• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN SANITASI

Dalam dokumen ROADMAP SANITASI PROVINSI RIAU 2021-2026 (Halaman 44-50)

Tujuan pembangunan sanitasi adalah pernyataan-pernyataan tentang hal-hal yang diperlukan untuk mencapai visi pembangunan sanitasi, melaksanakan misi pembangunan sanitasi dengan menjawab isu strategis dan permasalahan mendesak pembangunan sanitasi. Adapun tujuan pembangunan sanitasi diturunkan untuk mempertajam operasionalisasi kegiatan pembangunan sanitasi yang akan dilakukan oleh Provinsi Riau.

Penetapan tujuan dan sasaran akan diturunkan dari isu strategis dan permasalahan mendesak sebagai berikut :

a. Isu Strategis Komponen Persampahan :

Isu-isu Strategis dari sektor persampahan adalah sebagai berikut :

− (S) Adanya OPD yang menangani pengelolaan Sampah dengan baik.

− (S) Adanya Pokja Sanitasi/PPAS pada setiap kab/kota.

− [S] 8 Kabupaten/kota telah memiliki peraturan terkait pengelolaan persampahan baik dalam bentuk perda maupun perwako atau perbup dan semua kabupaten/kota telah memiliki peraturan terkait retribusi persampahan

− [S] pengelolaan persampahan telah masuk kedalam RPJMD dan renstra Setiap kab/kota

− [S] Adanya sumber dana rutin dari APBD untuk pengelolaan persampahan

− [S] Adanya pemungutan retribusi pelayanan Sampah

− [S] Adanya dana transfer dan bantuan keuangan dari provinsi ke kab/kota

− [S] Semua kab/kota telah memiliki TPA

− [S] 10 kab/kota sistem operasional TPA dengan sanitary/controlled landfill

2021-2026

39

− [S] Persentase (%) sampah tertangani di perkotaan sudah cukup tinggi yaitu sebesar 65.95%.

− [S] Adanya pembangunan TPS3R di beberapa kab/kota.

− [S] Adanya Bank sampah baik dikelola pemda maupun masyarakat di setiap kab/kota.

− [S] Pada tahun 2021 ini 9 Kabupaten/kota telah memiliki Masterplan/PTMP/Rencana Induk persampahan.

− [S] adanya SDM untuk pengelola sampah pada OPD DLH.

− [W] sebanyak 9 kabupaten/kota pengelolaan TPA nya masih langsung di bawah dinas, belum ada badan pengelola khusus seperti UPT.

− [W] Peraturan yang menyangkut kelembagaan atau badan pengelola belum ada.

− [W] 4 kab/kota belum memiliki peraturan terkait pengelolaan persampahan.

− [W] pada umumnya anggaran persampahan di kab/kota masih di bawah 2%.

− (W) persentase pengurangan sampah (3R) provinsi baru 11.12 %.

− (W) persentase layanan pengangkutan persampahan di Provinsi Riau yaitu 43.43%.

− (W) dalam hal pengelolaan TPA, 2 kabupaten masih melakukan open dumping yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti dan Indragiri Hilir.

− (W) persentase layanan TPS/TPS3R untuk wilayah perkotaan masih cukup rendah yaitu 17.87%.

− [W] TPS3R yang ada tidak berjalan optimal.

− (O) adanya regulasi dan kebijakan terkait air limbah yang dikeluarkan oleh kementerian.

− (O) Dukungan dana dari pusat tetap ada.

− [O] Adanya Bank sampah yang didirikan oleh masyarakat.

− (T) Banyaknya kelembagaan TPS3R Yang tidak berfungsi.

− (T) Adanya Bank Sampah yang tidak berjalan.

− (T) Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke Pantai, Sungai dan Kebun.

− (T) Peningkatan jumlah penduduk tiap tahun dari luar kabupaten sehingga mempengaruhi volume sampah.

Hasil dari profil pengelolaan persampahan di Provinsi Riau, disimpulkan beberapa permasalahan mendesak yang harus segera ditangani oleh pemerintah Provinsi yaitu :

1. Sebanyak 9 kabupaten/kota pengelolaan TPA nya masih langsung di bawah dinas, belum ada badan pengelola khusus seperti UPT.

