• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan untuk Lansia dengan Hipertensi di Desa Watulumbung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Asuhan Keperawatan untuk Lansia dengan Hipertensi di Desa Watulumbung"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

Sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) pada Akademi Keperawatan Kerta Ilmu Sidoarjo. Hal itu disetujui tim penguji pada sidang Program D3 Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kerta Pakar Sidoarjo.

Rumusan Masalah

Peran perawat sebagai tenaga kesehatan memberikan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya keluarga tentang hipertensi. Disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan keluarga tentang hipertensi. Diharapkan perawat dapat mengembangkan informasi bagaimana melaksanakan asuhan keperawatan yang tepat pada klien hipertensi.

Metode Penulisan .1 Metode .1 Metode

Terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri atas subbab sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan, memuat informasi latar belakang masalah, tujuan, manfaat penelitian, sistematika penulisan studi kasus.

Konsep Dasar Hipertensi .1. Definisi

  • Etiologi Hipertensi
    • Hipertensi primer (esensial)
    • Hipertensi sekunder
  • Manifestasi Klinis Hipertensi
  • Klasifikasi Hipertensi
  • Patofisiologi hipertensi
  • Penatalaksanaan Hipertensi
  • Komplikasi Hipertensi

Penyempitan aorta dapat menghambat aliran darah sehingga menyebabkan tekanan darah naik melebihi area penyempitan. Perubahan mekanisme refleks baroreseptor dapat menjelaskan variabilitas tekanan darah yang diamati dengan pemantauan terus menerus.

Konsep Lansia .1 Definisi

Klasifikasi Lansia

Berdasarkan data, terdapat sekitar 56,04% dari seluruh lansia perempuan yang bercerai, dan 82,84% lansia laki-laki yang menikah. Hal ini disebabkan karena usia harapan hidup perempuan lebih panjang dibandingkan laki-laki, sehingga persentase perempuan lanjut usia yang bercerai meninggal lebih tinggi, dan laki-laki lanjut usia yang bercerai umumnya menikah lagi (Ratnawati, 2017). Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2016, sumber pendapatan lansia sebagian besar berasal dari pekerjaan/usaha (46,7%), pensiun (8,5%) dan (3,8%) tabungan, saudara atau jaminan sosial (Ratnawati , 2017).

Dengan adanya kemajuan di bidang pendidikan diharapkan akan semakin membaik (Kondisi Kesehatan Darmojo & Martono. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (2016), angka kesakitan merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesehatan.13 Tingkat kesehatan penduduk lanjut usia sebesar 25,05% pada tahun 2014, yang berarti terdapat 25 orang sakit untuk setiap 100 penduduk lanjut usia.

Perubahan Pada Lansia

Lansia yang melakukan aktivitas sehari-hari atau rutin biasanya dianggap sehat, sedangkan lansia yang memiliki kelainan fisik, emosi, atau sosial yang menghalanginya untuk beraktivitas dianggap sakit. Perubahan fisiologis pada lansia antara lain kulit kering, rambut menipis, penurunan pendengaran, penurunan refleks batuk, sekresi lendir, penurunan curah jantung, dan lain-lain. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia biasanya berkaitan dengan penyakit dan tingkat keparahannya, sehingga akan mempengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan lansia.

Transisi hidup, yang sebagian besar disebabkan oleh pengalaman kehilangan, mencakup masa pensiun dan perubahan kondisi keuangan, perubahan peran dan hubungan, perubahan kesehatan, keterampilan fungsional, dan perubahan jaringan sosial.

Permasalahan Lanjut Usia

Konsep Askep

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan / SDKI

Intervensi

Evaluasi

Pathway

TINJAUAN KASUS

Pengkajian .1 Identitas

Pada pemeriksaan kepala klien tidak merasakan sakit kepala, klien merasa pusing, dan tidak ada trauma masa lalu yang berarti. Pada pemeriksaan telinga terdapat perubahan pendengaran, tidak terdapat prostesis, tidak terdapat tinnitus (telinga berdenging), kebiasaan perawatan telinga klien sebagian besar membersihkan dengan kapas. Pemeriksaan hidung menunjukkan tidak ada rinorea (pilek), tidak ada penyempitan pernafasan, tidak mendengkur, tidak nyeri dan tidak ada alergi.

