• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Konseptual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Tinjauan Konseptual

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penegasan istilah dari istilah-istilah yang digunakan dalam judul penelitian ini :

1. Realisasi

Realisasi adalah semua tindakan atau proses untuk mewujudkan apa yang sudah direncanakan. Dimulai dari cita-cita sehingga seseorang dapat menetapkan target yang ingin dicapai dengan batas waktu tertentu, kemudian dibuat rencana untuk mewujudkannya, kemudian baru rencana tersebut direalisasikan atau dilaksanakan dalam bentuk tindakan nyata.37

2. Fatwa

Fatwa adalah sebuah istilah mengenai pendapat atau tafsiran pada suatu masalah yang berkaitan dengan Hukum Islam. Fatwa sendiri dalam bahasa Arab artinya adalah “nasihat”, “petuah”, “jawaban” atau “pendapat”. Adapun yang dimaksud adalah sebuah keputusan atau nasihat resmi yang diambil oleh sebuah lembaga atau perorangan yang diakui otoritasnya, disampaikan oleh seorang ulama (mufti), sebagai tanggapan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peminta fatwa (mustafi) yang tidak mempunyai keterikatan. Menurut Hamdan Zoelva, bahwa fatwa adalah pernyataan hukum dari sisi ajaran Islam yang dikeluarkan oleh ulama baik secara perorangan atau kelompok mengenai suatu masalah yang timbul.38

37 Amir Musthofa, Realisasi Fatwa DSN-MUI No. 5 Tahun 2010 tentang Arah Kiblat Masjid Kecamatan Medan Tembang (Skripsi UIN Sumatera Utara Medan, 2019), h. 78.

38https://id.wikipedia.org/wiki/Fatwa. (Diakses pada tanggal 10 Maret 2020).

3. Sanksi

Menurut Sudikno, sanksi tidak lain merupakan reaksi, akibat, dan konsekuensi pelanggaran kaidah sosial, sanksi pada umumnya adalah alat pemaksa agar seseorang menaati norma-norma yang berlaku. Pada hakikatnya sanksi bertujuan untuk memulihkan memulihkan keseimbangan tatanan masyarakat yang telah terganggu oleh pelanggaran-pelanggaran kaidah dalam keadaan semula.

4. Nasabah

Dalam kamus umum bahasa Indonesia nasabah didefinisikan sebagai pertalian, perhubungan, orang yang menjadi langganan sebuah bank karena uangnya diputarkan melalui bank itu, orang yang menjadi anggota (tanggungan) perusahaan asuransi. Sedangkan pengertian nasabah menurut Undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan (undang-undang perbankan) disebutkan bahwa nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.39

5. Wanprestasi

Wanprestasi adalah tidak memenuhi kewajiban sebagaimana diterapkan perikatan atau perjanjian, tidak dipenuhinya kewajiban dalam suatu perjanjian, dapat disebabkan dua hal, yaitu kesalahan debitur baik disengaja maupun karena kelalaian dan karena keadaan memaksa (Overmacht/Force Majure).40

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, penelitian ini akan mengkaji mengenai penerapan dari fatwa DSN-MUI No. 17 tahun 2000

39Soegeng Wahyoedi dan Saparso, Loyalitas Nasabah Bank Syariah (Yogyakarta:

Deepublish, 2019), h. 23.

40Djaja S. Meliala, Hukum Perikatan dalam Perspektif BW (Bandung: Nuansa Aulia, 2012), h. 175.

tentang sanksi atas nasabah wanprestasi yang dilakukan oleh nasabah di BTN syariah Parepare, dalam hal ini akan mengkaji lebih dalam mengenai penjatuhan sanksi kepada nasabah yang melakukan wanprestasi.