2021-2026

40

2. Pada umumnya anggaran persampahan di kab/kota masih di bawah 2%

3. Persentase pengurangan sampah (3R) provinsi baru 11.12%.

4. Persentase layanan pengangkutan persampahan perkotaan di Provinsi Riau yaitu 43%.

5. Dalam hal pengelolaan TPA, 2 kabupaten masih melakukan open dumping yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti dan Indragiri Hilir.

6. persentase layanan TPS/TPS3R untuk wilayah perkotaan masih cukup rendah yaitu 17.87%.

7. 4 kab/kota belum memiliki peraturan terkait pengelolaan persampahan.

8. Banyaknya kelembagaan TPS3R Yang tidak berfungsi.

9. Sampah yang belum terkelola sebesar 22.93 % (masyarakat membuang sampah ke Pantai, Sungai dan Kebun serta dibakar).

Berdasarkan issue-issue di atas, dengan juga mengacu kepada visi dan misi sanitasi serta potensi dan kemampuan Provinsi Riau maka tujuan dan sasaran komponen Persampahan disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Tujuan dan Sasaran Persampahan

TUJUAN SASARAN

1. Meningkatkan pelayanan dan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan.

Meningkatnya cakupan layanan

penanganan persampahan di perkotaan dari 65.95 % pada tahun 2021 menjadi menjadi 80% pada tahun 2026.

Meningkatnya layanan pengangkutan penanganan persampahan 43% pada wilayah perkotaan menjadi 100% di tahun 2026.

Terlaksananya Pengelolaan TPA dengan sanitary landfill/controlled landfill di 2 kabupaten yang masih melakukan open dumping.

2. Meningkatkan kualitas perencanaan dan

pengelolaan persampahan yang baik.

Tersedianya dan terimplementasikannnya dokumen perencanaan persampahan di setiap kabupaten/kota sampai tahun 2026 Tersedianya dan berjalannya peraturan yang mengatur terkait pengelolaan persampahan.

Terbentuknya UPT TPA pada setiap kab/kota.

2021-2026

41

TUJUAN SASARAN

3. Meningkatkan partisipasi dan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan

lingkungan.

Meningkatnya praktek pengurangan sampah dari tempatnya (3R) dari 11.12%

menjadi 20%.

Optimalnya fungsi bank sampah.

Adanya kampanye dan penyuluhan terkait pengelolaan sampah skala rumah tangga pada setiap tahun di tiap kabupaten/kota.

b. Issue Strategi Komponen air limbah :

Isu-isu Strategis dari sektor Air Limbah adalah sebagai berikut :

− (S) Prioritas pembangunan air limbah telah termaktub dalam RPJMD Provinsi Riau.

− (S) Gugus tugas kelembagaan Pemerintah Daerah dalam mendorong pengelolaan dan percepatan pembangunan air limbah telah terbentuk dan bekerja dalam tiap tingkat (Pokja sanitasi/PPAS Prov, Pokja Kab/Kota).

− [S]Sudah adanya pembangunan IPAL komunal dan berfungsi dengan baik di setiap kab/kota.

− [S] 10 kab/kota telah memiliki dokumen masterplan/outline plan air limbah.

− [W] Terbatasnya regulasi tentang pengelolaan air limbah rumah tangga (10 kab/kota belum memiliki peraturan terkait pengelolaan air limbah domestik).

− [W] Masih kurangnya kelembagaan (UPTD) yang khusus menangani pengelolaan air limbah (Pemerintah, swasta dan masyarakat)/Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah.

− [W] Anggaran infrastruktur pengelolaan air limbah masih sangat terbatas dianggarkan oleh APBD Kab/Kota dan Provinsi. (dibawah 1%).

− (W) masih rendahnya cakupan layanan sistem offsite (SPALD-T) yaitu baru 0.91%.

− (W) 4 Kabupaten/kota belum memiliki Instalasi Pembuangan Lumpur Tinja (IPLT) dan IPLT yang telah terbangun pada 8 kab/kota masih belum berfungsi optimal.

− (W) akses aman air limbah domestik Provinsi Riau baru 1.28%.

− (W) akses layak Provinsi Riau baru 83,24%.

2021-2026

42

− (O) adanya regulasi dan kebijakan terkait air limbah yang dikeluarkan oleh kementerian.

