BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.6. Metode Analisis Data
3.6.4. Uji Kecocokan (Testing Fit)
Dalam tahap ini, akan memeriksa tingkat kecocokan antara data dengan model, validitas dan reliabilitas model pengukuran, dan signifikansi koefisien- koefisien dari model struktural. Menurut (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010) evaluasi terhadap tingkat kecocokan data dengan model dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
1. Kecocokan model pengukuran (measurement model fit).
2. Kecocokan keseluruhan model (overall model fit).
3.6.4.1 Kecocokan Model Pengukuran (Measurement Model Fit)
Uji kecocokan model pengukuran akan dilakukan terhadap setiap konstruk atau model pengukuran (hubungan antara sebuah variabel laten dengan beberapa variabel teramati atau indikator) secara terpisah melalui:
1. Evaluasi terhadap validitas (validity) dari model pengukuran
Uji validitas digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa baik instrument yang akan diukur (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010). Uji kecocokan model pengukuran akan dilakukan terhadap setiap konstruk atau model pengukuran (hubungan antara sebuah variabel laten dengan beberapa variabel teramati atau indikator) secara terpisah melalui: Evaluasi terhadap validitas (validity) dari model pengukuran uji validitas digunakan untuk mengetahui dan mengukur seberapa baik instrument yang akan diukur (Hair, Black, Babin, &
Anderson, 2010). Menurut (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010) tingkat validitas
dapat diukur menggunakan faktor loading. Faktor loading yang di syaratkannya untuk dapat dikatakan signifikan sebesar β₯ 0.5.
Tabel 3. 2.
Uji Validitas
No. Ukuran Validitas Nilai Disyaratkan
1. Kaiser meyer-olkin measure of sampling adequacy adalah statistik yang mengindikasikan proporsi variasi dalam variabel yang merupakan variasi umum (common variance), yakni variasi dalam penelitian
Nilai KMO MSA > 0,5 menunjukkan bahwa faktor analisis dapat digunakan
2. Bartlettβs test of sphericity mengindikasikan bahwa matriks korelasi adalah matriks identitas yang mengindikasikan bahwa variabel-variabel dalam faktor bersifat related atau unrelated
Nilai signifikansi adalah hasil uji, jika nilai hasil uji < 0,05 menunjukkan hubungan yang signifikan antara variabel dan merupakan nilai yang diharapkan 3. Anti image matrices, setiap nilai pada kolom
diagonal anti-image correlation matrix menunjukkan measure of sampling adequacy dari masing-masing indikator.
Nilai diagonal anti-image correlation matrix > 0,5 menunjukkan variabel cocok atau sesuai dengan struktur variabel lainnya di dalam faktor tersebut.
4. Component matrix, nilai factor loading dari
variabel-variabel komponen faktor Nilai factor loading β₯ 0,5 menunjukkan besarnya korelasi antara indikator dengan variabel laten tesebut.
Sumber : (Hair et al., 2010)
2. Evaluasi terhadap reliabilitas (reliability) dari model pengukuran
Reliabilitas adalah konsistensi suatu pengukuran. Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa indikator-indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk latennya (Hair, Black, Babin, 2010) Untuk mengukur reliabilitas dalam SEM akan digunakan composite reliability measure (ukuran reliabilitas komposit) dan variance extracted measure (ukuran ekstrak varian) (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010).
a. Reliabilitas komposit suatu konstruk dihitung dengan rumus seperti berikut:
πΆπππ π‘ππ’ππ‘π πππππππππ‘π¦ = (Ξ£std.loading)2 (Ξ£std.loading)2+ Ξ£ej
Dimana standaridized loading (std loading) dapat diperoleh secara langsung hasil perhitungan AMOS, dan e adalah measurement error untuk setiap indikator atau variabel teramati (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010).
b. Ekstrak varian mencerminkan jumlah varian keseluruhan dalam indikator- indikator atau variabel teramati yang dijelaskan oleh variabel laten. Ukuran ekstrak varian dapat dihitung sebagai berikut : (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010)
πππππππππΈπ₯π‘ππππ‘ππ = Ξ£std.loading2 π
Dimana N adalah banyaknya indikator atau variabel teramati dari model pengukuran. (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010) menyatakan bahwa sebuah konstruk mempunyai reliabilitas yang baik, jika nilai konstruk reliabilitasnya (construct reliability) β₯ 0,70 dan nilai ekstrak variannya (variance extracted) β₯ 0,50
3.6.4.2. Kecocokan Model Keseluruhan (Overall Model Fit)
Tahap pertama dari uji kecocokan ini ditujukan untuk mengevaluasi secara umum derajat kecocokan atau godness of fit (GOF) antara data dengan model.