D. Bagan Kerangka Pikir

Kerangka pikir calon peneliti akan membahas mengenai sanksi atas nasabah wanprestasi kemudian dibedah lebih dalam menggunakan teori-teori yang ada yaitu teori realisasi, teori pembiayaan, teori wanprestasi, dan teori sanksi. Secara sederhana untuk mempermudah penelitian ini, peneliti membuat bagan kerangka berpikir sebagai berikut :

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir BANK BTN KCPS (Kantor Cabang Pembantu Syariah)

PAREPARE

Realisasi FATWA DSN-MUI NO. 17

tahun 2000

Nasabah Bank BTN KCPS Parepare

Wanprestasi Penetapan

Target

Rencana Perwujudan

Pelaksanaan Evaluasi Hasil

32 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam hal ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan merujuk pada permasalahan yang dikaji, penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan (field research) yakni meneliti peristiwa-peristiwa yang ada dilapangan sebagaimana adanya. Berdasarkan masalahnya, penelitian ini digolongkan sebagai jenis penelitian kualitatif (qulitative research) yang bersifat analisis deskriptif yang artinya penelitian ini berupaya mendeskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan apa yang diteliti, melalui observasi, wawancara dan mempelajari dokumentasi mengenai Fatwa DSN- MUI No.17 tentang sanksi atas nasabah wanprestasi.41

B. Fokus Penelitian

Penetapan fokus penelitian untuk mengungkapkan garis besar dari penelitian yang dilakukan dalam studi dengan konsentrasi terhadap masalah yang akan diteliti.

Adapun penelitian ini berfokus pada Fatwa DSN-MUI No. 17 tentang sanksi atas nasabah wanprestasi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Bank BTN KCPS (Kantor Cabang Pembantu Syariah) Parepare yang terletak di Jalan A.Makkasau No. 59 D, Kp.

Pisang. Kota Parepare, Sulawesi Selatan.

41 Mardalis, Metode Penelitian: Pendekatan Proposal (Cet. VII; Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 26.

2. Waktu Penelitian

Peneliti akan melakukan penelitian dalam waktu kurang lebih 2 bulan sejak proposal ini diterima yang dimana kegiatannya meliputi: Persiapan (pengajuan proposal penelitian), pelaksanaan (pengumpulan data), pengelolaan data (analisis data) dan penyusunan hasil penelitian.

D. Sumber Data

Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data).

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti.Data primer yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, observasi, maupun laporan dokumen yang tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.42 Adapun data primer dalam penelitian ini bersumber dari lapangan berupa hasil wawancara langsung dengan pihak Bank BTN KCPS (kantor cabang pembantu syariah) Parepare.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, dan disertasi.

Adapun data-data sekunder yang digunakan peneliti adalah data yang telah dipublikasikan dalam buku, internet, koran yang dimiliki oleh Bank BTN KCPS (kantor cabang pembantu syariah) Parepare.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat diperoleh dengan adanya metode pengumpulan data.

Adapun beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

42Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 105.

1. Observasi

Metode observasi adalah aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis.43 Observasi dilakukan di tempat, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, dan kejadian. Tujuan dilakukannya observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian guna menjawab pertanyaan. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan terhadap Fatwa DSN-MUI No. 17 yang ada di Bank BTN Syariah KCPS (kantor cabang pembantu syariah) Parepare.

2. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) merupakan metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden, sehingga akan tercipta proses interaksi antara responden dengan pewawancara.Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstuktur dan tertulis yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan.

Adapun informan yang akan diwawancarai oleh peneliti adalah pegawai dan Pimpinan Cabang Bank BTN Syariah KCPS (kantor cabang pembantu syariah) Parepare. Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan dalam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang melebar. Selain itu juga dijadikan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara berlangsung.44

43Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Pratama,

2009), h. 101.

44Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Pendapatan (Jakarta:

PT. Rineka Cipta, 2002), h. 203.

3. Dokumentasi

Proses dokumentasi akan dilakukan oleh peneliti untuk merekam hasil tanggapan dari responden sebagai bentuk pertanggungjawaban dalam penelitian ini.

Baik itu dalam bentuk tulisan, gambar, karya-karya, file data, rekaman suara, maupun rekaman video. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Cara ini diarahkan untuk mencaridata penunjang mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, rekaman, dan dokumen lain yang ada di Bank BTN KCPS (kantor cabang pembantu syariah) Parepare.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman sendiri mengenai materi-materi tersebut. Dan untuk memungkinkan menyajikan apa yang sudah ditemukan pada orang lain.45

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, yaitu melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diperoleh. Proses analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian lapangan (field research). Dalam hal ini akan langsung mengamati Fatwa DSN-MUI No.17 tentang sanksi atas nasabah wanprestasi dengan beberapa teknik analisis data yaitu :

45Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 85.