Pada pemeriksaan mulut tidak ditemukan selaput lendir kering, klien menyatakan menyikat gigi 2 kali sehari, tidak terdapat lesi, tidak terdapat gigi palsu, tidak terdapat protesa, tidak ada riwayat infeksi, dan tidak terdapat perubahan pada suara klien. 3.1.11.9 Leher. Tidak ada hemopthesis (batuk berdarah), tidak ada mengi dan tidak ada alergi pernafasan. 1) Inspeksi : Klien tidak mengalami nyeri dada. Pada saluran cerna tidak ada disfagia (kesulitan menelan), tidak ada perubahan nafsu makan pada klien, tidak ada nyeri ulu hati, tidak ada mual/muntah, tidak ada hematemesis (muntah darah), tidak ada makanan. . intoleransi, tidak ada sakit maag, tidak ada nyeri, tidak ada penyakit kuning, tidak.

Klien tidak mengalami nyeri saat buang air kecil, tidak mempunyai riwayat batu saluran kemih, dan tidak ada infeksi saluran kemih. Pada pemeriksaan susunan saraf pusat klien tidak mengalami sakit kepala, tidak ada kejang, tidak ada kelumpuhan (kehilangan separuh/seluruh fungsi otot), tidak ada paresis (badan lemah bergerak), tidak ada masalah koordinasi, tidak ada getaran, tidak. Pada sistem endokrin tidak terdapat penyakit gondok (pembengkakan kelenjar tiroid), tidak terdapat polifagia (banyak makan), tidak terdapat polidipsia (banyak minum), dan tidak terdapat poliuria (sering buang air kecil).

Tabel 3.3 Short Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)
Tabel 3.3 Short Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)

Analisa Data

Format Skoring Dan Prioritas Diagnosa 1) Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut

Intervensi Keperawatan

Implementasi Keperawatan

Catatan Perkembangan

Evaluasi Keperawatan

Pengkajian

  • Identitas Klien
  • Riwayat Kesehatan Saat Ini
  • Riwayat Keluarga
  • Riwayat Pekerjaan
  • Obat-obatan

Pada bab ini akan dijelaskan kesenjangan antara teori dan asuhan keperawatan langsung pada Tn. N dengan diagnosa medis hipertensi di Desa Watulumbung Lumbang Pasuruan meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eny Masruroh (2018) pada mereka yang berusia di atas 45 tahun adalah mereka yang kurang aktif, mengalami peningkatan berat badan, berkurangnya massa otot dan akibat proses penuaan yang mengakibatkan penyusutan sel beta secara progresif. Berdasarkan tinjauan pustaka, ditemukan bahwa keluhan utama yang umum dirasakan klien hipertensi adalah sakit kepala sangat pusing disertai pandangan kabur (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

Tinjauan kasus mengungkapkan bahwa klien menyatakan menderita darah tinggi (hipertensi) dan klien menyatakan merasa lemas dan nyeri pada lutut, nyeri seperti ditusuk, nyeri saat beraktivitas dengan skala nyeri 6. Terdapat terdapat gap antara system review dan system review karena pada case review klien merasakan nyeri pada lutut akibat proses penuaan dan selebihnya sama saja. Berdasarkan tinjauan pustaka, hipertensi berpotensi diturunkan dalam keluarga. Pada tinjauan kasus ditemukan bahwa klien mempunyai faktor keturunan hipertensi dari ibunya.

Tinjauan literatur menunjukkan bahwa pekerjaan yang dapat mempengaruhi tekanan darah tinggi adalah pekerjaan yang melibatkan aktivitas terlalu banyak (Marunung, 2014). Dalam studi kasus diperoleh data tentang pekerjaan klien yaitu petani. Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara studi kasus dan tinjauan literatur karena mereka melakukan pekerjaan rumah tangga dan tidak memiliki terlalu banyak aktivitas. Menurut penulis, seseorang yang tidak memiliki aktivitas lemak yang cukup di dalam tubuhnya akan mengalami peningkatan jika berlangsung terus-menerus sehingga akan menyebabkan obesitas, dan obesitas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

Tinjauan Umum 1. Umum

Antara tinjauan kasus dan tinjauan literatur, terdapat kesenjangan dalam tinjauan kasus klien yang tidak mengalami cedera ekstremitas bawah. Tinjauan literatur menunjukkan bahwa: Lansia dengan hipertensi Pada lansia akan terjadi peningkatan kekentalan plasma darah sehingga berisiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Berdasarkan peninjauan kasus, klien diketahui merasa pusing, tidak sakit kepala, dan tidak memiliki riwayat trauma berarti.