Menilai GOF suatu SEM secara menyeluruh (overall) tidak dapat dilakukan secara langsung seperti ada teknik multivariate yang lain.
1. Ukuran Kecocokan Absolut
Ukuran kecocokan absolute menentukan derajat prediksi model keseluruhan terhadap matriks korelasi dan kovarian. Dari berbagai ukuran kecocokan absolute, ukuran-ukuran yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi SEM adalah sebagai berikut:
a. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
Indeks merupakan salah satu indeks informatif dalam SEM. Rumus perhitungan RMSEA adalah sebagai berikut
RMSEA = βπππΉπ
Nilai RMSEA β€ 0,05 menandakan close fit, sedangkan 0,05 < RMSEA β€ 0,08 menunjukkan good fit.
b. CMIN/DF
CMIN/DF adalah nilai CMIN dibagi dengan DF. Rumus perhitungan CMIN/DF adalah sebagai berikut:
πΆππΌπ π·πΉ 2. Ukuran Kecocokan Inkremental
Ukuran kecocokan inkremental membandingkan model yang diusulkan dengan model dasar (baseline model) yang sering disebut sebagai null model atau independence model.
a. Comparative Fit Index (CFI)
Adapun rumus CFI adalah sebagai berikut:
CFI = 1 β ππ1
2
Nilai CFI akan berkisar dari 0 sampai 1. Nilai CFI β₯ 0,90 menunjukkan good fit, sedangkan 0,80 β€ CFI < 0,90 sering disebut sebagai marginal fit.
Pembahasan tentang uji kecocokan serta batas-batas nilai yang menunjukkan tingkat kecocokan yang baik (good fit) untuk setiap GOF (Goodness of Fit) dapat diringkas ke dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 3.
Perbandingan Ukuran-Ukuran GOF
Sumber : (Hair et al., 2010)
Ukuran GOF Tingkat Kecocokan yang bisa
diterima
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
Rata-rata perbedaan per degree of freedom yang diharapkan terjadi
dalam populasi dan bukan sample.
RMSEA β€ 0,80 adalah good fit, sedang RMSEA < 0,05 adalah
close fit
CMIN/DF Nilai CMIN/DF β€ 5 adalah good
fit Incremental fit Measures
Comparative Fit Index (CFI) Nilai berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik. CFI β₯0,90 adalah good fit, sedang 0,80 β€ CFI < 0,90 adalah
marginal fit.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Profile Jakarta Convention Center
Jakarta Convention Center (JCC), juga dikenal sebagai Balai Sidang Jakarta Convention Center (sebelumnya dikenal sebagai Jakarta Hilton Convention Center (JHCC)) merupakan pusat konvensi yang terletak di Kompleks Gelanggang Olahraga Bung Karno, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Balai Sidang Jakarta Convention Center memiliki luas sekitar 120,000 mΒ² dan terdiri dari sebuah aula berbentuk seperti teater bundar (gedung Plenary Hall), dua Aula Pameran (Aula Pameran A & B), Aula Pertemuan (Assembly Hall), Aula Perjamuan (Cendrawasih Room), sebuah lobi utama yang luas, ruang VIP dan lounge, serta sepuluh ruang pertemuan tambahan yang dapat dikonfigurasi agar sesuai dengan persyaratan acara tertentu. Balai Sidang Jakarta Convention Center juga memiliki pusat bisnis untuk mendukung pertemuan yang diadakan di tempat ini.
