• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tujuan Diadakannya Kegiatan Ekstrakurikuler Berbahasa Jawa Di Madrasah Aliy ah Ma’arif Balong Ponorogo

BAB III DESKRIPSI DATA

B. Deskripsi Data Khusus

1. Tujuan Diadakannya Kegiatan Ekstrakurikuler Berbahasa Jawa Di Madrasah Aliy ah Ma’arif Balong Ponorogo

Balong Ponorogo seluruhnya 530 m² bersertifikat dan 1260 m2 belum bersertifikat. Untuk jenis fasilitas dan jumlah ruang yang dimiliki untuk menunjang proses pendidikan dapat dilihat pada lampiran.72

10. Standar Kompetensi Lulusan Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo Madrasah aliyah ma’arif Balong merupakan lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan berupaya meningkatkan kualitas lulusannya yang memenuhi Standar Kompetensi Lulusan madrasah aliyah ma’arif Balong. Adapun standar kompetensi lulusan madrasah aliyah ma’arif Balong Ponorogo ialah : Peserta didik dapat mencapai target akademis yang diharapkan dan peserta didik dapat mengembangkan potensi penuh mereka sebagai anggota masyarakat. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai standar kompetensi lulusan Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo dapat dilihat pada deskripsi data khusus dan lampiran dalam penelitian ini.73

hiburan. Akan tetapi kemudahan tersebut mambawa pengaruh negatif yang tidak disadari, yakni gaya bahasa yang tidak sesuai dengan tata bahasa yang semestinya (bahasa gaul). Selain itu, generasi muda yang semakin hari semakin berkurang rasa peduli (ngeruri) terhadap seni dan budaya daerah, dan ditambah bahasa di kalangan pelajar dalam pergaulan sehari- hari yang sudah salah kaprah dalam penggunaannya seperti anggah- ungguh basa terhadap orang yang lebih tua, menambah kemerosotan dalam hal tata krama bahasa.

Dalam masyarakat pedesaan yang masih kental dengan tradisinya, dan bahasa daerah merupakan salah satu bagian dari budaya daerah maka tidak aneh jika para orang tua khususnya di daerah Balong sangat menginginkan para generasi muda mampu menguasai bahasa Jawa secara baik dan benar serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti betutur kata sampai berpidato, menjadi pranatacara dan pamedhar sabdha dalam acara kedaerahan.

Ketika seorang siswa lulus dari suatu lembaga pendidikan, maka ia akan membaur dan ikut memosisikan diri di dalam masyarakatnya. Akan tetapi bekal ketrampilan menulis dan berhitung yang di dapat dari bangku sekolah tidak cukup untuk dapat menjadi anggota masyarakat yang diperhitungkan. Masyarakat akan cepat menerima jika seorang siswa yang telah kembali dengan bekal skill, mahir berbahasa, terampil dalam karya, serta mampu menjawab dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo menginginkan para lulusannya dapat andil dalam kehidupan masyarakat dan menjadi bagian penting dalam masyarakat tersebut. Di samping kemampuan kognitif, afektif serta psikomotorik yang di peroleh dari berbagai mata pelajaran yang ada di kelas, Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo menginginkan para siswanya memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam bidang budaya dan bahasa Jawa. Karena out come para siswa ialah masyarakat pedesaan yang kental dengan anggah-ungguh nya sekaligus sebagai jawaban dari apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, maka Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo mengadakan kegiatan ekstrakurikuler berbahasa Jawa. Adapun isi dari kegiatan ini meliputi :

5. Pelatihan MC berbagai acara dalam bahasa Jawa.

6. Pelatihan Pamedhar Sabdha dalam resepsi pernikahan adat Jawa.

7. Kegiatan pembelajaran tata bahasa Jawa secara baik dan benar.

8. Pelatihan pidato dalam bahasa Jawa.

Pranatacara atau MC ialah seorang yang bertugas mengendalikan jalannya suatu acara dari awal sampai berakhirnya runtutan acara tersebut.

Menjadi pranatacara itu tidak beda dengan dalang umpamanya. Harus siap sedia, tidak boleh membantah, kalau tidak benar-benar berhalangan. Berat ringannya seorang yang menjadi pranatacara, memang tidak bisa disepelekan.