1. Analisis isi (content analysis)

Dalam melakukan analisis terhadap data yang peneliti peroleh, peneliti menggunakan teknik content analysis yaitu analisis isi atau kajian isi. Kajian isi adalah teknik penelitian yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikatif dari data atas dasar konteksnya.

2. Analisis Deskriptif

Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan teknik deksriptif analisis, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam data yang diperolehmengenai Fatwa DSN-MUI No.17 tahun 2000. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola pikir induktif, yaitu menganalisa data khusus yang telah dikumpulkan sebagai dasar untuk menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum tentang sanksi atas nasabah wanprestasi.46

a) Pengolahan Data

Pengolahan data diartikan sebagai rangkaian proses mengolah data yang diperoleh kemudian disusun dengan tujuan, rancangan, dan sifat penelitian. Metode pengolahan data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut :

b) Identifikasi data adalah pengenalan dan pengelompokan data sesuai dengan judul skripsi yang memiliki keterkaitan yang relevan. Data yang diambil adalah data yang berkaitan dengan Fatwa DSN-MUI No.17 tentang sanksi atas nasabah wanprestasi di Bank BTN KCPS (kantor cabang pembantu syariah) Parepare.

46 Muhammad Burhan, Penelitian Kualitatif Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial (Jakarta: Kencana, 2011), h. 68.

c) Reduksi data adalah kegiatan memlih data yang relevan dengan pembahasan agar penulisan skripsi menjadi efektif dan mudah dipahami nantinya oleh pembaca.

d) Editing data yaitu proses pemeriksaan data hasil penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan dan keabsahan data yang akan dideskripsikan dalam menentukan jawaban pokok permsalahan. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang berkualitas sesuai dengan literatur yang didapatkan dari sumber bacaan.

e) Verifikasi data yaitu melakukan pemeriksaan kembali terhadap sumber data yang diperoleh utuk menentukan keaslian data yang telah diperoleh.

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penerapan sanksi terhadap nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran di Bank BTN Syariah KCPS Parepare

Dengan adanya praktik perbankan syariah di Indonesia, maka membuat MUI (Majelis Ulama Indonesia) menganggap perlu dibentuknya suatu badan dewan syariah yang bersifat nasional yang bisa mengeluarkan fatwa tentang hukum syariah, terutama dalam masalah perekonomian yang kemudian menjadi acuan dalam operasional perbankan syariah. Oleh sebab itu maka dibentuklah Dewan Syariah Nasional (DSN) yang membawahi seluruh lembaga keuangan, termasuk di dalamnya bank-bank syariah.47 Hal ini bertujuan untuk memberi kepastian dan jaminan hukum Islam dalam masalah ekonomi syariah begitupun juga dengan Bank BTN Syariah KCPS Pare-pare yang berpedoman pada Fatwa DSN-MUI No. 17 tahun 2000.

Untuk melihat penerapan sanksi terhadap nasabah yang menunda-nunda pembayaran di Bank BTN Syariah KCPS Parepare, maka terlebih dahulu mencermati keputusan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 17/DSN-MUI/IX/2000 sebagai berikut:

Pertama : ketentuan umum

a) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar tetapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.

47 Abd. Hafidz Ridlwan. Evaluasi Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) tentang Akad Murabahah dan Aplikasinya di Perbankan Syariah. Jurnal Studi Keislaman.

Vol 1. No.1. 2015, h. 2.

b) Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi

c) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar boleh dikenakan sanksi.

d) Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitui bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.

e) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

f) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.

Kedua : jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Ketiga : fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Dalam suatu pembiayaan tidak selamanya suatu pembiayaan yang dilakukan berjalan dengan lancar.Di Bank BTN Syariah KCPS Parepare terdapat beberapa nasabah yang wanprestasi yaitu sebanyak 15 nasabah dari jumlah nasabah yang mengambil pembiayaan KPR keseluruhannya yaitu sebanyak 1200 nasabah. Hal ini dapat dileliti apakah karena nasabah tersebut mampu untuk membayar akan tetapi tidak punya i’tikad baik untuk membayarkan apa yang menjadi tanggungannya atau nasabah tersebut memang tidak mempunyai kemampuan yang disebabkan oleh sebab- sebab tertentu sehingga nasabah tidak mampu lagi untuk membayar.