Balai Sidang Jakarta Convention Center juga terhubung dengan Hotel Hilton (sekarang Hotel Sultan) Jakarta melalui terowongan bawah tanah yang dilengkapi dengan travelator (tangga jalan datar). Balai Sidang Jakarta Convention Center merupakan suatu fasilitas untuk terselenggaranya bisnis MICE (Meetings,
Incentives, Conferences, Exhibitions) yang terletak di area Senayan, berdekatan dengan pusat bisnis Sudirman (SCBD) dan Bursa Efek Indonesia (BEI).
Balai Sidang Jakarta Convention Center juga menyediakan fasilitas catering, jasa desain panggung serta tim yang melayani khusus penataan bunga dan tanaman. Selain itu kami juga menyediakan gudang sementara untuk memuat barang-barang impor dengan area parkir yang dapat menampung hingga 6,000 mobil sekaligus. Di sekitar area gedung terdapat berbagai hotel yang dapat diakses dengan berjalan kaki maupun ditempuh dengan kendaraan dalam jarak yang sangat dekat.
Balai Sidang Jakarta Convention Center dibangun pada tahun 1960 dan selesai pada tahun 1974 untuk acara pembukaan konferensi tahunan Pacific Asia Travel Association (PATA) ke-23 yang diadakan pada awal April 1974. Konferensi ini merupakan acara besar untuk Jakarta dan beberapa proyek hotel besar, seperti perluasan Hotel Indonesia, Hotel Borobudur, Hotel Ambassador (sekarang Hotel Aryaduta), dan Hotel Sahid Jaya, juga ditargetkan selesai sebelum konferensi PATA dimulai.
Sejak saat itu, JCC menjadi salah satu pusat konvensi terbesar di Indonesia yang banyak digunakan sebagai tuan rumah berlangsungnya sejumlah acara berkelas nasional dan internasional. Balai Sidang Jakarta Convention Center salah satunya digunakan dalam Pertemuan KTT Gerakan Non-Blok ke-10 pada tahun 1992. Menjelang KTT Non-Blok tersebut, Balai Sidang direnovasi habis-habisan, dan gedung itu pun lantas dipakai berkonferensi oleh 62 kepala negara dan delegasi dari 109 negara.
Renovasi besar-besaran Balai Sidang Jakarta Convention Center selesai pada bulan Agustus 1992 dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Soeharto, pada tanggal 25 Agustus 1992 yang kemudian diberi nama Jakarta Hilton Convention Center (JHCC). Hal ini dikarenakan kepemilikan dan pengelolaannya masih dalam satu manajemen dengan Jakarta Hilton International yang mengelola Jakarta Hilton Hotel.
Berdasarkan peraturan pemerintah yang menghimbau agar setiap penamaan gedung atau perusahaan harus menggunakan bahasa Indonesia, maka pada tahun 1995, Jakarta Convention Center berubah nama lagi menjadi Balai Sidang Jakarta Convention Center di bawah kepemilikan dan pengelolaan PT. Graha Sidang Pratama. Mulai tanggal 1 Januari 2006, pengelolaan Balai Sidang Jakarta Convention Center berada di bawah Manajemen Singgasana Hotels &
Resorts. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, Balai Sidang Jakarta Convention Center telah menjadi tuan rumah penyelenggaraan acara-acara baik lokal maupun tingkat dunia seperti pertemuan kenegaraan, konferensi internasional, simposium, pameran dalam berbagai bidang dan lainnya.
4.2. Uji Validitas Dan Uji Reliabilitas (Pre-Test) 4.2.1. Hasil Uji Validitas (Pre-Test)
Pengukuran validitas dilakukan dengan menganalisis faktor kepada hasil pre-test untuk melihat nilai Kaiser-Meyer-Olkin measure of sampling adequacy (KMO), Barlettβs test of spericity (signifikansi), Antiimage matrices (MSA) dan Factor loading of component matrix (factor loading).
Perhitungan sebagai berikut :
Tabel 4. 1.