Di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo memiliki salah satu kegiatan tambahan yang jarang ditemukan pada sekolah yang setingkat

dengannya, yakni kegiatan tambahan pelatihan MC berbagai acara dalam bahasa Jawa. Selain sebagai kegiatan untuk menambah ketrampilan siswa ketika kembali dalam masyarakat, bahwa kegiatan ini untuk membentuk kader muda yang multi talenta dalam bidang pranatacara. Senada dengan yang dikatakan oleh kepala MA. Ma’arif Balong bapak M. Syamsul Hadi, S.T.H.I :

Siswa-siswi yang masuk MA. Ma’arif ini sebagian besar berasal dari latar belakang masyarakat pedesaan yang kental dengan adat istiadatnya, terus kami berfikir mengenai para siswa-siswi kami jika setelah lulus apa modal mereka untuk terjun kembali kedalam masyarakat mereka masing-masing. Dari situ kami berniat mengadakan kegiatan tambahan untuk menunjang serta membekali mereka dengan pelatihan MC berbagai acara dengan bahasa Jawa.

Selain itu mudah-mudahan para siswa kami bisa mengenal kebudayaan Jawa.74

Selain itu beliau juga menambahkan :

Akhir-akhir ini saya berfikir mengenai potensi-potensi yang mudah diterima dalam masyarakat dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat mas, dan saya lihat dalam masyarakat yang dewasa ini laku yakni menjadi MC dan Pamedar Sabda dalam acara pernikahan adat Jawa. Dari situ saya berinisiatif untuk memasukkan pelatihan MC berbagai acara dalam bahasa Jawa ke dalam pelajaran tambahan siswa-siswi, setidaknya ketika mereka kembali ke dalam masyarakatnya masing-masing walaupun hanya bisa menjadi MC dalam acara tertentu, entah dalam acara pengajian, pernikahan, musyawarah karang taruna, dsb. di lingkungan masyarakatnya masing-masing insyaalloh akan bermanfaat bagi mereka.75

Kegiatan pelatihan MC berbagai acara dalam bahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo ini selain menjawab keinginan

74 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 01/W/24-I/2015.

75 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 02/W/24-I/2015.

masyarakat untuk mendapatkan kader muda dalam bidang MC, kegiatan ini juga memiliki beberapa tujuan. di antaranya ialah :

a) Untuk meningkatkan kemampuan bebahasa Jawa siswa secara baik dan benar.

b) Untuk mempersiapkan diri baik secara mental serta ketrampilan dalam pengembangan potensi diri sebagai seorang MC dalam masyarakat.

c) Untuk melestarikan budaya adat atau tradisi daerah.

Pamedhar Sabdha dan MC dalam tradisi pernikahan adat Jawa merupakan suatu hal yang saling berkaitan dan saling melengkapi. MC yaitu seseorang yang diberi wewenang untuk mengatur jalannya suatu acara. Adapun Pamedhar Sabdha ialah bahasa kias yang diperuntukkan memperindah suasana sehingga nampak mewah apa yang menjadi bahan bahasannya.76 Jadi Pamedhar Sabdha ini merupakan nilai tambah jika mampu dikuasai oleh seorang MC. Di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo mencoba melengkapi kemampuan menjadi pranatacara dengan ditambah materi Pamedhar Sabdha sehingga akan didapatkan hasil yang utuh yaitu siswa mampu menjadi seorang MC sekaligus mampu menjadi Pamedhar Sabdha.

Kegiatan pelatihan MC dan pelatihan Pamedhar Sabdha ini dibagi kedalam dua kelompok, untuk kelas X khusus materi MC, kelas XI dengan

76 Sri Hono Murwantono, Sesorah Pranatacara saha Pamedhar Sabda , 1.

materi Pamedhar Sabdha. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh pembimbing kegiatan pelatihan MC, Bapak Gatot sudjianto :

Untuk materi pelajaran yang saya sampaikan kepada siswa-siswi ada banyak mas, pertama mengenai jenis-jenis bahasa Jawa seperti bahasa Jawa ngoko, madya, krama, kedhaton. Untuk MC mulai dari pengertian, tata cara, sampai jenis dan macamnya MC.77 Beliau juga menambahkan mengenai materi kegiatan ekstra kurikuler pelatihan MC berbahasa Jawa :

