Perbankan UMKM juga akan memperkokoh basis
Perbankan UMKM
Strategi dan Kebijakan
Seiring dengan kondisi ekonomi yang masih penuh tantangan dalam beberapa tahun terakhir dan masih tinggi nya risiko kredit, strategi dan kebijakan Perbankan UMKM pada tahun 2016. Strategi dan kebijakan tersebut antara lain melakukan ekspansi kredit dengan tetap menjaga prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, mengejar pertumbuhan Dana Pihak Ketiga khususnya peningkatan CASA, serta melakukan rekalibrasi internal di dalam Perbankan UMKM untuk memperoleh basis nasabah yang potensial dan berkualitas, serta tercapainya efisiensi yang lebih baik dalam menghadapi kompetisi bisnis yang ketat.
Pada tahun 2016, Perbankan UMKM juga menjalankan beberapa inisiatif yang mendukung implementasi strategi yang telah ditetapkan. Secara intensif dan berkelanjutan, Perbankan UMKM berupaya meningkatan kualitas layanan melalui perbaikan waktu proses kredit dengan melakukan penyederhanaan dokumen persyaratan dan prosedur pemrosesan kredit. Perbankan UMKM juga terus meningkatkan efisiensi biaya operasional melalui cost control management dan kebijakan smart spending.
Terkait dengan SDM, Perbankan UMKM secara intensif membekali seluruh SDM dengan training tentang produk-produk keuangan, analisa kredit, serta perencanaan keuangan. Sosialisasi dan workshop juga senantiasa dilakukan secara berkala untuk refreshment atas produk-produk yang ada di Bank. Melalui berbagai training tersebut, diharapkan SDM Perbankan UMKM mampu berperan aktif dalam pengembangan bisnis.
Seiring dengan program Pemerintah dalam membangun sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sejak tahun 2013, CIMB Niaga telah memberikan layanan perbankan pada sektor UMKM.
Dalam hal ini, CIMB Niaga menggunakan 2 (dua) strategi pendekatan, yaitu strategi pendekatan langsung dan strategi pendekatan tidak langsung, yang diimplementasikan melalui 4 (empat) sub- segmen dari Perbankan UMKM, yaitu Perbankan UKM (SME Banking), Micro Linkage, Mikro Laju dan Kredit Pensiun.
Kinerja Tahun 2016
Pada sisi aset, perbankan UMKM berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 1,0% menjadi Rp34,5 triliun apabila dibandingkan dengan tahun lalu yaitu sebesar Rp34,2 triliun. Meningkatnya risiko kredit juga membuat Perbankan UMKM di tahun 2016 ini memilih untuk tidak terlalu agresif dan lebih berhat-hati dalam menyalurkan kredit baru. Pencapaian kredit terutama didukung oleh perolehan bisnis UKM yang mencapai Rp24,9 triliun. Namun pertumbuhan kredit tersebut sejalan dengan kenaikan kredit bermasalah dengan adanya peningkatan pada rasio kredit bermasalah yang meningkat menjadi 3,7% di tahun 2016 atau naik sebesar 73 bps, kendati mengalami kenaikan namun masih dianggap cukup baik mengingat situasi bisnis dan ekonomi yang belum kondusif.
2,4%
2,9%
3,7%
Rasio Kredit Bermasalah (%)
2014 2015 2016
Sedangkan dari sisi pengumpulan dana nasabah, total dana nasabah yang berhasil dikumpulkan mencapai Rp34,3 triliun relatif stabil dibandingkan tahun 2015.
Penurunan pada dana nasabah ini dikontribusi dari penurunan deposito pada tahun 2016 sebesar 5,5% menjadi Rp13,4 triliun. Sedangkan pada tahun 2016, CASA mengalami peningkatan sebesar 3,5%
atau menjadi Rp20,9 triliun. Salah satu driver dari terhimpunnya dana dalam jumlah yang relatif besar ini adalah peningkatan volume pembiayaan yang disalurkan melalui value chain. Skema value chain tercipta diantaranya dari kebijakan UKM yang mensyaratkan para mitra bisnisnya untuk membuka rekening di CIMB Niaga.
CASA (Rp triliun)
2014 19,5
2015 20,2
2016 20,9
Dana Pihak Ketiga (Rp triliun)
2014 34,4
2015 34,4
2016 34,3
Perbankan UMKM berhasil meningkatkan laba sebelum pajak sebesar 18,1% menjadi Rp1,3 triliun di tahun 2016 (2015: Rp1,1 triliun). Peningkatan laba di tahun 2016 terutama di kontribusikan oleh unit UKM sebesar Rp0,2 triliun dibandingkan tahun 2015.
Laba Sebelum Pajak (Rp miliar)
2014 1.298
2015 1.075
2016 1.269
1. Perbankan UKM (SME Banking)
Unit Perbankan UKM menangani nasabah yang merupakan para pelaku usaha kecil dan menengah yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia.