Uji Validitas (Pre-Test)
Variabel Laten Indikator KMO SIG MSA Factor
Loading Kesimpulan Nilai yang diisyaratkan β₯ 0.5 < 0.05 β₯ 0.5 β₯ 0.7 Valid
Self Esteem
SES1
0.868 0.000
0.770 0.971 Valid
SES2 0.967 0.857 Valid
SES3 0.888 0.890 Valid
SES4 0.888 0.929 Valid
SES5 0.886 0.890 Valid
Self Efficacy
SEF1
0.851 0.000
0.870 0.868 Valid
SEF2 0.868 0.870 Valid
SEF3 0.836 0.897 Valid
SEF4 0.834 0.898 Valid
Transformational Leadership
TL1
0.842 0.000
0.855 0.909 Valid
TL2 0.795 0.891 Valid
TL3 0.869 0.909 Valid
TL4 0.861 0.900 Valid
Job Satisfaction
JS1
0.905 0.000
0.894 0.893 Valid
JS2 0.933 0.888 Valid
JS3 0.906 0.932 Valid
JS4 0.894 0.864 Valid
JS5 0.895 0.911 Valid
JS6 0.923 0.844 Valid
JS7 0.912 0.952 Valid
JS8 0.869 0.917 Valid
JS9 0.929 0.782 Valid
Sumber : Hasil pengolahan data
Sehingga dapat disimpulkan bahwa item-item indikator (pertanyaan) dalam kuesioner dari empat variabel tersebut benar-benar mengukur apa yang ingin diukur dalam penelitian ini. Dalam tabel 4.1 menunjukkan seluruh indikator pernyataan dalam instrumen penelitian dapat memenuhi nilai yang telah disyaratkan atau dapat disimpulkan bahwa semua indikator pernyataan dalam pre-test adalah valid. Oleh karena itu, tidak perlu ada item indikator yang harus disingkirkan atau dibuang,
semua item indikator dalam penelitian ini dapat digunakan untuk tahap penelitian selanjutnya.
4.2.2. Hasil Uji Reliabilitas (Pre-Test)
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi dan reliabilitas indikator pertanyaan-pertanyaan dalam setiap kuisioner terhadap variabelnya.
Dengan melihat batas nilai cronbachβs alpha β₯ 0,7 maka, indikator pernyataan dalam kuisioner dinyatakan reliable, konsistendan relevan terhadap variabel (Malhotra, 2010). Berikut ini adalah hasil analisis reliabilitas indikator penelitian.
Tabel 4. 2.
Uji Realibilitas Data (Pre-Test)
Variabel Cronbach's Alpha Kriteria
β₯ 0.7
Self Esteem 0.946 Reliabel
Self Efficacy 0.903 Reliabel
Transformational Leadership 0.928 Reliabel
Job Satisfaction 0.965 Reliabel
Sumber : Hasil pengolahan data
Berdasarkan hasil ada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa semua variabel penelitian, self esteem, self efficacy, transformational leaderhip, dan job satisfaction memiliki cronbachβs alpha β₯ 0,7. Hasil ini menyatakan jika item indikator pernyataan dalam kuisioner ditanyakan ke responden yang sama dan berbeda, hasilnya akan cenderung tetap dan konsisten.
4.3. Profil Responden
Pada profil responden akan menggambarkan berbagai profil responden secara keseluruhan berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir serta pekerjaannya.
4.3.1. Jenis Kelamin
Grafik 4. 1.
Jenis Kelamin Responden Sumber: Hasil pengolahan data
Gambar 4.1 menggambarkan bahwa responden yang berjumlah 132 orang, terdiri dari responden yang berjenis kelamin laki β laki sebesar 60.6% atau sama dengan 80 orang dan responden yang berjenis kelamin wanita memiliki persentase sebesar 39.4% atau sama dengan 52 orang. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah responden laki β laki lebih besar daripada jumlah responden wanita.
60.6%
39.4%
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
LAKI - LAKI PEREMPUAN
Jenis Kelamin
Laki - Laki Perempuan
4.3.2. Umur
Grafik 4. 2.
Umur Responden Sumber: Hasil pengolahan data
Peneliti mengelompokkan skala usia responden menjadi 4 kelompok, yaitu skala usia 20 β 30 tahun, 31 β 40 tahun, 41 β 50 tahun dan diatas 50 tahun. Pada grafik 4.2 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah responden yang berusia antara 31 β 40 tahun yang berjumlah 61 orang, kemudian diikuti oleh responden yang berusia antara 41 β 50 tahun dengan jumlah responden 40 orang, lalu responden yang berusia 20 β 30 tahun dengan jumlah 23 dan sisanya sebanyak 6 responden yang berusia diatas 50 tahun.
