BAB III DESAIN DAN PROSEDUR PENELITIAN
C. Unit Analisis dan Sumber data
Tempat dalam penelitian ini adalah PT. Aryadata Sarana Makassar Jl.
Veteran Utara No. 236 Makassar. Informan yang merupakan salah satu sumber data penelitian ini berjumlah 7 orang, dimana yang menjadi unit informan adalah
1. Sekertaris Direktur PT. Aryadata Sarana : 1 orang
2. Kepala teknisi hardware : 1 orang
3. Kepala teknisi software : 1 orang
4. Staff teknisi : 3 orang
5. Konsumen : 1 orang
Jumlah 7 orang
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknis pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tatap muka dan berdialog langsung antara peneliti dan informan. Dalam hal ini adalah Sekertaris Direktur PT. Aryadata Sarana, Kepala Teknisi Hardware dan Kepala Teknisi Software.
b. Observasi
Observasi yaitu penelitian dengan melakukan pengamatan langsung pada PT. Aryadata Sarana.
c. Telaah Dokumen
Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan pedoman engan cara mengambil data – data atau informasi dan arsip – arsip, bahan pustaka yang terkait dalam penelitian ini.
2. Instrument Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data di dalam sebuah penelitian. Pada penelitian ini yang menjadi instrumen adalah wawancara langsung, observasi di lapangan dan telaah dokumen sesuai kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara ini dimaksudkan untuk mewawancarai informan dimana sebelumnya telah disiapkan daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan dipertanyakan kepada informan.
b. Pedoman Observasi
Panduan observasi merupakan pedoman yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan melalui pengamatan langsung akan informasi melalui wawancara dan menganalisis dokumen/informasi yang ada.
c. Pedoman Telaah Dokumen
Telaah dokumen digunakan untuk mencari keterangan atau pengumpulan data sekunder atau mengambil data atau informasi yang menyangkut disiplin kerja yang pada PT. Aryadata Sarana Makassar.
E.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dalam mengolah data yaitu mulai dari tahap reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), sampai pada tahap verifikasi/kesimpulan (conclusion drawing) serta pengadaan pemahaman peneliti secara interpretatif. Teknik analisis tersebut biasanya dapat juga disebut “Model Miles and Huberman” (Sugiyono 2009:247) dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Reduksi data adalah proses merangkum hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
b. Display Data, yakni proses dimana setelah data direduksi maka selanjutnya menyajikan data dalam bentuk gambar, tabel, grafik, dan sejenisnya, agar data terorganisir, tersusun dalam pola hubungan sehingga lebih mudah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi, adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi berdasarkan penyajian data yang telah dilakukan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI SINGKAT LOKUS PENELITIAN 1. Gambaran Umum
PT. Aryadata Sarana Makassar merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak dibidang pengadaan alat elektronik (computer) dan telah berdiri sejak tahun 1991 yang berlokasi di Jl. Veteran Utara No. 188. Selain letaknya yang sangat strategis yang berada di pusat kota Makassar, PT. Aryadata Sarana juga telah membuka cabang pada pusat perbelanjaan Makassar Trade Centre (MTC) lt. 2 Blok C-11.
Perusahaan ini juga melakukan penjualan aksesoris kelengkapan komputer sekaligus pemeliharaan dan perawatan komputer. Keunggulan dari PT. Aryadata Sarana sendiri adalah, pelanggan dapat meminta teknisi untuk datang langsung ke perusahaan/rumah untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan komputer.
PT. Aryadata Sarana Makassar termasuk salah satu pioner dalam pembangunan Teknologi Informasi di Indonesia Timur. Dalam perjalanan waktunya, berkembang ke bidang Airconditioning dan bidang Energi Listrik Tenaga Surya di tengah derasnya arus informasi digital dan gerakan energi terbarukan, PT. Aryadata Sarana tetap eksis untuk turut serta membangun masyarakat Indonesia.
2. Visi Dan Misi PT. Aryadata Sarana a. Visi
Menjadikan PT. Aryadata Sarana sebagai perusahaan komputer nomor satu dan terpercaya di Indonesia
b. Misi
1) Memberikan pelayanan professional yang ramah dan memberikan produk yang berkualitas.