− (O) Adanya peluang dukungan dana yang bersumber dari APBN, Tugas Perbantuan, Belanja Kementrian, DAK Sanitasi, serta sumber dana internasional dari lembaga multilateral (World Bank, Asian Development Bank, Ausaid), CSR dan partisipasi masyarakat untuk infrastruktur pengelolaan air limbah tersedia cukup besar.

− [O] Adanya kepemilikan jamban individu di masyarakat.

− [O] Telah berjalannnya program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Riau.

− [O] Adanya Swadaya masyarakat untuk membangun septiktank/IPAL komunal.

− [O] Masyarakat bersedia melakukan sambungan sistem perpipaan air limbah.

− (T) Masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau tidak memiliki akses jamban dan memiliki akses yang tidak layak sebesar 4.69%.

− (T) akses tidak layak masyarakat masih ada sebesar 12.07%.

− (T) Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik.

− (T) Kecenderungan pertumbuhan permukiman semakin meningkat.

− [T] Tingginya pencemaran akibat tangki septik tidak aman.

Hasil dari profil pengelolaan Air Limbah di Provinsi Riau, disimpulkan beberapa permasalahan mendesak yang harus segera ditangani oleh pemerintah Provinsi yaitu :

1. 4 Kabupaten/kota belum memiliki Instalasi Pembuangan Lumpur Tinja (IPLT) dan IPLT yang telah terbangun pada 8 kab/kota masih belum berfungsi optimal.

2. Terbatasnya regulasi tentang pengelolaan air limbah rumah tangga (10 kab/kota belum memiliki peraturan terkait pengelolaan air limbah domestik).

3. Masih rendahnya cakupan layanan sistem offsite (SPALD-T) yaitu baru 0.91%.

4. Akses layak Provinsi Riau baru 83.24%.

5. Akses aman air limbah domestik Provinsi Riau baru 1.28%.

6. Akses tidak layak masyarakat masih ada sebesar 12.07%.

7. Masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau tidak memiliki akses jamban dan memiliki akses yang tidak layak sebesar 4.69%.

2021-2026

43

8. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah domestik.

Berdasarkan issue-issue di atas, dengan juga mengacu kepada visi dan misi sanitasi serta potensi dan kemampuan Provinsi Riau maka tujuan dan sasaran komponen air limbah disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3.3 Tujuan dan Sasaran Air Limbah

TUJUAN SASARAN

1. Meningkatkan akses rumah tangga terhadap fasilitas pengelolaan air limbah yang aman dan memadai.

Berkurangnya masyarakat yang BABS/tidak memiliki akses sebesar 4.69%

menjadi 0 % pada tahun 2026.

Peningkatan akses layak masyarakat dari 83.24% menjadi 93.38% pada tahun 2026.

Meningkatnya akses aman masyarakat dari 1.28 % menjadi 6 % tahun 2026.

Terbangunnya IPLT pada 4 Kab/kota yang belum memiliki IPLT.

Tersusunnya masterplan/outline plan air limbah pada setiap kabupaten/kota pada tahun 2026.

Berjalannya Layanan Lumpur Tinja Pada IPLT yang telah terbangun.

2. Meningkatkan ketersediaan regulasi pengelolaan air limbah.

Tersedianya peraturan/regulasi mengenai air limbah sampai tahun 2026 pada setiap kabupaten/kota.

3. Meningkatkan intensitas upaya penyadaran

masyarakat dalam rangka pengelolaan air limbah

Meningkatnya kampanye pengelolaan air limbah domestik yang benar dan tangki septik standar SNI.

Tujuan dan sasaran yang ditetapkan di atas selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kebijakan pembangunan sanitasi di wilayah provinsi Riau.

2021-2026

44

BAB IV

STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI PROVINSI RIAU

Strategi pembangunan sanitasi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program pembangunan sanitasi indikatif untuk mewujudkan visi dan misi pembangunan sanitasi. Strategi pembangunan sanitasi dalam Roadmap Sanitasi Provinsi harus dijadikan salah satu rujukan penting dalam perencanaan pembangunan daerah yang akan dilaksanakan oleh SKPD provinsi terkait. Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran setiap sub sektor sanitasi sebagaimana yang telah direncanakan, perlu diketahui faktor-faktor kunci keberhasilan dan strategi pelaksanaan. Untuk identifikasi faktor kunci keberhasilan dan perumusan strategi ini digunakan análisis SWOT. Strategi diturunkan dari isu strategis dari masing-masing komponen sanitasi.

Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik.

Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan dan kesempatan ekternal dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.

Analis SWOT dapat memberikan gambaran hasil analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan secara menyeluruh yang digunakan sebagai dasar atau landasan penyusunan objective dan strategi daerah dalam corporate planning.

4.1. STRATEGI PERSAMPAHAN

Analisis SWOT yang terdiri dari análisis internal dan eksternal, digunakan untuk menentukan dan menganalisa strategi dimaksud, karena faktor-faktor internal dan eksternal di dalam pembangunan memiliki tingkat korelasisi dan kombinasi yang tinggi untuk saling mempengaruhi.

Analisis internal bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai faktor yang menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kajian internal pada hakekatnya merupakan analisis dan evaluasi atas kondisi, kinerja dan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi sektor sanitasi. Sedangkan análisis eksternal bertujuan

2021-2026

45

untuk mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai faktor yang menjadi kesempatan (opportunity) dan tantangan (threat).

Adapun hasil analis faktor internal dan eksternal yang memberikan pengaruh dan skor yang tinggi untuk komponen persampahan disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1 Identifikasi SWOT Komponen Persampahan

Internal Eksternal

(+) Kekuatan (S) (+) Peluang (O)

Adanya sumber dana rutin dari APBD untuk pengelolaan persampahan.

Adanya regulasi dan kebijakan terkait pengelolaan persampahan yang dikeluarkan oleh

kementerian.

Semua kab/kota telah memiliki TPA. Dukungan dana dari pusat tetap ada.

10 kab/kota sistem operasional TPA dengan controlled landfill.

Persentase (%) sampah tertangani di perkotaan sudah cukup tinggi yaitu sebesar 65.95%.

Pengelolaan persampahan telah masuk kedalam RPJMD dan renstra Setiap kab/kota.

(-) Kelemahan (W) (-) Ancaman (T) Sebanyak 9 kabupaten/kota

pengelolaan TPA nya masih langsung di bawah dinas, belum ada badan pengelola khusus seperti UPT.

Banyaknya kelembagaan TPS3R Yang tidak berfungsi.

Peraturan yang menyangkut

kelembagaan atau badan pengelola belum ada.

Sampah yang belum terkelola sebesar 22.93 % (masyarakat membuang sampah ke Pantai, Sungai dan Kebun serta dibakar).

Pada umumnya anggaran

persampahan di kab/kota masih di bawah 2%.

Persentase pengurangan sampah (3R)

provinsi baru 11.12%.

2021-2026

46 persentase layanan pengangkutan persampahan di Provinsi Riau yaitu

43%.

Dalam hal pengelolaan TPA, 2 kabupaten masih melakukan open dumping yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti dan Indragiri Hilir.

TPS3R yang ada tidak berjalan optimal

Sumber : Hasil Analisis Pokja.

Dari hasil skoring masing-masing isu strategis maka didapat Posisi Pengelolaan Persampahan Provinsi Riau, ditampilkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.1 Posisi Pengelolaan persampahan Provinsi Riau Hasil analis SWOT didapat posisi pengelolaan Persampahan berada pada kuadran IV yaitu Gunakan Kekuatan untuk mengatasi Ancaman.

Sebaiknya melakukan diversifikasi kegiatan. Strategi utama yang digunakan adalah menggunakan potensi kekuatan untuk mengantisipasi ancaman dan strategi pendukung yang akan mempercepat Pencapaian tujuan dan sasaran.

Tujuan dan sasaran serta strategi tersebut dijabarkan pada tabel di bawah ini:

2021-2026

47

Tabel 4.3 Tujuan, sasaran dan Strategi Persampahan

TUJUAN SASARAN STRATEGI

1. Meningkatkan pelayanan dan ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan persampahan yang berwawasan lingkungan.

Meningkatnya cakupan layanan persampahan di perkotaan dari 65.95% pada tahun 2021 menjadi menjadi 80% pada tahun 2026.

- Meningkatkan sarana dan prasarana persampahan untuk memenuhi tingkat pelayanan persampahan.

