• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan peninjauan kembali pustaka- pustaka dalam penelitian yang dilakukan terkait kelebihan dan kekurangan pada hasil penelitian sebelumnya, landasan teori dan rancangan penelitian, juga prosedur pemilihan data.19 Oleh karena itu, sebelum penulis melakukan penelitian tentang konsep self healing dengan zikir dan syukur menurut M. Quraish Shihab dalam kitab Al- Mishbah, terlebih dahulu penulis menelaah referensi-referensi dan hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Hal tersebut dilakukan dengan maksud agar dapat memperjelas titik temu penelitian yang sudah ada atau menggali beberapa teori dan pemikiran para ahli.

19 Sony Faisal Rinaldi dan Bagya Mujianto, Metodologi Penelitian dan Statistik, (Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2017), h. 120.

14 Pembahasan maupun kajian yang berkaitan dengan penyembuhan diri atau self healing selalu menarik untuk dikaji dalam setiap disiplin ilmu, baik dari segi keilmuan psikologi, tasawuf, tafsir, maupun keilmuan lainnya. Hal yang demikian ini dikarenakan tema tersebut masih susah dicari makna maupun hakikatnya. Adapun karya- karya terdahulu mengenai penelitian ini, penulis lebih banyak menemukan karya dengan tema syifa’ (obat) dalam Al-Qur’an atau karya dengan tema psikoterapi dan sedikit sekali penelitian tentang penyembuhan dengan berfokus kepada diri sendiri. Diantaranya sebagai berikut:

1) Skripsi dengan judul “Konsep Kesehatan Jiwa Dalam Al-Qur’an”

yang disusun oleh Munawwaroh sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung tahun 2018.

Dalam skripsinya, Munawwaroh menjelaskan bahwa dalam memahami makna sehat, Islam mengartikannya bukan hanya sekedar pada kesehatan jasmani, melainkan juga kesehatan pada ruhani yang bersumber dari Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan betapa pentingnya kesehatan mental, yakni dipacu oleh wahyu spiritual serta memiliki kesinambungan erat pada aspek biologis, sosiologi, dan psikologis.

Jiwa yang sehat dalam Islam dijelaskan dengan keterkaitan erat terhadap kesejahteraan dan kehidupan manusia baik di dunia mupun di akhirat, dimana hal ini mencakup pada aspek kesejahteraan diri sendiri, orang lain, serta lingkungan yang dilandasi dengan aspek ketuhanan.20

15 Penulis menemukan beberapa persamaan pada penelitian Munawwaroh dengan penelitian penulis, yakni pembahasan terkait penyakit dalam dada atau yang bersifat ruhaniah. Sedangkan perbedaan penelitian Munawwaroh dengan penelitian penulis, penulis dapati dari segi pemecahan masalah yang ditawarkan dalam Al- Qur’an. Saudara Munawwaroh lebih condong memaparkan solusi dalam menjaga kesehatan jiwa dalam Al-Qur’an secara umum.

Sedangkan penulis akan lebih condong membahas penyembuhan mandiri atau self healing dengan zikir dan syukur menurut penafsiran M. Quraish Shihab.

Terkait hasil penelitian, saudara Munawwaroh juga menjelaskan bahwa ayat-ayat terkait kebahagiaan dan ketenangan merupakan petunjuk utama konsep kesehatan jiwa dalam Al-Qur’an.

Ayat-ayat tersebut disebut 11 kali dengan istilahf ī qulūbihim maraḍ.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait kesehatan jiwa yang kemudian menumbuhkan urgensi bagi penulis tentang perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

2) Skripsi dengan judul “Konsep Syifa dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Tafsir Al-Mishbah Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir AlMarāghi Karya Ahmad Mustāfa Al-Marāghi)” yang ditulis oleh Malihatul Fuadah sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun 2018.

