• Tidak ada hasil yang ditemukan

ROADMAP SANITASI PROVINSI RIAU 2021-2026

N/A
N/A
ridho palensa

Academic year: 2024

Membagikan "ROADMAP SANITASI PROVINSI RIAU 2021-2026"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ROADMAP SANITASI PROVINSI RIAU

2021-2026 BAPPEDALITBANG

PROVINSI RIAU

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Disusun Oleh :

BAPPEDALITBANG PROVINSI RIAU

……….

Nip……….

POKJA PPAS PROVINSI RIAU KETUA

……….

Nip……….

(3)

i

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami panjatkan Kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat dan Hidayah_Nya sehingga Dokumen Roadmap Sanitasi Provinsi (RSP) dalam pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2021 dapat diselesaikan.

Dokumen Roadmap Sanitasi Provinsi (RSP) adalah adalah dokumen yang berisikan strategi kebijakan dalam pengelolaan sanitasi di wilayah provinsi yang dapat dijadikan masukan atau acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan di daerah.

Kami berharap, semoga Dokumen ini dapat berguna dan bermanfaat sehingga pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Propinsi Riau dapat mencapai tujuan, sasaran dan kinerja seperti yang diharapkan.

Pekanbaru, Desember 2021

BAPPEDALITBANG PROVINSI RIAU

(4)

ii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1.LATAR BELAKANG ... 1

1.2.TUJUAN ... 2

1.3.SASARAN ... 2

1.4.LANDASAN HUKUM ... 3

1.5.KEDUDUKAN DOKUMEN RSP DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN. ... 5

1.6.KOMPONEN ROADMAP DAN LINGKUP SUBSTANSI LINGKUP ROADMAP SANITASI PROVINSI. ... 7

1.7.METODOLOGI PENYUSUNAN ROADMAP SANITASI PROVINSI. ... 9

1.8.RUANG LINGKUP MUATAN ROAD MAP SANITASI PROVINSI.... 9

BAB II ... 11

PROFIL SANITASI PROVINSI ... 11

2.1.PROFIL PENGELOLAAN SANITASI EKSISTING. ... 13

2.2.KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN. ... 13

2.2.1. Peraturan Tentang Pengelolaan Persampahan. ... 13

2.2.2. Infrastruktur Pengelolaan Sampah Terbangun ... 14

2.2.3. Perencanaan tentang pengelolaan persampahan ... 18

2.2.4. Pendanaan pembangunan persampahan ... 19

2.3.KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH. ... 22

2.3.1. Peraturan Tentang Pengelolaan Air Limbah. ... 22

2.3.2. Infrastruktur Pengelolaan Air Limbah Terbangun. ... 23

2.3.3. Peraturan tentang pengelolaan air limbah ... 28

2.3.4. Pendanaan pembangunan air limbah ... 29

2.4.PROFIL PENDANAAN SANITASI PROVINSI RIAU. ... 33

2.5.PROFIL PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI PROVINSI. ... 34

BAB III ... 35

VISI DAN MISI ... 35

PEMBANGUNAN SANITASI PROVINSI RIAU ... 35

3.1.VISI PEMBANGUNAN SANITASI ... 36

3.2.MISI PEMBANGUNAN SANITASI ... 37

3.2.1. Misi Persampahan ... 37

3.2.2. Misi Air Limbah Domestik ... 38

(5)

iii

3.3.TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN SANITASI ... 38

BAB IV... 44

STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI PROVINSI RIAU ... 44

4.1.STRATEGI PERSAMPAHAN ... 44

4.2.STRATEGI AIR LIMBAH. ... 49

4.3.SKENARIO PEMBANGUNAN SANITASI ... 53

BAB V ... 56

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SANITASI ... 56

BAB VI... 59

PENUTUP ... 59

(6)

2021-2026

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pembangunan sanitasi merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar sebagaimana diatur dalam pasal 12 undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, dan di dalam lampirannya ditegaskan b tentang kewenangan Pemerintah Provinsi dalam pembangunan sanitasi.

Dalam rangka mencapai target RPJM Nasional Tahun 2020-2024 tentang tersedianya sistem layanan sanitasi berkelanjutan yaitu 90% Rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak dan aman, Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Tempat Terbuka 0% dan Rumah tangga yang memiliki akses sampah terkelola dengan baik (perkotaan) 80% untuk penganganan persampahan dan 20% untuk pengurangan persampahan serta target sanitasi aman dan layak 100% pada tahun 2030 sebagaimana termaktub dalam dokumen Transforming Our World The 2030 Agenda for Sustainable Development serta amanat Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, untuk hal tersebut dibutuhkan dukungan dari pemangku kepentingan khususnya Pemerintah Daerah Provinsi untuk : 1). meningkatkan peran fasilitasi dalam pembangunan sanitasi secara terpadu dan menyeluruh di kabupaten/kota; 2). memaksimalkan fungsi Gubernur sebagai wakil pemerintahan pusat di wilayahnya dalam pembangunan sanitasi; 3).

memprioritaskan alokasi pembiyaaan pembangunan sanitasi melalui APBD provinsi.

Untuk memperoleh dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Provinsi sebagaimana dimaksud pada paragraf kedua tersebut, maka diperlukan komitmen Pemerintah Provinsi agar melengkapi peraturan/kebijakan di bidang sanitasi sesuai kewenangan yang diatur dalam peraturan perundang- undangan. Salah satu kebutuhan dukungan tersebut adalah tersedianya pedoman yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan skala prioritas pembangunan sanitasi dan kebijakan strategis di Provinsi yaitu Roadmap Sanitasi Provinsi serta pembentukan peraturan Gubernur tentang Roadmap Sanitasi Provinsi.

Dalam hal ini pembangunan sanitasi akan dimuat tersendiri di dalam Roadmap Sanitasi Provinsi Riau. Roadmap sanitasi diharapkan akan mengupayakan pembangunan sanitasi sesuai dengan kebutuhan dengan

(7)

2021-2026

2

mengerahkan potensi yang ada. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat dampak sanitasi yang sangat luas, termasuk untuk mendukung visi dan misi pembangunan Provinsi Riau lainnya, khususnya terkait dengan peningkatan kesehatan hingga peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum.

Maka, berdasarkan pertimbangan pertimbangan tersebut di atas, BAPPEDALITBANG Provinsi Riau merasa perlu untuk melakukan penyusunan Dokumen Roadmap Sanitasi Provinsi sebagai dasar bagi provinsi dalam mengambil kebijakan prioritas pembangunan sanitasi permukiman di wilayahnya.

