• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang kurang atau rendah biasanya akan lebih mengutamakan kebutuhan primer dari pada pemeliharaan kesehatan dan umumnya individu yang mempunyai penghasilan kurang menyebabkan kemampuan memperoleh status gizi menjadi kurang baik dan kurang seimbang sehingga berdampak pada menurunnya status kesehatan.

C. Tingkat Pengetahuan dan Kepatuhan Pasien

berdasarkan jurnal skripsi oleh Widianingrum (2017). Jumlah responden sebanyak 35 orang (92,1%) dikategorikan baik, Sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 3 orang (7,9%). Dapat disimpulkan untuk Tingkat Pengetahuan Pasien dalam Pengobatan pada Penyakit Tuberkulosis Paru di UPTD Puskesmas Cilacap Utara 1 termasuk dalam tingkat pengetahuan kategori baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihantana, A. S., & Wahyuningsih, S. S. (2016) tentang hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen menyatakan bahwa Pasien tuberkulosis paru yang memiliki pengetahuan yang baik tentang penyakitnya baik dari faktor penyebab gejalanya penyakit, pengobatannya maupun pencegahannya maka diharapkan pasien akan patuh dan teratur dalam minum obat. Sehingga akan sangat membantu sekali proses penyembuhannya.

2. Tingkat Kepatuhan

Berikut akan diuraikan data mengenai tingkat kepatuhan pasien TB di UPTD Puskesmas Cilacap Utara 1.

Tabel 4. 3 Kepatuhan pasien TB di UPTD Puskesmas Cilacap Utara 1

Variabel Kategori F %

Tingkat Kepatuhan

Patuh Tidak Patuh

35 3

92.1 7.9

Total 38 100.0

Keterangan : Patuh : tidak pernah sekalipun tidak minum obat

Tidak patuh : pernah tidak minum obat walaupun hanya satu kali

Nilai atau predikat tertinggi : Patuh Nilai atau predikat terendah : Tidak Patuh Nilai atau predikat rata-rata : Patuh

Berdasarkan tabel 4.3 Dari 38 orang responden, yang dinilai berdasarkan penilaian secara keseluruhan dengan skala nominal dari hasil wawancara dengan keluarga atau PMO pasien, kemudian di cross check pada sistem informasi TB dan juga kartu TB01. Hasil data score pada lampiran. 16 didapatkan hasil rata-rata nilai kepatuhan dari pasien TB Paru di Puskesmas Cilacap Utara 1 adalah dalam kategori patuh.

Penilaian kategori patuh ini dinilai sejak awal pasien didiagnosis TB sampai selesai penelitian dilakukan dan hasil dari data score penilaian penelitian tidak pernah sekalipun tidak minum obat, penilaian ini sesuai penilaian berdasarkan jurnal skripsi oleh Widianingrum (2017).

Sebanyak 35 responden (92,1%) patuh dalam pengobatan, sedangkan sebanyak 3 orang responden (7,9%) tidak patuh dalam pengobatan.

Dapat disimpulkan bahwa Tingkat kepatuhan Pasien dalam Pengobatan Tuberkulosis Paru di UPTD Puskesmas Cilacap Utara 1 dalam kategori patuh. Penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh Oktavienty et al., (2019) sebanyak 36 responden (85,71%) patuh minum obat, sedangkan sebanyak 6 orang responden (14,29%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang patuh dalam pengobatan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan meminum obat, yaitu : usia, pekerjaan, waktu luang, pengawasan, jenis obat, dosis obat, dan penyuluhan dari petugas kesehatan.