16 Dari hasil penelitian yang dikaji Malihatul Fuadah, dapat disimpulkan dari penafsiran M. Quraish Shihab, bahwa Al-Qur’an merupakan obat penyembuh bagi manusia, yang tidak hanya penyembuhan pada penyakit ruhani melainkan juga termasuk pengobatan pada jasmani. Namun Malihatul Fuadah menjelaskan bahwasannya pada penyakit jasmani, maka Al-Qur’an hanya mampu menyembuhkan penyakit psikosomatis saja, Sedangkan menurut Ahmad Mustāfa Al-Marāghi syifa’ dalam Al-Qur’an tersebut lebih menjelaskan kepada pengertiannya namun yang membedakan dari keduanya adalah cara menempatkan penafsiran, menjelaskan kosa kata secara bahasa.21

Kesamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Malihatul Fuadah dengan penulis ialah pembahasan terkait Al-Qur’an sebagai penyembuh menurut penafsiran M. Quraish Shihab. Namun penelitian saudara Malihatul Fuadah lebih menekankan pada penafsiran syifa’ dalam Al-Qur’an melalui dua pandangan mufassir, yakni M. Quraish Shihab dan Ahmad Mustāfa Al-Marāghi. Penelitian saudara Malihatul Fuadah memiliki konsep yang berbeda dengan judul ini.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkaitsyifa’ atau obat di dalam perspektif Al-Qur’an, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

21 Malihatul Fuadah, Konsep Syifa dalam Perspektif Alquran”, (Skripsi Sarjana,

17 3) Skripsi dengan judul “Implikasi Doa terhadap Kesehatan Jiwa (Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Doa Dalam Tafsir Al-Sya’rāwī)”

yang ditulis oleh Dahlia Maleteng sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2019.

Dalam skripsinya, Dahlia Maleteng menjelaskan bahwa doa sanggup membentuk jiwa yang kokoh. Doa ialah kebutuhan yang membentengi diri dari lemahnya jiwa dan pendeknya akal. Saudara Dahlia Maleteng sependapat dengan ahli jiwa Dzakiah darajat, tata cara doa yang dilakukan dengan baik akan menjadi sebab akibat yang berkualitas menghasilkan doa yang berkualitas pula (khusyuk) yang selanjutnya membawa jiwa menjadi lapang menghadapi semua tantangan realitas hidup. Pendapat Zakiah sejalan dengan pembahasan dalam tafsir ayat-ayat doa dalam kitab tafsir Al- Sya’rāwī.22

Dari hasil penelitian yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa Tafsir Al-Sya’rāwī memberikan gambaran yang relatif cukup mengenai anjuran Allah agar manusia mengupayakan kondisi jiwa sedemikian rupa saat berdoa (khauf, raja’, tawakkal, tawadhu’) dan paska berdoa (optimisme, lapang dada, ikhlas).

Ada beberapa persamaan penelitian saudara Dahlia Maleteng dengan penelitian ini dari segi kesehatan jiwa. Namun penilitian ini berbeda dengan apa yang akan penulis teliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Dahlia Maleteng, ia lebih menekankan implikasi do’a terhadap kesehatan jiwa. Penelitian saudara Dahlia

22 Dahlia Maleteng, Implikasi Doa terhadap Kesehatan Jiwa (Analisis Penafsiran Ayat-Ayat Doa dalam Tafsir Al-Sya’râwî)”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2019), h. 127.

18 Maleteng memiliki konsep yang berbeda dan lebih khusus daripada judul ini, yang mana pada penelitian ini penulis lebih memfokuskan pembahasan terkait konsep penyembuhan diri dengan zikir dan syukur dalam Al-Qur’an.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait pengobatan jiwa yang ditawarkan Islam dengan cara berdo’a dalam rangka menjaga kesehatan jiwa, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

4) Skripsi dengan judul “Penafsiran Ayat-Ayat Syifa Dalam Alqur’an:

(Studi Komparatif Tafsir Al-Jailāni dan Tafsir Al-Assās)” yang ditulis oleh Cucun Fuji Lestari sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta tahun 2019.

Dalam skripsinya, saudara Cucun Fuji Lestari merumuskan makna syifa’ dalam Al-Qur’an dengan mengkomparatifkan tafsir klasik dan kontemporer, yang difokuskan pada pengungkapan syifa’

dalam Al-Qur’an.

