• Tidak ada hasil yang ditemukan

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Berdasarkan hasil analisis penelitian, dengan aplikasi KAJI dengan mengunakan 2 fase di Simpang Gatot Subroto Banjarmasin didapatkan derajat kejenuhan dengan nilai 0,874 dan tundaan dengan nilai 15,15 detik/smp serta panjang antrian menjadi 26 meter dan waktu siklus menjadi 67 detik. Maka tingkat pelayanan menjadi level B.

Penelitian oleh Marwan Lubis, Alexander Samosir, dan Nuril Mahda (2020) meneliti tentang Evaluasi Kinerja Simpang Dengan Adanya Fly Over Jamin Ginting Terhadap Pergerakan Arus Lalu Lintas. Tujuan dari penelitian adalah mengetahui manfaat dari fly over di simpang Jamin Ginting sebelum dan sesudah adanya fly over terhadap kinerja persimpangan pada kondisi saat ini, sehingga berharap menjadi nyaman, lancar, dan keamanan terjamin.

Berdasarkan hasil survei di lapangan didapat nilai derajat kejenuhan sebesar 1,35, sehingga akan berpengaruh terhadap tundaan simpang menjadi 305,42 detik serta untuk tingkat pelayananya dilevel F. Mengatasi permasalahan simpang dengan merencanakan ulang lama waktu siklus agar lebih pendek. Hasil dari simulasi besar waktu siklus 114 detik, waktu hijau 90 detik, waktu hilang 24 detik, mendapatkan derajat kejenuhan sebesar 0.76 serta nilai tundaan menjadi 24,73 detik. Jadi, tingkat pelayanannya dilevel C.

Arief Budiman, Dwi Esti Intari, dan Lestari Sianturi (2016) meneliti tentang Analisis Kapasitas Dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal Pada Simpang Palima.

Tujuan penelitian menganalisa kapasitas dan tingkat kinerja, faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas, dan alternatif pemecahan masalah sipang tersebut.

Hasil penelitian nilai kapasitas arah utara 803 smp/jam, arah Selatan 1087 smp/jam, arah Barat 369 smp/jam, dan arah Timur dengan nilai 826 smp/jam. Hasil derajat kejenuhan arah Utara 0,96, serta arah Selatan 0,52, arah Barat 0,21, dan arah Timur 0,31, maka tingkat pelayanan dilevel E. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja Simpang melakukan perhitungan ulang lama waktu lampu hijau sehingga dihasilkan derajat kejenuhan di Utara mrnjadi 0,37, Selatan mrnjadi 0,25, Barat menjadi 0,14, dan Timur mrnjadi 0,21. Jadi tingkat pelayanan menjadi level B.

Antonius A.R.T Gerung, James A. Timboeleng, dan Joice E. Waani (2015) meneliti tentang Kajian Lalu Lintas Pada Rencana Pembangunan Fly Over Persimpangan Maumbi. Tujuan dari penelitian untuk menentukan karakteristik lalu lintas dan menganalisa kinerja untuk rencana fly over. Pengolahan data dengan panduan MKJI 1997.

Berdasarkan analisa, regresi linear berganda didapatkan model matematis sebagai berikut ini: Y = -43.5 - 0.17956X1 + 0.313166X2 + 0.321818X4. Hasil koefisien pada parameter regresi di X1, X2 dan X4 sangat mempengaruhi angka kecelakaan dengan nilai 0.17956, 0.313166 dan 0.321818. Nilai (-43.5) termasuk besar dalam konstanta pada regresi. Maka dapat diindikasikan ada faktor lain yang berpengaruh sehingga akan terjadi kecelakaan pada jalan.

Alifandi Dewantoko (2016) meneliti tentang Kinerja Simpang Bersinyal Dengan Alternatif Fly Over Di Simpang By Pass Mojokerto, Jawa Timur. Tujuan dari penelitian untuk meninjau perencanaan ulang simpang bersinyal akibat adanya rencana fly over dengan pedoman MKJI 1997 dan mengetahui tinggi standar dan

kelandaian fly over berpedoman RSNI T-14-2004 Geometrik Jalan Perkotaan.

Kajian yang digunakan dengan umur rencana 5 tahun mendatang, supaya mengetahui layak atau tidak apabila dibangun fly over.

