BAB 3 METODE PENELITIAN
3.6 Teknis Analisis Data
Teknik analisis data ini merupakan jawaban dari rumusan masalah yang akan meneliti apakah current asset, debt to equity ratio berpengrauh terhadap price to book value dengan return on asset sebagai variabel intervening. Teknik yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis data kuantitatif yaitu merupakan suatu analisis data yang berupa dengan angka-angka dan numerik dan dapat
XI
X2
dioperasikan yang di peroleh dengan metode pengumpulan data dokumentasi dimana data-data tersebut diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia. Analisis data ini berguna untuk mengetahui dan menjawab rumusan masalah pada penelitian ini dengan menggunakan data-data yang diperoleh. Berikut ini beberapa teknik analisis data yang digunakan, yaitu:
3.6.1 Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright (1934).
Analisis jalur digunakan apabila berhadapan dengan masalah yang berhubungan dengan sebab akibat. Tujuannya ialah untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainya yang merupakan variabel akibat (Juliandi et al., 2014 hal. 164)
𝜌3
𝜌1
𝜌5
𝜌2
€1 𝜌4 €2
Gambar 3. 1 Analisis Jalur
3.6.1.1 Mediation Effect
Analisis efek mediasi (mediation effects) mengandung 3 sub analisis, antara lain: (a) direct effects; (b) indirect effects; dan (c) total effects. Penjelasan dari sub analisis tersebut antara lain sebagai berikut:
Z Y
3.6.1.2 Direct effect
Tujuan analisis direct effect (pengaruh langsung) berguna untuk menguji hipotesis pengaruh langsung suatu variabel yang mempengaruhi (terikat) terhadap variabel yang dipengaruhi (bebas) (Juliandi, 2018). Kriteria untuk pengujian hipotesis pengaruh langsung (direct effect) adalah seperti terlihat di dalam bagian di bawah ini. Pertama, koefisien jalur (path coefficient):
a. Jika nilai koefisien jalur (path coefficient) adalah positif, maka pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain adalah searah, jika nilai nilai suatu variabel meningkat/naik, maka nilai variabel lainnya juga meningkat/naik b. Jika nilai koefisien jalur (path coefficient) adalah negatif, maka pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lain adalah berlawan arah, jika nilai nilai suatu variabel meningkat/naik, maka nilai variabel lainnya akan menurun/rendah.
Kedua, nilai probabilitas/signifikansi (P-Value): (1) Jika nilai P-Values 0.05, maka tidak signifikan (Juliandi, 2018).
3.6.1.3 Indirect Effect
Analisis indirrect effect berguna untuk menguji pengaruh hipotesis tidak langsung suatu variabel yang mempengaruhi (terikat) terhadap variabel yang dipengaruhi (bebas) yang dimediasi oleh suatu variabel intervening (variabel mediator) (Juliandi, 2018).
Kriteria penilaian Indirect Effect (pengaruh tidak langsung) adalah: jika nilai P-values < 0,05 maka signifikan yang artinya variabel mediator memediasi pengaruh suatu variabel eksogen terhadap suatu variabel endogen. Dengan kata lain pengaruh nya tidak langsung.
Jika nilai P-values > 0,05 maka tidak signifikan yang artinya variabel mediator tidak memeditasi pengaruh suatu variabel eksogen terhadap suatu variabel endogen. Dengan kata lain pengaruh nya adalah langsung (Juliandi, 2018).
3.6.1.4 Total Effect
Total effect (total efek) merupakan total dari direct effect (pengaruh langsung) dan indirect effect (pengaruh tidak langsung) (Juliandi, 2018).
Berdasarkan pada gambar II.1 diatas yang menjelaskan mengenai kerangka konseptual terdapat persamaan dengan menggunakan metode analisis 2 jalur yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Persamaan jalur I : X3 = p1X1 + p2X2 + e1
2. Persamaan jalur II : X4 = p3X1 + p4X2 + e2 (Juliandi et al., 2014 hal.169) 3.6.2 R-Square
R-Square adalah ukuran proporsi variasi nilai variabel yang dipengaruhi (terikat) yang dapat dijelaskan oleh variabel yang mempengaruhinya (bebas). Ini berguna untuk memprediksi apakah model adalah baik/buruk (A. Juliandi, 2018).
Kriteria dari R-Square adalah:
1) Jika nilai R2 (tertera) = 0.75 → Model adalah substansial (kuat) 2) Jika nilai R2 (tertera) = 0.50 → Model adalah moderate (sedang)
3) Jika nilai R2 (tertera)= 0.25 → Model adalah lemah (buruk) (Juliandi, 2018).