Pada Fatwa tersebut berkaitan tentang sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah maka Bank BTN KCPS Parepare memberlakukan sanksi atas nasabah yang menunda-nunda pembayaran, sebelum dikenakan sanksi ada beberapa kategori jika nasabah tersebut disebut wanprestasi yaitu :

a) Kolektibilitas 1, nasabah digolongkan lancar apabila tunggakan 0 bulan.

b) Kolektibilitas 2 dibedakan menjadi 3 yaitu : kolektibiltas 2 billing 1 apabila nasabah menunggak angsuran pembiayaan selama 1 sampai 30 hari, kolektibiltas 2 billing 2 apabila nasabah menunggak angsuran pembiayaan selama 31 sampai 60 hari, kolektibiltas 3 billing 3 apabila nasabah menunggak angsuran pembiayaan selama 61 sampai 90 hari.

c) Kolektibiltas 3, nasabah digolongkan menjadi kurang lancar apabila tunggakan 91 sampai 120 hari.

d) Kolektibiltas 4 dibedakan menjadi 2 yaitu : kolektibilitas 4 billing 1 apabila nasabah menunggak angsuran pembiayaan selama 121 sampai 150 hari, kolektibilitas 4 billing 2 apabila nasabah menunggak angsuran pembiayaan selama 151 sampai 180 hari.

e) Kolektibilitas 5 nasabah digolongkan macet/bermasalah apabila tunggakan diatas 180 hari.

Jika nasabah tersebut sudah mencapai kolektibilitas 2 maka nasabah tersebut digolongkan menjadi nasabah menunda-nunda pembayaran maka bank BTN Syariah KCPS Parepare mengirim surat konfirmasi atau yang biasa disebut surat peringatan.

Sebagaimana hasil wawancara oleh Adhyatma Ahmad Loan Data Entry bahwa : “Diperjanjian kontrak pada saat akad disebutkan kalau pembayaran nasabah tidak boleh menunggak, kapanpun nasabah sudah melanggar dari apa yang ada dikontrak yang sudah ditanda tangani itu sudah disebut nasabah yang

menunda-nunda pembayaran, artinya kolektibilitas 2 itu sudah termasuk wanprestasi (menunda-nunda pembayaran).”48

Berdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat diketahui bahwa, nasabah bank BTN Syariah baru akan dikatakan melakukan penundaan pembayaran jika telah mencapai kolektibilitas 2. Nasabah yang digolongkan sebagai nasabah yang melakukan penundaan pembayaran kemudian diberikan surat peringatan (SP 1). Jika setelah diberikan SP 1,nasabah tidak memberikan tanggapan berupa itikad baik untuk melakukan pembayaran, maka kemudian pihak bank kembali memberikan surat peringatan kedua (SP 2), Surat peringatan diberikan secara 3 kali berturut sebelum dilakukan tindakan hukum.

Adapun isi surat peringatan dari pihak Bank BTN Syariah KCPS Parepare, yaitu :

1. Surat Peringatan I

Isi dalam surat peringatan I, nasabah yang menunda pembayaran setidaknya memberi penjelasan mengenai keterlambatan membayar angsuran sehingga pihak bank akan mencari jalan keluar bagi permasalahan debitur. Apabila dengan diberikannya surat konfirmasi (SP I) tetapi nasabah masih belum membayar angsuran, maka pihak bank mengeluarkan Surat Peringatan II.

2. Surat Peringatan II

Dalam SP II pihak bank mengingatkan kepada nasabah supaya memenuhi seluruh kewajibannya membayar angsuran, apabila peringatan itu tidak dilakukan nasabah pihak bank akan mengambil tindak lanjut berupa penagihan seketika seluruh sisa pembiayaan. Apabila nasabah telah memenuhi kewajiban membayar angsuran maka SP II ini akan gugur dan selanjutnya digunakan sebagai dasar tindakan pihak

48 Adhyatma Ahmad, Loan Data Entry Bank BTN Syariah KCPS Parepare, wawancara oleh penulis di kantor BTN Syariah KCPS Parepare, (14 Januari 2021).

bank apabila suatu hari nasabah melakukan kembali kelalaian pembayaran angsuran pembiayaan.