Kelas yang mengikuti atau yang diberi jam pelajaran tambahan pelatihan MC berbagai acara dengan bahasa Jawa di Ma. Ma’arif Balong sini adalah kelas X dan Kelas XI. Untuk kelas X khusus MC saja, untuk kelas XI khusus Pamedhar Sabdanya.78

Pernyataan di atas sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 31 januari 2015 :

Susasana siang hari yang panas di Kelas XI-A MA Ma’arif Balong bukan menjadi halangan ataupun faktor yang menghambat dalam proses kegiatan pelatihan MC berbahasa Jawa. Dengan dipandu seorang pembimbing yang humoris membuat suasana menjadi menyenangkan. Tepat pada kegiatan inti saya mengikuti proses berjalannya proses pembelajaran bersama para siswa. Dalam kegiatan ekstrakurikuler pelatihan MC berbahasa Jawa ini melibatkan:

a. Peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang materi yang akan dipelajari.

b. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain.

c. Memfasilitasi terjadinya proses interaksi antar peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

d. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

77 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 05/W/31-I/2015.

78 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 06/W/31-I/2015.

e. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk kosa kata yang baru terhadap peserta didik.

f. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman dan hal-hal lain yang menunjang dalam kemampuan menjadi seorang MC Jawa.

g. Memberi fasilitas kepada siswa untuk mempermudah proses pembelajaran dengan memberikan buku panduan seputar MC dan Pamedhar Sabda.79

Bahwa pelatihan Pamedhar Sabdha ialah pelatihan untuk melengkapi pelatihan MC, sehingga ketika kelak menjadi seorang MC sudah lengkap beserta Pamedhar Sabdha. Untuk pembagian materi pelatihan MC dan Pamedhar Sabdha di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo di bedakan untuk kelasnya. Untuk kelas X pelatihan MC, kelas XI untuk pelatihan Pamedhar Sabdha.

Cara berbahasa dalam berbicara perlu diperhatiakan siapa yang menjadi lawan bicaranya. Berbicara dengan seorang anak kecil sudah tentu berbeda dengan cara berbicara dengan orang tua. Tata cara berbicara dan berbahasa kepada orang lain yang harus baik dan benar dalam bahasa Jawa itu disebut Unggah-Ungguhing Basa. Inti dari Unggah-Ungguhing Basa itu ada tiga macam yaitu basa ngoko, basa madya, basa krama. Mengingat bahwa in come siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo dari kalangan masyarakat pedesaan yang menjunjung tinggi Unggah- Ungguhing Basa, maka Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo memberikan kegiatan pembelajaran tata bahasa Jawa secara baik dan benar.

79 Lihat lampiran Transkrip Observasi Nomor: 02/O/31-I/2015.

Terlepas dari in come siswa Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo dari kalangan masyarakat pedesaan yang menjunjung tinggi Unggah-Ungguhing Basa, bahwa kegiatan pembelajaran tata bahasa Jawa secara baik dan benar yang ada di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo ialah adanya keperihatinan orang tua terhadap generasi muda yang kurang mengerti dalam Unggah-Ungguhing Basa. Hal ini sesuai dari pernyataa Bapak Muklison selaku Guru Bahasa Arab dan sekaligus warga masyarakat daerah Balong :

Banyak anak-anak yang kurang pas dalam anggah ungguh dalam berbahasa Jawa mas, jadi ketika mereka berbicara itu se enaknya saja. Tidak peduli itu dengan siapa lawan bicaranya, apa itu Guru, Orang tua, semua disamakan ketika ia berbicara dengan temannya.

Kalau untuk generasi muda dalam bidang MC dan Pamedhar Sabdha memang masih jarang dan sedikit sekali mas.80

Bahwa pernyataan tersebut memang benar adanya, karena sesuai dengan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti :

Saat peneliti sedang melakukan interview dengan informan di perpustakaan Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo, di tengah-tengah perbincangan kami ada seorang siswa laki-laki masuk ke dalam ruangan tanpa permisi terlebih dahulu. Seketika seorang guru pembimbing dari kegiatan ekstrakurikuler berbahasa Jawa marah dan berkata “ Hei, Ngerti Anggah-unnguh ra ? Arep nyapo ?” dan siswa tersebut menjawab “Ajeng Mundut buku pak.”