3.6.3 F-Square
Pengukuran f-Square atau f2 effect size adalah ukuran yang digunakan untuk menilai dampak relatif dari suatu variabel yang mempengaruhi (terikat) terhadap variabel yang dipengaruhi (bebas). Pengukuran f2 (f-Square) disebut juga efek
perubahan R2. Artinya, perubahan nilai R2 saat variabel terikat tertentu dihilangkan dari model, akan dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah variabel yang dihilangkan memiliki dampak substantif pada konstruk variabel bebas (Juliandi, 2018).
56 BAB 4
HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data
Objek yang digunakan adalah Perusahaan Sub Sektor Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2016-2020 menggunakan hitungan triwulan (5 tahun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh current ratio dan debt to equity ratio terhadap price to book value dengan return on asset sebagai variabel intervening. Jumlah populasi perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 10 perusahaan dan sampel yang digunakan berjumlah 7 perusahaan dengan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Dimana 3 perusahaan tidak memiliki laporan financial statement yang lengkap. Berikut 7 nama-nama perusahaan farmasi yang dipilih menjadi objek dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Sampel Perusahaan Farmasi Tahun 2016-2020
NO. NAMA PERUSAHAAN KODE
1 Darya Varia Laboratoria Tbk DVLA
2 Kimia Farma (Persero) KAEF
3 Kalbe Farma Tbk KLFB
4 Merck Indonesia Tbk MERK
5 Pyridam Farma Tbk PYFA
6
Industri Jamu dan Farmasi Industri Jamu dan
Farmasi Sidomuncul Tbk SIDO
7 Tempo Scan Pasific Tbk TSPC
Sumber : Bursa Efek Indonesia (2021) 4.1.1 Price to Book Value (PBV)
Variabel terikat (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah price to book value. Price to book value merupakan salah satu indikator untuk mengukur nilai perusahaan. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh
investor apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan mencerminkan sejauh mana suatu perusahaan diakui oleh publik. Price to book value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Price to book value (PBV) dapat dihitung dengan perbandingan harga saham dengan harga buku perlembar saham (Fahmi, 2014 hal. 85).
Berikut adalah hasil perhitungan price to book value pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2020:
Tabel 4. 2 Data Price to Book Value Perusahaan Farmasi Tahun 2016-2020 Price to Book Value (PBV)
Rata-rata
KODE 2016 2017 2018 2019 2020
DVLA 1.821 1.966 1.810 1.929 2.153 1.882
KAEF 6.724 5.829 4.302 0.937 2.749 4.448
KLBF 5.698 5.702 4.659 4.546 3.856 5.151
MERK 353.681 309.374 185.845 107.473 116.141 239.093
PYFA 1.014 0.899 0.850 0.849 3.049 0.903
SIDO 2.828 2.823 4.341 6.240 3.670 4.06
TSPC 1.913 1.594 1.151 1.084 0.931 1.435
Rata-rata 53.383 46.884 28.994 17.580 18.936 36.710 Sumber : Bursa Efek Indonesia (2021)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata price to book value Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan rata – rata Price to Book Value (PBV) per tahun adalah sebesar 36,710. Lalu dapat disimpulkan bahwa nilai price to book value (PBV) pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016- 2020 mengalami penurunan. Terlihat pada tahun 2016 nilai rata-rata price to book value (PBV) ialah sebesar 53,383, pada tahun 2017 sebesar 46,884, pada tahun 2018 merupakan penurunan yang sangat jauh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 28,994, pada tahun 2019 sebesar 17,580 dan pada tahun 2020 mengalami
peningkatan kembali dari pada tahun sebelumnya yaitu bernilai 18,936. Dalam hal ini diartikan bahwa Perusahaan Farmasi berupaya untuk meningkatkan kembali nilai perusahaan agar para investor mempercayai perusahaan serta menarik minat investasi yang lebih baik pada masa yang akan datang.
4.1.2 Return on Asset (ROA)
Variabel intervening (Z) yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on asset. Return on asset (ROA) adalah rasio laba bersih terhadap total aset yang mengukur pengembalian atas total aset setelah bunga dan pajak (Brigham &
Houston, 2010 hal. 148). Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset (Hery, 2017 hal. 8). Semakin besar laba yang dihasilkan perusahaan maka akan semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on asset (ROA) merupakan perbandingan laba bersih dengan total aktiva (Rambe et al., 2017 hal.
71).