- Menyediakan sistem monitoring evaluasi pelaksanan pengelolaan Persampahan skala Provinsi.

Meningkatnya layanan pengangkutan

penanganan persampahan 43% pada wilayah perkotaan menjadi 100% di tahun 2026.

Terlaksananya Pengelolaan TPA dengan sanitary landfill/controlled landfill di 2 kabupaten yang masih melakukan open dumping.

Mendorong kab/kota untuk meningkatkan pengelolaan TPA Sanitary Landfill.

2. Meningkatkan kualitas

perencanaan dan pengelolaan persampahan.

Tersedianya dan terimplementasikannnya dokumen perencanaan persampahan di setiap kabupaten/kota sampai tahun 2026.

Mendorong terselenggaranya perencanaan di bidang persampahan secara menyeluruh dan terintegrasi di semua kabupaten/kota dengan mengoptimalkan dana APBN.

Tersedianya dan berjalannya peraturan yang mengatur terkait pengelolaan persampahan

Mengembangkan perangkat regulasi perda pengelolaan persampahan permukiman pada setiap kab/kota dan di tingkat Provinsi.

Mendorong kabupaten/kota agar

mengoptimalkan perda persampahan yang telah ada untuk meningkatkan kesadaran masyarakat.

2021-2026

48

TUJUAN SASARAN STRATEGI

Terbentuknya UPT TPA pada setiap kab/kota. Mendorong terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan persampahan.

3. Meningkatkan partisipasi dan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan lingkungan

Meningkatkan praktek pengurangan sampah dari tempatnya (3R) dari 11.12% menjadi

20%. Meningkatkan peran serta masyarakat

terkait pemilahan sampah rumah tangga melalui optimalisasi bank sampah dan kelompok masyarakat.

Optimalnya fungsi bank sampah.

Adanya kampanye dan penyuluhan terkait pengelolaan sampah skala rumah tangga pada setiap tahun di tiap kabupaten/kota Sumber : Hasil Analisis Pokja.

2021-2026

49 4.2. STRATEGI AIR LIMBAH.

Adapun hasil analis faktor internal dan eksternal yang memberikan pengaruh dan skor yang tinggi untuk komponen air limbah disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.4 Identifikasi SWOT Komponen Air Limbah

Internal Eksternal

(+) Kekuatan (S) (+) Peluang (O) Prioritas pembangunan air limbah

telah termaktub dalam RPJMD Provinsi Riau.

Adanya regulasi dan kebijakan terkait air limbah yang dikeluarkan oleh kementrian.

10 kab/kota telah memiliki dokumen masterplan/outline plan air limbah.

Adanya peluang dukungan dana yang bersumber dari APBN, Tugas Perbantuan, Belanja Kementrian, DAK Sanitasi, serta sumber dana internasional dari lembaga multilateral (world bank, Asian Development Bank, Ausaid), CSR dan partisipasi masyarakat untuk infrastruktur pengelolaan air limbah tersedia cukup besar.

(-) Kelemahan (W) (-) Ancaman (T) Belum ada kelembagaan (UPTD)

yang khusus menangani pengelolaan air limbah (Pemerintah, swasta dan masyarakat)/Belum terpisahnya fungsi regulator dan operator dalam pengelolaan air limbah.

Masyarakat yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) atau tidak memiliki akses jamban dan memiliki akses yang tidak layak sebesar 4.69%.

Akses layak Provinsi Riau baru 83.24%.

Akses tidak layak masyarakat masih ada sebesar 12.07%.

4 Kabupaten/kota belum memiliki Instalasi Pembuangan Lumpur Tinja (IPLT) dan IPLT yang telah terbangun pada 8 kab/kota masih belum berfungsi optimal.

Tingginya pencemaran akibat tangki septik tidak aman.

2021-2026

50 Akses aman air limbah domestik Provinsi Riau baru 1.28%.

Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pengeloLaan limbah domestik.

Terbatasnya regulasi tentang pengelolaan air limbah rumah tangga (10 kab/kota belum memiliki peraturan terkait pengelolaan air limbah domestik).

Masih rendahnya cakupan layanan sistem offsite (SPLDT) yaitu baru 0.91%.

Belum adanya layanan lumpur tinja terjadwal oleh IPLT untuk melayani masyarakat yang menggunakan Tangkiseptik individual dan komunal.