1.2. TUJUAN

Tujuan penyusunan Roadmap Sanitasi Provinsi Riau adalah sebagai berikut :

a) Mewujudkan pembangunan sanitasi yang terintegrasi dan komprehensif di wilayah Provinsi Riau;

b) Mewujudkan visi yang sama di antara para stakeholder Provinsi Riau tentang kondisi sanitasi yang akan dituju di akhir masa perencanaan roadmap;

c) Mengkonsolidasikan bagian pembangunan sanitasi yang menjadi tanggung jawab para stakeholder provinsi terkait;

d) Mewujudkan sinkronisasi perencanaan dan kebutuhan pendanaan pembangunan sanitasi di wilayah Provinsi Riau;

e) Menyusun database sanitasi sebagai alat monitoring dan evaluasi sanitasi tingkat provinsi maupun nasional.

f) Arah kebijakan pembangunan sanitasi di wilayah provinsi.

1.3. SASARAN

Sasaran penyusunan Roadmap Sanitasi Provinsi Riau adalah sebagai berikut :

a. Tersusunnya Dokumen RSP yang memuat kebijakan dan strategi, program dan kegiatan, serta rencana aksi pengelolaan sanitasi di wilayah provinsi.

b. Terintegrasinya perencanaan sanitasi ke dalam dokumen RPJMD, Renstrada, RPKD, dan RenstraPerangkat Daerah provinsi.

c. Terlaksananya percepatan pembangunan sanitasi dalam rangka pencapaian target akses sanitasi layak dan aman di wilayah provinsi selama 5 tahun.

(8)

2021-2026

3 1.4. LANDASAN HUKUM

Penyusunan dokumen Roadmap Sanitasi Provinsi Riau didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725).

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851).

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063).

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188).

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).

7. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.

8. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578).

10. Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indinesia Tahun 2017 Nomor 5041).

(9)

2021-2026

4

11. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6178).

12. Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 2020 tentang Kerjasama Daerah.

13. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 389);

14. Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan;

15. Peraturan Presiden Nomor 97 tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 223);

16. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024.

17. Peraturan Presiden No.18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024.

18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;

19. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 04/PRT/M/2017 Tentang Penyelenggaraan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik;

20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah;

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodefikasi, dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah

22. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor 12 Tahun 2020 Tentang Peran Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Perumahan Dan Kawasan Permukiman;

23. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, Dan serta Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

(10)

2021-2026

5

24. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020 Tentang Hasil Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah.

25. Peraturan Menter! Keuangan Nomor 26/PMK. 07/2021 Tentang Dukungan Pendanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Bagi Pengelolaan Sampah Di Daerah;

26. Peraturan Daerah Provinsi Riau No.10 Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2018-2038.

27. 28.Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 3 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2019-2024;

28. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Riau Nomor : kpts.1123/VII/2020 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pembangunan Perumahan, Permukiman, Air minum dan Sanitasi Provinsi Riau.

1.5. KEDUDUKAN DOKUMEN RSP DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN.

Roadmap Sanitasi Propinsi (RSP) memiliki keterkaitan dengan lingkup perencanaan pembangunan sanitasi secara nasional dan di daerah yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. RSP disusun mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional dan berkoordinasi dengan kabupaten/kota di wilayahnya.

2. Peraturan Presiden Nomor 185 Tahun 2014 Pasal 8 ayat (1): (Roadmap) Sanitasi Provinsi yang mengacu pada Peta Jalan (Roadmap) Sanitasi Nasional dan berkoordinasi dengan kabupaten/kota di wilayahnya.

3. RSP merupakan dokumen perencanaan yang disepakati dan disahkan melalui Peraturan Gubernur, sebagai instrumen pelaksanan pembangunan dalam pencapaian akses sanitasi layak dan aman.

4. Keberadaan RSP tidak menggantikan dokumen perencanaan induknya di bidang sanitasi yang telah disusun di dalam RPJMD dan Renstra Perangkat Daerah, akan tetapi merupakan arahan dan menjadi masukan dalam melakukan penyusunan dan/atau review dokumen perencanaan daerah.

5. Dalam kedudukannya sebagai pedoman, RSP menjadi bahan penyusunan RPJMD provinsi serta bahan penyesuaian dalam penyusunan RKPD provinsi dan Renstra perangkat daerah provinsi yang dijabarkan ke dalam Renja perangkat daerah provinsi. RSP provinsi juga dapat digunakan

(11)

2021-2026

6

sebagai acuan bagi masyarakat di provinsi yang bersangkutan untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan SPAM.

6. Dalam kaitannya dengan dokumen SSK dapat dijelaskan bahwa: i). SSK berkedudukan sebagai penjabaran dari RSP sesuai dengan kondisi pada tiap kabupaten/kota, yang dalam penyusunannya harus mengacu pada RSP; dan ii). SSK selanjutnya digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penyelenggaraan sanitasi di kabupaten/kota yang bersangkutan. Dalam kedudukannya sebagai pedoman, SSK menjadi bahan penyusunan RPJMD kabupaten/kota serta bahan penyesuaian dalam penyusunan RKPD kabupaten/kota dan Renstra perangkat daerah kabupaten/kota yang dijabarkan ke dalam Renja perangkat daerah kabupaten/kota. SSK juga dapat digunakan sebagai acuan bagi masyarakat di kabupaten/kota yang bersangkutan untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan sanitasi.

7. Integrasi dokumen RSP dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah provinsi dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. RSP tidak harus menunggu penyesuaian dokumen RPJMD untuk diimplementasikan, tetapi dapat langsung disesuaikan pada Renstra perangkat daerah. Penyesuaian Renstra tersebut dijabarkan dalam penyesuaian Renja perangkat daerah, yang selanjutnya menjadi bahan dalam penyusunan RKPD tahun rencana atau perubahan RKPD tahun berjalan.

b. Target/sasaran dalam RSP dapat dimasukkan ke dalam RKPD pada saat rapat koordinasi teknis (Rakortek) penyusunan RKPD dan tidak serta merta masuk dalam RPJMD.

c. Pada saat RSP diterbitkan dan RPJMD masih pada periode pelaksanaan, RSP dapat disesuaikan pada evaluasi paruh waktu (pada tahun ke-3 pelaksanaan RPJMD).

d. Walaupun RSP belum masuk dalam RPJMD karena ketidaksamaan periode, pencapaian pelaksanaannya, dapat dimasukkan menjadi bagian laporan evaluasi hasil RKPD, sekaligus menjadi laporan pengendalian pelaksanaan RPJMD (tiap tahun), dan bagian laporan evaluasi hasil RPJMD (5 tahun, akhir pertanggungjawaban bupati/walikota).

e. Apabila dokumen RSP diterbitkan pada saat pemda menyusun RPJMD, RSP dapat dimasukkan ke dalam rancangan awal RPJMD dan dibahas secara intensif dalam forum perangkat daerah/forum lintas perangkat daerah dan dipastikan dalam musyawarah pembangunan daerah (Musrenbangda).

(12)

2021-2026

7

f. Data perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan pembangunan sanitasi dilakukan secara terintegrasi dengan sistem informasi pemerintahan daerah (SIPD).