Beberapa insiatif telah dilakukan oleh Unit ini yang terutama bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan bisnis dan mempercepat proses kredit, namun dengan tetap menjaga proses kehati- hatian dalam penyaluran kredit (prudent).
Program pembiayaan kredit usaha yang dilakukan di segmen bisnis ini adalah program Loan Booster untuk meningkatkan portofolio dari nasabah yang telah menjadi debitur CIMB Niaga, yang menunjukkan performance yang baik, dimana program ini dapat digunakan untuk pengembangan bisnis debitur. Sedangkan untuk mendapatkan nasabah baru di sektor UKM, unit tersebut juga menawarkan program SME Extra. Selain itu, perbankan UKM juga melakukan perbaikan proses kredit yang berkesinambungan, sehingga dapat diperoleh tingkat kepuasan layanan kepada debitur yang lebih baik.
Unit bisnis UKM juga terus mengintensifkan implementasi proses kredit dengan menggunakan Risk Acceptance Criteria yang telah disetujui, sampai dengan limit Rp10 miliar, sekarang dikenal dengan nama Retail Lending Program (RLP), sebagai jawaban terhadap perubahan lingkungan usaha yang semakin kompetitif dan semakin pesat.
Sistem ini mampu memberikan analisa terhadap pembiayaan berdasarkan data historis yang telah divalidasi. Hasilnya adalah proses kredit yang cepat dengan potensi kualitas pembiayaan yang tetap terjaga.
UKM juga terus melakukan penyempurnaan di bidang monitoring portofolio kredit, perbaikan proses kredit internal, sistem deteksi dini atas kualitas kredit usaha debitur serta sistem analisa kredit UKM yang ada.
Berbagai upaya yang dilakukan selama 2016 tersebut memberi hasil yang cukup baik, yakni dengan naiknya saldo kredit sebesar 8,9%, yaitu
Di sisi lain, Simpanan Nasabah di tahun 2016 juga tercatat tumbuh sebesar 2,4%, yaitu dari Rp31,1 triliun menjadi Rp31,9 triliun. Dari total Dana Pihak Ketiga yang berhasil dihimpun, CASA tercatat sebesar Rp20,0 triliun atau naik 3,5% dari posisi tahun 2015 sebesar Rp19,4 triliun. Sedangkan deposito tercatat sebesar Rp11,9 triliun atau naik 0,6% dari Rp11,8 triliun di tahun 2015. Pertumbuhan penghimpunan dana nasabah tersebut merupakan buah kerja sama dan dukungan yang baik dari Sales and Distribution (SnD) di bawah struktur Perbankan Konsumer sebagai penghimpun dana serta terlaksananya aktivitas cross-selling yang baik antara SnD dan UKM. Peningkatan Simpanan Nasabah di unit SME juga didukung oleh implementasi konsep value chain terhadap perusahaan-perusahaan distributor dan supplier debitur UKM.
2. Micro Linkage
Micro Linkage adalah sub segmen Perbankan UMKM yang menjalankan strategi pendekatan tidak langsung, yaitu dengan menjalin kemitraan strategis menggunakan pola kerja sama Linkage, berupa Executing, Channeling dan Joint Financing. Mitra strategis yang bekerja sama dengan Micro Linkage adalah Koperasi Unit Desa, perkebunan yang menerapkan pola inti-plasma, Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan lembaga-lembaga lain yang berpotensi meningkatkan penyaluran kredit skala UMKM kepada masyarakat. Tujuan dari strategi ini adalah untuk lebih mengenali dan mengukur potensi pasar UMKM sesuai keberagaman bisnisnya sekaligus memanfaatkan keberadaan mitra strategis yang mampu membantu pertumbuhan segmen bisnis UMKM. Mitra strategis ini amat berperan dalam proses penyaluran pembiayaan maupun proses collection, yang memastikan bahwa kualitas aset akan tetap terjaga baik.
Salah satu contoh dari model bisnis yang telah diterapkan dalam skema ini adalah pembiayaan kepada para petani kelapa sawit/plasma.
Penyaluran pembiayaan kepada petani dilakukan Micro Linkage dengan Koperasi yang anggotanya
sama. Melalui koperasi, para petani menerima kredit dari CIMB Niaga dan menggunakannya untuk pembukaan dan pemeliharaan kebun kelapa sawit, dimana hasil panennya kemudian dibeli oleh Perusahaan Perkebunan.
Sedangkan mitra strategis Perbankan UMKM adalah lembaga-lembaga keuangan termasuk Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Koperasi. Sementara itu, pihak end user yang dibiayai CIMB Niaga adalah nasabah/debitur dari BPD dan BPR, serta anggota dari koperasi. Mitra tersebut ditunjuk sebagai agent bagi CIMB Niaga, dimana fungsinya sebagai marketing agent, collecting agent dan security agent.
Pengembangan bisnis Micro Linkage didukung oleh 21 cabang lending (termasuk desk) yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan total karyawan sekitar 91 orang.