Sumber : Hasil Analisis Pokja.

Dari hasil skoring dari Masing-masing isu strategis maka didapat Posisi Pengelolaan air limbah Provinsi Riau, ditampilkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 4.2 posisi Pengelolaan Air Limbah Domestik Provinsi Riau

2021-2026

51

Hasil analis SWOT didapat posisi pengelolaan air limbah berada pada kuadran II yaitu Benahi Kelemahan untuk memanfaatkan Peluang. Strategi utama yang digunakan adalah mengatasi kelemahan dan strategi pendukung yang akan mempercepat Pencapaian tujuan dan sasaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel berikut :

Tabel 4.6 Tujuan, Sasaran dan Strategi Air Limbah

TUJUAN SASARAN STRATEGI

1. Meningkatkan akses rumah tangga terhadap fasilitas pengelolaan air limbah yang aman dan memadai.

Berkurangnya masyarakat yang BABS/tidak memiliki akses sebesar 4.69 % menjadi 0% pada tahun 2026.

1. Meningkatkan fasilitas pengelolaan air limbah permukiman setempat termasuk pengolahan lumpur tinja serta terpusat untuk area berisiko dan mengembangkan sistem pemicuan dengan optimalisasi dana APBN maupun hibah.

2. Menyediakan sistem monitoring evaluasi terhadap capaian target pengelolaan Air Limbah skala Provinsi yang difasilitasi oleh pokja sanitasi Provinsi.

3. Mendorong penganggaran provinsi dengan adanya regionalisasi SPALD-T dan SPALD-S untuk beberapa kabupaten/kota.

Peningkatan akses layak masyarakat dari 83.24% menjadi 93.38 % pada tahun 2026.

Meningkatnya akses aman masyarakat dari 1.28 % menjadi 6 % tahun 2026.

Terbangunnya IPLT pada 4 Kab/kota yang belum memiliki IPLT

Tersusunnya masterplan/outline plan air limbah pada setiap kabupaten/kota pada tahun 2026.

4. Mendorong kabupaten/kota untuk penyusunan dokumen perencanaan air limbah dan instalasi pengelolaan air limbah

2021-2026

52

TUJUAN SASARAN STRATEGI

Berjalannya Layanan Lumpur Tinja Pada IPLT yang telah terbangun.

5. Mendorong tersedianya badan pengelola/unit pengelola bagi sarana air limbah komunal/insfratruktur terbangun.

6. Mendorong berfungsinya IPLT terbangun demi mengurangi pencemaran terhadap air tanah.

2. Meningkatkan ketersediaan regulasi pengelolaan air limbah.

Tersedianya peraturan/Regulasi mengenai air limbah sampai tahun 2026 pada setiap kabupaten/kota.

7. Mendorong tersedianya peraturan daerah terkait pengelolaan air limbah skala kabupaten/provinsi.

3. Meningkatkan intensitas upaya penyadaran masyarakat dalam rangka pengelolaan air limbah.

Meningkatnya sosialisasi mengenai pengelolaan air limbah domestik yang benar dan tangki septik standar SNI.

8. Meningkatkan pengetahuan masyarakat umum terkait pengelolaan air limbah domestik.

9. Melaksanakan bimbingan teknis terkait tangki septik sesuai standar.

53

4.3. SKENARIO PEMBANGUNAN SANITASI

Untuk pencapaian target sanitasi pada tahun 2026, skenario Pencapaian Sasaran Jangka Menengah pembangunan sanitasi baik air limbah domestik maupun persampahan sebagai berikut :

Tabel 4.7 Skenario Pencapaian Sasaran Jangka Menengah Pembangunan Air Limbah Domestik

Akses 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026

Akses Aman 1.28% 2% 3% 4% 5% 6%

Akses Layak 83.24% 84.93% 86.62% 88.31% 90.00% 91.69% 93.38%

BABS 4.69% 3.52% 2.35% 1.17% 0% 0% 0

Akses dasar 12.07% 11.55% 11.03% 10.52% 10% 8.31% 6.62%

Total 100% 101% 100% 99% 100% 100% 100%

Sumber : Hasil Analisis Pokja.

Dari tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2024 merupakan target RPJMN 2020-2024, sehingga target Provinsi Riau pun mengacu pada target tersebut, diharapkan pada tahun 2024 akes layak provinsi Riau sudah mencapai 90%.