Alur keberkaitan RSP dengan dokumen perencanaan lainnya dalam bentuk bagan dapat dilihat pada Gambar-1, sebagai berikut :

Gambar-1: Alur keberkaitan RSP dengan dokumen perencanaan lainnya.

1.6. KOMPONEN ROADMAP DAN LINGKUP SUBSTANSI LINGKUP ROADMAP SANITASI PROVINSI.

Komponen Roadmap Sanitasi Provinsi meliputi: i). Sasaran Jangka Menengah untuk tiap aspek yang dikembangkan, beserta indikator-indikator keberhasilan serta mekanisme pemantauan dan evaluasinya; ii). pentahapan pengembangan; dan iii). rincian kegiatan yang diuraikan dalam beberapa komponen, yaitu: kerangka waktu penjadwalan, strategi implementasi, persyaratan (requirements) spesifik, keluaran (output) kegiatan.

Sedangkan lingkup substansi RSP secara umum merepresentasikan kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sanitasi permukiman di

(13)

2021-2026

8

daerah provinsi yang diarahkan pada pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis rumah tangga, serta pengelolaan air limbah domestik. Untuk menghasilkan rumusan dokumen RSP sesuai prinsip-prinsip perencanaan daerah, diperlukan informasi lengkap terkait profil sanitasi, isu dan permasalahan serta tantangan dalam pengelolaan sanitasi. Analisis dilakukan terhadap kedua komponen sanitasi yang dibatasi pada kewenangan daerah provinsi dalam pengelolaan sanitasi dan peran provinsi sebagai perwakilan pemerintah pusat dalam pembinaan dan pengawasan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, disusun arah kebijakan dan strategi penyelenggaraan sanitasi sesuai karakteristik dan kebutuhan daerah secara komprehensip dan terpadu, sehingga dapat disepakati rumusan perencanaan penyelenggaraan sanitasi yang dimuat dalam dokumen RSP.

Lingkup substansi produk perencanaan pembangunan sanitasi permukiman, secara garis besar meliputi 5 (lima) aspek, yaitu: aspek kebijakan, aspek teknis, aspek kelembagaan, aspek sosial, dan aspek pengembangan kerjasama dan Pola Pendanaan, sebagai berikut :

1. Aspek kelembagaan, yaitu penilaian terhadap kapasitas lembaga pengelola dilihat dari sisi struktur organisasi, sumber daya manusia, keuangan, dan manajemen operasional dalam pengelolaan sanitasi.

2. Aspek peraturan dan kebijakan, yaitu penilaian terhadap komitmen pemerintah provinsi terhadap pemenuhan kebutuhan peraturan dan kebijakan sesuai kewenangan daerah provinsi dalam pengelolaan sanitasi lintas kabupaten/kota termasuk pelaksanaan peran pembinaan dan pengawasan terhadap daerah kabupaten/kota dalam daerah provinsi.

3. Aspek teknis, yaitu penilaian terhadap kondisi eksisting, kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana sanitasi, dan target pembangunan sanitasi permukiman berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada sesuai karakterisitik dan kebutuhan pada daerah provinsi.

4. Aspek sosial, yaitu penilaian terhadap prilaku masyarakat berkaitan dengan buang air besar sembarangan (BABS).

5. Aspek kerjasama dan Pola Pendanaan, yaitu penilaian terhadap peluang kerjasama dalam pembangunan sanitasi permukiman lintas kabupaten/kota, dan peluang kerjasama pengelolaan sanitasi pada wilayah pelayanan tertentu di daerah kabupaten/kota sesuai peraturan perundang-undangan.

(14)

2021-2026

9

1.7. METODOLOGI PENYUSUNAN ROADMAP SANITASI PROVINSI.

Dalam penyusunan Roadmap Sanitasi Provinsi diperlukan data untuk dianalisis dan diestimasikan dalam rangka mendapatkan gambaran kebutuhan pembangunan sanitasi yang dibutuhkan di wilayah provinsi.

Roadmap Sanitasi Provinsi (RSP) disusun melalui tahapan Persiapan, Penyusunan dokumen, Konsultasi Publik, Pengesahan dan Sosialisasi, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan :

a. Menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) b. Membentuk Tim Penyusun

2. Tahap Penyusunan Dokumen :

Langkah-langkah dalam penyusunan dokumen Roadmap Sanitasi Provinsi adalah sebagai berikut :

a. Pengumpulan dan pengisian data sanitasi.

b. Penyusunan profil sanitasi.

c. Perumusan Visi & Misi.

d. Perumusan Tujuan dan Sasaran.

e. Penentuan Strategi.

f. Perumusan Kebijakan.

3. Konsultasi Publik Roadmap Sanitasi Provinsi.

4. Pengesahan Roadmap Sanitasi Provinsi.

5. Sosialisasi Roadmap Sanitasi Provinsi.

Penyusunan Roadmap Sanitasi Provinsi Riau disusun melalui serangkaian pertemuan yang dikoordinir oleh BAPPEDALITBANG Provinsi Riau dengan melibatkan berbagai unsur Pokja PPAS Provinsi Riau.

1.8. RUANG LINGKUP MUATAN ROAD MAP SANITASI PROVINSI.

Ruang lingkup muatan RSP terdiri atas:

Bab 1. Pendahuluan : Membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, landasan hukum dan metode-sistimatika penyusunan roadmap sanitasi di Provinsi Riau.

Bab 2. Profil sanitasi Provinsi Riau : Menjelaskan mengenai kondisi sanitasi eksisting di wilayah Provinsi Riau, yang meliputi kinerja pengelolaan sampah, air limbah di seluruh wilayah provinsi. Pada bagian ini juga telah dilakukan analisis menggunakan tool yang sudah dikembangkan guna menginterpretasikan dan mengklasifikasikan kondisi pengelolaan sanitasi di wilayah Provinsi Riau.

Bab 3. Visi, Misi Pembangunan Sanitasi di Provinsi Riau : Gambaran makro tentang kondisi sanitasi yang ingin diwujudkan

(15)

2021-2026

10

Bab 4. Strategi Pembangunan Sanitasi Provinsi Riau : Merupakan perumusan cara-cara untuk mencapai tujuan di masing-masing komponen sanitasi.

Bab 5. Kebijakan Pembangunan Sanitasi Provinsi Riau : Kebijakan-kebijakan yang akan diambil provinsi dalam 5 tahun ke depan.

Bab 6. Penutup : Merupakan penutup dari Roadmap Sanitasi Provinsi Riau yang berisikan kesimpulan dan rekomendasi.

(16)

2021-2026

11

BAB II

PROFIL SANITASI PROVINSI

Untuk dapat menjalankan pengelolaan sanitasi di seluruh wilayah provinsi, maka terlebih dahulu digambarkan kondisi sanitasi eksisting di Provinsi Riau. Data sanitasi di wilayah provinsi dikonsolidasikan di antara OPD terkait untuk menyepakati data yang akan digunakan untuk membentuk profil sanitasi Provinsi Riau.

