• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktek Hutang Piutang

BAB III PEMBAHASAN

B. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktek Hutang Piutang

38

(manfaat) yang bisa mendatangkan kerugian pada salah satu pihak baik dari pihak kreditur ataupun debitur, maka menurutnya tidak diperbolehkan (tidak sah).

Utang-piutang bersyarat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, yang disertai ketentuan ketentuan tertentu, misalnya; keharusan menjual hasil panennya pada kreditur adalah tidak boleh, karena ketentuan yang demikian itu hanya menguntungkan pihak kreditur dan merugikan pihak debitur. Utang-piutang menjadi tidak sah (rusak), jika yang mengambil keuntungan itu kreditur seperti mengembalikan barang utang disertai persyaratan tambahan.

Petunjuk agama yang menghendaki agar setiap muslim bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup, dan janganlah terbiasa menutupi kebutuhan hidup ini dengan jalan berutang. Dari berbagai pandangan diatas, maka bagi penulis hutang-piutang yang bersifat manfaat atau dalam artian untuk menolong orang yang membutuhkan bantuan tidak boleh dilakukan.

B. Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Praktek Hutang Piutang Bersyarat di

39 QS, Al-Jatsiyah ayat 18:

ۡعَي َلَ َنيِذَّلٱ َءٰٓا َو ۡهَأ ۡعِبَّتَت َلَ َو اَه ۡعِبَّتٱَف ِر ۡمَ ۡلأٱ َن ِم ٖةَعي ِرَش ٰىَلَع َكَٰنۡلَعَج َّمُث نوُمَل

ََ

Terjemahan:

Kemudian kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.50

Keterikatan pelaku bisnis pada ketentuan hukum syariat yang berlaku akan memberikan jalan kebenaran sekaligus batasan larangan sehingga mampu membedakan di antara halal dan haram. karena itu, pengembangan hukum bisnis syariah merupakan alternatif baru yang bertujuan selain untuk memberikan petunjuk bagaimana mencari keuntungan yang halal bagi pelaku bisnis. Juga untuk mencari keridhoan ilahi.

a. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah

Kompilasi hukum ekonomi syariah kemudian disingkat dengan KHES adalah buku ataupun kitab hukum yang menyangkut masalah mengenai ekonomi syariah yang ada di Indonesia. Berikut ketentuanhukumAl-qardh diatur dalam buku II tentang Akad, dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah sebagai berikut :

Bagian Pertama : Ketentuan Umum Qardh

Pasal 606 : nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada

50 Departemen Agama RI. “Al-Qur'an dan Terjemah”,Sygma Examedia Arkanleema, (Bandung 2009), 500.

40 waktu yang telah disepakati bersama.

Pasal 607 : biaya administrasi qardh dapat dibebankan kepada nasabah

Pasal 608 : pemberi pinjaman qardhdapat meminta jaminan kepada nasabah apabila dipandang perlu.

Pasal 609 : nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan suka rela kepada pemberi pinjaman selama tidak diperjanjikan dalam transaksi.

Pasal 610 : apabila nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajiban pada saat yang telah disepakati dan pemberi pinjaman/lembaga keuangan syariah telah memastikan ketidakmampuannya, maka pemberi pinjaman dapat :

a. Memperpanjang waktu pengambilan; atau

b. Menghapus/write off sebagian atau seluruh kewajibannya.

Bagian Kedua Sumber Dana Qardh Pasal 611 :Sumber dana al-qardh berasal dari

1. Bagian modal Lembaga Keuagan Syariah

2. Keuntungan Lembaga Keuangan Syariah yang disisihkan; dan/atau

3. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran atau infaknya kepada Lembaga Keuangan Syariah.51

b. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)

Setiap kegiatan yang dilakukan oeh perbankan syariah yang ada di Indonesia. Selain menunjuk kepada aturan-aturan dari bank Indonesia, juga harus

51 Mahkamah Agung Republik Indonesia Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Ed. Revisi (Jakarta:

2011), 164-165

41

mengikuti peraturan serta ketentuan yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN). Bekerja sama dengan majelis ulama Indonesia (MUI), yang mana DSN merupakan lembaga yang memiliki badan hukum dalam menentukan keabsahan nasional dari seluruh perbankan syariah di Indonesia.

Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) adalah salah satu fatwa yang berkenaan dengan al-qardh adalah sebagai berikut.

1. Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Al- qardh : Menetapkan : Fatwa Tentang Al-Qardh

Pertama : Ketentuan Umum Al-Qardh Dalam fatwa ini yang dimaksud dengan :

1. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh) yang memerlukan.

2. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang wajib diterima pada waktu yang telah disepakati bersama.

3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.

4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.

5. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan suka rela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidak mampuannya, LKS dapat:

a. Memperpanjang jangka waktu pengembalian,

42

b. Menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.52

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaa transaksi hutang piutang (qardh) pada dasarnya dibolehkan, asalkan pihak-pihak yang terlibat tidak melakukan kecurangan dan tidak saling menzolimi satu sama lain.

Adapun pembayaran hutang dengan sistem panen yang terjadidi desa maria kecamatan wawo kabupaten bima jika ditinjau dari pandangan masyarakat bahwa transaksi ini dibolehkan atau sah-sah saja selama pembayarannya dilakukan dari hasil tanaman. Namun jika pembayaran pinjaman dilakukan dengan uang yang berbunga maka hal ini tidak diperbolehkan sebab mengarah pada unsur riba. Dengan demikian meski mereka mengetahui hukumnya, namun saja transaksi ini selalu berjalan selama petani melakukan pinjaman, dan pembayaran pinjaman yang berbungapun selalu diterapkan oleh pihak pemberi pinjaman (muqrid).

Dalam menyikapi hal ini, maka perlu adanya pengkajian lebih lanjut mengenai hukum pembayaran utang dengan sistem panen berdasarkan tinjauan hukum ekonomi syariah apakah hukumnya dibolehkan atau diharamkan. Untuk itu, jika melihat pinjaman uang dikembalikan dengan uang, lantas uang tersebut berbunga berdasarkan perjanjian diawal akad, maka jelas bahwa bunga tersebut mengarah pada unsur riba dan riba hukumnya haram. Sebagaimana penjelasan hukum riba berikut ini.

Menurut jumhur ulama riba bisa terjadi dalam dua hal, yaitu dalam utang dan dalam transaksi jual beli.Riba dalam utang disebut riba nasi’ah dan riba

52 Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 19/DSN- MUI//IV/2001 Tentang

Al-Qardh, (Jakarta Pusat), 2-3.

43

dalam jual beli adalah riba fadhal. Berikut adalah penjelsan masing-masing riba dalam utang dan riba dalam jual beli.

1. Riba nasiah, tambahan yang disyaratkan dan diambil oleh orang yang mengutangkan kepada orang yang berutang, sebagai imbalan penundaan pembayaran utang. Riba nasi’ah merupakan praktik riba nyata. Ini dilarang dalam Islam karena dianggap sebagai penimbunan kekayaan secara tidak wajar dan mendapatkan keuntungan tanpa melakukan kebaikan.

2. Riba Fadhal, yaitu tambahan harta pada akad jual beli yang menggunakan ukuran resmi seperti takaran dan timbangan pada benda sejenis. Dengan kata lain riba fadhal merupakan tukar menukar barang yang sejenis yang tidak sama kualitasnya.

Adapun hukum pembayaran utang uang dibayar dari hasil tanaman.

Sejauh ini penulis belum mengetahui secara pasti hukum pembayaran pada jenis ini. Namun, penulis akan mencoba menjelaskan berdasrkan sumber teori yang penulis dapatkan. Jika pinjaman uang dikembalikan dari hasil tanaman, lantas buah tersebut dijual kembali oleh pihak muqrid (pemberi pinjaman) dengan harga yang melebihi pinjaman pokok yang diberikannya kepada pihak muqtarid (petani), lantas pihak muqrid tersebut mengembalikan kembali kelebihan dari pinjaman pokok tersebut kepada pihak petani dan pihak muqrid hanya mengambil jumlah pinjaman pokoknya saja, maka hal ini di perbolehkan. Jika pembayaran tersebut diambil dengan melebihi pinjaman pokok maka hal itu adalah riba sebab mengambil tambahan dalam setiap pinjaman hukumnya adalah haram.