25
61
40
6 0
10 20 30 40 50 60 70
20 - 30 31 - 40 41 - 50 > 50
Umur
4.3.3. Tingkat Pendidikan
Grafik 4. 3.
Tingkat Pendidikan Responden Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan pada grafik 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan responden adalah Strata 1 (S1) dengan jumlah 89 orang, kemudian diikuti oleh responden dengan tingkat pendidikan terakhir yaitu SMA atau Sederajatnya sejumlah 30 orang, lalu responden dengan tingkat Pendidikan dengan jumlah 7 orang untuk S2 β S3 dan 6 orang untuk D1 β D3. Total keseuruhan responden adalah 132 orang.
22.7% 4.5%
67.4%
5.3%
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
SD - SMP Atau Sederajat
SMA Atau Sederajat
D1 - D3 S1 S2 - S3
Pendidikan Terakhir
SD - SMP Atau Sederajat SMA Atau Sederajat D1 - D3
S1 S2 - S3
4.3.4. Lama Bekerja
Grafik 4. 4.
Lama Bekerja
Sumber: Hasil pengolahan data
Berdasarkan pada grafik 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa mayoritas lama bekerja responden di Jakarta Convention Center adalah di atas 15 tahun dengan jumlah 79 orang, kemudian diikuti oleh responden dengan lama bekerja selama 10- 15 tahun sejumlah 36 orang. Kemudian 17 orang dengan lama bekerja kurang dari 10 tahun. Total keseuruhan responden adalah 132 orang.
17
36
79
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
< 10 TAHUN 10 - 15 TAHUN > 15 TAHUN
Lama Bekerja
< 10 Tahun 10 - 15 Tahun
> 15 Tahun
4.4. Hasil Analisis Data
Sesuai dengan metode pengolahan data yang telah dipilih pada bab sebelumnya, peneliti menggunakan software AMOS 21 sebagai alat pendukung analisis Structural Equation Model. Penggunaan AMOS 21 dipilih karena lebih mudah digunakan dan dapat langsung mengetahui hasil olah data melalui model grafis. Hasil akhir dari AMOS 21 dapat dilihat di model struktural yang menguji kecocokan model dengan data yang ada. Kemudian, setelah diketahui semua hasil pengolahan data, selanjutnya akan diinterpretasikan dan akan ditarik kesimpulan berdasarkan pada hasil analisis data SEM. Alat bantu atau software tambahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2016 dan SPSS 23.
4.4.1. Spesifikasi Model
Pembuatan spesifikasi model pada AMOS 21 terdiri dari model struktural (structural model) dan model pengukuran (measurement model). Model struktural menggambarkan hubungan-hubungan antara variabel laten atau dengan kata lain model struktural menggambarkan hipotesis yang dibentuk. Model pengukuran tidak jauh berbeda dengan penggambaran model struktural, perbedaannya terletak antar variabel teramati (observed variable) dengan variabel laten yang terkait.
Kedua model tersebut digambarkan dalam path diagram.
4.4.2. Identifikasi
Kategori identifikasi terbagi menjadi 3, yaitu under-identiified, just- identified dan over-identified. Cara untuk mengetahui posisi data tersebut berada dalam tiga kategori tersebut, dapat dilihat dari nilai degree of freedom yang positif.
Setelah dilakukan pengolahan data dengan model pengukuran (measurement model) peneliti dapat mengidentifikasi kategori data tersebut, yang diperoleh dari hasil degree of freedom sebagai berikut:
Tabel 4. 3.
Computation of Degrees of Freedom
Number of distinct sample moments 275
Number of distinct parameters to be estimated 72
Degrees od freedom (275 - 72) 203
Sumber: Hasil pengolahan data
Dari hasil tersebut, diketahui bahwa DF > 0 yang menunjukkan model termasuk dalam kategori over-identified. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, model dalam kategori over-identified perlu dilakukan estimasi dan penilaian model. Sebelum dilakukan estimasi, data harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terlebih dahulu.