Hingga akhir tahun 2016 total kredit Micro Linkage relatif stabil, hanya sedikit menurun 0,3% menjadi Rp8,26 triliun dari Rp 8,29 triliun per akhir tahun 2015. Sementara itu untuk porsi CASA yang berhasil dihimpun di tahun 2016 mencapai Rp750 miliar atau naik 10,8% dari Rp677 miliar di tahun lalu.
Dalam rangka mengatasi tantangan penurunan volume pembiayaan sehubungan dengan berlanjutnya kondisi perekonomian yang kurang kondusif, unit kerja Micro Linkage semakin mengintensifkan program monitoring dan memperdalam analisis terhadap kualitas pembiayaan melalui komunikasi yang lebih efektif dengan para mitra.
3. Mikro Laju
Mikro Laju merupakan unit kerja yang memberikan pembiayaan secara langsung. Mikro Laju menyediakan dan melayani kebutuhan keuangan pengusaha mikro guna mendukung pengembangan usaha untuk tumbuh berkesinambungan. Layanan yang ditawarkan antara lain adalah pinjaman
Perbankan UMKM
kondisi makro ekonomi, serta kinerja keuangan mikro laju yang masih merugi, perusahaan telah melakukan rekalibrasi mikro laju (penutupan jaringan mikro laju) yang akan terus berkelanjutan di tahun 2017. Melalui program rekalibrasi tersebut, 188 cabang per 2015 menjadi 39 cabang per akhir tahun 2016. Yang mengakibatkan total kredit unit mikro laju tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 65,1% menjadi Rp665 miliar (2015: Rp1,9 triliun). Akan tetapi, nasabah mikro laju akan tetap dapat dilayani di cabang konvensional perusahaan.
Selain itu, kebutuhan pengusaha dengan plafon hingga Rp1 miliar tetap bisa terlayani dengan produk unit UKM yang sudah berjalan.
4. Kredit Pensiun
Unit Kredit Pensiun adalah unit yang membantu para pensiunan TASPEN dan ASABRI untuk bisa kembali produktif membuka usaha dengan dukungan pembiayaan dari perusahaan yaitu berupa fasilitas personal loan. Di tahun 2016, total kredit pensiun mengalami penurunan sebesar 37,7%, dikarenakan adanya pembenahan internal dalam rangka meningkatkan pelayanan yang lebih maksimal kepada para penerima manfaat pensiun.
Kedepannya Kredit Pensiun ini akan dijalankan dengan mengedepankan strategi crosselling kepada para pensiunan yang sudah menjadi nasabah Tabungan Pensiunan CIMB Niaga.
Dengan adanya unit Kredit Pensiun ini, diharapkan jumlah pensiunan yang menggunakan Perusahaan sebagai juru bayar gaji pensiunan bulanan melalui Tabungan Pensiun CIMB Niaga semakin besar dan mampu menjadi nilai tambah bagi para pensiunan yang selama ini sudah setia menjadi nasabah Perusahaan. Diharapkan dengan potensi pasar yang besar dan jaringan Perusahaan yang luas, unit Kredit Pensiun akan semakin berkembang dan menjadi salah satu Kredit Pensiun terbaik di Indonesia.
Rencana Tahun 2017
Perbankan UMKM telah menyusun beberapa strategi dan kebijakan ke depan melalui Rencana Bisnis Bank dalam rangka meraih pertumbuhan yang berkelanjutan. Di tahun 2017 ini Perbankan UMKM akan menjaga pertumbuhan kredit, terutama untuk mendukung pertumbuhan bisnis sektor UMKM melalui Program Lending. Program Lending ini ke depannya akan diperluas, baik di perbankan UKM, Micro Linkage dan Kredit Pensiun, sehingga akan mendukung perkembangan bisnis sektor UMKM.
Dari sisi Dana pihak ketiga, Perbankan UMKM tetap akan mengejar CASA untuk pertumbuhan portofolio.
Salah satu strategi yang akan dijalankan adalah melalui bundling dengan kredit sehingga tercipta produk yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Perbankan UMKM juga akan memperkokoh basis nasabah yang potensial dan berkualitas melalui kolaborasi antar bagian melalui program referral dan crosselling, serta melakukan optimalisasi dan peningkatan untuk produk value chain dan trade finance. Khusus untuk value chain, fiturnya akan terus dikembangkan, baik dari sisi produk maupun sisi controlling. Meningkatkan kerja sama dengan berbagai principle mulai dari consumer goods, cement, electronic, dan lainnya.
Selain itu, perbaikan proses akan senantiasa dilakukan untuk efisiensi waktu kerja dan meningkatkan layanan kepada nasabah.
Semua strategi ini diharapkan akan menumbuhkan dan mempercepat proses kredit namun dengan tetap menjaga kualitas kredit dalam kondisi baik dan memenuhi target yang ditetapkan oleh Manajemen.