2) Turut serta dalam pembangunan Teknologi Digital dan Energi Terbarukan dalam masyarakat.
3) Menyediakan peralatan AC, digital, perkantoran dan peralatan energi surya yang terjangkau dan memiliki mutu yang dapat dipertanggungjawabkan.
4) Memberikan pelayanan purna jual yang terbaik bagi konsumen / pelanggan kami.
c. Keterampilan
1) Penyedian peralatan digital dan perkanoran lainnya seperti server, workstation, laptop, fingerprint, modem internet, PBX, AC Central, AC VRV sampai AC Split, dan CCTV.
2) Pemasangan sistem AC, komputer, audio visual, absensi, CCTV dan tabung pemadam kebakaran.
3) Penyediaan peralatan energi terbarukan, yaitu pembangkit listrik tenaga surya (Solar Panel & controller) dan penerangan jalan umum bertenaga surya.
Struktur Organisasi PT. Aryadata Sarana Gambar 1
Struktur Organisasi PT. Aryadara Sarana
(Sumber : Arsip PT. Aryadata Sarana)
B. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang permasalahan yang dirumuskan pada Bab I, yaitu Analisis Disiplin Kerja Karyawan pada PT. Aryadata Sarana Makassar. Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik wawancara secara mendalam dengan informan sebagai bentuk pencarian data dan dokumentasi langsung dilapangan yang kemudian selanjutnya dianalisis.
Analisis ini sendiri terfokus pada Disiplin Kerja Karyawan pada PT.
Aryadata Sarana yang dikaitkan kepada beberapa unsur atau identifikasi masalah.
Agar penelitian ini lebih objektif dan akurat, peneliti mencari informasi-informasi Pimpinan
Sekertaris Pimpinan
Kepala Teknisi Hardware
Kepala Teknisi Software
Administrasi/
Cashier
Kepala Gudang
Teknisi 1 Teknisi 1
Teknisi 2
Teknisi 3
Teknisi 2
MTC & DGS
Sales 1
Sales 2 Teknisi 3
tambahan dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan untuk melihat langsung bagaimanakah Disiplin Kerja Karyawan. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara dengan pelanggan guna memperoleh data pendukung mengenai Disiplin kerja Karyawan PT. Aryadata Sarana. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk melihat kondisi alami dari suatu fenomena.
Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber atau informan, maka peneliti dapat menganalis tentang Disiplin Kerja Karyawan yang meliputi beberapa aspek penelitian, pada penelitian mengenai absensi dalam penelitian ini masih banyak karyawan yang tidak mematuhi peraturan yang berlaku dalam perusahaan sehingga tingkat kehadiran masih rendah dan ketepatan waktu kerja tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan. Sikap dan perilaku karyawan dalam penelitian ini juga masih kurang, terlihat pada rendahnya kepatuhan dan ketekunan karyawan pada saat bekerja sehingga hal ini tentunya memperlihatkan rendahnya semangat kerja dan inisiatif dari karyawan. Tanggung jawab karyawan juga masih terbilang rendah, baik itu tanggung jawab kepada atasan, tanggung jawab kepada bawahan dan tanggung jawab terhadap konsumen.
Adapun penjelasan mengenai indikator disiplin kerja adalah sebagai berikut :
1. Absensi
Absensi merupakan suatu kegiatan pencatatan untuk mengetahui jumlah kehadiran seseorang atau sekelompok orang dalam suatu tempat/perusahaan. Berdasarkan kamus bahasa indonesia, absen adalah
tidak bekerjanya seorang pegawai pada saat hari kerja karena sakit, izin, alpa, atau cuti. Absensi adalah daftar administrasi ketidakhadiran pegawai.
a. Kehadiran
Kehadiran karyawan dalam perusahaan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mencapai tujuan suatu perusahaan dalam memberikan pelayanan yang baik kepada konsumen. Untuk mengetahui lebih lanjut tingkat kehadiran karyawan pada PT. Aryadata Sarana, peneliti menggunakan teknik wawancara secara mendalam bersama ibu Audrey selaku sekertaris pimpinan yang lebih mengetahui tingkat kehadiran karyawan pada perusahaan tersebut.