3. Surat Peringatan III

Debitur yang sudah diperingatkan melalui SP II tetapi sama sekali tidak ada tindakan maka pihak bank akan mengeluarkan Surat Peringatan III. Debitur akan digolongkan kedalam “Nasabah Wanprestasi (menunda-nunda pembayaran)” apabila tidak ada tindakan untuk memenuhi kewajiban membayar angsuran pembiayaan.

Pihak bank tidak segan untuk menempuh jalur hukum sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku, seperti :

a) Dilakukan penyemprotan rumah “Rumah ini dalam pembiayaan bermasalah di Bank BTN Syariah”.

b) Dikenakan biaya administrasi dan biaya litigasi sesuai kebutuhan.

c) Pelaksanaan lelang.

d) Pengosongan agunan.

Hal tersebut diatas diungkapkan oleh Fajar Radiansah Collection Work Out bahwa :

“Biasanya wanprestasi (menunda-nunda pembayaran) ini dimulai dari penunggakan 2 bulan sampai seterusnya sanksinya yaitu berupa surat peringatan. Untuk surat peringatan I biasanya menunggak 2 bulan tetapi misalnya dia tidak mampu untuk membayar, tidak ada konfirmasi, tidak jelas keberdaannya, maka dikeluarkan surat peringatan II yaitu kita lakukan stiker rumah atau penyemprotan penunggakan rumah. Apabila nasabahnya lagi tidak merespon, tidak ada kabar maka maka diberikan surat peringatan III sebagai bentuk rumah atau agunan akan dilakukan pelelangan oleh pihak bank.”49

49 Fajar Radiansah, Collection Work Out Bank BTN Syariah KCPS Parepare, wawancara oleh penulis di Kantor BTN Syariah KCPS Parepare, (16 Desember 2020).

Pemberian Sanksi ini dilakukan dengan tujuan untuk memberi pelajaran agar nasabah lebih memilki rasa tanggung jawab atas kewajibannya, sehingga lebih disiplin dalam pembayaran angsuran dan juga agar nasabah tersebut lebih berhati-hati dan tidak menunggak lagi.

Pada poin keempat dan kelima sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya sanksi tersebut berupa denda sejumlah uang. Di Bank BTN Syariah tidak memberlakukan adanya denda sebagaimana hasil wawancara oleh Financing Service Rian Rafiq bahwa :

“Jenis produk pembiayaan KPR Subsidi Selisih Margin adalah jenis produk yang paling banyak digunakan. terkait dengan subsidi yang diberikan kepada pemerintah baik itu di bank konvensional maupun bank syariah tidak memberlakukan denda. denda itu berlaku tergantung dari akad dan pembiayaan yang diberikan.di Bank BTN Syariah Parepare tidak memberlakukan adanya denda kalau misalnya menunggak 3 bulan itu hanya dikalkukasi.”50

Berdasarkan hasil wawancara diatas, yang menjadi pembiayaan yang paling banyak digunakan di Bank BTN syariah KCPS Parepare yaitu produk pembiayaan KPR Subsidi Selisih Margin. KPR Subsidi Selisih Margin yaitu produk pembiayaan yang ditujukan untuk masyarakat yang tergolong berpenghasilan rendah dengan menggunakan akad wadiah dan murabahah dalam rangka kepemilikan rumah subsidi program pemerintah dengan skema yang digunakan adalah BTN Syariah menggunakan dana dari bank terlebih dahulu baik itu untuk pencairan pembiayaan dan keperluan pada saat atau sebelum akad dilakukan setelah itu pihak bank BTN Syariah akan menagihkan dana subsidi tersebut kepada pemerintah yang dilaporkan setiap bulannya. Pembiayaan KPR Subsidi Selisih Margin tidak memberlakukan

50 Rian Rafiq, Financing Service Bank BTN Syariah KCPS Parepare, wawancara oleh penulis di Kantor BTN Syariah KCPS Parepare, (16 Desember 2020).

adanya denda, jika nasabah menunggak angsurannya hanya dikalkulasikan seperti di bawah ini :

Nilai Angsuran x Berapa Hari Tunggakan = Hasil Tunggakan

Jadi nilai angsuran tersebut dikalkulasikan dengan berapa hari tunggakan nasabah maka total tunggakan tersebut menjadi kewajiban nasabah untuk membayar angsuran agunannya.

Seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1 Data Nasabah Wanprestasi

No. Hari Kol Loan Nama Agunan Angsuran Total Tunggakan

1.

44 2 70504623 Muhammad Rusli Graha Andika Blok H No. 2 Kelurahan Bentengnge Kecamatan Watang Sawitto, Pinrang

931,309 1,862,618

2.

44 2 76300319 Muhtar Graha Andika Blok E No. 4 Kelurahan Bentengnge Kecamatan Sawitto, Pinrang

983,494 1,966,988

3.

46 2 70504688 Hamidah Ali Perum Bumi Harapan Lampa Persada Blok C No. 11

Duampanua, Pinrang tipe 36/12

992,866 1,985,732

4.

46 2 76302080 Very Jaya

Purnomo

Kota Baru Citra Yasmin Pinrang Blok O No. 6 Tellumpanua, Suppa, Pinrang

1,392,171 2,784,342

5.

46 2 70504448 Jefri Perum Kota Baru Citra Yasmin Blok J No. 12 Pinrang

931,309 1,862,618

6. 92 3 76301546 Safri Perum AliyahbResidence Blok A 835,859 2,507,577

Bersambung ke halaman 46

No. Hari Kol Loan Nama Agunan Angsuran Total Tunggakan No. 3 Karueng, Enrekang

7.

92 3 76301075 Muhammad Anhar Saharuddin

Perum Al Ikhlas Residence Permai Blok C3 No. 2 Pekkabata, Polewali Mandar

1,035,680 3,107,040

8.

93 3 76301417 Amiruddin Perum Marwah Residence 9 Blok H No. 06 Patampanua, Matakali, Polman

883,109 2,649,327

9.

93 3 76300933 Jamali Perum Al Ikhlas Residence Permai Blok C1 No. 20 Patampanua, Matakali, Polewali Mandar

1,035,680 3,107,040

10.

93 3 70502996 Adhe Irma Jl. Daeng Tata No. 34 Katangka, Sombaopu, Gowa

1,813,653 5,440,959

11.

156 4 76301784 Kurnia Perum Grand Persona Rangkas Blok F No.12 Rangas, Banggae, Majene

979,480 3,917,920

Bersambung ke halaman 47

No. Hari Kol Loan Nama Agunan Angsuran Total Tunggakan

12.

181 4 70502986 Syahrir Perum Mutiara Zahra Residence Blok B No. 3 Batangkulu, Sombaopu, Gowa

2,217,597 8,870,388

13.

193 5 70866508 Rahmawati Grand Sulawesi Parepare Blok H No. 16 Lompoe, Bacukiki, Parepare

875,109 4,375,545

14.

195 5 76301928 Rahman Puri Alam Madani Blok E No. 9 Lompoe, Bacukiki, Parepare

905,973 4,529.865

15.

201 5 76302880 Reskyani Puri Alam Madani Blok E No. 10 Lompoe, Bacukiki, Parepare

862,606 4,313,030

B. Faktor-faktor yang Menyebabkan Nasabah Menunda-nunda Pembayaran di Bank BTN Syariah KCPS Parepare

Menurut Hukum Perjanjian Syariah, wanprestasi (menunda-nunda pembayaran) berarti ingkar, cidera janji, tidak menepati kewajibannya dalam perjanjian, dan tidak membayar hutangnya. Adapun yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan kelalaian atau kesalahan yang disengaja oleh pihak nasabah atau debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa.51

Sedangkan menurut Zainuddin Ali, yang dimaksud dengan wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur, wanprestasi dapat berupa yaitu :

a) Tidak melaksanakan apa yang disanggupi akan dilakukannya

b) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana mestinya.

c) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.

d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.52

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya nasabah yang menunda- nunda pembayaran di Bank BTN Syariah KCPS Parepare, yaitu :

1. Faktor Internal

Faktor internal yang ada di Bank BTN Syariah KCPS Parepare adalah itikad nasabah yang mengajukan pembiayaan kurang baik sehingga berdampak pada

51Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h.

287.

52 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah (Jakarta: Sinar Grafika Offset , 2008), h. 135.

Dokumen terkait