Dari hasil penelitian yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukan kedua kitab tafsir sufistik yang digunakan memiliki persamaan dari segi isi dan makna yaitu konsep syifa’

dalam Al-Jailāni dan Al-Assās dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu (1) Syifa’ berkaitan dengan keimanan seseorang terhadap Allah SWT demi tercapainya kesempurnaan keridhaan Allah untuk memberi kesehatan pada hambanya yang beriman. (2)

19 Syifa’ berkaitan dengan Al-Qur`an dan minuman sejenis madu.

Perbedaan dari keduanya adalah terdapat dalam beberapa ayat, yaitu perbedaan redaksi kalimat penafsirannya dan perbedaan hikmah yang dapat di ambil.23

Kesamaan dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Cucun Fuji Lestari dengan penulis ialah pembahasan terkait penafsiran Al-Qur’an sebagai penyembuh. Namun penelitian saudara Cucun Fuji Lestari lebih menekankan pada penafsiran syifa’ dalam Al-Qur’an melalui studi komparatif tafsir klasik dan kontemporer.

Penelitian saudara Cucun Fuji Lestari memiliki konsep yang berbeda dengan judul ini.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkaitsyifa’atau obat di dalam perspektif Al-Qur’an secara umum, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

5) Skripsi dengan judul “Penyakit Hati dan Terapinya Dalam Al-Qur’an Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah” yang disusun oleh Diyana Dwi Pratiwi sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2021.

Dalam skripsinya, saudara Diyana Dwi Pratiwi menjelaskan bagaimana konsep penyembuhan penyakit hati seperti penyakit syahwat dan syubhat dengan penyambuhan secara Qur’ani berdasarkan pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.

23Cucun Fuji Lestari,Penafsiran Ayat-Ayat Syifa dalam Alqur’an: (Studi Komparatif Tafsir Al-Jailâni dan Tafsir Al-Assâs)”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, 2019).

20 Dari hasil penelitian yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa dalam pandangan Ibnu Qayyim penyakit hati itu memiliki dua macam, yaitu penyakit hati yang tidak dirasakan dan penyakit hati yang menimbulkan sakit seketika. Begitupun dalam menyembuhkan penyakit hati terdiri dari dua jenis, yaitu: Pertama, penyembuhan secara alamiah yaitu penyembuhan bagi penyakit hati yang menimbulkan sakit seketika seperti sedih, gundah, resah dan marah.

Kedua, penyembuhan secara imaniyyah, yaitu penyembuhan yang melibatan keimanan.24

. Beberapa persamaan penelitian saudara Diyana Dwi Pratiwi dengan penelitian ini dari segi penyembuhan penyakit hati dalam Al- Qur’an. Namun penilitian ini berbeda dengan apa yang akan penulis teliti. Dalam penelitian yang dilakukan oleh saudara Diyana Dwi Pratiwi, ia lebih menekankan penyembuhan penyakit hati seperti penyakit syahwat dan syubhat dengan penyambuhan secara Qur’ani berdasarka pemikiran Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Penelitian saudara Diyana Dwi Pratiwi memiliki konsep yang berbeda dengan judul ini, yang bertemakan penyembuhan dengan teori self healing (penyembuhan mandiri dengan diri sendiri) dengan zikir dan syukur menurut penafsiran Quraish Shihab.

Kontribusi yang diberikan oleh penelitian ini ialah menambahkan keilmuan bagi penulis terkait penyembuhan terhadap penyakit hati seperti syahwat dan syubhat, yang kemudian menumbuhkan urgensi penulis terkait perlunya dikaji dari sisi tata cara pengobatan secara mandiri (self healing) melalui zikir dan syukur, serta menambah referensi data dalam penelitian bagi penulis.

24Diyana Dwi Pratiwi,Penyakit Hati dan Terapinya dalam Al-Qur’an Perspektif Ibnu

21 Berdasarkan kajian terdahulu di atas, penulis menganggap bahwa penelitian dengan judul konsep self healing dalam Tafsir Al- Mishbah karya M. Quraish Shihab (L 1994 M) memiliki nilai kebaruan dan kontribusi pengetahuan yang cukup signifikan terkait kajian self healingdengan zikir dan syukur dalam Tafsir M. Quraish Shihab sehingga layak untuk diteliti.

Dokumen terkait