BAB III TINJAUAN KASUS
4.2. Tinjauan Umum 1. Umum
Pada tinjauan pustaka didapat penderita Hipertensi biasanya tampak kelelahan, adanya perubahan berat badan klien, mengalami penigkatan nafsu makan dan
mengalami hipertermi karena terjadi infeksi (Susilowati, 2014). Pada tinjauan kasus klien tidak terlihat kelelahan, berat badan klien 2 bulan yang lalu adalah 60 tahun dan berat badan klien sekarang 63 tahun, klien tidak mengalami perubahan nafsu makan, tidak mengalami demam, tidak mengalami keringat malam mengalami kesulitan tidur, dan tidak sering pilek. Anta, tidak ra tinjaun kasus dan tinjauan pustaka terdapat kesenjangan. Menurut penulis klien tidak mengalami kelelahan dan penurunan berat badan karena klien mengalami peningkatan nafsu makan. Menurut Budiono (2017)
4.2.2. Integumen
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan Hipertensi biasanya kepala terasa pusing
Palpasi : Lansia dengan hipertensi akan mengalami nyeri pada kepala Secara khusus perubahan pada kulit lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, berkuranya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi. Secara khusus perubahan pada rambut lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, pertumbuhan rambut menjadi lambat, dan rambut banyak yang rontok. Secara khusus perubahan pada kuku lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah pertumbuhan kuku menjadi lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, dan kuku pada kaki tumbuh secara berlebihan danseperti tanduk (Udjianti, 2011). Pada tinjaun kasus didapat Inspeksi : Tidak terjadi lesi/luka, tidak terjadi perubahan pigmentasi pada kulit, terjadi
perubahan pada rambut yaitu berwarna hitam sedikit putih, dan tidak terjadiperubahan kuku Palpasi : Perubahan tekstur kulit klien yaitu kendur, keriput dan tidak elastis. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapatkesenjangan pada tinjauan kasus klien tidak mengalami luka pada ektremitas bawah. Menurut penulis tidak semua penderita hipertensi mengalami sakit kepala
4.2.3. Hemopoietik
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan Hipertensi.Pada lansia akan terjadi peningkatan vikositas plasma darah yang menyebabkan resiko tersumbatnya pembuluh darah. Selain itu terjadi peningkatan pada resitensi pembuluh darah perifer sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. (Udjianti, 2011).
4.2.4. Kepala
Pada tinjauan pustaka lansia dengan Diabetes Melitus biasanya akan mengalami sakit kepala. Diabetes bisa menyebakan saraf kranial salah satu saraf yang ada didalam otak mengalami pembesaran. Neoropati pada saraf ini menyebabkan sakit kepala pada penderita Diabetes Melitus (Susilowati, 2014). Pada tinjauan kasus didapat pemeriksaan klien merasa pusing, tidakmerasakan sakit kepala dan tidak terjadi trauma yang berarti dimasa lalu. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka ditemukan kesenjangan karena ditinjauan kasus klien tidak merasakan sakit kepala yang diakibatkan saraf kranialnya terganggu.
4.2.5. Mata
Pada tinjauan kasus ditemukan Inspeksi : Lansia yang mengalami Diabetes Melitus terdapat kantung mata atau hitam disekitar mata disebabkan kurangnya tidur pada malam hari karena sering buang air kecil pada malam hari. Juga penderita Diabetes Melitus akan mengalami gangguan penglihatan karena menyerang pada nervus optikus (penglihatan), nervus okulomotorius (gerakan bola mata), nervus raklear (Gerakan bola mata). Palpasi : Lansia dengan Diabetes Melitus bola mata teraba kenyal, dan tidak teraba nyeri (Rahmawati, 2017) Secara khusus perubahan sistem penglihatan pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah kekendoran kelopak mata, kulit pada palpebra mengalami atropi dan 106 kehilangan elastisitasnya sehingga menimbulkan kerutan dan lipatan kulit yang berlebihan. Pada lansia sering dijumpai keluhan “nerocos” yang disebabkan kegagalan fungsi pompa pada sistem kanalis lakrimalis yang menimbulkan keluhan mata kering yaitu adanya rasa tidak enak seperti terdapat benda asing atau seperti ada pasir. Mata terasa lelah dan kabur, perubahan kornea terjadi arcus senilis yaitu kelainan beberapa infiltrasi lemak berwarna keputihan berbentuk cincin dibagian tepi kornea. Selain itu pada lansia terjadi presbiopia , terjadi kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penurunan kemampuan membedaan warna antara biru dan ungu. Perubahan pada iris mengalami proses degenerasi menjadi kurang cemerlang dan mengalami depigmentasi, tampak ada bercak berwarna merah muda sampai putih dan strukturnya menjadi lebih tebal.