Pertanyaan yang diajukan terhadap informan untuk mengetahui lebih jelas tingkat kehadiran karyawan yaitu, “Melihat tingkat kehadiran karyawan yang rendah, menurut ibu apa yang menjadi penyebab utama hal tersebut ? Dan bagaimana pandangan ibu dalam memecahkan masalah tersebut ?”
“Sebelumnya saya mau tau dulu ini data yang kau kasih masuk di skripsimu data tahun berapa ? Ohhh 2016. Ok. Kalau dilihat dari data 2016 memang banyak anak-anak yang kehadirannya bermasalah termasuk kau juga hahaha. Entah apa yang jadi alasannya mereka sampai tingkat kehadirannya bermasalah seperti itu. Tapi kalau menurut ku, salah satu penyebab utamanya itu masalah upah yang tidak sesuai dengan harapannya mereka. Mereka berharap upah yang sesuai dengan pekerjaan mereka.
Sedangkan yang terjadi malah sebaliknya, mereka menerima upah yang minim dari kerjaan yang boleh dibilang cukup banyak dan melelahkan.
Selain itu, masih banyak anak-anak yang malamnya kuliah. Mungkin itu juga salah satu alasan kenapa kehadirannya anak-anak bermasalah. Kalau waktu kerja mereka capek terus pulang kerja masih harus kuliah bisa jadi itu salah satu sebab rendahnya tingkat kehadiran karyawan. Mungkin juga terlalu longgarnya pengawasan dan sanksi dari kantor terhadap pelanggaran yang terjadi makanya banyak anak-anak yang berani bikin hari libur sendiri.
Tapi apapun alasannya anak-anak harusnya mereka tetap profesional karena begitu memang resiko pekerjaan. Kalau tidak mau tanggung resiko tinggal
saja dirumah supaya nda capek dan bikin hari libur sendiri.” (Wawancara tanggal 27 Oktober 2017)
Berdasarkan hasil jawaban informan diatas dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2016 tingkat kehadiran karyawan cenderung sangat rendah yang disebabkan oleh rasa ketidakpuasan terhadap perusahaan, terlebih masalah upah yang tidak sesuai dengan harapan karyawan yang tidak sesuai dengan UMK ( Upah Minimum Kota) Makassar, dan yang menjadi salah satu alasan rendahnya tingkat kehadiran karyawan adalah masih ada beberapa karyawan yang bekerja sambil kuliah. Adapun sanksi dari perusahaan masih sangat rendah sehingga memberikan peluang kepada para karyawan untuk membiasakan tingkat kehadiran yang rendah.
Selain dari hasil wawancara di atas, peneliti telah melakukan observasi langsung dan melihat beberapa karyawan teknisi memiliki tingkat kehadiran yang sangat rendah. hal tersebut terjadi karena beberapa karyawn masih melanjutkan pendidikan perkuliahan di luar jam kerja, selain itu ketika karyawan tidak datang bekerja, upah yang dipotonga tidak terlalu banyak karena memang pada dasarnya total upah yang mereka terima sangat sedikit.
Adapun hasil wawancara selanjutnya bersama Ibu Audrey untuk mengetahui solusi yang dapat diberikan untuk mengurangi rendahnya tingkat kehadiran karyawan PT. Aryadata Sarana
“Nah kalau untuk memecahkan persoalan ini saya rasa 2 bulan terakhir ini sudah mulai membaik dan teratasi. Itu terlihat dari membaiknya tingkat kehadiran karyawan. Itu karena bos mulai melakukan pengawasan dan mulai berlaku tegas terhadap apa yang salah. Secara pribadi ada yang terjadi antara saya dan bos dalam hal memperbaiki tingkat kehadiran karyawan dan mungkin juga terjadi pada anak-anak, seperti pemotongan gaji full sehari untuk setiap ketidak hadiran karyawan. Dan hasilnya itu mampu
memperbaiki tingkat kehadiran karyawan.” (Wawancara tanggal 27 Oktober 2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa pada bulan oktober – november mulai ada perbaikan pada kehadiran karyawan, karena pihak manajemen mulai memberlakukan pemotongan gaji sehari penuh untuk setiap ketidakhadiran karyawan.
