Sebagai wujud rasa syukur, artikel ilmiah ini saya persembahkan untuk adik-adik saya (Farra Ramadhani Tamara). Terima kasih telah memberi. Allah SWT yang telah memberikan saya kesehatan dan kekuatan sehingga saya dapat menyelesaikan artikel ilmiah ini.
Latar Belakang
Pada lansia akan terjadi berbagai kerusakan organ tubuh, oleh karena itu lansia sangat rentan terkena hipertensi. Posisi perawat dapat memberikan edukasi kepada keluarga tentang pentingnya pendampingan pada lansia yang menderita hipertensi sehingga kualitas lansia dapat meningkat (Angshera, Rahmawati, dan Y 2020).
Tujuan Penulisan
Pola hidup penderita hipertensi yang tidak sehat, tindakan asuhan keperawatan yang dapat dicoba antara lain memantau tanda-tanda vital, membatasi aktivitas fisik, istirahat yang cukup, dan pola hidup sehat seperti pola makan rendah garam, gula, dan lemak, serta melarang konsumsi. rokok. alkohol dan pengurangan stres. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis memilih topik dengan judul “Asuhan Keperawatan Geronik pada Ny. K Penderita Hipertensi di Kota Semarang”.
Manfaat Penulisan
Permasalahan yang terjadi pada sistem kardiovaskular pada lansia adalah elastisitas bilik aorta yang menurun, tidak hanya itu kaliber aorta juga meningkat. Denyut jantung pada lansia selalu rendah dibandingkan lansia, bahkan pada lansia yang sering melakukan aktivitas fisik. Aritmia pada lansia berupa ekstrasistol yang ditemukan pada lebih dari 10% lansia yang rutin memantau EKG.
Sistem pencernaan lansia menghadapi anoreksia yang terjadi akibat perubahan kemampuan pencernaan dan penyerapan pada tubuh lansia. Pada sistem reproduksi, perubahan yang terjadi pada lansia ditandai dengan kecilnya ovarium dan rahim, terjadi atrofi payudara. Akibat menurunnya produksi hormon pada lansia, maka lansia pun mengalami penurunan respon terhadap stres mental.
Perubahan sistem integral ditandai dengan kulit lansia mengalami atrofi, kendur, tidak elastis, kering dan menyusut. Perubahan yang terjadi pada penuaan otot antara lain penurunan jumlah dan dimensi serat otot, peningkatan jaringan ikat dan jaringan adiposa pada otot. Perubahan pada lansia pada area persendian antara lain berkurangnya elastisitas jaringan ikat seperti tendon, ligamen, dan fasia.
Konsep Dasar Penyakit Hipertensi
Ketegangan pada pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menjadi tegang yang berarti terjadi peningkatan tekanan darah pada dinding pembuluh darah dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Observasi dari Komite Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi, dan Pengobatan Hipertensi melaporkan bahwa tekanan darah tinggi dapat meningkatkan serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal (Richard 2013).
Konsep Perawatan Hipertensi
Pemeriksaan toraks yaitu pemeriksaan kelainan berupa (simetri dada, penggunaan otot tambahan untuk pernafasan, pola pernafasan), palpasi (nilai premitus vokal), perkusi (menilai adanya kelainan bunyi perkusi), dan auskultasi (menilai bunyi nafas dan adanya suara napas tambahan). Tujuan dan kriteria hasil : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3 x 24 jam harapan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : berkurangnya keluhan nyeri, skala nyeri rendah, berkurangnya gangguan tidur... a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, kualitas, intensitas nyeri Rasional : Untuk mengetahui tempat nyeri. Rasional : untuk mengendalikan lingkungan yang memperparah nyeri.. a) Menjelaskan penyebab terjadinya menstruasi dan pencetus nyeri Rasional : untuk mengetahui penyebab nyeri b) Menjelaskan teknik meredakan nyeri.
Rasional : menggunakan analgesik yang diberikan e) Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri. Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan pola tidur baik dengan kriteria hasil : keluhan sulit tidur nyenyak, keluhan tidak puas dalam tertidur. Identifikasi faktor-faktor yang mengganggu tidur (fisik atau psikis) Rasional : untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mengganggu tidur.
Tujuan dan kriteria hasil : setelah melakukan intervensi keperawatan selama 3x8 jam, klien diharapkan dapat mengetahui dan memahami penyakit yang dideritanya, dengan kriteria hasil : Klien mampu melakukan intervensi. penatalaksanaan yang dijelaskan oleh petugas kesehatan dan klien dapat memperoleh penjelasan atas apa yang telah dijelaskan oleh petugas kesehatan a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Rasional : mampu memahami informasi.