Komponen sanitasi terdiri dari komponen sampah rumah tangga dan komponen air limbah domestik. Karena sanitasi berdampak luas ke berbagai urusan yang dikelola di beberapa OPD, maka ke depan pengelolaan sanitasi di Provinsi Riau akan diintegrasikan agar lebih tepat sasaran. Pengintegrasian pengelolaan sanitasi yang dimaksud akan dijalankan melalui koordinasi Pokja yang terdiri dari perwakilan masing-masing OPD. Hal ini menjadi penting mengingat sejauh ini sanitasi di Provinsi Riau masih dikelola secara sektoral, dimana umumnya setiap OPD terkait mengelola satu atau dua komponen sanitasi.

Unit data yang digunakan dalam pembentukan profil adalah kabupaten/kota untuk setiap komponen sanitasi (air limbah domestik, dan sampah rumah tangga). Selanjutnya pada akhir analisis data akan dihasilkan profil air limbah dan persampahan di Provinsi Riau.

Penyusunan Profil sanitasi dimulai dengan menjelaskan kondisi umum Provinsi Riau. Kondisi umum yang dimaksudkan adalah data-data real Provinsi Riau yang akan dijadikan dasar perhitungan ke depan yaitu data dasar yang berupa data jumlah kabupaten/kota, Luas masing-masig kabupaten/kota, jumlah penduduk dari masing-masing kabupaten kota. Termasuk ke dalamnya adalah jumlah desa, kecamatan, penduduk, dan jumlah keluarga.

Provinsi Riau terdiri atas 12 Kabupaten/kota, dari segi luas daerah, Kabupaten Pelalawan merupakan kabupaten yang paling luas yaitu sebesar 1.275.845 ha. Untuk Jumlah Penduduk, Kota Pekanbaru memiliki jumlah penduduk yang paling banyak yaitu sebesar 983.356 jiwa. Data dasar tersebut disajikan pada tabel 2.1 berikut :

(17)

2021-2026

11

Tabel 2.1 Data Dasar Provinsi Riau Tahun 2020

No. Nama Kab/Kota Jumlah

Kec. Jumlah

Desa Jumlah

Penduduk Jumlah KK Luas adm.

(ha)

Luas lahan terbangun

(ha)

1 Kuantan Singingi 15 229 334.943 83.736 525.936 5.055

2 Indragiri Hulu 14 194 444.550 112.534 772.380 5.680

3 Indragiri Hilir 20 236 654.909 163.727 1.261.478 6.078

4 Pelalawan 12 118 390.046 97.512 1.275.845 4.672

5 Kab.Siak 14 131 457.940 113.118 827.518 5.250

6 Kampar 21 250 841.332 210.333 1.098.347 9.663

7 Rokan Hulu 16 145 561.380 140.345 758.813 7.815

8 Bengkalis 11 155 565.569 141.392 697.541 7.487

9 Rokan Hilir 18 198 637.160 159.290 888.159 6.732

10 Pekanbaru 12 83 983.356 279.931 63.227 10.685

11 Dumai 7 33 316.782 79.196 162.338 2.619

12 Kepulauan Meranti 9 101 206.120 51.530 370.784 5.363

Total 169 1.873 6.394.087 1.632.644 8.702.366 77.098 Sumber: Riau Dalam angka 2021 & Kabupaten Dalam Angka 2021.

(18)

2021-2026

12

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa umumnya wilayah Provinsi Riau didominasi oleh kabupaten/kota kecil dan menengah. Hal ini dapat menjadi keuntungan tersendiri bagi Provinsi Riau mengingat pendekatan pembangunan sanitasi ideal yang terintegrasi dapat dilaksanakan dalam kondisi yang tidak sekompleks di kota besar ataupun metropolitan.

Data diatas selanjutnya menjadi dasar dalam menghitung timbulan sampah dan pengelolaan air limbah yang ideal di masing-masing kabupaten/kota ataupun secara agregasi di Provinsi Riau. Perhitungan besar produksi sampah dan air limbah sebagai benchmark pembangunan ke depan diperlihatkan pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2

Perhitungan perkiraan Produksi Sampah dan Air Limbah Domestik Tahun 2021 di Provinsi Riau

No. Nama Kab/Kota

Timbulan sampah

saat ini (m3/hari)

Proyeksi timbulan sampah 5

tahun (m3/hari)

Produksi air limbah saat

ini (m3/hari)

Produksi air limbah (m3/hari) grey water black

water 1 Kuantan Singingi 921,09 968,08 32.154,53 24.115,90 8.038,63 2 Indragiri Hulu 1.222,51 1.284,87 42.676,80 32.007,60 10.669,20 3 Indragiri Hilir 1.801,00 1.892,87 62.871,26 47.153,45 15.717,82 4 Pelalawan 1.072,63 1.127,34 37.444,42 28.083,31 9.361,10 5 Kab.Siak 1.259,34 1.323,57 43.962,24 32.971,68 10.990,56 6 Kampar 2.313,66 2.431,68 80.767,87 60.575,90 20.191,97 7 Rokan Hulu 1.543,80 1.622,54 53.892,48 40.419,36 13.473,12 8 Bengkalis 1.555,31 1.634,65 54.294,62 40.720,97 13.573,66 9 Rokan Hilir 1.752,19 1.841,57 61.167,36 45.875,52 15.291,84 10 Pekanbaru 2.704,23 2.842,17 94.402,18 70.801,63 23.600,54 11 Dumai 871,15 915,59 30.411,07 22.808,30 7.602,77 12 Kepulauan Meranti 566,83 595,74 19.787,52 14.840,64 4.946,88 TOTAL 15.440,13 16.227,74 613.832,35 460.374,26 153.458,09 Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap tahun 2021.

(19)

2021-2026

13

2.1. PROFIL PENGELOLAAN SANITASI EKSISTING.

Dalam upaya membentuk benchmark yang sama di seluruh wilayah provinsi, maka kondisi eksisting sanitasi dibangun dengan mempertimbangkan 4 aspek penilaian, yaitu :

a. Aspek regulasi, yaitu menyangkut kelengkapan aturan formal yang mendukung pengelolaan dan pembangunan setiap komponen sanitasi (keberadaan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati ataupun Peraturan Walikota tentang pengelolaan masing-masing komponen sanitasi).

b. Aspek infrastruktur terbangun, yaitu melihat kelengkapan infrastruktur terbangun untuk masing-masing komponen dilihat dari system pengelolaan yang ideal.

c. Perencanaan, yaitu keberadaan masing-masing komponen sanitasi dalam perencanaan formal pemerintah daerah, seperti RPJMD, Renstra OPD, maupun Masterplan masing-masing komponen.

d. Pendanaan pengelolaan dan pembangunan sanitasi, yaitu untuk menganalisis keberlanjatan pengelolaan pembangunan infrastruktur sanitasi terbangun maupun keinginan untuk membangun infrastruktur sanitasi yang baru.