Berikut adalah hasil perhitungan Return on Asset (ROA) pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020:
Tabel 4. 3 Data Return on Asset Perusahaan Farmasi Tahun 2016-2020
Return On Asset (ROA)
Rata-Rata
Kode 2016 2017 2018 2019 2020
DVLA 0,099 0,099 0,119 0,121 0,082 0,104 KAEF 0,059 0,054 0,042 0,001 0,001 0,032 KLBF 0,154 0,145 0,135 0,124 0,124 0,136 MERK 0,207 0,171 0,921 0,087 0,077 0,293 PYFA 0,031 0,045 0,045 0,049 0,097 0,053 SIDO 0,161 0,169 0,199 0,228 0,243 0,200 TSPC 0,083 0,075 0,069 0,071 0,092 0,078 Rata-Rata 0,113 0,108 0,219 0,097 0,102 0,128 Sumber : Bursa Efek Indonesia (2021)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata return on asset (ROA) Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) per tahun adalah sebesar 0,128. Lalu dapat disimpulkan bahwa nilai return on asset (ROA) pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020 mengalami fluktuasi. Terlihat pada tahun 2016 nilai rata-rata return on asset (ROA) ialah sebesar 0,113, pada tahun 2017 mengalami penurunan sebesar 0,108, pada tahun 2018 mengalami kenaikan sebesar 0,219, pada tahun 2019 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 0,097 dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan kembali dari pada tahun sebelumnya yaitu bernilai 0,102.
4.1.3 Current Ratio (CR)
Variabel bebas (X1) yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio (CR). Current ratio (CR) digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktiva lancar perusahaan digunakan untuk melunasi hutang (kewajiban) lancar yang akan jatuh tempo/segera dibayar. Current ratio (CR) juga biasa digunakan untuk menghitung atau mengukur solvensi jangka pendek (Hery, 2017 hal. 61). Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar (Margaretha, 2011 hal. 25). Semakin besar current ratio (CR) perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya.
Berikut adalah hasil perhitungan Current ratio (CR) pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020:
Tabel 4. 4 Data Current Ratio Perusahaan Farmasi Tahun 2016-2020
Current Ratio (CR)
Rata-Rata
KODE 2016 2017 2018 2019 2020
DVLA 2,855 2,662 2,889 2,913 2,519 2,768 KAEF 1,714 4,409 1,423 0,994 0,898 1,887 KLBF 4,131 4,509 4,658 4,355 4,116 4,354 MERK 4,217 3,081 1,372 2,509 2,139 2,663 PYFA 2,191 3,523 2,758 3,528 2,890 2,978 SIDO 8,318 7,812 4,201 4,123 3,664 5,624 TSPC 2,652 2,521 2,516 2,781 2,959 2,686 Rata-Rata 3,725 4,074 2,831 3,029 2,741 3,280 Sumber : Bursa Efek Indonesia (2021)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata current ratio (CR) Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) per tahun adalah sebesar 3,280. Lalu dapat disimpulkan bahwa nilai current ratio (CR) pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016- 2020 mengalami fluktuasi. Terlihat pada tahun 2016 nilai rata-rata return on asset (ROA) ialah sebesar 3,725, pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 4,074, pada tahun 2018 mengalami penurunan signifikan sebesar 2,831, pada tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar 3,029dan pada tahun 2020 mengalami penurunan kembali dari pada tahun sebelumnya yaitu bernilai 2,741.
4.1.4 Debt to Equity Ratio (DER)
Variabel bebas (X2) yang digunakan dalam penelitian ini debt to equity ratio (DER). Debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang lancar dengan seluruh utang ekuitas. Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan hutang dengan modal yang menjadi sumber pembiayaan kegiatan suatu perusahaan (Kasmir, 2012 hal, 157).