Setelah itu, jam istirahat pun tiba. Siswa mulai keluar dari ruang kelasnya masing-masing, sambil berjalan mereka dengan santai bercanda dengan guru dengan bahasa layaknya kepada teman mereka sendiri.81

80 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 12/W/07-II/2015.

81 Lihat lampiran Transkrip Observasi Nomor: 06/O/07-II/2015.

Pembelajaran bahasa Jawa yang ada di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo merupakan kegiatan pembelajaran yang terfokus pada aspek kognitif siswa dalam bidang bahasa Jawa. Adapun kegiatan pembelajaran bahasa Jawa ini termasuk kedalam pelajaran Muatan Lokal yang ada di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo, jadi penilaian akhir dari kegiatan pembelajaran ini akan muncul pada rapor siswa.

Pidato ialah kata-kata yang disusun secara baik dan disampaikan kepada orang lain. Pidato merupakan ketrampilan lisan untuk mengungkapkan isi fikiran, perasaan, gagasan, berita dan yang lainnya.

Seperti halnya di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo diadakannya pelatihan pidato dalam bahasa Jawa ialah untuk mendapatkan siswa yang memiliki ketrampilan lisan untuk mengungkapkan isi fikiran, perasaan, gagasan, berita untuk disampaikan kepada orang lain dengan menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar. Dan bahwa kegiatan pelatihan pidato ini merupakan pengembangan bahasa siswa yang telah di perolehnya dari kegiatan pembelajran bahasa Jawa.

Dalam kegiatan ekstrakurikuler berbahasa Jawa yang ada di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo, alur kegiatan pembelajaran tidak jauh beda dengan alur proses kegiatan pembelajaran yang lainnya yang menggunakan pendahuluan serta kegiatan awal ketika di awal proses kegiatan ekstrakurikuler, dengan menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, melakukan apersepsi dengan memberi intruksi kepada siswa untuk mempersiapkan diri karena

akan diadakan pertanyaan langsung mengenai materi kegiatan yang telah lalu, serta memberi wawasan sedikit dengan menanyakan hal baru yang akan diajarkan kepada siswa untuk memancing rasa keingin tahuan siswa.82

Observasi yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan menemukan :

Suasana di dalam ruang kelas ketika proses pembelajaran berlangsung tampak hidup. Para siswa terlihat santai dan tenang serta serius dalam mengikuti alur proses kegiatan pembelajaran.

Pada kegiatan inti pembimbing menggunakan metode ceramah dan demontrasi. Di depan para siswa guru pembimbing menyampaikan berbagai pengetahuan mengenai budaya Jawa, dan bagian-bagian dari budaya tersebut ialah Bahasa, Seni, Adat dan hal-hal yang bisa mendukung penampilan ketika menjadi seorang MC.

Ditengah penyampaian materi pelajaran beliau memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apa saja yang ada hubungannya dengan materi yang disampaikan.

Setelah waktu hampir habis, Guru pembimbing menyuruh kepada beberapa siswa untuk membaca dengan keras materi yang telah disampaikan pada saat pertemuan tersebut. Anak-anak terlihat semangat dan mengikuti intruksi dari guru pembimbing. 83

Dari hasil observasi di atas maka dapat direfleksikan bahwa Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ektrakurikuler pelatihan MC berbagai acara dalam bahasa Jawa tidak terpaku pada satu metode saja, akan tetapi menggunakan berbagai metode yang sesuai untuk mencapai hasil yang diinginkan , yakni teacher center (ceramah), student center, menghafal serta demontrasi. Hal ini sesuai dengan apa yang

82 Lihat lampiran Transkrip Observasi Nomor: 01/O/31-I/2015.

83 Lihat lampiran Transkrip Observasi Nomor: 03/O/07-II/2015.

diungkapkan oleh pembimbing kegiatan ekstra kurikuler pelatiahan MC, Bapak Gatot Sudjianto. Beliau mengatakan :