Hasil wawancara diatas juga diperkuat dari data tingkat kehadiran karyawan juga dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3
Rekapitulasi Absensi Karyawan PT. Aryadara Sarana Juli – November 2017
NO NAMA
Jumlah Absensi Karyawan
Juli Aug Sept Okt Nov
1 AUDREY E PAPILAYA 2 1 4
2 UNI RAYA 5
3 MARLEN ELIZABTH 4 ARIF L SUTRISNO
5 KARSALI, S.KOM 2 2 2 2 2
6 JUNAIDI ABDULLAH 2 7
7 RISWAN HARDI 1 1
8 ANDIKA 3
9 FAISAL BACHTIAR
10 ISNAEDI UMAR 2
11 REVISYA
12 MIRZAD MUCHTAR 2
13 BASRAN 14 SITI RAHMI
15 SELVINA 4
16 NASARUDDIN 17 SHERLY 18 HASBIANA 19 SALEH 20 RISAL 21 ABDULLAH 22 ASMAR 23 MALANI 24 ASDAR 25 SINTA
26 JUNIATI BURA 27 DEVI
Ket : Kehadiran full; Belum bekerja/resign.
(Sumber : Arsip PT. Aryadata Sarana)
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat kehadiran karyawan selama Juli – November 2017 lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat kehadiran pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pihak manajemen untuk mengurangi rendahnya tingkat kehadiran karyawan cukup berhasil.
b. Ketepatan Waktu
Salah satu cara untuk mengukur absensi karyawan adalah dengan melihat ketepatan waktu. Penetapan hari kerja dan jam kerja diatur atau ditentukan oleh perusahaan. Karyawan diwajibkan untuk mengikuti aturan jam kerja, tidak melakukan pelanggaran jam istirahat dan jadwal kerja lain, keterlambatan masuk kerja, dan wajib mengikuti aturan jam kerja per hari.
Tetapi pada pembahasan sebelumnya terlihat bahwa karyawan pada PT.
Aryadata Sarana memiliki ketepatan waktu yang sangat tidak sesuai dengan peraturan perusahaan. Dimana perusahaan menetapkan waktu 8 jam pehari dengan jam kerja 08.30 sampai 17.30 dengan waktu istirahat selama 1 jam.
Tapi masih ada beberapa karyawan yang tidak mengikuti aturan waktu kerja yang ditetapkan perusahaan. Hal tersebut diakui oleh ibu Audrey pada wawancara yang telah dilakukan.
Pertanyaan yang diajukan terhadap informan yaitu, “Dari data yang ada, tingkat keterlambatan karyawan cukup tinggi. Apa yang membuat karyawan sampai terlambat ? Upaya apa yang telah dilakukan kepada karyawan untuk meningkatkan ketepatan waktu dalam bekerja ?”
“Ini datanya masih sama data 2016? Ok. Memang tahun lalu masih banyak sekali anak-anak yang cekloknya merah. Tapi beberapa bulan ini tawwa bagus mi, mulai mi bagus maksudku. Satu dua orang mami yang
banyak merah cekloknya. Kalau peyebabnya itu mungkin lambat bangun karena capek kerja dan harus kuliah lagi sampai malam, atau mungkin juga memang pada dasarnya kalian malas hehehehe. Sebenarnya kalo masalah terlambatnya anak-anak bisa karna macet juga tawwa. Kalau masalah kalasi dijam istirahat itu memang sering sekali. Izin keluar makan siang biasa sampai 2 jam, padahal waktu istirahat sudah dipakai mi juga untuk sholat dhuhur, selesai sholat masih sempat ji cerita bola kah, cewek kah, anjing peliharaannya user kah, masih juga keluar makan siang lama. Pulang kantor juga begitu, suka pulang cepat baru tidak pernah mau ceklok, nda tau itu anak-anak memang malas atau apa. Karna kalau mau bicara kenapa sampai begitu pasti beda-beda alasannya mereka. Kalau saya pribadi kenapa lama kalau pulang makan siang, ko tau ji toh kalau ada bocah ku saya urus dulu sebelum balik ke kantor. Harus saya pastikan dulu makan dan tidurnya makanya bisa sampai 2 jam lebih keluar baru balik lagi kantor. Kalau upaya perusahaan agar meningkatkan ketepatan waktu salah satunya pemotongan gaji, jadi setiap terlambat itu ada potongan dan potongannya juga ada kategorinya sesuai waktu keterlambatan. Kalau untuk jam istirahat yang masih tidak teratur sampai sejauh ini masih belum ada upaya besar yang bisa dilakukan sebab saya sendiri masih sering kalasi kalo istirahat dan bos juga jarang di kantor kalo jam istirahat jadi susah untuk kontrol anak-anak.