Berikut adalah hasil perhitungan debt to equity ratio (DER) pada perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016- 2020:
Tabel 4. 5 Data Debt to Equity Ratio Perusahaan Farmasi Tahun 2016-2020 Debt to Equity Ratio (DER)
Rata-Rata
Kode 2016 2017 2018 2019 2020
DVLA 0,418 0,470 0,402 0,401 0,498 0,438 KAEF 1,031 1,370 1,819 1,476 1,472 1,433 KLBF 0,222 0,196 0,186 0,213 0,235 0,210 MERK 0,277 0,376 1,437 0,517 0,518 0,625 PYFA 0,583 0,466 0,573 0,530 0,450 0,520 SIDO 0,083 0,091 0,150 0,154 0,195 0,135 TSPC 0,421 0,463 0,449 0,446 0,428 0,441 Rata-Rata 0,434 0,490 0,717 0,527 0,516 0,543 Sumber : Bursa Efek Indonesia (2021)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata debt to equity ratio (DER) Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) per tahun adalah sebesar 0,543. Lalu dapat disimpulkan bahwa nilai debt to equity ratio (DER) pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2020 mengalami fluktuasi. Terlihat pada tahun 2016 nilai rata- rata debt to equity ratio (DER) ialah sebesar 0,434, pada tahun 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,490, pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 0,717, pada tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 0,527 dan pada tahun 2020 mengalami penurunan kembali sebesar 0,516. Nilai rata-rata debt to equity ratio (DER) pada Perusahaan Farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan hasil yang baik, karena tidak mencapai nilai 1.
Debt to Equity Ratio (DER) semakin kecil menunjukkan kinerja yang semakin
baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian yang semakin tinggi (Gultom et al., 2020).
4.2 Analisis Data
Analisis data merupakan jawaban dari rumusan masalah apakah suatu variabel berpengaruh terhadap variabel lainnya. Variabel dalam penelitian ini yaitu current ratio dan debt to equity ratio sebagai variabel bebas, price book value sebagai variabel terikat dan return on asset sebagai variabel intervening.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), mediation effect, direct effect, indirect effect, total effect, R-square dan F-square.
4.2.1 Pengujian Hipotesis
4.2.1.1 Analisa Jalur (Path Analysis)
Analisis jalur digunakan apabila berhadapan dengan masalah yang berhubungan dengan sebab akibat. Tujuannya ialah untuk menerangkan akibat langsung dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainya yang merupakan variabel akibat (Juliandi et al., 2014 hal.
164)
4.2.1.1.1 Mediation Effect
Efek mediasi (Mediation Effect) terdapat 3 sub analisis yaitu: direct effect, indirect effect dan total effect.
4.2.1.1.2 Dirrect Effect
Analisa direct effect dapat digunakan untuk menguji hipotesis berpengaruh langsung atau variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang di pengaruhi.
Kriteria pengukuran direct effect antara lain (Juliandi, 2018):
1. Koefisien jalur, jika nilai koefisien jalur adalah positif maka pengaruh suatu variabel terhadap lain adalah searah, jika nilai suatu variabel yang mempengaruhi meningkat atau naik maka nilai variabel yang dipengaruhi juga meningkat atau naik.
2. Jika nilai koefisien jalur adalah negatif maka pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain adalah berlawanan arah, jika nilai suatu variabel yang mempengaruhi meningkat/naik maka nilai variabel yang di pengaruhi menurun.
3. Nilai profitabilitas/Signifikan atau P-value, jika nilai P-value < 0,05 maka signifikan. Dan jika nilai P-value > 0,05 maka tidak signifikan.
Berikut adalah hasil pengujian direct effect pada data penelitian terkait yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Path Coefficients
Original Sample (O) P-Values
X1˗˗Y -0.328 0.167
XI ˗˗ Z -0.050 0.666
X2 ˗˗ Y 0.761 0.014
X2˗˗ Z 1.001 0.000
Z ˗˗Y 0.453 0.010
Sumber: Hasil Pengolahan Data Smart-PLS 3.3.3 (2021)
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut antara lain:
a) Variabel X1 yaitu current ratio terhadap Y yaitu price to book value memperoleh P-value sebesar 0,167 > 0,05 maka hubungannya tidak signifikan.
b) Variabel X1 yaitu current ratio terhadap Z yaitu return on asset memperoleh P-value sebesar 0,666 > 0,05 maka hubungannya tidak signifikan.
c) Variabel X2 yaitu debt to equity ratio terhadap Y yaitu price to book value memperoleh P-value sebesar 0,014 < 0,05 maka hubungannya signifikan.
d) Variabel X2 yaitu debt to equity ratio terhadap Z yaitu return on asset memperoleh P-value sebesar 0,000 < 0,05 maka hubungannya signifikan.
e) Variabel Z yaitu return on asset terhadap Y yaitu price to book value memperoleh P-value sebesar 0,010 < 0,05 maka hubungannya signifikan.
Gambar 4. 1 Efek Mediasi 4.2.1.1.3 Indirect Effect
Analisis indirect effect berguna untuk menguji hipotesis pengaruh tidak langsung suatu variabel yang mempengaruhi (eksogen) terhadap variabel yang dipengaruhi (endogen) yang diantarai/dimediasi oleh suatu variabel intervening (variabel mediator) (Juliandi, 2018).