Dalam tinjauan pustaka terdapat pemeriksaan: Orang lanjut usia dengan hipertensi hidung terlihat simetris, terdapat gangguan penciuman akibat. Pada pemeriksaan kasus didapatkan Inspeksi : Tidak ada kekakuan dan tidak ada pembatasan gerak, Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada indurasi. Tidak ada kesenjangan besar antara tinjauan kasus dan tinjauan literatur karena tinjauan kasus tidak mengidentifikasi isu-isu yang masih terbuka.

Dalam tinjauan pustaka, pemeriksaan penunjang menunjukkan: Lansia penderita hipertensi dada tampak simetris, penyembuhan lukanya lama. Tidak terdapat kesenjangan antara studi kasus dan tinjauan pustaka karena pada studi kasus dan tinjauan pustaka tidak ditemukan nyeri dada, tidak ada sianosis, tidak ada bunyi tambahan seperti murmur. Dalam tinjauan literatur ditemukan bahwa secara spesifik perubahan sistem saraf pada lansia yang terjadi akibat proses penuaan adalah hilangnya sensorik, anestesi, mengantuk, refleks lambat, kebingungan mental, disorientasi (Sudarta, 2012).

Diagnosa Keperawatan

Terdapat gap antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena dalam tinjauan kasus tidak ditemukan masalah yang menonjol seperti yang dijelaskan dalam literatur, yaitu kehilangan sensorik, anestesi, mengantuk, refleks lambat, kebingungan mental, dan disorientasi karena klien tidak mengalaminya. komplikasi apa pun. pada neuropati yang mengakibatkan gangguan saraf.

Intervensi Keperawatan

Pada intervensi case review terdapat diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kerusakan biologis dengan alasan klien mengeluh nyeri pada persendian, merasakan nyeri saat beraktivitas, nyeri seperti ditusuk, terjadi secara tiba-tiba dengan skala nyeri 6 Ini Diagnosa keperawatan diutamakan, karena merupakan hal yang paling dipikirkan oleh klien. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali kunjungan diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria : klien mampu menjelaskan kembali penyebab nyerinya, klien melaporkan nyerinya berkurang, klien dapat mendemonstrasikan cara penatalaksanaannya. nyeri, wajah klien terlihat tidak tertawa, skala nyeri 1-3, TTV dalam batas normal yaitu tekanan darah mmHg, nadi 60-70x/menit, pernafasan 14-16x/menit, suhu 36,4-37,5oC. Tindakan keperawatan dilakukan dengan menjelaskan penyebab nyeri pada klien, menganjurkan pemantauan nyeri secara mandiri, mengajarkan klien menggunakan teknik nonfarmakologis (misalnya: teknik distraksi, teknik relaksasi, dan kompres hangat), dan mengamati skala nyeri, lokasi, karakteristik, durasi, dan kualitas nyeri I intervensi tinjauan literatur, intervensi yang sama dengan intervensi pada kasus yang ditinjau dilakukan dengan diagnosis keperawatan kurangnya pengetahuan, karena klien tidak mengetahui tentang gejala, komplikasi dan perlakuan.

Setelah dilakukan intervensi keperawatan pada satu kali kunjungan, pengetahuan klien tentang penyakitnya meningkat dengan kriteria sebagai berikut: klien mampu menjelaskan masalah penyakitnya, klien melaporkan bahwa pengetahuannya bertambah, klien tidak tampak kebingungan saat melakukan kunjungan. tidak ditanya. . Setelah melakukan 3 tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan tentang diet bertambah dengan kriteria hasil klien dapat kembali menjelaskan pentingnya diet, klien melaporkan dapat mengikuti diet, klien dapat mendemonstrasikan cara membuat makanan menu dan membuat jadwal makan, saat ditanya tentang diet klien tidak tampak kebingungan. Melakukan tindakan keperawatan menjelaskan tujuan kepatuhan diet, memberikan informasi tentang makanan yang boleh dan dilarang serta jumlah kalorinya, menyarankan penggantian bahan makanan sesuai pola makan yang terprogram, mempelajari cara merencanakan makanan yang tepat, mempelajari cara menghitung jumlah kalori , belajar mencatat makanan per hari, mencatat makan dan mengamati kadar gula darah.