Masalah metode yang saya gunakan dalam penyampaian pelajaran, pertama saya memberikan bab khusus contohnya MC Pengajian Akbar. Setelah itu saya yang berbicara siswa yang menulis, selanjutnya setelah selesai siswa saya suruh bertanya apa saja yang ada hubungannya dengan yang saya sampaikan. Untuk pertemuan selajutnya siswa saya minta untuk menghafalkan satu per satu maju kedepan secara bergantian. Begitu terus dengan bab- bab selanjutnya.84

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, begitu juga proses kegiatan ektrakurikuler berbahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo. Di samping semangat siswa dan metode yang digunakan dalam proses kegiatan berlangsung, bahwa faktor lain seperti : sarana, pendekatan, media, serta kompetensi guru sangat berpengaruh terhadap kelancaran dan keberhasilan suatu proses pembelajaran.85

Keberhasilan ataupun kegagalan suatu proses kegiatan pembelajaran akan dapat diketahui ketika memasuki proses penilaian akhir dari pembelajaran tersebut. Untuk mengetahui hasil akhir dari kegiatan ekstrakurikuler berbahasa Jawa maka sekolah mengadakan evaluasi pada tiap semesternya. Dalam penilaian kegiatan ektrakurikuler berbahasa Jawa Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo, tetap mengacu pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Sesuai dengan hasil observasi

84 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 04/W/31-I/2015.

85 Lihat lampiran Transkrip Observasi Nomor: 02/O/31-I/2015.

yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 februari 2015, sebagai berikut :

Siswa-siswi terlihat serius memegang buku pelajarannya masing- masing di dalam ruangan kelas. Ternyata hari itu akan diadakan hafalan mengenai materi per MC an yang telah diajarkan seminggu sebelumnya guna untuk mengukur pemahaman dan kesiapan mereka terhadap materi yang telah diberikan.

Dalam penilaian kegiatan ektrakurikuler pelatihan MC berbahasa Jawa di MA. Ma’arif Balong, tetap mengacu pada tiga aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Aspek kognitif dapat dilakukan pembimbing dengan cara bertanya langsung mengenai materi yang telah diajarkan dan menyuruh siswa untuk membuat kalimat yang benar dari kata dasar tertentu yang diberikan oleh pembimbing. Aspek afektif dapat dilakukan dengan isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, serta aspek psikomotorik dapat dilakukan dengan menyuruh siswa-siswi maju kedepan kelas untuk mempraktekkan materi yang telah diajarkan. Sedangkan yang dinilai dari praktek menjadi MC siswa-siswi ditinjau dari tiga komponen, yaitu: Wiraga yakni bagaimana meragakan menjadi seorang MC yang benar, Wirama yakni bagaimana irama atau notasi bahasa Jawa yang benar ketika menjadi MC Jawa, Wirasa yakni bagaimana penghayatan siswa-siswi dalam menyampaikan kata-kata ketika menjadi MC Jawa. 86

Adapun hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru pembimbing dari kegiatan ekstrakurikuler :

Untuk penilaian yang saya lakukan ada beberapa cara mas, bisa langsung bertanya kapada siswa pada tiap-tiap pertemuan dalam kelas, bisa dari praktek siswa, dan juga dari ujian semester.87

Penilaian aspek kognitif dapat dilakukan pembimbing dengan cara bertanya langsung mengenai materi yang telah diajarkan dan juga dapat dilakukan dengan cara menyuruh siswa untuk membuat kalimat yang benar dari kata dasar tertentu yang diberikan oleh pembimbing. Selain itu penilaian tentang pengetahuan serta pemahaman siswa terhadap materi

86 Lihat lampiran Transkrip Observasi Nomor: 05/O/14-II/2015.

87 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 11/W/07-II/2015.

yang telah diajarkan ketika ujian semester maupun tengah semester dengan cara menjawab soal yang telah dipersiapkan oleh guru pembimbing. Pada penilaian kognitif ini lebih ditekankan kepada pengetahuan siswa mengenai bahasa Jawa.

Penilaian aspek afektif dapat dilakukan dengan isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan program, serta penilaian aspek psikomotorik pada kegiatan ekstrakurikuler pelatiahan MC berbagai acara serta pelatiahan Pamedhar Sabdha, dapat diketahui ketika siswa praktek menjadi MC dan menjadi Pamedhar Sabdha ditinjau dari tiga komponen, yaitu: Wiraga yakni bagaimana meragakan menjadi seorang MC dan Pamedhar Sabdha yang benar, Wirama yakni bagaimana irama atau notasi bahasa Jawa yang benar ketika menjadi MC dan Pamedhar sabdha, Wirasa yakni bagaimana penghayatan siswa-siswi dalam menyampaikan kata-kata ketika menjadi MC dan Pamedhar Sabha.

