbuahi dari jumlah telur yang dihasilkan. Pengambilan data dilakukan secara acak pada 5 titik aquarium. Data perhitungan telur yang dihasilkan dan data jumlah telur yang terbuahi diambil pada jam diambil 12 jam setelah pemijahan berlangsung atau pada jam 08.00 WIB.
Tabel 5. Jumlah telur yang menetas NO Jumlah telur yang dihasilkan
(butir)
Jumlah telur yang terbuahi (butir)
FR (%)
1. 702.000 476.000 68
4.4.6 HR
Data derajat penetasan telur atau hatching rate dapat diketahui dengan menghitung persentase jumlah telur yang menetas dengan jumlah total telur yang terbuahi. Hasil HR tersaji pada tabel.
Tabel Hasil pengukuran Hatching Rate (HR).
NO Jumlah telur yang terbuahi (butir)
Jumlah telur yang menetas (butir)
HR (%)
1. 476.000 423.360 89
Berdasarkan hasil, dapat diketahui bahwa jumlah telur yang terbuahi sebanyak 476.000 butir dan jumlah telur yang menetas sebanyak 423.360 butir.
Oleh karena itu dapat diketahui nilai HR yakni 89 %.
4.4.7 Pemeliharaan Larva
Berdasarkan kegiatan pembenihan ikan bawal bintang pada Praktik Kerja Lapangan di BBPBL Lampung, kegiatan pemeliharaan larva dilakukan pertama kali adalah persiapan kolam. Kolam untuk larva menggunakan kolam beton dengan ukuran 5 m × 2m × 1m. Kolam yang akan digunakan, terlebih dahulu dibersihkan. Proses ini meliputi dari pembersihan dengan menyikat dinding dan dasar kolam, desinfeksi kolam, pembilasan dan pengeringan. Desinfeksi kolam, dilakukan dengan menggunakan kaporit 100 - 200 mg L⁻¹ yang dilarutkan dalam 20 L air tawar. Larutan kaporit tersebut kemudian di balurkan pada dinding dan dasar kolam. Kolam yang telah diberi kaporit di diamkan selama 24 jam dan kemudian kolam dibersihkan dan digosok dengan sikat. Setelah itu, kolam dibilas dengan air hingga kaporit hilang dan dikeringkan.
xxvii
Gambar 6. Kolam pemeliharaan larva (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2023)
Kolam yang sudah bersih, selanjutnya diisi dengan air hingga ¾ volume kolam dan diberi aerasi di 28 titik berbeda. Kolam diberi antibiotik dengan dosis 5 mg L⁻¹ sebelum penebaran larva. Penebaran larva dilakukan saat telur setelah menetas secara sempurna. Telur yang menetas sempurna setidaknya memiliki umur di atas 20 jam. Penebaran dilakukan pada saat sore hari. Hari ini dilakukan dengan memindahkan telur dari wadah penetasan ke kolam pemeliharaan larva menggunakan baskom. Teknik pemindahan ini, dari baskom ke kolam pemeliharaan larva dilakukan dengan menenggelamkan terlebih dahulu ½ bagian 27 baskom ke dalam kolam kemudian memiringkannya ke salah satu sisi baskom dan menuangkannya perlahan. Setelah larva di tebar, pada bagian atas olam ditutupi oleh penutup plastik.
Pakan berikan pada larva saat kuning telur sudah habis. Pada larva DOC 1 (Day of Culture), pakan belum diberikan karena masih mengandal kuning telur.
Setelah larva DOC 2 (Day of Culture), diberikan rotifera jenis Brachionus plicatilis sebanyak 5 - 15 individu mL-1. Rotifera diberikan hingga larva berumur 15 hari dengan frekuensi sebanyak 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Selama
hal tersebut, fitoplankton jenis Nannochloropsis sp juga perlu ditambahkan pada kolam larva sebagai pakan untuk rotifera. Nannochloropsis sp diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 8 - 16 L dengan kepadatan 300.00 - 500.000 sel mL⁻¹.
Pada larva DOC 11, diberikan naupli artemia hingga DOC 22 (Day of Culture).
Pemberian artemia dilakukan sebanyak 2 kali pada pagi dan sore hari. Pakan buatan baru akan diberikan saat larva DOC 11 dengan ukuran pakan buatan menyesuaikan bukaan mulut larva. Pada larva DOC 11 hingga DOC 17 diberikan pakan buatan dengan ukuran 198 um dan saat larva DOC 17 hingga DOC 21 diberikan pakan buatan ukuran 308 um. Pengamatan pertumbuhan larva dilakukan dengan sampling. Panjang Larva saat DOC 1 adalah 0,28 cm, pada DOC 5 28 adalah 0,33 cm, DOC 10 adalah 0,6 cm, DOC 15 adalah 0,64 cm dan DOC 20 adalah 1,04 cm.
4.4.8 Survival Rate (SR)
Data tingkat kelulushidupan dapat diketahui dengan menghitung persentase larva pada saat awal pemeliharaan dengan larva saat akhir pemeliharaan.
Tabel 6. Hasil Tingkat Kelulushidupan Larva No Jumlah larva yang hidup
pada awal pemeliharaan (ekor)
Jumlah larva yang hidup pada akhir pemeliharaan
(ekor)
SR (%)
1. 423.360 58.800 14
Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah larva pada awal pemeliharaan adalah 423.360 ekor dan pada akhir pemeliharaan yakni 58.800 ekor. Oleh karena itu, nilai tingkat kelulushidupan (SR) larva yakni 14 %.
xxix 4.4.9 Kualitas Air
Perhitungan nilai kualitas air dilakukan pada pagi hari yakni pukul 09.00 WIB. Pada bak induk, pengecekan kualitas air dilakukan selama 2 minggu sekali dan pada bak larva dilakukan 1 minggu sekali.
Tabel 7. Hasil Kualitas Air Kolam Induk
Parameter Nilai Referensi (SNI 7901-2-
2013)
Suhu (ºC) 29,9 28 – 32
pH 8,65 7,5 - 8,5
Salinitas 28,8 28 – 33
DO (mg L⁻¹) 5,62 Minimal 5
Tabel 8. Hasil Kualitas Air Kolam Larva
Parameter Nilai Referensi (SNI 7901-4-
2013)
Suhu (ºC) 28,6 28 - 32
pH 8,41 7,5 - 8,5
Salinitas 29 Minimal 28
DO (mg L⁻¹) 5,04 Minimal 5
BAB V