Perubahan pada pupil yaitu terjadi penurunan kemampuan akomodasi (Tamtomo, 2016). Pada tinjauan kasus didapat Inpeksi : Terjadi perubahan penglihatan klien tidak bisa melihat jarak jauh dan biasanya tampak kabur, klien tidak
menggunakan kaca mata, tidak terjadi air mata berlebihan, tidak terjadi gatal diarea mata, tidak terjadi bengkak sekitar mata, dan tidak foto pobia
Palpasi : tidak terjadi nyeri pada area mata. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka ditemukan kesenjangan yaitu klien tidak terdapat kantung mata atau hitam disekitar mata karena klien tidak mengalami kesulitan dalam tidurnya.
4.2.6. Telinga
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan Diabetes Melitus biasanya akan terjadi gangguan pendengaran, karena penderita 107Diabetes Melitus dapat merusak nervus vestibulocochlear (Nervus 8) pada organ pendengaran yang dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.
Palpasi : Lansia dengan Hipertensi tidak mengalami nyeri pada daerah tragus (Edward, Y, dkk. 2018). Secara khusus perubahan sistem pendengaran lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah terjadi perubahan pendengaran (prerbiakusis) karena hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga terutama terhadap nada/suara yang tinggi dan suara yang tidak jelas atau sulit dimengerti (Udjianti, 2011). Pada tinjauan kasus didapat pemeriksaan telinga tidak terjadi perubahan pendengaran, tidak terdapat alat-alat protesa, titinus (telinga berdengung), kebiasaan perawatan telinga klien biasanya membersihkan menggunakan cotton bud.Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapat kesenjangan. Menurutpenulis tidak semua penderita Hipertensi mengalami perubahan pendengaran karena belum merusak sel-sel saraf pembuluh darah pada
telinga. Menurut Edward (2018) menunjukkan jika tidak mengalami perubahan pendengaran berarti tidak merusak nervus vestibulocochlear yang dapat mengganggu pendengaran
4.2.7. Hidung dan Sinus
Pada tinjauan pustaka terdapat Inspeksi : Lansia dengan Hipertensi hidung terlihat simetris, adanya gangguan pada penciuman karena
terganggu pada nervus olfaktori (Nervus 1) Palpasi : Lansia dengan hipertensi tidak megalami nyeri pada hidung (Fadila, 2012). Secara khusus perubahan sistem penciuman pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah mengalami penurunan atau kehilangan sensasi penciuman sehingga terjadinya penurunan sensivitas bau pada lansia (Sunaryo et al, 2016). Pada Tinjauan kasus didapat pemeriksaan hidung tidak terjadi rinorea (pilek), tidak terjadi penyempitan pada pernafasan, tidak mendengkur, tidak terjadi nyeri, dan tidak memiliki alergi. Dan Tidak terjadi gangguan penciuman. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka terdapat kesenjangan. Menurut penulis tidak semua penderita hipertensi mengalami perubahan penciuman karena belum merusak sel-sel saraf pembuluh darah pada hidung. Menurut fadila (2012) jika penciumannya tidak tertanggu karena nervus olfaktori tidak mengalami masalah.