Berdasarkan peninjauan ketiga aspek di atas, maka kondisi sanitasi di Provinsi Riau digambarkan sebagai berikut di bawah ini.

2.2. KONDISI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN.

2.2.1. Peraturan Tentang Pengelolaan Persampahan.

Berdasarkan data yang dikumpulkan terdapat 8 kabupaten/kota yang telah memiliki dasar pengaturan persampahan yang kuat yang diatur melalui Peraturan Daerah yaitu Kabupaten Indragiri Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kampar, Kota Pekanbaru, Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Kepulauan Meranti dan Kabupaten Pelalawan. Sedangkan untuk Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu dan Kota Dumai terdapat peraturan bupati/walikota yang mengatur bidang persampahan. Di sisi lain masih terdapat 1 kabupaten yaitu Kabupaten Kuantan Singingi yang belum membuat pengaturan tentang persampahan di daerahnya baik berupa perda maupun perbup/perwako. Sedangkan peraturan terkait retribusi persampahan, pada umumnya semua kabupaten/kota telah memilikinya walaupun masih menyatu dengan perda umum atau perda lainnya.

Selengkapnya keberadaan peraturan mengenai persampahan dapat dilihat pada Tabel 2.3.

(20)

2021-2026

14 Tabel 2.3

Keberadaan Peraturan Persampahan di Wilayah Provinsi Riau

No. Kab.Kota

PERATURAN

Perda PerBup/PerWako

Pengelolaan Retribusi Pengelolaan Retribusi 1 Kuantan Singingi Tidak ada Ada Tidak ada Tidak ada

2 Indragiri Hulu Tidak ada Ada Ada Tidak ada

3 Indragiri Hilir Ada Ada Tidak ada Tidak ada

4 Pelalawan Ada Ada Ada Ada

5 Kab.Siak Ada Ada Tidak ada Tidak ada

6 Kampar Ada Ada Tidak ada Tidak ada

7 Rokan Hulu Tidak ada Ada Ada Tidak ada

8 Bengkalis Ada Ada Tidak ada Tidak ada

9 Rokan Hilir Ada Ada Ada Ada

10 Pekanbaru Ada Ada Tidak ada Tidak ada

11 Dumai Tidak ada Ada Ada Tidak ada

12 Kepulauan Meranti Ada Ada Tidak ada Tidak ada Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap 2021, Strategi Sanitasi Kab/Kota, Evaluasi TPA Kab/kota, PTMP Kab/Kota.

2.2.2. Infrastruktur Pengelolaan Sampah Terbangun

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang infrastruktur pengelolaan sampah terbangun di Provinsi Riau, maka gambaran infrastruktur ini dibagi menjadi beberapa bagian seperti Tabel 2.4, 2.5, 2.6, dan 2.7 di bawah ini :

(21)

2021-2026

15

Tabel 2.4 Profil Infrastruktur TPA di Wilayah Provinsi Riau

No

Kabupaten/

Kota

Akses TPA/TPA Regional

Juml ah TPA

total luas TPA (ha)

kapasi tas TPA perhar

i (m3/h

ari)

Lahan TPA terpa kai (ha)

sisa laha

n TPA (ha)

Sisa umur

TPA (tahu n)

% sampah tertanga ni TPA (perdesa

an + perkotaa

n)

% sampah

tertang ani TPA (perkot

aan)

volu me samp ah yg masu

k ke TPA (m3/

hari)

design infrastruktur

TPA/TPA regional terbangun

pengelolaan TPA/TPA

regional eksisting

Pengel ola

1 Kuantan SIngingi 1 10 210.00 0

2 8,00 22 16,28% 57,42% 150 Sanitary landfill

Controlled landfill

DLH 2 Indragiri Hulu 1 4,5 300.00

0

1,5 3,00 18 5,73% 33,99% 70 Controlled landfill

Controlled landfill

DLH 3 Indragiri Hilir 1 12 120.00

0

5,0 7,00 19 8,61% 53,68% 155 Controlled landfill

Open Ddumping

DLH

4 Pelalawan 3 8,3 134.00

0

4,4 3,92 10 14,36% 37,08% 154 Sanitary landfill

Controlled landfill

UPTD

5 Kab.Siak 2 14 24.450 7 7,00 11 20,25% 61,73% 255 Sanitary

landfill

Controlled landfill

DLH

6 Kampar 1 6 105.00

0

4 2,00 4 8,13% 26,67% 188 Sanitary landfill

Controlled landfill

DLH

7 Rokan Hulu 1 5,5 15.000 2 3,50 11 8,62% 37,20% 133 Sanitary

landfill

Controlled landfill

DLH

8 Bengkalis 4 15,8 399.53

6

10 5,80 5 31,76% 65,12% 494 Sanitary landfill

Controlled landfill

UPT TPA

9 Rokan Hilir 3 12 210.00

0

8,0 4,00 4 26,25% 59,67% 460 Controlled landfill

Controlled landfill

DLH

10 Pekanbaru 1 5 382.15

8

5 - - 87,16% 87,16% 2.357 Sanitary landfill

Sanitary landfill

UPT TPA

11 Dumai 1 12 73.500 3,5 8,50 22 18,02% 35.92% 157 Sanitary

landfill

Controlled landfill

DLH 12 Kepulauan Meranti 1 4 300.00

0

3,5 0,50 2 19,23% 43,70% 109 Controlled landfill

Open dumping

DLH

Total 20 109,1 30,32% 65.95% 4.682

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap, Buku Putih Sanitasi Kab/Kota, PTMP kab/kota.

(22)

2021-2026

16

Tabel 2.4 di atas memperlihatkan bahwa profil infrastruktur TPA di wilayah Provinsi Riau secara umum adalah sebagai berikut :

a. Semua kabupaten/kota telah memiliki TPA, dan beberapa kabupaten telah memiliki TPA lebih dari 1 seperti Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Rokan hilir dan Kabupaten Pelalawan.

b. Dari 20 TPA terbangun, terdapat 3 (tiga) TPA yang umurnya kurang dari 5 tahun yaitu di Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan Hilir, dan Kabupaten Kepulauan Meranti bahkan sudah ada TPA yang sudah habis umur pakainya yaitu di Kota Pekanbaru.

c. Persentase (%) sampah tertangani TPA (perdesaan + perkotaan) baru sebesar 30.32% % dan untuk perkotaan sebesar 65.95 %. Layanan persampahan perkotaan Kota Pekanbaru mencapai 87.16%.

d. Pada umumnya operasional TPA secara controlled landfill dan 2 kabupaten masih melakukan open dumping yaitu Kabupaten Kepulauan Meranti dan Indragiri Hilir.

e. Secara kelembagaan, baru 3 kabupaten yang memiliki UPTD TPA yaitu Kota Pekanbaru, Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Bengkalis, selain itu pegelolaan TPA masih langsung di bawah Dinas Lingkungan Hidup.