Dari hasil wawancara dengan pasien tuberkulosis paru bahwa sebagian besar pasien membutuhkan PMO (pengawas menelan obat) dari keluarga. Namun ada beberapa pasien yang tidak membutuhkan PMO dengan alasan mereka sudah memiliki kesadaran dalam pengobatan tuberkulosis paru dan juga sudah tidak memiliki keluarga.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini terdapat adanya hubungan peran PMO terhadap tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru. Hal ini sejalan dengan penelitian Yoisan- gadji, Maramis & Rumayar (2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara PMO dengan kepatuhan minum obat pasien TB di wilayah kerja Puskesmas Sario. Hasil penelitian Dewanti dkk, (2016) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan minum obat Obat Anti Tuberculosis (OAT) paru sangatlah penting, karena bila pengobatan tidak dilakukan secara teratur dan tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan maka pasien akan putus obat (drop out) dan dapat timbul kekebalan (resistence) kuman tuberkulosis terhadap Obat Anti tuberkulosis (OAT) secara meluas atau disebut dengan Multi Drugs Resistence (MDR). Ketidakpatuhan terhadap pengobatan akan mengakibatkan tingginya angka kegagalan pengobatan pen- derita TB paru. Pasien yang resisten tersebut akan menjadi sumber penularan kuman yang resisten di masyarakat (Arif Muttaqin, 2012).

3. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru

Pada bagian ini disajikan data dalam bentuk tabel yang menjelaskan mengenai pola hubungan antar variabel yaitu tingkat kepatuhan pengobatan pada pasien tuberkulosis paru.

Tabel 4. 4 Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Pegobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru di UPTD Puskesmas Cilcacap Utara 1

Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas dapat diketahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan dalam Pengobatan pada Pasien Tuberkulosis Paru di UPTD Puskesmas Cilacap Utara 1, hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik menggunakan Chi-square diperoleh derajat signifikansi sebesar p = 0,000 dengan menetapkan derajat signifikansi α<0,05 maka H1.2 diterima sehingga pada penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan dalam pengobatan pada pasien tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Cilacap Utara 1. Penelitian ini sama dengan hasil penelitian Tri Retno tentang Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien TB di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur Surabaya yaitu derajat signifikansi sebesar p= 0,000 dengan menetapkan derajat signifikansi α < 0,05.

Diketahui pasien berpengetahuan baik dengan patuh dalam pengobatan penyakit Tuberkulosis Paru di UPTD Puskesmas Cilacap Utara 1 sebanyak 35 orang (92,1%) dan pasien berpengetahuan kurang, dengan tidak patuh dalam pengobatan penyakit tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Cilacap

Pengetahuan Kepatuhan N % p-value

Patuh F Tidak F

Baik 35 92.1 0 0 35 92.1 0.000

Kurang 0 0 3 7.9 3 7.9

Jumlah 35 92.1 3 7.9 38 100.0

Utara 1 sebanyak 3 orang (7,9%). Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Tri Retno tentang Hubungan Pengetahuan dan Motivasi dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis Pada Pasien TB di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur Surabaya yaitu pasien berpengetahuan baik dengan patuh minum obat TB Paru di UPTD Puskesmas Simalingkar sebanyak 30 orang (61,22%) dan pasien berpengetahuan kurang, dengan tidak patuh minum obat TB Paru di UPTD Puskesmas Simalingkar sebanyak 6 orang (12,24%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan pasien maka semakin tinggi tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan, dan sebaliknya semakin kurang tingkat pengetahuan pasien maka semakin rendah tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keteraturan minum obat pada pasien tuberkulosis paru selain pengetahuan dari pasien itu sendiri juga pengetahuan dari orang yang mengawasi dalam minum obat, misalnya keluarga atau tenaga kesehatan. Dengan adanya hubungan yang positif antara pengetahuan dan tingkat kepatuhan tersebut maka hal ini menuntut pihak terkait untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan bahaya penyakit tuberkulosis paru dan pentingnya kepatuhan dalam berobat. Penyuluhan dengan media yang tepat, cara yang tepat kepada sasaran yang tepat pula tentunnya akan dapat membantu meningkatkan pengetahuan dari pasien, sehingga tingkat kepatuhan dalam berobat juga akan semakin meningkat.

54

Dokumen terkait