4.4.3. Uji Pengukuran Model
4.4.3.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Construct validity atau validitas konstruk adalah validitas yang berkaitan dengan kemampuan suatu alat ukur atau indikator dalam mengukur variabel laten yang diukurnya. Menurut (Hair, Black, Babin, & Anderson, 2010), suatu variabel dapat dikatakan mempunyai validitas yang baik jika muatan faktor standarnya (standardized loading factors) β₯ 0,50 dan idealnya β₯ 0,70. Reliabilitas adalah konsisten suatu pengukuran. Reliabilitas tinggi menunjukkan bahwa indikator- indikator mempunyai konsistensi tinggi dalam mengukur konstruk latennya (Hair et al., 2010) . Mengukur reliabilitas dalam SEM akan digunakan composite reliability Measure dan variance extracted Measures, sebuah konstruk mempunyai reliabilitas yang baik jika nilai construct reliability(CR) β₯ 0,70 dan variance extracted (EV) β₯ 0,50.
Tabel 4. 4.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Indikator Uji Validitas Uji Reliabilitas Factor
Loading Kesimpulan AVE >0.5 CR
>0.7 Kesimpulan
SES1 0.948 Valid
0.838 0.963
Reliabel
SES2 0.897 Valid Reliabel
SES3 0.891 Valid Reliabel
SES4 0.927 Valid Reliabel
SES5 0.913 Valid Reliabel
SEF1 0.899 Valid
0.748 0.922
Reliabel
SEF2 0.879 Valid Reliabel
SEF3 0.783 Valid Reliabel
SEF4 0.894 Valid Reliabel
Indikator
Uji Validitas Uji Reliabilitas Factor
Loading Kesimpulan AVE >0.5 CR
>0.7 Kesimpulan
TL1 0.904 Valid
0.788 0.937
Reliabel
TL2 0.923 Valid Reliabel
TL3 0.866 Valid Reliabel
TL4 0.856 Valid Reliabel
JS1 0.908 Valid
0.809 0.974
Reliabel
JS2 0.907 Valid Reliabel
JS3 0.926 Valid Reliabel
JS4 0.866 Valid Reliabel
JS5 0.887 Valid Reliabel
JS6 0.885 Valid Reliabel
JS7 0.927 Valid Reliabel
JS8 0.930 Valid Reliabel
JS9 0.855 Valid Reliabel
Sumber: Hasil pengolahan data
Pada tabel 4.4. terlihat bahwa seluruh indikator memiliki factor loading yang berada β₯ 0.7 yang menjelaskan seluruh indikator dinyatakan valid dan semua variabel mampu mengukur apa yang sebenarnya diukur. Selain validitas, tabel 4.4 juga dapat menjelaskan reliabilitas dari pengukuran AVE dan CR yang telah memenuhi syarat dengan demikian diketahui bahwa indikator-indikator yang dibentuk mampu menjelaskan variabel laten.
4.4.4. Estimasi
Pada tahap estimasi, data harus dilakukan evaluasi kembali. Untuk melakukan evaluasi terdapat tahap yang harus dilewati, sebagai berikut:
4.4.4.1. Sample Size
Syarat dalam menggunakan metode SEM yaitu dengan menggunakan data yang berjumlah 100-200, berdasarkan jumlah indikator yang terdapat pada penelitian ini sebanyak 22 indikator maka sesuai dengan ketentuan dari (Hair et al., 2010) jumlah indikator dikalikan 6, sehingga data yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 132 data. Dengan demikian syarat jumlah data pada metode SEM telah terpenuhi.
4.4.5. Hasil Uji Model Keseluruhan (Overall Model Fit) 4.4.5.1. Goodness of Fit
Tahap uji model keseluruhan bertujuan untuk mengevaluasi secara umum derajat kecocokan atau Goodness of Fit (GOF) antara data dengan model. Menilai GOF suatu SEM secara menyeluruh (overall) tidak dapat dilakukan secara langsung seperti teknik multivariat yang lainnya. SEM tidak mempunyai satu uji statistik terbaik yang dapat menjelaskan kekuatan prediksi model. Sebagai gantinya, para peneliti telah mengembangkan beberapa ukuran GOF yang dapat digunakan secara bersama-sama atau kombinasi.
