BAB II TINJAUAN PUSTAKA
C. Tinjauan Umum tentang Anak Angkat
25 baik harta maupun kewajibannya atau hutang kepada orang lain atau ahli waris.
b. Ahli Waris
Ahli waris adalah orang yang menerima warisan disebut sebagai ahli waris yang diberi hak secara hukum untuk menerima harta dan kewajiban atau hutang yang ditinggalkan oleh pewaris.
c. Harta warisan
Warisan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ahli waris untuk dimiliki pewaris, baik itu berupa hak atau harta seperti rumah, mobil, dan emas maupun kewajiban berupa hutang.
Indonesia adalah negara multikultural. Berbagai aturan yang ada pun tidak dapat mengotak-kotakan kultur yang ada. Sama berlakunya untuk hukum waris. Di Indonesia, belum ada hukum waris yang berlaku secara nasional. Adanya hukum waris di Indonesia adalah hukum waris adat, hukum waris Islam, dan hukum waris perdata. Masing-masing hukum waris itu memiliki aturan yang berbeda-beda.25
C. Tinjauan Umum tentang Anak Angkat
26 pengertian anak angkat yaitu anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Menurut Hilman Hadikusuma yang menyatakan bahwa pengertian anak angkat yaitu anak dari orang lainyang kemudian dianggap sebagai anak sendiri (anak kandung) oleh orang tua angkat secara resmi melalui ketentuan hukum adat setempat. Pengangkatan anak secara adat ini demi keberlangsungan keturunan dan/atau pemeliharaan asset keluarganya.26
Muderis Zaini berpendapat bahwa anak angkat yang di adopsi merupakan peristiwa hukum memasukan anak orang lain kedalam keluarganya. Anak tersebut diperlakukan dari segi kecintaan, pemberian nafkah, pendidikan dan pelayanan dalam segala kebutuhannya, dan bukan diperlakukan sebagai anak nashabnya sendiri.27
Kitab Hukum Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau BW menjelaskan bahwa tidak ditemukan ketentuan pengangkatan anak/adopsi, pengaturan yang ditemukan adalah ketentuan mengenai pengakuan anak diluar nikah. Hal inilah diatur dalam BW buku I bab XII bagian ketiga Pasal 280-289 tentang pengakuan terhadap anakanak luar
26 Hilman Hadikusuma, 1991, Hukum Perkawinan Adat, Alumni,Bandung, hlm. 20
27Ibid, hlm.85
27 kawin. Demikian sesuai KUHPdt maka ketentuan anak luar kawin tidak dapat disamakan dengan proses pengangkatan anak atau adopsi.28
Peristiwa pengangkatan anak tergolong suatu perbuatan perdata yang di kemudian hari menjadi bagian dari hukum kekeluargaan, sehingga kemudian pada intinya menjadikan setiap persoalan berkaitan dengan hubungan hukum antar manusia.29
Pengangkatan anak adalah perbuatan hukum, mengalihkan seorang anak dari lingkungan kekuasaan orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggungjawab atas perawatan, pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan keluarga orang tua angkat. Hal tersebut diatur dalamPasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak.
Pengangkatan anak menurut pendapat Soerjono Soekanto adalah perbuatan mengangkat anak yang berada dalam suatu kedudukan mengakibatkan munculnya hubungan yang seakan mempunyai hubungan darah. Seseorang yang dimaksud adalah anak orang lain yang diangkat anak untuk dijadikan anak sendiri.30
2. Dasar Hukum Anak Angkat
a. Menurut Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang RI Nomor 1 tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan dalam pasalnya tidak menyinggung anak angkat atau
28Ibid.
29Ibid.
30 Soerjono Soekanto, 1980, Intisari Hukum Keluarga, Alumni, Bandung, hlm. 52.
28 pengangkatan anak. Beberapa perundang-undangan terkait dengan pengangkatan anak misalnya, Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan agama dan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak tidak pula memberikan pengertian anak angkat atau pengangkatan anak.
Pengertian anak angkat dalam perundang-undangan Republik Indonesia dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 9 Undang-UndangRI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang tersebut memberikan pengertian bahwa yang dimaksud anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dan lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawabatas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, kedalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 47 Ayat (1) memberikan pengertian bahwa yang dimaksud pengangkatan anak adalah perbuatan hukum untuk mengalihkan hak anak dari lingkungan kekuasaan keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.
29 b. Menurut Hukum Islam
Pengangkatan anak berdasarkan hukum islam adalah pengangkatan anak yang bersumber pada Al-Qur’an dan sunah serta hasil ijtihad yang berlaku diindonesia yang diformulasikan dalam berbagai produk pemikiran hukum islam baik dalam bentuk fiqih, fatwa, putusan pengadilan, maupun peraturan perundang-undangan, termasuk didalamnya kompilasi hukum islam.
Kompilasi hukum islam sebagai pedoman hukum materiil peradilan agama memberikan pengertian anak angkat dalam pasal 171 huruf h bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawab dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.
3. Syarat-Syarat Pengangkatan Anak a. Syarat Calon Anak Angkat
Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, menentukan:
1) Belum berusia 18 (delapan belas) tahun 2) Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan
3) Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak, dan
4) Memerlukan perlindungan khusus
5) Usia anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
30 a) Anak belum berusia 6 (enam) tahun, merupakan prioritas
utama.
b) Anak usia 6 (enam) tahun sampai dengan belim berusia 12 (dua belas) tahun, sepanjang ada alasan mendesak, dan c) Anak berusia 12 (dua belas) tahun sampai dengan belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, sepanjang anak memerlukan perlindungan khusus.
b. Syarat Calon Orang Tua Angkat
Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007, menentukan Calon orang tua angkat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Sehat jasmani dan rohani.
2) Berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun.
3) Beragama sama dengan agama calon anak.
4) Berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum, karena melakukan tindak kejahatan.
5) Berstatus menikah paling singkat 5 (lima) tahun.
6) Tidak merupakan pasangan sejenis.
7) Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak.
8) Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial.
31 9) Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali
anak.
10) Membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak.
11) Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat.
12) Telah mengasuh calon anak paling singkat 6 (enam) bulan, sejak izin pengasuh diberikan; dan
13) Memperoleh izin Menteri dan/atau Kepala Instansi Sosial.
D. Tinjauan Umum tentang Hukum Waris Islam dan Hukum Waris Perdata