4.2.8. Mulut dan tenggorokan
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi :
Palpasi : Lansia dengan hipertensi tidak ada nyeri tekan (Rohman, 2010). Pada tinjauan kasus didapat pemeriksaan mulut dan tenggorokan tidak mengalami sakit tenggorokan, tidak terdapat lesi, tidak mengalami perubahan suara, tidak mengalami kesulitan menelan, tidak terdapat alat protesa, tidak memasang gigi palsu, dan pola mengosok gigi klien 2 x sehari,nafas tidak bau seperti buah atau aseton. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka ditemukan kesenjangan karena pada tinjauan kasus klien tidak mengalami peradangan pada mulut, tidak ada caries gigi, nafas klien tidak bau buah yang menunjukkan terjadinya kateodosis diabetik dan tidak mengalami nyeri tekan
4.2.9. Leher
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan hipertensi tidak ada pembesaran kelenjar limfa leher, tidak mengalami kekakuan Palpasi : Lansia dengan hipertensi tidak ada pembendungn vena jugularis , terdapat nyeri tekan (Susilowati, 2014). Pada tinjauan kasus didapat Inspeksi : Tidak terjadi kekakuan dan tidak mengalami keterbatasan gerak, Palpasi : Tidak terjadi nyeri tekan dan tidak terdapat benjolan. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan yang signifikan karena pada tinjauan kasus tidak ditemukan masalah yang menonjol
4.2.11. Pernafasan
Pada tinjauan pustaka didapat Inspeksi : Lansia dengan hipertensi biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan,
Palpasi :Lansia yang menderita hipertensi sistem pernafasan tidak terjadi
nyeri. Perukusi : Lansia dengan hipertensi jika terjadi sesak nafasatau batuk maka akan terdengar pekak karena terdapat lendir . Auskultasi Lansia dengan hipertensijika terjadi sesak biasanya ada nafas tambahan seperti ronchi (Mulyati, 2014).
4.2.12. Kardiovaskuler
Pada tinjauan pustaka didapat pemeriksaan Inspeksi : Lansia dengan hipertensi dada terlihat simetris, penyembuhan luka yang lama. Palpasi : Lansia dengan hipertensi tidak ada nyeri tekan, ictus cordis tidak teraba, CRT < 2 detik (bisa terjadi > 3 detik dan sianosis).Perkusi : Lansia dengan hipertensi biasanya terdengar suara dullnes atau redup atau pekak. Auskultasi :Pada lansia dengan hipertensi bunyi jantung normal dan tidak ada suara jantung tambahan seperti gallop dan rhytme (Putra, 2019) . Secara khusus perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah katup jantung menebal dan menjadi kaku sehingga menyebabkan bising jantung (murmur), jantung serta arteri kehilangan elastisitasnya (Muhit, 2016) Pada tinjauan kasus didapat pemeriksaan Inspeksi : Sistem kardiovaskuler tidak mengalami sesak nafas, tidak mengalami dispnea saat aktivitas, tidak mengalami Ortopnea (bernafas tidak nyaman), tidak terjadi perubahan warna pada kaki, tidak terjadi varises, dan terjadi parestesia (kesemutan). Palpasi : Sistem kardiovaskuler tidak terjadi nyeri
pada dada, tidak mengalami edema. Auskultasi : Sistem kardiovaskuler tidak adanya bunyi jantung tambahan yaitu murmur. Antara tinjauan kasus dan tinjauan pustaka tidak terdapat kesenjangan karena pada tinjauan kasus dan tinjaun pustaka tidak mengalami nyeri dada, tidak terjadi sianosis, tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur
4.2.13. Muskuluskeletal
Pada tinjauan pustaka didapat pemeriksaan Inspeksi :Lansia dengan
hipertensi biasanya mengalami pusing kepala Palpasi : Lansia dengan hipertensi terasa nyeri, terdapat edema (Sudarta, 2012). Secara khusus perubahan sistem muskuluskeletal pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah tulang kehilangan kepadatan, semakin rapuh, persendian mengalami kekakuan dan nyeri, otot akan mengalami kelemahan sehinggan kesulitan untuk berdiri dan berjalan (Muhith, 2016).
4.2.17. Sistem pusat saraf
Pada tinjauan pustaka didapat pemeriksaan Secara khusus perubahan sistem susunan saraf pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah Terjadi penurunan sensori, anastesia, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi (Sudarta,2012). Secara khusus perubahan sistem susunan saraf pada lansia yang terjadi karena proses penuaan adalah mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Kholifah, 2016). Pada tinjauan kasus pemeriksaan sistem saraf pusat klien tidak merasakan sakit kepala,
tidak terjadi kejang, tidak terjadi paralisis (hilangnya separuh/seluruh fungsi otot), tidak terjadi paresis (badannya lemah untuk bergerak), tidak terjadi masalah koordinasi, tidak terjadi tremor, tidak terjadi paratesia, tidak terjadi cedera kepala, dan tidak mengalami masalah memori. Antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat kesenjangan karena pada tinjauan kasus tidak terdapat masalah yang menonjol seperti ditinjauan pustaka yaitu terjadi penurunan sensori, anastesia, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,dan disorientasi karena klien tidak mengalami komplikasi pada neuropati yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada saraf.
.