Dalam intervensi peninjauan kasus, diagnosis inkonsistensi ditemukan terkait dengan pemahaman yang tidak memadai akibat defisit kognitif. Terdapat gap antara tinjauan literatur dan tinjauan kasus karena pada saat pengkajian diketahui klien tidak konsisten dengan makanannya, yaitu jika klien memasak makanan yang sangat manis. Setelah dilakukan tindakan keperawatan tunggal diharapkan kepatuhan klien terhadap pengukuran outcome meningkat, klien mampu menjelaskan kembali pentingnya diet, klien melaporkan mampu mengikuti diet, klien menjadi lebih baik. mampu mendemonstrasikan cara melakukannya.

Implementasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan

Setelah penulis melakukan observasi dan memberikan asuhan keperawatan langsung kepada pasien dengan diagnosa medis hipertensi di Desa Watulumbung Kecamatan Lumbang Kabupaten Pasuruan. Demikian penulis menarik kesimpulan dan saran yang semoga bermanfaat dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan pada klien hipertensi.

Simpulan

Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri akut, kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, kurangnya pengetahuan tentang nutrisi dan resiko kerusakan integritas kulit. Intervensi diagnostik keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kerusakan biologis mempunyai tujuan setelah 2 kali kunjungan tindakan keperawatan nyeri klien berkurang dengan kriteria hasil yaitu klien mampu menjelaskan penyebab nyeri, klien melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang, klien dapat mendemonstrasikan cara muka nyeri, muka tampak tidak tersenyum, skala nyeri 1-3, TTV dalam batas normal : TD mmHg, nadi 60-70x/menit, pernafasan 14-16x/menit.5.1 .4 . Pelaksanaan rencana tindakan pada klien yang disusun oleh peneliti dapat terlaksana tanpa kendala yang berarti.Pelaksanaan intervensi keperawatan yang dilakukan terhadap pasien melibatkan aktif keluarga dan klien, karena banyak tindakan keperawatan yang memerlukan kerjasama antara perawat, keluarga klien dan klien. 5.1.5.

Pada akhir evaluasi semua tujuan dapat tercapai karena adanya kerjasama yang baik antara perawat, keluarga klien dan klien.

Saran

TUJUAN UMUM

Sasaran dan Target

Strategi Pelaksanaan

KEGIATAN PENYULUHAN

  • EVALUASI

Lampiran

  • Penyebab Hipertensi
  • Gejala Hipertensi
  • Pencegahan Hipertensi Hipertensi dapat dicegah dengan cara

Gambar

Gambar 2.1 pathway hipertensic
Tabel 3.3 Short Portabel Mental Status Quesioner (SPMSQ)
Tabel 3.4 Analisa Data
Tabel 3.8 Intervensi Keperawatan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senam hipertensi lansia terhadap penurunan tekanan darah lansia dengan hipertensi di Panti Wreda Darma Bhakti

Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Hipertensi selama 3x24 jam didapatkan hasil tidak ada tanda-tanda nyeri kepala, dapat melakukan aktivitas

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang sering terdapat pada usia pertengahan atau lebih,

Tabel 3.4 Definisi Operasional Studi Kasus Pemberian Relaksasi Dengan Media Aromaterapi Mawar Untuk Menurunkan Nyeri Kepala Pada Lansia Hipertensi Di Uptd Griya Wredha

Pada diagnose keperawatan ketidakpatuhan berhubungan dengan beban pembiayaan program perawatan atau pengobatan tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus,

Muttaqin, 2011 Sedangkan pada tinjauan kasus didapatkan : 1 Inspeksi : Tidak terdapat luka gangrene, kulit bersih 2 Palpasi : Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid dan kelenjar

1084 Pengaruh Kompres Hangat & Akupresur terhadap Penurunan Nyeri Kepala pada Lansia Hipertensi di Desa Lhok Bengkuang Timur Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan The Effect

Kondisi umum Hipertensi sering mengakibatkan keadaan yang berbahaya karena keberadaannya sering kali tidak disadari dan kerap tidak menimbulkan keluhan yang berarti sampai suatu waktu