• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kajian Teori

1. Tinjauan Teoritik Tentang Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Gronroos pelayanan merupakan suatu aktifitas atau serangkaian aktifitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau

dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.

Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut pelayanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran pelayanan (klien) dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan atau kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran pelayanan itu. Kegiatan yang merupakan layanan itu mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif pelayanan yang dimaksudkan diharapkan secara langsung dirasakan oleh klien.1

Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan profesional yang diberikan oleh pembimbing kepada yang dibimbing (pesrta didik) agar dia dapat berkembang secara optimal yaitu mampu memahami diri, mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri seseuai tahap perkembangan, sifat-sifat, potensi yang dimiliki, dan latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai dalam kehidupannya.2

Sedangkan konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan langsung dalam pemecahan masalahanya.3

Sedangkan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling ini terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Ketiga kegiatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Perencanaan

1 Dewa Ketut Sukardi. Nila Kusmawati, Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 56.

2Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam islami (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta.2004), 4.

3 Hallen. Bimbingan dan Konseling (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 27.

tindakan yang diperlukan untuk pencapaian tujuan tertentu.

Perencanaan merupakan kegiatan awal dari pengelolaan. Perencanaan sangat mempengaruhi keberhasilan proses dan hasil suatu tujuan. 4 Jadi, dalam tahap awal ini sekolah merumuskan tujuan, kemudian menentukan program yang akan diselenggarakan demi tercapainya tujuan bimbingan dan konseling di Sekolah.

Perencanaan program bimbingan dan konseling adalah membuat rencana pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir. Agar program tersebut berjalan dengan lancar maka terdapat bidang-bidang layanan menurut waktu yaitu harian, bulanan dan tahunan. Berbagai jenis layanan dan kegiatan perlu dilakukan berbagai wujud penyelenggaraan pelayanan bimbingan terhadap peserta didik.

Langkah pertama kegiatan dimulai dengan penyusunan program, program harian, bulanan maupun program tahunan diantara yaitu:

1) Menyusun program harian bimbingan dan konseling

Yaitu agenda yang akan dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Agenda harian merupakan jabaran dari rekap agenda mingguan untuk guru pembimbing pada kelas asuhannya. Agenda ini ditulis pada buku danan satuan layanan

4 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), 262.

konseling.

2) Menyusun program bulanan bimbingan dan konseling

Didalamnya meliputi agenda mingguan dan harian yaitu program yang dilaksanakan selama satu bulan dalam unit mingguan dan harian, laporan bulanan merupakan jabaran dari program semesteran, sedangkan rekap agenda mingguan merupakan jabaran dari laporan bulanan.

3) Menyusun program tahunan bimbingan dan konseling

Yaitu program yang akan dilaksanakan selama satu tahun pelajaran dalam unit semesteran dan bulanan. Program ini mengumpulkan seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing- masing kelas. Program tahunan ini dipecah menjadi program semester dan program bulanan.

Dalam perencanaan program bimbingan dan konseling ada beberapa aspek penting yang perlu dilakukan disekolah yaitu:

a) Analisis kebutuhan dan permasalahan siswa

b) Penentuan tujuan program layanan yang hendak dicapai c) Analisis dan kondisi sekolah

d) Penentuan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan e) Penetapan metode dan teknik yang akan digunakan dalam

kegiatan-kegiatan bimbingan yang direncanakan

f) Perkiraan tentang hambatan-hambatan yang akan ditemui dan usaha-usaha apa yang akan dilakukan dalam mengatasi hambatan-hambatan.

matang yaitu adanya kejelasan arah pelaksanaan program bimbingan, adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilakukan dan terlaksananya program bimbingan secara lancar, efektif dan efisien.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan yaitu malaksanakan fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan dan advokasi.5 Dengan demikian pelaksanaan bimbingan dan konseling yaitu kegiatan pendukung bimbingan dan konseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik, keterangan lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebih luas.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbgai instrumen baik test maupun non-Tes.6

Tujuan pelaksanaan bimbingan dan konseling yaitu untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang peserta didik (baik secara indidual maupun kelompok) fungsi utama pelaksanaan bimbingan dan konseling yaitu sebagai penunjang dan fungsi pemahaman.