44

Namun, jika transaksi tersebut berdasarkan perjanjian kedua belah pihak dan atas dasar suka sama suka, maka hal ini juga dibolehkan. sebab, transaksi ini tergolong pada unsur ta’awun yaitu saling tolong menolong. Dimana pihak muqrid telah memberikan pinjaman kepada pihak muqtarid dengan niat menolong orang dari segala kesulitan. sebaliknya, pihak muqtarid secara tidak langsung telah menolong pihak muqrid dalam memajukan usahanya.

Sebagaimana dalam QS. Al-Maidah ayat 2:

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Swt amat berat siksa-Nya”53

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembayaran hutang dengan sistem panen di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima dibolehkan sebab praktik yang dilakukan masyarakat tersebut telah mengandung unsur ta’awun (tolong menolong), selain itu, praktik tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, sebagaimana dijelasan berikut ini:

1. Prinsip pertama, dapat memberikan maslahat, dengan kata lain, berbagai aktivitas ekonomi mesti dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan tidak berdampak kerusakan (mudharat) bagi masyarakat. Seluruh aktivitas ekonomi mestilah memberi dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar serta mampu menjaga kesinambungan kebaikan generasi yanga akan datang.

53 Departemen Agama RI. “Al-Qur’an dan Terjemah”, Sygma Examedia Arkanleema, (Bandung 2009),

106.

45

2. Prisnip kedua Keadilan, yaitu terpenuhinya nilai-nilai keadilan dalam seluruh aktivitas ekonomi. Keadilan adalah sesuatu yang mendekatkan seseorang kepada takwa. Hak dan kewajiban para pihak dalam berbagai aktivitas ekonomi mestilah terpenuhi secara adil tanpa ada pihak yang dieksploitasi, dizalimi atau dirugikan.54

Adapun pandangan dari tokoh mansyarakat desa maria kecamatan wawo kabupaten bima itu sendiri membolehkan adanya pembayaran hutang dengan sistem panen, selama transaksi tersebut tidak saling merugikan salah satu pihak. Jika pinjaman uang dikembalikan dari hasil tanaman, maka hukumnya bukanlah riba. Namun, jika pinjaman uang di kembalikan dengan uang maka uang tersebut berbunga maka inilah yang disebut riba. Maka, inilah transaksi yang tidak di benarkan dalam syariat islam. Namun sebaliknya, jika pinjaman tersebut di berikan pihak muqrid kepada pihak muqtarid dengan niat untuk menolong dan tidak melebihkan pinjaman pada saat pembayaran maka hal ini sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Sebab, ada unsur ta’awun atau saling tolong menolong.55

54 Andri Soemitra, “Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah dilembaga keuangan dan bisnis

kontemporer”, Kencana Cet 1. (Jakarta Timur, Kencana Prenadamedia Group 2019).

55 Muhammad Tamin. Tokoh Masyarakat. “Wawancara” di desa maria. 7 oktober 2022

46

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seluruh pembahasan yang telah diuraikan dalam bab-bab sebelumnya,mengenai utang-piutang bersyarat yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Utang-piutang bersyarat yang terjadi di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, datang kepada seorang (kreditur) untuk meminjam sejumlah uang guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Kreditur bersedia memberikan pinjaman dengan syarat debitur harus mempunyai lahan jagung milik sendiri atau menyewa lahan orang lain untuk menanam jagung dan hasil dari panennya harus dijual kepada kreditur. Syarat ini mampu disetujui oleh debitur dan kemudian pada waktunya hutang piutang itu diselesaikan menurut kesepakatan kedua belah pihak ketika hutang piutang terjadi.

2. Menurut Hukum ekonomi syariah dapat disimpulkan bahwa pembayaran hutang piutang dengan hasil panen yang terjadi di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima jika melihat pinjaman uang dikembalikan dengan uang, lantas uang tersebut berbunga berdasarkan perjanjian diawal akad, maka jelas bahwa bunga tersebut mengarah pada unsur riba dan riba hukumnya haram. Sebagaimana penjelasan hukum riba berikut ini.