Berdasarkan hasil analisa penelitian, untuk kondisi eksisting simpang memiliki tingkat kejenuh atau tingkat pelayanan dengan level F, untuk panjang antrian maksimal sebesar 1183 m. Dengan adanya alternatif fly over tahun 2017- 2023 terjadi penurunan kinerja simpang dengan QL alternatif fly over tahun 2018- 2023 sebesar 163 m serta tundaan rata-rata dengan tingkat pelayanan dengan level D-E maka terjadi perbaikan kinerja simpang.

Nova Aryani, dan Purnawan (2015) meneliti tentang analisa kelayakan ekonomi pada pembangunan fly over Lubuk Begalung Padang. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa kebutuhan serta kelayakan dari segi ekonomi.

Perhitungan dilakuakn dengan menghemat BOK, nilai waktu, dan menghitung besarnya NPV, BCR, IRR dan kepekaan.

Berdasarkan hasil survei volume lalu lintas kendaraan di jalan mayor 79.316 kend/hari. Jadi volume lalu lintas kendaraan melebihi 70 ribu kendaraan setiap harinya. Apabila tinjau dari kriteria pengaturan simpang dengan berpedoman Departemen Pemukiman dan Prasarana wilayah tahun 2004, sudah layak dibangun fly over.

Aztri Yuli Kurnia dan Rhaptyalyani (2016) meneliti tentang Efisiensi Rencana Pembangunan Fly Over Persimpangan Jalan Kol. Burlin-Jalan Tanjung Api-Api Kota Palembang Untuk Mengatasi Kemacetan. Tujuan dari penelitian

untuk mengetahui kondisi simpang kondisi eksisting dengan adanya fly over dengan panduan MKJI 1997 dan melakukan pemodelan dengan aplikasi PTV VISSIM.

Hasil dari analisis menggunakan perhitungan pedoman Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, kondisi eksisting sebesar 46 detik/smp dan adanya fly over menjadi 16 detik/smp. Apabila menggunakan aplikasi PTV VISSIM sebesar 45,233 detik/smp adanya fly over menjadi 15,18 detik/smp.

Penelitian oleh Oyi Febri Suryaningsih, Hermansyah, Eti Kurniati (2020) meneliti tentang Analisis Kinerja Simpang Bersinyal Studi Kasus Jalan Hasanudin- Jalan Kamboja, Sumbawa Besar. Tujuan dari penelitian untuk menganalisa kinerja tingkat pelayanan simpang dengan evaluasi kembali dengan panduan MKJI 1997.

Berdasarkan pembahasan disimpulkan untuk derajat kejenuhan di Simpang Hasanuddin-Kamboja arah Barat dengan nilai 0,53, arah Selatan dengan nilai 0,55 dan arah Timur dengan nilai 0,56 .Maka dapat disimpulkan arus pada simpang stabil, volume lalu lintas yang lewat sedang, untuk kecepatan kendaraan dibatasi, dan kepadatan lalu lintas yang terjadi sedang.

Penelitian oleh R. Endro Wibisono, Adhi Muhtadi, dan M. S. Donny Cahyono (2019) meneliti tentang Kajian Analisis Lalu Lintas Simpang Bersinyal di By Pass Krian Untuk Perencanaan Pelebaran Jalan dan Fly Over. Tujuan penelitian adalah evaluasi kinerja pada simpang By-pass Krian agar optimal sehingga dapat mengurangi kemacetan dan kecelakaan yang terjadi akibat arus kendaraan yang padat, dan tidak fungsinya rambu-rambu lalu lintas.

Berdasarkan hasil analisa penelitian, pada Tahun 2021 derajat kejenuhan paling rendah sebesar 2,72, dan derajat kejenuhan tertinggi 4,85. Solusinya yang

tepat direncanakan penambahan lebar efektif dan memperkecil waktu hijau namun derajat kejenuhan masih besar dengan nilai DS>0.75–1, sehingga perlu melakukan pembangunan fly over, jumlah kendaraan sebesar 80% melewati fly over dan kendaraan sebanyak 20% melalui jalan eksisting. Jadi, Tahun 2021 dampak dari adanya fly over derajat kejenuhan di Utara menjadi 0.4, Selatan menjadi 0.51, Timur menjadi 0.56, dan Barat menjadi 0.45.

2.2 Landasan Teori

Dokumen terkait