Konsep Dasar Gerontik
Perubahan ini merupakan perubahan pada kulit yang menua dimana kulit pada usia lanjut akan menjadi kering akibat kekurangan cairan pada kulit sehingga kulit menjadi tidak merata dan tipis. Akibat terbentuknya perubahan morfologi otot, lansia akan mengalami penurunan kekuatan, penurunan fleksibilitas, peningkatan waktu reaksi, dan penurunan keterampilan fungsional otot. Peristiwa jangka panjang yang akan terjadi ketika lansia mengalami osteoporosis adalah nyeri, kelainan bentuk, dan patah tulang.
Perubahan kolagen ini menyebabkan berkurangnya kelenturan pada lansia sehingga menimbulkan nyeri, berkurangnya kemampuan meningkatkan kekuatan otot, kesulitan duduk dan berdiri, jongkok dan berjalan. Data subjektif: klien mengatakan nyeri dan pusing di kepala, P: nyeri dirasakan saat beraktivitas, V: nyeri terasa seperti dicengkeram, R: nyeri di kepala, S: nyeri skala 4, T: datang dan pergi. P: klien mengatakan nyeri di kepala, V: nyeri seperti dicengkeram, R: nyeri di kepala, S: skala nyeri 3, T: datang dan pergi.
P: klien mengatakan nyeri di kepala, V: nyeri terasa seperti dicengkeram, R: nyeri di kepala, S: skala nyeri 2, T: datang dan pergi.
Pengkajian
Aktivitas dan Istirahat : Pasien mengatakan selalu beraktivitas di rumah yaitu membuat kerupuk dan istirahatnya selalu terganggu bila terjadi sakit kepala. Hubungan sosial : Hubungan dengan anggota kelompok : Pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dalam hubungan dengan masyarakat. Integumen (kulit): kulit tampak mulai berkerut, warna kulit coklat, tidak ada lesi atau bekas luka.
Mata : pasien mengatakan tidak ada gangguan pada mata, konjungtiva tidak anemia, sklera tidak ikterik, tidak ada perubahan penglihatan, tidak ada edema dan pasien tidak memakai kacamata. Telinga : Pendengaran pasien tidak ada perubahan atau kemunduran, telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak ada. Mulut dan tenggorokan: tidak ada masalah untuk berbicara, tidak ada masalah untuk menelan, gigi mulai berkurang.
Kardiovaskular : Inspeksi : tidak ada pembesaran, tidak ada lesi atau bekas luka, palpasi : tidak terasa ada benjolan, perkusi : bunyi jantung tumpul, auskultasi : terdengar bunyi keras, gastrointestinal : bising usus normal terdengar 7x/menit, BAK : tidak ada gangguan pada sistem saluran kemih , frekuensi buang air kecil dalam batas normal 6-7 kali/hari, muskuloskeletal : klien mengatakan nyeri di tengah saat melakukan aktivitas berlebihan, susunan saraf pusat : wajah simetris, pasien mengatakan sakit kepala, kesadaran gabungan, ketajaman penglihatan berkurang, normal pendengaran, tidak ada kelainan pada pupil, sistem endokrin: pasien tidak pernah mengalami penyakit gondok, terdapat perubahan pada kulit dan perubahan pada rambut.
Analisa data
Pada Penilaian Status Mental (SPSMQ), skor diinterpretasikan 0-3, menunjukkan bahwa fungsi intelektual klien tetap utuh. Mini-Mental Status Cognitive Aspects Assessment (MMSE) Interpretasi hasil 25 klien yaitu aspek kognitif dan fungsi mental baik.
Diagnosa keperawatan
Rencana asuhan keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil : Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan nyeri berkurang dengan kriteria hasil : nyeri dapat terkontrol, skala nyeri menurun, mampu menggunakan teknik non farmakologi. Rencana tindakan: Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, Identifikasi faktor-faktor yang memperburuk dan menghilangkan nyeri, Pelajari teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (misalnya pernapasan dalam, hipnosis, terapi musik, terapi pijat, aromaterapi, dll. . . ).
Implementasi keperawatan
Melaksanakan diagnosa kedua pada hari kedua, 12/10/2020 pukul 11.00 WIB, Menentukan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. Melaksanakan diagnosa pertama pada hari ketiga, 12/11/2020 pukul 08:00 WIB, Menentukan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri. Evaluasi hari pertama tanggal 9/12/2020 pukul 12:30 WIB pelaksanaan diagnosa pertama memberikan hasil yaitu data subjektif, klien mengatakan mulai tidur malam dan merasa tenang karena selalu berpikir positif.