Selanjutanya program yang telah direncanakan atau disusun dilaksanakan melalui:

1) Persiapan pelaksanaan

a) Persiapan fisik (tempat dan parabot), perangkat keras.

b) Persiapan bahan.

5 Hallen . Bimbingan dan Konseling. 2002:60

6 Ibid.,70

d) Persiapan keterampilan persiapan keterampilan/

menggunakan metode, teknik khusus dan alat.

2) Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana

a) Penerapan metode, teknik khusus, media dan alat b) Penyampaian bahan

c) Pengaktifan nara sumber d) Efisiensi waktu

e) Administrasi pelaksana.

Kegiatan pelaksanaan adalah kegiatan inti dari organisasi bimbingan dan konseling. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling ini, semua personel pelaksana menjalankan tugas masing- masing yaitu berdasarkan program yang telah ditetapkan dalam bimbingan dan konseling, melaksanakan layanan bimbingan dan konseling seefektif mungkin.

Sebagai sebuah layanan professional layanan bimbingan dan konseling tidak dapat melakukan secara sembarangan, tetapi harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri atas enam tahapan berikut :7

1) Identifikasi kasus

Identifikasi kasus merupakan langkah awal untuk menemukan siswa yang yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin

7 Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung : Pustaka Setia, 2012), 139

dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga membutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut:

a) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil siswa secara bergiliran.

b) Maintain good relationship; menciptakan hubungan baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah dalam guru pembimbing dengan siswa.

c) Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan kea rah penyadaran siswa terhadap masalah yang dihadapinya.

d) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa.

Dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa e) Melakukan analisis sosiometris. Dengan cara ini

dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social.

2) Identifikasi masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan, atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, masalah siswa dapat berkenaan dengan aspek: 1) substansi- meterial; 2) structural-fungsional; 3) behavioral; dan atau 4) personalitas.

didik, Prayitno dkk. Mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek: 1) jasmani dan kesehatan;

2) diri pribadi; 3) hubungan social; 4) ekonomi dan keuangan; 5) karier dan pekerjaan; 6) pendidikan dan pelajaran;7) agama, nilai, dan moral; 8) hubungan muda- mudi; 9) keadaan dan hubungan keluarga; 10) waktu senggang.

3) Diagnosis

Dioagnosis merupakan upaya untuk menemuka factor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks proses belajar mengajar, factor-faktor penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun output belajarnya yang kecil.

4) Pronogsis

Langkah ini dilakukan untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siwa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternative pemecahannya. Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil

pada tahap ini terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi siswa.

5) Treatment

Langkah ini merupakan upaya untuk melaksanakan perbaikan atau penyembuhan atas masalah yang dihadapi klien, berdasarkan keputusan yang diambil dalam langkah prognosis. Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan system pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru pembimbing atau konselor, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri, melalui berbagai pendekatan layanan yang tersedia, baik yang bersifat direktif, nondirektif maupun elektik, yang mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut.

6) Evaluasi dan follow Up

Cara manapun yang ditempuh evaluasi atas usaha pemecahan masalah sebaiknya tetap dilakukan untuk melihat pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.

beberapa jenis, yaitu:

1) Layanan orientasi

Layanan orientasi adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dan pihak- pihak lain yang memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik (terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta didik untuk mempermudahdan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru.

2) Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan dapat memberikan pengaruh yang besar kepada siswa dalam menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.

3) Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan klien memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Misalnya memilih kegiatan ekstrakurikuler.

4) Layanan bimbingan belajar

8 Tri Sukitman, Panduan Lengkap Dan Aplikatif Bimbingan Dan Konseling Berbasi Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Diva Press, 2015), 31.

bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.

5) Layanan konseling perseorangan

Jenis layanan ini merupakan jenis layanan yang memungkinkan peserta didik yang mendapatkan layanan langsung secara tatap muka dengan konselor dalam rangka pembahahasan dan pengentasan masalahnya.

6) Layanan bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri klien. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.

7) Layanan konseling kelompok

Layanan konseling kelompok yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan

dialaminya melalui dinamika kelompok.