Tabel 2.5 Profil Infrastruktur TPS/TPST di Wilayah Provinsi Riau

No. Kab./Kota

TPS/TPST jumlah

kapasitas (m3/hari

)

% layanan TPS/TPST

% layanan TPS/TPST (perkotaa

n saja) contai

ner (6 m3)

beton (2 m3)

Lai n nya

1 Kuantan SIngingi - 24 - 48 5,21% 18,37%

2 Indragiri Hulu 4 14 - 60 4,91% 29,13%

3 Indragiri Hilir - 23 - 46 2,55% 15,93%

4 Pelalawan - 15 - 30 2,80% 7,22%

5 Siak 38 - - 304 24,14% 73,59%

6 Kampar - 173 - 346 14,95% 49,09%

7 Rokan Hulu - 8 - 16 1,04% 4,48%

8 Bengkalis 18 - - 144 9,26% 18,98%

9 Rokan Hilir 19 - - 152 8,67% 19,72%

10 Pekanbaru - 17 - 34 1,26% 1,26%

11 Dumai 12 3 - 102 11,71% 11,71%

12 Kepulauan Meranti 4 16 - 64 11,29% 25,66%

TOTAL 17.87%

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap, Strategi Sanitasi Kab/Kota, PTMP kab/kota Dari Tabel 2.5 terlihat bahwa TPS (Tempat Pengumpulan Sementara) di wilayah Provinsi Riau sudah dimiliki oleh semua kabupaten/kota. Tapi

(23)

2021-2026

17

persentase layanan TPS untuk wilayah perkotaan masih cukup rendah yaitu 17.87%. Salah satu yang dapat mempengaruhi hal ini seperti sistem pengangkutan langsung yang diterapkan oleh dinas terkait dalam penanganan persampahan sehingga keberadaan TPS menjadi sedikit.

Tabel 2.6 Profil Infrastruktur Pengangkutan Sampah ke TPA di Wilayah Provinsi Riau

No. Kab./Kota

Pengangkutan Sampah ke TPA jenis armada angkutan sampah

truk bias

a

dump truck

armr oll truc k

Com pact or

ritase (per hari)

kapasi tas penga ngkut an (m3/h

ari)

% layanan

pengan gkutan (perkot aan) 1 Kuantan Singingi - 13 - - 1 104 11,29%

2 Indragiri Hulu - 10 4 - 1 112 9,16%

3 Indragiri Hilir 4 9 4 - 1 136 7,55%

4 Pelalawan - 18 - - 1 144 13,42%

5 Kab.Siak 10 17 9 - 2 576 45,74%

6 Kampar 5 12 2 - 1 152 6,57%

7 Rokan Hulu 3 8 2 - 1 104 6,74%

8 Bengkalis 30 27 4 - 2 976 62,75%

9 Rokan Hilir - 6 3 4 1 104 5,94%

10 Pekanbaru - 43 - - 2 688 25,44%

11 Dumai - 15 4 - 1 152 17,45%

12 Kepulauan Meranti 3 - - - 1 24 4,23%

Total 43,43%

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap, Strategi Sanitasi Kab/Kota, PTMP kab/kota.

Dari sisi pengangkutan sampah menuju TPA terlihat kabupaten/kota sudah memiliki alat pengangkutan. Tapi bila dilihat dari persentase layanan dari alat pengangkutan yang tersedia 43,43% masih belum mencukupi untuk memenuhi pelayanan persampahan, masih diperlukan penambahan unit pengangkut sampah yang sesuai dengan kriteria teknis yang memadai guna semakin meningkatkan kualitas pengelolaan sampah di wilayah Provinsi Riau.

(24)

2021-2026

18 Tabel 2.7

Profil Reduksi Sampah melalui 3R di Wilayah Provinsi Riau

No.

Kab.Kota

3R volume sampah tereduksi 3R

(m3/hari)

% reduksi sampah melalui 3R

1 Kuantan SIngingi 162,49 17,64%

2 Indragiri Hulu 4.89 0,4%

3 Indragiri Hilir 0,00 0,00%

4 Pelalawan 97,70 9,11%

5 Kab.Siak 128,00 10,16%

6 Kampar 94,90 4,10%

7 Rokan Hulu 140,74 9,12%

8 Bengkalis 111,50 7,17%

9 Rokan Hilir 278,30 15,88%

10 Pekanbaru 685,30 25,34%

11 Dumai 1,40 0,16%

12 Kepulauan Meranti 12,10 2,13%

TOTAL 1571,69 11.12%

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap 2021, SPISN kemenLH 2020.

Pelaksanaan 3R di wilayah Provinsi Riau masih belum maksimal, dimana berdasarkan Tabel 2.7 di atas memperlihatkan secara keseluruhan baru mampu mereduksi total timbulan sampah sebesar 11.1% (dari perkiraan 20% ideal pengurangan sampah melalui 3R).

2.2.3. Perencanaan tentang pengelolaan persampahan

Aspek perencanaan memegang peranan penting dalam pengelolaan dan pembangunan persampahan, mengingat perencanaan kegiatan awal dari pelaksanaan pengelolaan dan pembangunan persampahan. Dalam hal ini semua kabupaten/kota yang telah mencantumkan pengelolaan dan pembangunan persampahan di dalam perencanaan formalnya (RPJMD dan Renstra OPD), untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.8 di bawah :

(25)

2021-2026

19

Tabel 2.8

Profil Perencanaan Pengelolaan dan Pembangunan Sampah di Wilayah Provinsi Riau

No.

Kab.Kota

Tercantum dalam RPJMD

Tercantum dalam Renstra OPD

Masterplan Sampah

1 Kuantan SIngingi Ada Ada Ada

2 Indragiri Hulu Ada Ada ada

3 Indragiri Hilir Ada Ada Tidak ada

4 Pelalawan Ada Ada Tidak ada

5 Kab.Siak Ada Ada ada

6 Kampar Ada Ada ada

7 Rokan Hulu Ada Ada ada

8 Bengkalis Ada Ada ada

9 Rokan Hilir Ada Ada ada

10 Pekanbaru Ada Ada ada

11 Dumai Ada Ada ada

12 Kepulauan Meranti Ada Ada Tidak ada

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap, Buku Putih Sanitasi Kab/Kota, PTMP kab/kota

Dari tabel diatas ada tiga (3) kabupaten yang belum memiliki dokumen perencanaan baik berupa masterplan atau PTMP persampahan yaitu Kabupaten Pelalawan, kabupaten Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti. Hal ini harus di fasilitasi agar segera memiliki dokumen perencanaan persampahan sebagai dasar perencanaan teknis dan jangka panjang di kabupaten tersebut.