Tabel 4.8 Distribusi Target Akses Air Limbah Layak Kabupaten/Kota.

No Kabupaten/

Kota

% akses layak

2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 1 Kuantan Singingi 82.81% 84.50% 86.19% 87.88% 89.57% 91.26% 92.95%

2 Indragiri Hulu 84.16% 85.85% 87.54% 89.23% 90.92% 92.61% 94.30%

3 Indragiri Hilir 59.33% 61.02% 62.71% 64.40% 66.09% 67.78% 69.47%

4 Pelalawan 89.18% 90.87% 92.56% 94.25% 95.94% 97.63% 99.32%

5 Siak 90.51% 92.20% 93.89% 95.58% 97.27% 98.96% 100.00%

6 Kampar 89.47% 91.16% 92.85% 94.54% 96.23% 97.92% 99.61%

7 Rokan Hulu 81.44% 83.13% 84.82% 86.51% 88.20% 89.89% 91.58%

8 Bengkalis 89.67% 91.36% 93.05% 94.74% 96.43% 98.12% 99.81%

9 Rokan Hilir 74.75% 76.44% 78.13% 79.82% 81.51% 83.20% 84.89%

10 Pekanbaru 96.73% 98.42% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

11 Dumai 95.38% 97.07% 98.76% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

12 Kepulauan Meranti 57.43% 59.12% 60.81% 62.50% 64.19% 65.88% 67.57%

TOTAL 83.24% 84.93% 86.62% 88.31% 90.00% 91.69% 93.38%

54

Tabel 4.9 Distribusi Target Akses Air Limbah Aman Kabupaten/Kota No Kabupaten/Kota 2021 2022 2023 2024 2025 2026

1 Kuantan Singingi 0.52% 1.46% 2.40% 3.35% 4.29% 5.23%

2 Indragiri Hulu 2.06% 3.01% 3.95% 4.89% 5.84% 6.78%

3 Indragiri Hilir 0.75% 1.70% 2.64% 3.58% 4.53% 5.47%

4 Pelalawan 0.11% 1.05% 1.99% 2.94% 3.88% 4.82%

5 Siak 1.73% 2.67% 3.61% 4.56% 5.50% 6.44%

6 Kampar 0.71% 1.66% 2.60% 3.54% 4.49% 5.43%

7 Rokan Hulu 1.61% 2.55% 3.49% 4.44% 5.38% 6.32%

8 Bengkalis 0.40% 1.34% 2.28% 3.23% 4.17% 5.12%

9 Rokan Hilir 1.22% 2.16% 3.10% 4.05% 4.99% 5.93%

10 Pekanbaru 0.75% 1.69% 2.63% 3.58% 4.52% 5.46%

11 Dumai 2.10% 3.04% 3.99% 4.93% 5.87% 6.82%

12 Kepulauan Meranti 3.45% 4.39% 5.33% 6.28% 7.22% 8.16%

TOTAL 1.28% 2.23% 3.17% 4.11% 5.06% 6.00%

Tabel 4.10 Skenario Pencapaian Sasaran Jangka Menengah Pengelolaan Persampahan

Pengelolaan persampahan

perkotaan 2021 2022 2023 2024 2025 2026 Penanganan 65.95% 68.76% 71.57% 74.38% 77.19% 80%

pengurangan 11.12% 12.90% 14.67% 16.45% 18.22% 20%

Dari tabel diatas, pada tahun 2026 target penanganan persampahan di perkotaan sudah mencapai 80% sesuai dengan target RPJMN dan pengurangan sampah sebesar 20%.