Kriteria menentukan pengaruh tidak langsung (indirect effect) adalah:
1) Jika nilai P-value < 0,05 maka signifikan yang artinya variabel mediator memediasi pengaruh suatu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu variabel yang di pengaruhi. Dengan kata lain pengaruhnya tidak langsung.
2) Jika nilai P-value > 0,005 maka tidak signifikan yang artinya variabel mediator tidak memediasi pengaruh suatu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu variabel yang di pengaruhi. Dengan kata lain pengaruhnya adalah langsung.
Berikut adalah hasil pengujian pengaruh tidak langsung (indirect effect) pada data penelitian terkait yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Indirect Effect Original Sample
(O) P-Values
X1 ˗˗ Z ˗˗ Y -0.023 0.738
X2 ˗˗ Z ˗˗ Y 0.453 0.029
Sumber: Hasil Pengolahan Data Smart-PLS 3.3.3 (2021)
a) Variabel X1 yaitu current ratio terhadap variabel Y yaitu price to book value melalui variabel Z yaitu return on asset memperoleh P-value sebesar 0,738 > 0,05 maka hubungannya tidak signifikan yang artinya variabel mediator tidak memediasi pengaruh suatu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu variabel yang di pengaruhi. Dengan kata lain pengaruhnya adalah langsung.
b) Variabel X2 yaitu debt to equity ratio terhadap variabel Y yaitu price to book value melalui variabel Z yaitu return on asset memperoleh P-value sebesar 0,029 < 0,05 maka hubungannya signifikan yang artinya variabel mediator memediasi pengaruh suatu variabel yang mempengaruhi terhadap suatu variabel yang di pengaruhi. Dengan kata lain pengaruhnya adalah tidak langsung.
4.2.1.1.4 Total Effect
Total effect (total efek) merupakan total ataupun penjumlahan dari direct effect (pengaruh langsung) dan indirect effect (pengaruh tidak langsung) (Juliandi, 2018).
Berikut data hasil pengujian total effect dari hasil penelitian dapat dilihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 4. 8 Hasil Uji Total Effect
Original Sample (O) P-Values
X1˗˗Y -0.351 0.163
XI ˗˗ Z -0.050 0.666
X2 ˗˗ Y 1.214 0.000
X2˗˗ Z 1.001 0.000
Z ˗˗Y 0.453 0.010
Sumber: Hasil Pengolahan Data Smart-PLS 3.3.3 (2021)
Kesimpulan dari nilai total effect di atas adalah sebagai berikut :
a) Total effect untuk hubungan variabel X1 yaitu current ratio terhadap variabel Y adalah sebesar price to book value adalah 0,163
b) Total effect untuk hubungan variabel X1 yaitu current ratio terhadap Z yaitu return on asset adalah adalah sebesar 0,666
c) Total effect untuk hubungan variabel X2 yaitu debt to equity ratio terhadap variabel Y yaitu price to book value adalah sebesar 0,000
d) Total effect untuk hubungan variabel X2 yaitu debt to equity ratio terhadap Z yaitu return on asset adalah sebesar 0,000
e) Total effect untuk hubungan variabel Z yaitu return on asset terhadap Y yaitu price to book value adalah sebesar 0,010
4.2.1.2 R-square
R-Square adalah ukuran proporsi variasi nilai variabel yang dipengaruhi (endogen) yang dapat dijelaskan oleh variabel yang mempengaruhinya (eksogen) (Juliandi, 2018).
Kriteria dari R-Square adalah:
4) Jika nilai R2 (tertera) = 0.75 → Model adalah substansial (kuat) 5) Jika nilai R2 (tertera) = 0.50 → Model adalah moderate (sedang)
6) Jika nilai R2 (tertera)= 0.25 → Model adalah lemah (buruk) (Juliandi, 2018).
Berikut adalah hasil pengujian R-square dari data penelitian terkait yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Hasil Uji R – Square R-
Square R-Square Adjusted
Y 0.799 0.795
Z 0.908 0.906
Sumber: Hasil Pengolahan Data Smart-PLS 3.3.3 (2021)
Berdasarkan tabel 4.4 hasil pengujian R-square dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu:
a) R – Square Adjusted model jalur 1 = 0,795 artinya kemampuan variabel X1 (current ratio) dan X2 (debt to equity ratio) dalam menjelaskan variabel Y (price to book value) adalah sebesar 0,795 atau 79,5%. Dengan demikian model tergolong substansial kuat.
b) R – Square Adjusted model jalur 2 = 0,906 artinya kemampuan variabel X1 (current ratio) dan X2 (debt to equity ratio) dalam menjelaskan
variabel Z (return on asset) adalah sebesar 0,906 atau 90,6%. Dengan demikian model tergolong substansial kuat.