Adapun hasil dari akumulasi penilaian kognif, afektif serta psikomotorik akan muncul pada rapor siswa yang masuk ke dalam mata pelajaran muatan lokal.

Dalam pertumbuhan suatu kegiatan, pasti ada berbagai faktor yang mendukung dan juga tidak terlepas dari berbagai faktor hambatan. Hal itu biasa di temukan dalam proses suatu kegiatan. Seperti halnya yang di alami dalam proses kegiatan ekstrakurikuler berbahasa Jawa yang ada di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo. Hal ini dapat dijadikan

sebagai bahan motivator untuk tetap giat dalam melaksanakan proses kegiatan untuk dapat mencapai suatu tujuan.

Adapun di bawah ini adalah berbagai faktor pendukung dan penghambat yang dialami dalam proses kegiatan ekstrakurikuler berbahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo, yaitu : a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung yang dimiliki dalam pelaksanaan proses kegiatan ektrakurikuler berbahasa Jawa adalah komitmen seluruh stick holder di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong untuk menciptakan para lulusan yang bermanfaat di masyarakat. Dan kami setiap tahunnya rutin mengadakan lomba antar kelas untuk menambah semangat dan kesiapan siswa-siswi kelak saat terjun di masyarakat. Hal ini disampaikan oleh guru pembimbing kegiatan yakni Bapak Gatot Sudjianto88 :

Faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler pelatihan MC berbagai acara dengan Bahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong ini adalah komitmen seluruh stick holder di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong untuk menciptakan para lulusan yang bermanfaat di masyarakat. Dan kami setiap tahunnya rutin mengadakan lomba antar kelas untuk menambah semangat dan kesiapan siswa-siswi.

Faktor pendukung dari siswa-siswi Madrasah Aliyah Ma’arif Balong yakni kemauan dan antusias siswa untuk bisa menguasai bahasa Jawa secara baik dan benar serta keyakinan bahwa kegiatan ekstrakurikuler berbahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong

88 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 07/W/31-I/2015.

kelak akan membawa manfaat. Sesuai yang dikatakan salah seorang siswi Madrasah Aliyah Ma’arif Balong yang bernama Mita Kharisma Novalia89 :

Faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler pelatihan MC berbagai acara dengan Bahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong ini adalah adalah keinginan saya untuk menguasai bahasa jawa yang halus mas, dan saya yakin bila kegiatan ini insyaalloh akan membawa manfaat kepada saya pribadi kususnya dan siswa pada umumnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Fitria Ningrum, siswi kelas XI-A Madrasah Aliyah Ma’arif Balong Ponorogo :90

Faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler pelatihan MC berbagai acara dengan bahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong ini adalah keinginan saya untuk menjadi MC mas, karena di desa saya belum ada yang bisa menjadi MC seperti yang diajarkan di sini. Dari situ saya ingin bisa menjadi MC.

Selain dari faktor kemauan dan semangat siswa, ada faktor upaya pelestarian budaya dan bahasa Jawa di kalangan generasi muda pada zaman sekarang terlebih pada kalangan generasi pelajar yang kurang mengerti mengenai tata bahasa Jawa secara baik dan benar.

Anwar sanusi siswa kelas XI-A Madrasah Aliyah Ma’arif Balong mengatakan91 :

Faktor pendukung dalam kegiatan ekstrakurikuler pelatihan MC berbagai acara dengan bahasa Jawa di Madrasah Aliyah Ma’arif Balong ini adalah saya ingin melestarikan bahasa Jawa mas, karena di kalangan pemuda zaman sekarang ini banyak yang tidak mengerti tentang bahasa Jawa secara baik dan benar.

89 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 08/W/07-II/2015.

90 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 09/W/07-II/2015.

91 Lihat lampiran Transkrip Wawancara Nomor: 10/W/07-II/2015.