Cuma baiknya anak-anak kalo keluar siang mereka gantian ji jadi nda kelabakan ji orang dikantor lagi sibuk-sibuknya orang. Jam pulang juga begitu, bos nda perhatikan ji kalo anak-anak pulang cepat, tidak pernah potong gaji kalo pulang cepat mungkin karna kalo bayar lembur juga nda sesuai aturan dari pemerintah hahaha.” (Wawancara tanggal 27 Oktober 2017)
Berdasarkan jawaban informan dan diperkuat dengan data terlampir dapat disimpulkan bahwa tingkat ketepatan waktu karyawan PT. Aryadata sarana juga sangat rendah selama tahun 2016, hal tersebut dikarenakan masih ada beberapa karyawan yang melakukan aktifitas perkuliahan setelah jam kerja sampai malam hari yang mengakibatkan karyawan tersebut terlambat untuk bekerja keesokan harinya. Tingkat ketepatan waktu yang rendah juga bukan hanya keterlambatan datang bekerja tetapi juga banyaknya waktu yang dibutuhkan pada saat istirahat makan siang dan pulang kantor yang lebih cepat dari ketentuan perusahaan. Adapun upaya untuk memperbaiki ketepatan waktu yang telah dilakukan oleh direktur perusahaan adalah pemotongan gaji setiap terlambatan datang bekerja, tetapi
untuk memperbaiki kelebihan waktu saat jam istirahat makan siang ataupun jam pulang yang tidak sesuai peraturan perusahaan masih belum ada upaya yang dilakukan.
Hal tersebut juga diperkuat dari data terlampir dan hasil observasi langsung yang telah di lakukan selama masa penelitian, yaitu peneliti melihat beberapa karyawan masih sering terlambat datang bekerja dan hampir semua karyawan membutuhkan waktu lebih lama pada istirahat makan siang, terlebih karyawan pada bagian hardware dan software yang biasanya membutuhkan waktu 2 – 3 jam untuk istirahat makan siang.
Selain dari pada wawancara dengan sekertaris direktur dan observasi langsung yang telah dilakukan, peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu karyawan bagian hardware bapak Arif untuk mengetahui mengapa beberapa karyawan membutuhkan waktu lama untuk istirahat makan siang.
“Biasanya saya atau karyawan yang lain pakai jam istirahat lama karena biasa ada tugas kampus ku kerja atau biasa terimaki servisan di luar kantor, jadi rahasia umummi itu kalo saya atau karyawan yang lain tidak puas dengan gaji yang di dapat disini,karna rendah sekali, jauh di bawah UMK, UMK sekarang sudah 2,5 juta sedangkan gaji disini masih dibawah 2 juta, nah kita ini anak kuliahki. Jadi kalo tidak terima ki orderan diluar kantor, tidak ada pemasukan lain didapat. Mauki keluar dari sini, nah susah ki dapat kerja pake ijazah SMA. Begitu ji juga kalo pulang cepat kalo bukan karena kuliah yah berarti ada kerjaan diluar.” (Wawancara tanggal 28 Oktober 2017)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa karyawan membutuhkan waktu lama pada istrahat makan siang untuk melakuan pekerjaan lain diluar dari pekerjaan yang diberikan oleh perusahaan, hal tersebut disebabkan oleh rendahnya upah yang diberikan
kepada karyawan sehingga memicu karyawan untuk mencari pengasilan lain untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Meskipun ada upaya pemotongan gaji yang dilakukan perusahaan untuk setiap tindak keterlambatan, namun faktanya masih ada saja karyawan yang sering terlambat. Hal ini terlihat dari gambar berikut:
Gambar 2
Ceklok Karyawan PT. Aryadata Sarana
(Sumber : Arsip PT. Aryadata Sarana)
Setelah membahas setiap indikator sub variabel absensi pada disiplin kerja dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat kehadiran karyawan dan rendahnya ketepatan waktu kerja karyawan disebabkan oleh ketidakpuasan
karyawan dengan upah yang diberikan perusahaan, sehingga membuat beberapa karyawan teknisi mencari pekerjaan diluar dari jam kerja perusahaan, selain itu beberapa karyawan juga masih melanjutkan pendidikan ditingkat perkuliahan setelah jam kerja selesai. selanjutnya akan dilihat bagaimana PT. Arydata Sarana meningkatkan disiplin kerja karyawan diliht dari aspek sikap dan perilaku.
