• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Tinjauan Teori

1. Teori Tampilan Promosi

Promosi adalah praktik perdagangan yang digunakan oleh pasar untuk terlibat dalam proses mempengaruhi pihak lain. Menurut Basu Swasta, “promosi dipandang sebagai suatu tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pasar untuk mengarahkan organisasi maupun seseorang dengan arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat”. Promosi adalah strategi yang sangat mempengaruhi konsumen agar dapat menarik dan mempertahankannya. Tujuan promosi merupakan menawarkan suatu produk dengan menginformasikannya dan membujuk konsumen baru.16

Promosi adalah strategi yang sangat mempengaruhi pelaksanaan suatu perusahaan dalam produk ataupun jasa. Semakin sesuai harapan dengan promosi maka minat pembeli akan semakin tinggi.

b. Tujuan Promosi

Herman Malau mencantumkan hal-hal berikut sebagai tujuan promosi:17

1) Memberikan Informasi (Informing);

a) Membangun citra suatu produk.

b) Menyarankan kegunaan baru suatu produk.

16Agesha Marsyaf, 'Pengaruh Promosi Penjualan Pakaian terhadap Minat beli pada Toko Zoya Jambi ', Jurnal Development, 9. 1 (2021).

17 Herman Malau, Manajemen Pemasaran Teori dan Aplikasi Pemasaran Era Tradisiona lsampai Era Modernisasi Global, (Bandung: Alfa beta, 2018), h. 121.

c) Menjelaskan bagaimana produk tersebut bekerja.

d) Meningkatkan kesadaran atas produk baru, kelas produk, atau atribut produk.”

2) Membujuk pelanggan sasaran (Persuading) a) Merayu pelanggan untuk datang.

b) Mempengaruhi pelanggan untuk membeli sekarang c) Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk d) Mendorong perpindahan merek”

3) Mengingatkan (Remending)

a) Mempertahankan kesadaran konsumen.

b) Mengingatkan konsumen dimana untuk membeli produk tersebut.

c) Mengingatkan konsumen bahwa produk mungkin dibutuhkan dalam waktu dekat ini”

c. Indikator Promosi

Menurut Indri Gutosudomo, bauran promosi terdiri dari empat komponen utama yang dapat dirinci lebih lanjut sebagai berikut:18

1) Periklanan

Perusahaan menggunakan iklan sebagai teknik untuk membujuk, mendidik, dan menarik pelanggan baru. Promosi dapat menggunakan iklan di beberapa media seperti melalui koran, brosur, televisi, spanduk, majalah, radio, media sosial (Facebook, instagram, watsapps,) dan menggunakan media lainya.

18Indriyo Gutosudomo, Manajemen Pemasaran, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2017), h.

290

16

2) Penjualan Personal (Personal Selling)

Komunikasi langsung antara satu atau lebih pembeli dengan tujuan memberikan presentasi, menanggapi pertanyaan, dan memperoleh pembelian.

3) Informasi dari mulut ke mulut (Word of mouth )

Penyampaian terkait dengan pengalaman membeli, kelebihan ataupun menggunakan produk dan jasa secara lisan, elektronik dan tertulis antara yang satu dengan pembeli lainnya.

4) Publisitas dan Hubungan masyarakat (Publicity dan Public Relation)

Sejumlah inisiatif direncanakan untuk meningkatkan atau menjaga reputasi perusahaan atau produk individualnya.19

d. Promosi dalam Pandangan Hukum Islam

Seperti yang telah diketahui sebelumnya, prinsip muamalah diperbolehkan jika tidak ada bukti sebaliknya. Dengan demikian, hukum asli promosi penjualan yang dibenarkan syariat menyatakan bahwa itu sah selama dilakukan dengan cara yang tidak membahayakan dan bersifat gharar.

Promosi adalah salah satu variabel penting dalam bauran pemasaran baik itu produk ataupun jasa.20Dalam dunia perdagangan, baik barang maupun jasa, promosi merupakan salah satu tindakan yang diperlukan.

Dalam lingkungan pasar yang kompetitif saat ini, promosi dipandang sebagai hal yang penting. Promosi tetap harus dilakukan sesuai dengan

19Morissan, Periklanan: Komunikasi Pemasaran Terpadu (Jakarta: Kencana, 2010), h. 29.

20Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: Salemba Empat, 2001), h. 108.

undang-undang saat ini. Dasar hukum kenaikan pangkat sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Hujarat/49: 6 adalah:

آْ ْوُنَّيَب ت َ َ ف ٍاَب َ

نِب ٌۢ ق ِساَف ْم ُ

كَءۤا َج ْ

ن ِا آْ ْوُن َم ٰ ا َنْي ِذ َّ

لا اَهُّي َ آٰي ٍة َ

لا َه َج ِب ٌۢا ًم ْو َ

ق ا ْو ُبْي ِص ُت ْنَا

َنْي ِم ِدٰن ْمُت ْ ل َع َ

ف ا َم ى ٰ

لَع ا ْو ُحِب ْصُتَف

Terjemahnya :

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.21

Ayat di atas dimaksudkan untuk mengajarkan kepada kita tentang etika dan moral yang sangat baik, termasuk pentingnya menyaring berita agar sulit mengikuti berita yang tidak bertanggung jawab. Atau, Anda tidak boleh menghukum seseorang dengan informasi yang tidak dapat diandalkan atau palsu.

Tentu saja, sebagai agama rahmat li al-'alamin, kita tidak bisa begitu saja membiarkan aktivitas yang berpeluang terjadi mengarah pada kemungkinan terjadinya penipuan atau gharar dalam jual beli. Demikian pula ketika Allah menuntut kerelaan dalam suatu transaksi, kerelaan antara dua pihak yang melakukan jual beli tidak dapat terwujud.

Kepercayaan masyarakat sangat ditingkatkan dengan prinsip kebenaran dan kejujuran dalam penyampaian promosi tersebut. Hal ini sejalan dengan aturan Islam tentang periklanan. Sebagaimana Pesan Allah Swt dalam QS. Al Ahzab/33: 70 sebagai berikut:

ًدْي ِد َس ا ً ل ْو ق ا ْو َ ُ

ل ْو ق َو َ ُ ه

للّٰا او قَّتا اوُن َم ُ ٰ ا َنْي ِذ َّ

لا اَهُّي َ آٰي ا

21Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 516.

18

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar”.22

Nabi sangat menyarankan kampanye pemasaran untuk secara akurat menyampaikan kepada pelanggan tidak hanya manfaat suatu produk, tetapi juga segala kekurangan atau efek negatif yang mungkin terjadi dari pemanfaatannya. Pertimbangkan iklan rokok, yang memperingatkan perokok bahwa rokok dapat menyebabkan kanker tetapi tetap mendorong mereka untuk merokok. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa promosi akan sejalan dengan apa yang dilarang oleh agama kita (Islam) jika mengidentifikasi kekurangan dan orang merasa nyaman menggunakan suatu produk.

Seperti Rasulullah, yang memberi tahu pelanggannya ketika salah satu pakaian yang dia jual memiliki cacat dan memberikannya dengan harga yang lebih rendah daripada yang lain. Ketika pelanggan membeli produk, penjual membahas manfaat barang tanpa menguraikan kekurangannya, dan penjual bersumpah ketika menguraikan manfaat produk meskipun produknya tidak berkualitas seperti yang dijanjikan ini adalah contoh iklan yang dilarang oleh agama.23

22 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h. 427.

23Marius P. Angapior, Dasar Dasar Pemasaran, Edisi II (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 51.

Dokumen terkait