Menurut jumhur ulama riba bisa terjadi dalam dua hal, yaitu dalam utang dan dalam transaksi jual beli.Riba dalam utang disebut riba nasi’ah dan riba

47

dalam jual beli adalah riba fadhal. Berikut adalah penjelsan masing-masing riba dalam utang dan riba dalam jual beli.

1. Riba nasiah, tambahan yang disyaratkan dan diambil oleh orang yang mengutangkan kepada orang yang berutang, sebagai imbalan penundaan pembayaran utang. Riba nasi’ah merupakan praktik riba nyata. Ini dilarang dalam Islam karena dianggap sebagai penimbunan kekayaan secara tidak wajar dan mendapatkan keuntungan tanpa melakukan kebaikan.

2. Riba Fadhal, yaitu tambahan harta pada akad jual beli yang menggunakan ukuran resmi seperti takaran dan timbangan pada benda sejenis. Dengan kata lain riba fadhal merupakan tukar menukar barang yang sejenis yang tidak sama kualitasnya.

B. SARAN

1. Sebagai seorang muslim, dalam bermuamalah seharusnya menjadikan norma atau aturan yang telah digariskan oleh Islam. Maka dari itu bagi para juragan (kreditur) yang memberikan jasa penghutangan bersyarat untuk tidak mengambil kelebihan terlalu besar, sebab dapat membuat orang yang berhutang itu yang notabenenya sebagai pihak yang membutuhkan menjadi tertindas. Karena tujuan disyariatkannya hutang-piutang dalam Islam adalah untuk tolong-menolong dan meringankan beban orang lain bukan untuk menindas orang lain.

2. Dalam hutang piutang bersyarat sebaiknya dilakukan secara tertulis agar tidak terjadi kesalapahaman diantara orang yang memberi hutang (juragan) dengan orang yang menerima hutang dan dapat dijadikan sebagai alat bukti dikemudian hari.

48

DAFTAR PUSTAKA

Buku/Jurnal

Andriyani, Amelia. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Hutang Piutang Bersyarat (Studi Kasus di Desa Tri Makmur Jaya Kec. Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang).

Diss. UIN Raden Intan Lampung, 2017.

Agustin, Irma. Analis is Hukum Islam Terhadap Praktek Hutang Piutang Dengan Tambahan Pembayaran Sebagai Jasa Di Desa Sruni Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo.

Diss. Uin Sunan Ampel Surabaya, 2019

Astuti, Yunita. Analisis Hukum Islam Terhadap Hutang Piutang Gabah Dengan Tambahan Sedekah Di Masjid Baitus Syarfan Desa Purworejo Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Diss. Uin Sunan Ampel Surabaya, 2018.

Ahmad Wardi muslich, fiqih Muamalah, ( Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010).Hlm.276.

Agustin, I. (2019). Analisis hukum Islam terhadap praktek hutang piutang dengan tambahan pembayaran sebagai jasa di Desa Sruni Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Agustin, Irma. Analisis hukum Islam terhadap praktek hutang piutang dengan tambahan pembayaran sebagai jasa di Desa Sruni Kecamatan Gedangan Kabupaten Sidoarjo. Diss.

UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019.

49

Ahmad Rijali,’’Analisis Data Kualitatif’’, UIN Antasari Banjarmasin, Vol.17,No.33 Januari- juni 2018, hlm.91

Andri Soemitra, “Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah dilembaga keuangan dan bisnis kontemporer”, Kencana Cet 1.(Jakarta Timur, Kencana Prenadamedia Group 2019). 22.

Andri Soemitra, “Hukum Ekonomi Syariah Dan Fiqh Muamalah dilembaga keuangan dan bisnis kontemporer”, Kencana Cet 1. (Jakarta Timur, Kencana Prenadamedia Group 2019).

Al – Qur’an Dan Terjemahan, (Bandung : Jabal, 2010), 106

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2004, h. 966

Departemen Agama RI. “Al-Qur'an dan Terjemah”,Sygma Examedia Arkanleema, (Bandung 2009),

Dewan Syariah Nasional MUI, Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 19/DSN- MUI//IV/2001 Tentang Al-Qardh, (Jakarta Pusat), 2-3

Departemen Agama RI. “Al-Qur’an dan Terjemah”, Sygma Examedia Arkanleema, (Bandung 2009),

Fuadi, Fuadi, et al. Ekonomi Syariah. Yayasan Kita Menulis, 2021.