Pada tanggal 10 Desember 2020 pukul 11.30 WIB evaluasi pelaksanaan diagnosa kedua yaitu data subjektif klien mengatakan nyeri agak berkurang karena dilakukan tindakan pernafasan dalam, P : klien mengatakan nyeri di kepala, Q: nyeri terasa mencekam, R: nyeri di kepala, S: skala nyeri 4, T: intermiten. Pada tanggal 10 Desember 2020 pukul 12.00 WIB pada saat evaluasi pelaksanaan diagnosa kedua yaitu data subyektif klien menunjukkan nyeri sedikit berkurang karena dilakukan tindakan pernafasan dalam untuk mengurangi nyeri. Pada tanggal 11 Desember 2020 pukul 10.00 WIB, pada saat evaluasi pelaksanaan diagnosis kedua yaitu data subjektif klien disebutkan bahwa nyeri sedikit berkurang akibat pengobatan tarikan.
Dari penelitian yang dilakukan penulis pada Rabu 9 Desember 2020 diketahui bahwa pasien Ny. K didiagnosis menderita hipertensi.
Evaluasi
Pengkajian
Pengertian hipertensi sendiri adalah suatu keadaan dimana tekanan diastolik dan sistolik meningkat melebihi batas normal (tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg). Hipertensi ditandai dengan pusing, sakit kepala, mudah tersinggung, pegal atau nyeri pada leher yang mengganggu aktivitas sehari-hari, dan mudah lelah. Tanda-tanda tersebut dialami oleh pasien yaitu pasien mengalami sakit kepala, pusing, nyeri atau nyeri leher.
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, pada pemeriksaan pola tidur diperoleh data yang tidak normal yaitu pasien mengalami kesulitan tidur, gelisah, tidur terganggu. Menemukan hasil yang tidak normal pada saat pengkajian, penulis mengutamakan diagnosa keperawatan gangguan pola tidur, dimana intervensi utamanya adalah dengan menganjurkan klien untuk tidur malam hari. 8-4.
Diagnosa keperawatan
Penulis akan memaparkan rencana tindakan yang dilaksanakan yaitu, identifikasi gangguan tidur pada klien, ciri-ciri dan penyebabnya, persiapan tidur malam jam 8-4 pagi, memastikan kondisi tidur atau lingkungan yang nyaman. Pola tidur meliputi kecepatan tidur yang sesuai dengan kebutuhan usia, tidur nyenyak tanpa dibangunkan oleh apapun pada waktu tidur. Pola tidur yang buruk dianjurkan antara lain durasi tidur yang kurang dari kebutuhan sesuai usia, tidur sangat larut malam dan bangun sangat pagi, tidur tidak nyenyak, sering terbangun karena sebab tertentu (Ludyaningrum 2016).
Nyeri akut berhubungan dengan agen fisiologis cedera. Bagi (Pokja DPP PPNI SDKI 2017), nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan awitan tiba-tiba atau bertahap dan intensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik dalam Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) sudah tepat, yaitu adanya keluhan nyeri dan peningkatan tekanan darah. Diagnosis nyeri akut merupakan diagnosis prioritas pertama karena memenuhi kebutuhan Abraham Maslow akan rasa aman dan nyaman.
Penulis akan menguraikan rencana tindakan keperawatan yang diterapkan yaitu identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas dan derajat nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan meringankan, pemberian teknik non farmakologi.
Tambahan Diagnosa Keperawatan
Kesimpulan
Saran
Pendidikan kesehatan hipertensi pada lansia di Dukuh Turi, Bambanglipura, Bantul.” Jurnal Pengabdian Ibu Harapan (JPHI) 2(1): 24. Perilaku Mengemudi dan Jarak Tempuh dengan Kejadian URI pada Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya." Jurnal Berkala Epidemiologi ."Hubungan Fungsi Kognitif Dengan Kemampuan Interaksi Sosial Pada Lansia di Kecamatan Mandan Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo.": 1–17.
E Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari kecuali makan, minum, olah raga dan satu fungsi lainnya F Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari kecuali. Hartanti, RD 2016, Terapi relaksasi dengan pernafasan dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi, Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Beliau menyatakan kesediaannya menjadi dosen pembimbing Penulisan Ilmiah atas nama mahasiswa program studi D-III Keperawatan FIK UNISSULA Semarang sebagai berikut.