2.2.4. Pendanaan pembangunan persampahan

Pendanaan pengelolaan dan pembangunan persampahan secara tidak langsung memperlihatkan kepedulian kabupaten/kota terhadap kebersihan di daerahnya masing-masing. Berdasarkan Tabel 2.9 memperlihatkan bahwa 8 kabupaten/kota memilliki pendanaan investasi persampahan dan biaya OM- nya. Untuk Kota Pekanbaru % OM & investasi terhadap APBD paling tinggi yaitu 4,74%, Sedangkan rata-rata besaran anggaran untuk persampahan di kabupaten/kota lainnya masih sebesar dibawah 2 % dari APBD.

(26)

2021-2026

20 Tabel 2.9

Profil Pendanaan Pengelolaan dan Pembangunan Sampah di Wilayah Provinsi Riau

No Kab/Kota

PENDANAAN Besar

pendanaan investasi baru

persampahan (Rp.)

Besar pendanaan OM persampahan

(Rp.)

Total investasi dan OM persampahan

(Rp.)

Total Belanja langsung APBD (Rp.)

% OM &

investasi baru terhadap APBD (Rp.) 1 Kuantan Singingi 4.613.070.801 60.140.200 4.673.211.001 1.273.855.380.991 0,37%

2 Indragiri Hulu 69.506.500 3.987.481.969 4.056.988.469 1.435.960.842.309 0,28%

3 Indragiri Hilir 3.271.683.600 5.853.111.350 9.124.794.950 1.900.387.533.317 0,48%

4 Pelalawan 10.500.373.804 4.659.242.365 15.159.616.169 1.058.192.956.276 1,43%

5 Kab.Siak 2.385.362.100 12.178.122.760 14.563.484.860 1.935.626.651.754 0,75%

6 Kampar 4.096.127.896 218.490.000 4.314.617.896 2.525.684.738.799 0,17%

7 Rokan Hulu 6.825.000.000 2.003.400.000 8.828.400.000 1.093.251.064.833 0,81%

8 Bengkalis 19.375.000.000 353.992.124 19.728.992.124 1.971.200.925.885 1,00%

9 Rokan Hilir 3.631.932.657 12.300.000.000 15.931.932.657 2.133.462.745.201 0,75%

10 Pekanbaru 9.924.744.050 98.614.246.382 108.538.990.432 2.290.745.307.846 4,74%

11 Dumai 12.935.000.000 6.500.000.000 19.435.000.000 1.181.028.560.529 1,65%

12 Kepulauan Meranti 7.412.335.000 - 7.412.335.000 1.236.859.123.613 0,60%

TOTAL 84.821.646.374 146.728.227.150 231.549.873.524 20.036.255.831.353 1,16%

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap, RKPD Kab/Kota 2022.

(27)

2021-2026

21

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap profil sampah di atas (lihat Lampiran) maka peta profil persampahan Provinsi Riau dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah.

Gambar 2.1 Peta Pengelolaan Persampahan Provinsi Riau.

(28)

2021-2026

22

Hasil analisis menunjukkan bahwa pengelolaan persampahan di hampir seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Riau masih dikategorikan dalam kondisi yang buruk/cukup, baru 3 kabupaten/kota yang memiliki pengelolaan persampahan dengan kategori baik yaitu Kota Pekanbaru, Kabupaten Siak, dan kabupaten Bengkalis. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya terukur dan konprehensif agar kondisi pengelolaan sampah di wilayah provinsi Riau ke depan dapat lebih baik lagi.

2.3. KONDISI PENGELOLAAN AIR LIMBAH.

2.3.1. Peraturan Tentang Pengelolaan Air Limbah.

Peraturan pengelolaan air limbah di tiap kabupaten/kota di wilayah provinsi yang perlu diidentifikasi dan dimasukkan dalam data roadmap adalah Peraturan Daerah (Perda) tentang pengelolaan air limbah, Perda tentang retribusi air limbah, peraturan Bupati/Walikota tentang pengelolaan air limbah, dan peraturan Bupati/Walikota tentang retribusi air limbah. Berikut daftar peraturan terkait air limbah domestik di setiap Kabupaten/Kota :

Tabel 2.10

Keberadaan Peraturan Air Limbah di Wilayah Provinsi Riau No Kab/Kota

PERATURAN

Perda PerBup/PerWako

Pengelolaan Retribusi Pengelolaan Retribusi 1 Kuantan

SIngingi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 2 Indragiri Hulu Ada Ada Tidak ada Tidak ada 3 Indragiri Hilir Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 4 Pelalawan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

5 Kab.Siak Ada Ada Tidak ada Tidak ada

6 Kampar Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 7 Rokan Hulu Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 8 Bengkalis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 9 Rokan Hilir Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 10 Pekanbaru Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 11 Dumai Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada 12 Kepulauan

Meranti Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap 2021, Dokumen SSK Kab/Kota.

Berdasarkan Tabel 2.10 di bawah terlihat bahwa peraturan yang spesifik tentang air limbah domestik masih sangat minim, hanya terdapat 2 (dua) Kabupaten yang telah menyusun Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Limbah yaitu Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Siak.

(29)

2021-2026

23

Penyusunan dan Penetapan peraturan tentang air limbah di seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Riau ke depan penting untuk didorong agar pengelolaan dan pembangunan air limbah dapat dilakukan dengan lebih baik.

2.3.2. Infrastruktur Pengelolaan Air Limbah Terbangun.

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang infrastruktur pengelolaan air limbah terbangun di Provinsi Riau. Tabel 2.11, 2.12, 2.13, dan 2.14 di bawah menyajikan masing-masing profil secara jelas.

Tabel 2.11

Profil Infrastruktur Air Limbah Terbangun System Off-Site di Wilayah Provinsi Riau

No. Kab/Kota

Off Site System IPAL terpusat / kawasan

total % layanan off-site kapasitas

(m3/hari)

Sambu ngan rumah

(KK terlayani)

jumlah jiwa terlayani

(jiwa)

volume grey water yg dikelola

melalui sewer (m3/hari)

volume black water

yg dikelola melalui

sewer (m3/hari)

jumlah air limbah yg dikelola melalui IPAL terpusat /

kawasan (m3/hari)