2. Sikap Dan Perilaku
Sikap dan perilaku merupakan perilaku karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dapat menguntungkan ataupun merugikan suatu perusahaan. Sikap dan perilaku karyawan sendiri terdiri dari kepatuhan karyawan dalam menerima pekerjaan, ketekunan karyawan saat menjalankan pekerjaan, serta semangat dan inisiatif yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
a. Kepatuhan
Kepatuhan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kepatuhan yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan masyarakat, maka setiap orang harus berusaha agar mempunyai kepatuhan yang baik. Seperti pernyataan kepala teknisi software bapak Karsali pada wawancara yang telah dilakukan.
Pertanyaan yang diajukan terhadap informan adalah “Bagaimana tingkat kepatuhan karyawan terhadap perintah yang diberikan?”
“Berbeda – beda semua tingkat kepatuhannya, ada yang memang satu kali ji di kasih tau langsung na kerja, ada juga yang harus 3 – 4 kali di kasih
tau baru mau bergerak, dan kalau ku liat juga tergantung dari siapa yang kasih perintahnya. Kalau bawahanku sendiri semua patuhji karena memang saya dengan bawahanku seperti teman ji, cuman beda ku lihat di kalau anak hardware, karena atasannya terlalu otoriter kalo ada perintahnya lebih dari bos Robby caranya, jadi kadang bawahannya agak malas kerjakan. Belum lagi dia lebih banyak diluar kantor jadi agak sulit juga bangun hubungan dengan anggotanya.” (Wawancara tanggal 28 Oktober 2017)
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepatuhan karyawan PT. Aryadata Sarana dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama hubungan antara atasan dan bawahan dan juga karakter setiap karyawan yang berbeda – beda.
Adapun wawancara dengan salah satu teknisi dari department hardware Bapak Arif untuk mengetahui apakah hubungan antara atasan dan bawahan cukup berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan seorang karyawan.
“Penting sekali sikapnya atasan sama bawahannya itu baik. Kita disini diperusahaan sama ji statusnya karyawan, cuman bedanya kita beda di status dengan gaji ji. Maksudku saya tidak ada ji salahnya kalau kasih perintah bae – bae mi caranya, yang kalau menyuruh kaya pembantu na suruh, kalau ada tidak di tau tidak ada na kasihki solusi, kita juga yang mau kerja jadi tidak ikhlas, biasa malas juga mi dikerja itu kerjaan. Tapi kalau atasan lain yang kasih kerjaan yang bagus caranya, enak juga dikerja itu kerjaan cepat juga selesai” (Wawancara tanggal 28 Oktober 2017)
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa staff teknisi tersebut merasa tidak nyaman dengan sikap yang dilakukan atasan kepada bawahannya, salah satu contoh sikap yang tidak disukai para teknisi adalah saat kepala teknisi memberi pekerjaan dengan cara yang kasar, dan saat karyawan mendapat hambatan dalam pekerjaannya, atasan tersebut tidak bisa memberi solusi, karena hal itu para karyawan tidak dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik, berbeda ketika atasan yang lain memberikan pekerjaan kepada teknisi dengan sikap yang baik, para teknisi juga akan merasa nyaman dan cepat dalam menyelesaikan pekerjaannya.