Tabel 4.5. di bawah ini menunjukkan beberapa fit index untuk kecocokan model keseluruhan berdasarkan perhitungan SEM dengan menggunakan tool AMOS 21.
Tabel 4. 5.
Hasil Penelitian Indeks Goodness of Fit
GOF Tingkat Kecocokan Hasil
Perhitungan Kriteria Absolute βFit Measures
CMIN/DF
CMIN/DF β€ 5,00 (good fit) 4.048 Good Fit (normed
chi-square)
RMSEA
RMSEA β€ 0,08 (good fit)
0.153 Poor Fit
0,08 β€ RMSEA β€ 0,10 (marginal fit) RMSEA β₯ 0,10 (poor fit)
Incremental Fit Measure CFI
CFIβ₯ 0,90 (good fit)
0.850 Marginal Fit 0,80 β€ CFI β€ 0,90 (marginal
fit)
CFI β€ 0,80 (poor fit)
Sumber: Hasil pengolahan data dilakukan oleh peneliti dengan AMOS 21
Tabel 4.5. memberikan gambaran bahwa 3 ukuran GOF yang terdiri dari CMIN/DF, RMSEA, dan CFI menunjukan satu ukuran dengan criteria good fit, lalu menunjukkan satu ukuran dengan kriteria poor fit,dan satu ukuran dengan kriteria marginal fit. Menurut (Hair et al., 2010) jika ada satu atau lebih parameter yang telah fit maka model dinyatakan fit. Sehingga, model dalam penelitian ini dinyatakan fit.
4.4.5.2. Hasil Pengujian Hipotesis dalam Struktural Model (Structural Model Fit)
Model keseluruhan adalah seluruh hubungan antar konstruk yang mempunyai hubungan kausal (sebab akibat) maka dari itu akan ada variabel laten eksogen dan variabel endogen. Analisis model keseluruhan berhubungan terhadap koefisien-koefisien atau parameter-parameter yang menunjukkan hubungan kausal atau pengaruh variabel laten terhadap variabel laten lainnya, sesuai dengan rerangka konseptual penelitian. Kemudian, pada analisis model keseluruhan akan diketahui tingkat signifikansi dengan cara melihat nilai p. Jika nilai estimasi paramater menunjukkan hasil positif dengan tingkat signifikansi p< 0,05 maka hipotesis yang diajukan berarti didukung data. Namun, jika nilai estimasi parameter menunjukkan hasil yang negatif dengan tingkat signifikansi p > 0,05 maka hipotesis yang diajukan berarti tidak didukung data. Hasil pengujian hipotesis pada model keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini.
Tabel 4. 6.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Path Estimasi P Kesimpulan
1 JS <--- SES 0.308 *** Didukung data
2 JS <--- SEF 0.280 *** Didukung data
3 JS <--- TL 0.340 *** Didukung data
Sumber : Hasil pengolahan data dilakukan oleh peneliti dengan AMOS 21
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, hipotesis dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Self Esteem memiliki pengaruh positif terhadap Job Satisfaction.
Berdasarkan hasil dari pengujian data, diperoleh nilai estimasi sebesar 0,308 dengan nilai P ***. Nilai estimasi tersebut menunjukkan hasil yang positif dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Maka dari itu, Self Esteem memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Job Satisfaction dan hipotesis dapat diterima.
2. Self Efficacy memiliki pengaruh positif terhadap Job Satisfaction.
Berdasarkan hasil dari pengujian data, diketahui nilai estimasi sebesar 0,280 dengan nilai P ***. Nilai estimasi tersebut menunjukkan hasil yang positif dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Hal ini menyatakan, Self Efficacy memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Job Satisfaction dan hipotesis dapat diterima.
3. Transformational Leadership memiliki pengaruh positif terhadap Job Satisfaction. Berdasarkan hasil dari pengujian data, diperoleh nilai estimasi 0,340dengan nilai P ***. Nilai estimasi tersebut menunjukkan hasil yang positif dengan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan nilai tersebut, Transformational Leadership memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap Job Satisfaction dan hipotesis dapat diterima.