% volume

grey water yg

dikelola IPAL terpusat

% volume

black water yg

dikelola IPAL terpusat

% air limbah

yang dikelola

IPAL terpusat

/ kawasan

% volume air limbah dikelola

dengan kapasitas terpasang

Pe ngelola

1 Kuantan SIngingi 21 450 1.731 124,62 41,54 166,17 0,52% 0,52% 0,52% 7,91 KSM 0,52%

2 Indragiri Hulu 21 500 1.876 135,04 45,01 180,05 0,42% 0,42% 0,42% 8,57 KSM 0,42%

3 Indragiri Hilir 21 1.385 4.938 355,57 118,52 474,09 0,75% 0,75% 0,75% 22,58 KSM 0,75%

4 Pelalawan 21 100 411 29,57 9,86 39,43 0,11% 0,11% 0,11% 1,88 KSM 0,11%

5 Kab.Siak 21 722 2.965 213,49 71,16 284,66 0,65% 0,65% 0,65% 13,56 KSM 0,65%

6 Kampar 21 1.362 6.007 432,48 144,16 576,64 0,71% 0,71% 0,71% 27,46 KSM 0,71%

7 Rokan Hulu 21 2.097 9.026 649,90 216,63 866,53 1,61% 1,61% 1,61% 41,26 KSM 1,61%

8 Bengkalis 21 550 2.252 162,17 54,06 216,22 0,40% 0,40% 0,40% 10,30 KSM 0,40%

9 Rokan Hilir 21 2.600 7.750 557,97 185,99 743,96 1,22% 1,22% 1,22% 35,43 KSM 1,22%

(30)

2021-2026

24 No. Kab/Kota

Off Site System IPAL terpusat / kawasan

total % layanan off-site kapasitas

(m3/hari)

Sambu ngan rumah

(KK terlayani)

jumlah jiwa terlayani

(jiwa)

volume grey water yg dikelola

melalui sewer (m3/hari)

volume black water

yg dikelola melalui

sewer (m3/hari)

jumlah air limbah yg dikelola melalui IPAL terpusat /

kawasan (m3/hari)

% volume

grey water yg

dikelola IPAL terpusat

% volume

black water yg

dikelola IPAL terpusat

% air limbah

yang dikelola

IPAL terpusat

/ kawasan

% volume air limbah dikelola

dengan kapasitas terpasang

Pe ngelola

10 Pekanbaru 21 1.900 7.348 529,07 176,36 705,43 0,75% 0,75% 0,75% 33,59 KSM 0,75%

11 Dumai 21 1.375 6.655 479,16 159,72 638,88 2,10% 2,10% 2,10% 30,42 KSM 2,10%

12 Kepulauan Meranti 21 1.735 7.106 511,60 170,53 682,14 3,45% 3,45% 3,45% 32,48 KSM 3,45%

Total 0,91%

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap 2021, Dokumen SSK Kab/Kota.

Tabel 2.12 Profil Infrastruktur Penampungan Awal Air Limbah Terbangun System On-Site di Wilayah Provinsi Riau

No. Kabupaten/ Kota

Infrastruktur eksisting on-site

KK yang memiliki jamban

sehat

Septic tank komunal MCK/MCK ++ BABS

jumlah septic

tank komunal (dibawah

10 KK)

Jumlah KK pengguna

septic tank komunal

jumlah MCK/MCK

++

Jumlah KK yang

dilayani MCK/MCK

++

jumlah jiwa terlayani MCK/MCK ++ (jiwa)

KK yang BABS

1 Kuantan Singingi 73.033 - - 2 100 385 10.876

2 Indragiri Hulu 106.153 - - 20 2.372 8.897 8.533

3 Indragiri Hilir 151.418 - - - 23.143

(31)

2021-2026

25 No. Kabupaten/ Kota

Infrastruktur eksisting on-site

KK yang memiliki jamban

sehat

Septic tank komunal MCK/MCK ++ BABS

jumlah septic

tank komunal (dibawah

10 KK)

Jumlah KK pengguna

septic tank komunal

jumlah MCK/MCK

++

Jumlah KK yang

dilayani MCK/MCK

++

jumlah jiwa terlayani MCK/MCK ++ (jiwa)

KK yang BABS

4 Pelalawan 87.666 - - 5 200 822 4.131

5 Kab.Siak 107.881 - - 3 150 616 1.539

6 Kampar 178.524 - - 11 653 2.880 6.143

7 Rokan Hulu 114.769 105 525 11 550 2.367 12.833

8 Bengkalis 133.896 - - - 2.652

9 Rokan Hilir 200.963 42 525 23 1.170 3.487 5.344

10 Pekanbaru 240.584 2 20 4 280 1.083 0

11 Dumai 63.167 - - 6 200 968 399

12 Kepulauan Meranti 46.967 2 20 - - - 1.324

Total 1.505.020 151 1.090 85 5.675 21.505 76.916

Sumber: Analisis Lembar Fakta Roadmap 2021, Dokumen SSK Kab/Kota, Riau dalam angka 2021 Tabel 2.13 Rekap Akses Air Limbah Domestik Provinsi Riau

No. Nama Kab/Kota

akses aman akses layak (KK) tidak layak (KK) BABS/non akses (KK)

KK % KK % KK % KK %

1 Kuantan Singingi 450 0.52% 72.110 82.81 4.093 4.70% 10.876 12.49%

2 Indragiri Hulu 500 2.06% 99.741 84.16 10.240 8.64% 8.533 7.20%

Gambar

Tabel 2.1 Data Dasar Provinsi Riau Tahun 2020
Tabel 2.4 Profil Infrastruktur TPA di Wilayah Provinsi Riau
Tabel  2.4  di  atas  memperlihatkan  bahwa  profil  infrastruktur  TPA  di  wilayah Provinsi Riau secara umum adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6 Profil Infrastruktur Pengangkutan Sampah ke TPA  di Wilayah Provinsi Riau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Status capaian kinerja pelayanan air minum Kabupaten Pati dengan menggunakan indikator target Proporsi Penduduk atau rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air

Realisasi target yang dicapai selama tahun anggaran 2021 pada jenis pelayanan penyediaan dan rehabilitasi rumah yang layak huni bagi korban bencana provinsi

Program dan kegiatan yang menjadi prioritas pembangunan sanitasi Kabupaten Indragiri Hilir tahun 2015 – 2019 ini disusun sesuai dengan strategi untuk mencapai tujuan dan

Sanitasi lingkungan di Indonesia memiliki latar belakang yang sangat kompleks. Dimana kondisi geografis indonesia disebut sebagai negara kepulauan yang menjadikan tantangan sendiri dalam memberikan sanitasi yang merata diseluruh wilayah Indonesia. Daerah terpencil, pulau-pulau kecil, dan daerah pedalaman seringkali kesulitan untuk mendapatkan fasilitas sanitasi yang cukup. Pertumbuhan penduduk yang terus betambah sangat pesat, terutama di daerah perkotaan menjadikan wilayah negara indonesia semakin padat. Dengan demikian, kondisi ini memberikan tekanan yang besar pada sanitasi yang ada, terutama pada daearah-daerah perkotaan yang padat penduduk dan menyebabkan tidak meratanya dalam penyediaan sanitasi, sehingga masih banyak penduduk indonesia yang belum memiliki akses untuk menuju ke layanan sanitasi . Kurangnya fasilitas jamban yang layak serta fasilitas air minum yang aman untuk dikonsumsi menjadi masalah utama dibeberapa wilayah. Di Era ini,