Pola penanganan siswa bermasalah, misalnya seorang siswa melanggar tata tertib sekolah, maka dapat hal tersebut dapat ditindak oleh kepala sekolah. Tindakan tersebut diinformasikan kepada wali kelas yang bersangkutan. Sementara itu, guru pembimbing berperan dalam mengetahui sebab yang melatar belakangi sikap dan tindakan siswa tersebut.9

c. Evaluasi

1) Pengertian evaluasi program bimbingan dan konseling

Evaluasi adalah penilaian yang dilakukan secara sistematik tentang manfaat suatu obyek. Dalam melakukan evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, obyek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi seperti kemampuan, sikap, minat dan keterampilan.

Evaluasi adalah proses menilai keefektifan proses bimbingan dan konseling. Evaluasi ini harus dilaksanakan guna meningkatkan keefektifan pelaksanaan bimbingan dan konseling.10

Winkel menjelaskan bahwa evaluasi program bimbingan dan konseling adalah mencakup usah menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan

9 Sukardi, Pengantar Pelaksana program, 96.

10 Andi Mappiare, Kamus Istilah Konseling Dan Terapi (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2006), 117.

diadakan penelitian, dengan mengumpulkan data yang diperoleh, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah selanjutanya.

Berdasarkan pengertian diatas, dapatlah dirumuskan bahwa:

Evaluasi program pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha untuk menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningktan mutu pelaksanaan program bimbingan dan konseling. Penilaian yang dilakukan secara sistematis tentang manfaat suatu obyek. Dalam melakukan evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, obyek evaluasi adalah program yang hasilnya memiliki banyak dimensi seperti kemampuan, sikap, minat dan keterampilan.

2) Tujuan pelaksanaan evaluasi bimbingan dan konseling

Secara umum penyelenggaran evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling bertujuan untuk:

a) Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subyek yang telah memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling

b) Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.

3) Komponen evaluasi bimbingan dan konseling

komponen, yaitu evaluasi peserta didik, evaluasi program, evaluasi proses dan evaluasi hasil. Komponen tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 11

a) Evaluasi Peserta Didik

Pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan bimbingan konseling sangat penting untuk mengadakan evaluasi pelaksanaan bimbingan konseling di sekolah. Pemahaman mengenai peserta didik perlu dilakukan sedini mungkin.

Pemahaman terhadap peserta didik ini dipakai untuk mempertimbangkan hasil pelaksanaan program bimbingan bila dibandingkan dengan produk yang dicapai. Evaluasi jenis ini dimulai dari layanan pengumpulan data pada saat peserta didik diterima sekolah bersangkutan.

b) Evaluasi Program

Kriteria penilaian program Bimbingan dan konseling ini atas dasar ketepatan program yang memang dibutuhkan siswa dalam sekolah dan kelengkapan isi tiap jenis program. Jenis evaluasi pelaksanaan program ini memerlukan alat- alat/instrumen evaluasi yang baik.

c) Evaluasi Proses

11 Sukardi. Nila, Proses Bimbingan, 97.

harus mengarah pada tujuan yang diharapkan.

Beberapa hal yang perlu dievaluasi adalah sebagai berikut :

(1) Organisasi dan administrasi program bimbingan konseling

(2) Petugas pelaksana professional dan nonprofessional

(3) Fasilitas dan perlengkapan

Fasilitas dan perlengkapan ini meliputi fasilitas teknik seperti angket dan format. Fasilitas fisik seperti ruang konseling, perlengkapan seperti meja dan kursi serta anggaran biaya.

d) Evaluasi Hasil

Evaluasi ini diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh seseorang yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri.

Peninjauan evaluatif itu memusatkan perhatian pada efek-efek yang dihasilkan sesuai dengan tujuan- tujuan yang dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan bimbingan yang dikenal dengan nama evaluasi produk atau evaluasi hasil. Jadi untuk memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan di sekolah dapat dilihat dari hasil yang

di sekolah. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari pelaksanaan layananan bimbingan dan konseling di sekolah, maka harus dilihat dari dalam diri siswa yang memperoleh layanan bimbingan tersebut.

Dokumen terkait