50

Hidayani, Sri, and Mahalia Nola Pohan. "Aspek Hukum terhadap Perjanjian Pinjam Emas dengan Jaminan Tanah Sawah dalam Masyarakat Pidie." Jurnal Mercatoria 13.2 (2020):

204-215.

Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Primayasa, 1997).

Ismail Nawawi, Op, Cit h. 110-111

JuliansyahNoor,’’Metodologi Penelitian’’,(Jakarta:Pranadamedia Group,2017),hlm.138

Khumeidi Ja”far, Hukum Perdata Islam Di Indonesia (Lampung: Permatenet, 2016), hlm.128

Lidwa Pusaka I-Software - Kitab 9 Imam Hadist

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), 333.

Masruhan, Metodologi Penelitian Hukum, (Surabaya: Hilal Pustaka, 2013), 94

Mahkamah Agung Republik Indonesia Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Ed. Revisi (Jakarta: 2011), 164-165

Nanik Lestari, Tinjauan Qard} Terhadap Pelunasan Hutang Dengan Hasil Panen di Desa Tahunan Kecamatan Tegalombo Kabupaten Pacitan, Skripsi (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018).

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 88 Q.S. An-Nisa’ (4) : 29

51

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Jakarta, Pradnya Paramita), hlm.451

Safitri, Mella. Praktek hutang piutang beras di Jorong Tamiang Ampalu Kenagarian Koto Tangah Kecamatan Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat menurut fiqh muamalah.

Diss. IAIN Padangsidimpuan, 2018.

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010).

Sugiyono,’’Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&d’’,(Bandung:Alfabeta,2016).

Suharsimi Arikunto.’’Prosedur Penelitian Suatu Produk’’,(Jakarta:Bina Aksara,2001), hlm.102

Safrudin, Tinjauan hukum Islam terhadap praktik hutang piutang di Desa Pohkonyal Kecamatan pangkur Kabupaten Ngawi, Skripsi ( Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2018).

Toto Abdul Fatah, Bank Tidak Identik Dengan Riba, (Jawa Barat: Mui, Tahun, 2001) H. 42

Taqdir Arsyad dan Abul Hasan, Enskopedia Fiqh Muamalah Dalam Pandangan 4 madzab, h.

153.

Wawancara

Amiruddin, Tokoh Masyarakat Di Desa Maria Wawancara 9 Oktober, 2022

Asnawir Tokoh Masyarakat Di Desa Maria, Wawancara, 8 Oktober 2022 Bapak Sahrul Sebagai Debitur, Wawancara, Desa Maria, 8, Oktober 2022

52

Bapak Marjuki Sebagai Debitur, Wawancara, Desa Maria, 10, Oktober 2022, Pukul 09.00 WIB

Bapak Ridwan, sebagai Debitur, Wawancara, Dessa Maria, 12 oktober 2022, pukul 10.00 WIB Imran, sebagai Debitur, Wawancara,Desa Maria, 10, oktober 2022, pukul 9.00 WIB

Ilham, Sebagai Tokoh Masyarakat, Wawancara, Desa Maria, 8, Oktober, 2022 Pukul 8.30 WIB

M. Akbar , ”Masyarakat Di Desa Maria Kecamatan Wawo Kabupaten Bima”

Mustaram, Sebagai Tokoh Mayarakat, Wawancara, Desa Maria, 8, Oktober,2022, Pukul 9.00 WIB

Muhammad Tamin. Tokoh Masyarakat. “Wawancara” di desa maria. 7 oktober 2022

Nukran , masyarakat di Desa maria, Wawancara, 11, oktober 2022, pukul 11.00 WIB

Sirajudin, Sebagai Tokoh Masyarakat, Wawancara, Desa Maria, 8 Oktober, 2022. Pukul 8.00 WIB

53

D A FT A R L AM PI R A N

54

55

56

57

Dokumen terkait