55

Tabel 4.11 Distribusi Target Penanganan Persampahan perkotaan Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota % penanganan sampah perkotaan

2021 2022 2023 2024 2025 2026 1 Kuantan Singingi 57.42% 60.23% 63.04% 65.85% 68.66% 71.47%

2 Indragiri Hulu 33.99% 36.80% 39.61% 42.42% 45.23% 48.04%

3 Indragiri Hilir 53.68% 56.49% 59.30% 62.11% 64.92% 67.73%

4 Pelalawan 37.08% 39.89% 42.70% 45.51% 48.32% 51.13%

5 Siak 61.73% 64.54% 67.35% 70.16% 72.97% 75.78%

6 Kampar 26.67% 29.48% 32.29% 35.10% 37.91% 40.72%

7 Rokan Hulu 37.20% 40.01% 42.82% 45.63% 48.44% 51.25%

8 Bengkalis 65.12% 67.93% 70.74% 73.55% 76.36% 79.17%

9 Rokan Hilir 59.67% 62.48% 65.29% 68.10% 70.91% 73.72%

10 Pekanbaru 87.16% 89.97% 92.78% 95.59% 98.40% 101.21%

11 Dumai 35.92% 37.73% 40.54% 43.35% 46.16% 48.97%

12 Kepulauan Meranti 43.70% 46.51% 49.32% 52.13% 54.94% 57.75%

TOTAL 65.95% 68.76% 71.57% 74.38% 77.19% 80%

Tabel 4.12 Distribusi Target Pengurangan Sampah perkotaan Kabupaten/Kota

No Kabupaten/Kota % Pengurangan sampah perkotaan

2021 2022 2023 2024 2025 2026 1 Kuantan Singingi 17.64% 19.42% 21.19% 22.97% 24.74% 26.52%

2 Indragiri Hulu 0.40% 2.18% 3.95% 5.73% 7.50% 9.28%

3 Indragiri Hilir 0.00% 1.78% 3.55% 5.33% 7.10% 8.88%

4 Pelalawan 9.11% 10.88% 12.66% 14.44% 16.21% 17.99%

5 Siak 10.16% 11.94% 13.72% 15.49% 17.27% 19.04%

6 Kampar 4.10% 5.88% 7.65% 9.43% 11.21% 12.98%

7 Rokan Hulu 9.12% 10.89% 12.67% 14.44% 16.22% 18.00%

8 Bengkalis 7.17% 8.94% 10.72% 12.50% 14.27% 16.05%

9 Rokan Hilir 15.88% 17.66% 19.43% 21.21% 22.99% 24.76%

10 Pekanbaru 25.34% 27.12% 28.89% 30.67% 32.45% 34.22%

11 Dumai 0.16% 1.94% 3.71% 5.49% 7.26% 9.04%

12 Kepulauan Meranti 2.13% 3.91% 5.69% 7.46% 9.24% 11.01%

TOTAL 11.12% 11.12% 11.12% 11.12% 11.12% 20%

56

BAB V

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SANITASI

Kebijakan adalah acuan yang wajib dipenuhi dalam melakukan tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih, agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran.

Pada RPJMD Provinsi Riau 2019-2024 Meningkatnya cakupan pelayanan infrastruktur permukiman dengan indikator keberhasilan Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap layanan sanitasi layak (%) pada tahun 2024 sebesar 91,24%.

Kebijakan Penyelenggaraan Sanitasi dirumuskan untuk menjawab isu strategis dan permasalahan dalam penyelenggaraan sanitasi. Berdasarkan kelompok kebijakan yang telah dirumuskan diatas, ditentukan arahan kebijakan sebagai dasar dalam mencapai sasaran Penyelenggaraan Sanitasi yang diarahkan untuk memenuhi sasaran, adapun arah kebijakan tersebut antara lain :

a. Peningkatan Kapasitas Lembaga Pengelola Layanan Sanitasi.

b. Peningkatan Komitmen Kepala Daerah.

c. Pembangunan Sanitasi Permukiman Sesuai Karakteristik dan Kebutuhan Daerah.

d. Peningkatan Perubahan Prilaku Masyarakat.

e. Pengembangan kerja sama dan pola pendanaan

Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya.

Untuk mencapai Tujuan dan Sasaran pembangunan sanitasi Provinsi Riau, kebijakan khusus terkait sanitasi yang akan diambil oleh Provinsi Riau dalam menjalankan pembangunan sanitasi 5 ( lima) tahun kedepan adalah :

✓ Penyedian sarana dan prasarana sanitasi yang memadai bagi masyarakat.

✓ Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas pelaku pembangunan sanitasi.

✓ Meningkatkan alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Sanitasi dan Penyehatan Lingkungan melalui program tahunan, terutama sanitasi

Dalam dokumen ROADMAP SANITASI PROVINSI RIAU 2021-2026 (Halaman 44-50)

Dokumen terkait