4.2.1.3 F-square
F-square adalah ukuran yang digunakan untuk menilai dampak relatif dari suatu variabel yang mempengaruhi (eksogen) terhadap variabel yang dipengaruhi (endogen) (Juliandi, 2018).
Kriterianya analisis F-square adalah:
1) Jika nilai f2 = 0,02 → Kecil/buruk 2) Jika nilai f2 = 0,15 → Sedang 3) Jika nilai f2 = 0,35 → Besar/baik
Berikut data hasil pengujian F – Square penelitian terkait yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. 10 Hasil Uji F – Square
Y Z
X1 0.043 0.002
X2 0.124 0.884
Z 0.094
Sumber: Hasil Pengolahan Data Smart-PLS 3.3.3 (2021)
Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan hasil pengolahan data F-square adalah sebagai berikut:
a) Variabel X1 yaitu current ratio memberikan dampak yang besar terhadap Y yaitu price to book value.
b) Variabel X1 yaitu current ratio memberikan dampak yang kecil terhadap Z yaitu return on asset.
c) Variabel X2 yaitu debt to equity ratio memberikan dampak yang kecil terhadap Y yaitu price to book value.
d) Variabel X2 yaitu debt to equity ratio memberikan dampak yang besar terhadap Z yaitu return on asset.
e) Variabel Z yaitu return on asset memberikan dampak yang kecil terhadap Y yaitu price to book value.
4.2.2 Pembahasan
4.2.2.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Price to Book Value
Pengaruh current ratio terhadap price to book value menghasilkan nilai positif dan tidak signifikan. Pengaruh ini bermakna bahwa semakin meningkatnya current ratio, maka price to book value juga akan mengalami peningkatan. Nilai yang tidak signifikan mencerminkan bahwa current ratio tidak cukup mempengaruhi price to book value. Dapat diartikan bahwa likuiditas yang tinggi tidak berdampak kepada kepercayaan investor untuk menanamkan modal yang berdampak terhadap kenaikan harga saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Putra, 2020) bahwa Current Ratio (CR) tidak berpengaruh signifikan terhadap Price to Book Value (PBV) dan penelitian yang dilakukan oleh (Hasibuan, 2016) Current ratio tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap Price to Book Value (PBV).
4.2.2.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Price to Book Value
Pengaruh debt to equity ratio terhadap price to book value menghasilkan nilai positif dan signifikan. Nilai positif diartikan bahwa jika debt to equity ratio mengalami kenaikan maka price to book value akan mengalami kenaikan. Nilai yang signifikan mencerminkan bahwa debt to equity ratio cukup mempengaruhi price to book value. Ketika perusahaan memiliki utang saat perusahaan
mengalami peningkatan laba, kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya akan lebih besar dan memiliki kemampuan untuk membayar utangnya.
Kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan modal yang dimilikinya akan menjadi pertimbangan investor dalam melakukan investasi. Ketika para investor tertarik untuk berinvestasi, hal ini akan meningkatkan harga saham suatu perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Misran & Chabachib, 2017) Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Price to Book Value (PBV). Demikian juga hasil penelitian yang dilakukan oleh dilakukan (Khairunnisa et al., 2019) Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh dan arahnya positif terhadap Price to Book Value (PBV).
4.2.2.3 Pengaruh Return on Asset Terhadap Price to Book Value
Pengaruh return on asset terhadap price to book value menghasilkan nilai positif dan signifikan. Return on asset terhadap price to book value memiliki arah yang sama, jika return on asset mengalami peningkatan maka akan diikuti kenaikan price to book value. Nilai yang signifikan mencerminkan bahwa return on asset cukup mempengaruhi price to book value. Penggunaan seluruh aset yang dimiliki perusahaan secara fleksibel, dapat meningkatkan keuntungan yang akan berdampak pada tingginya nilai kualitas dari citra perusahaan tersebut dan membuat harga saham juga ikut mengalami peningkatan.
Hasil penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan peneliti terdahulu yang dilakukan oleh (Sari & Jufrizen, 2019) menyatakan bahwa profitabilitas yang diukur melalui Return on Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan dengan Price to Book Value (PBV) yang diukur dengan Price to Book Value (PBV).