• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unsur-Unsur Pembangun Cerpen

A. Kajian Pustaka

2. Unsur-Unsur Pembangun Cerpen

Unsur-unsur pembangun cerpen seperti berikut:

a) Tema

Stanton dan Kenny (dalam Fajarsih Darusuprapti, 2015:35) mengartikan tema sebagai makna yang dikandung oleh sebuah cerita. makna tersebut secara khusus menerangkan sebagian unsurnya dengan cara yang sederhana. Usaha menemukan tema suatu karya sastra harus dilakukan melalui pemahaman terhadap cerita dan unsur fiksi. Kejelasan pengertian tema yang digunakan sebagai dasar analisis akan memudahkan penafsiran dan pembuatan pernyataan tema.

Tema dalam sastra adalah ide-ide yang membangun sebuah cerita, seperti masyarakat, sifat-sifat manusia, atau kondisi manusia. Selanjutnya, dinyatakan bahwa tema adalah permasalahan pokok dalam sebuah cerita. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tema merupakan dasar pemikiran yang melandasi suatu karya sastra. Melalui tema inilah pengarang mengungkapkan apa yang ia lihat, dengar, serta ia rasakan sehingga dapat dinikmati oleh pembaca.

b) Alur/plot

Jalan dari sebuah kisah cerita merupakan karya sastra. Secara garis besar, alur merupakan urutan tahapan jalannya cerita, antara lain: perkenalan >

muncul konflik atau suatu permasalahan > peningkatan konflik > puncak konflik (klimaks) > penurunan konflik > selesaian.

c) Setting

Setting sangat berkaitan dengan tempat atau latar, waktu, dan suasana dalam cerpen tersebut. Suatu cerita hakikatnya tidak lain adalah lukisan peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu tempat. Karena manusia atau tokoh cerita itu tidak dapat lepas dari ruang dan waktu, maka tidak mungkin ada cerita tanpa latar atau setting. Kegunaan latar atau setting dalam cerita biasanya bukan hanya sekadar sebagai petunjuk kapan dan dimana cerita itu terjadi, melainkan juga sebagai tempat pengambilan nilai-nilai yang ingin diungkapkan pengarang melalui ceritanya tersebut Suhardianto (dalam Rispa, 2018:25).

d) Tokoh

Tokoh merupakan pelaku yang terlibat dalam cerita tersebut. Setiap tokoh biasanya mempunyai karakter tersendiri. Dalam sebuah cerita terdapat tokoh protagonis atau tokoh baik dan antagonis atau tokoh jahat serta tokoh figuran yaitu tokoh pendukung. Penokohan yaitu pemberian sifat pada tokoh

atau perilaku dalam cerita tersebut. Sifat yang telah diberikan dapat tercermin dalam pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu hal.

Metode penokohan ada 2 (dua ) macam diantaranya:

1. Metode analitik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung. Seperti pemberani, penakut, pemalu, keras kepala, dan sebagainya.

2. Metode dramatik adalah suatu metode penokohan dengan cara memaparkan secara tidak langsung, yaitu dapat dengan cara menggambarkan fisik (misalnya cara berpakaian, postur tubuh, dan sebagainya), pengambaran dengan melalui sebuah percakapan atau dialog, reaksi dari tokoh lain (dapat berupa pendapat, sikap, dan pandangan).

e) Sudut Pandang (Point Of View)

Sudut pandang menyaran pada sebuah cerita dikisahkan merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya Nurgiyantoro (dalam Rispa, 2018:27).

Menurut Raisita (2017:21) sudut pandang ada 4 (empat) antara lain:

a) Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Utama

Dalam sudut pandang ini, tokoh “aku” mengisahkan tentang berbagai peristiwa yang terjadi serta tingkah laku yang dialaminya. Tokoh “aku” akan menjadi pusat perhatian dari kisah cerpen tersebut. Dalam sudut pandang ini, tokoh “aku” digunakan sebagai tokoh utama.

b) Sudut Pandang Orang Pertama Pelaku Sampingan

Tokoh “aku” muncul tidak sebagai tokoh utama lagi, melainkan sebagai pelaku tambahan. Tokoh “aku” hadir dalam jalan cerita hanya untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan kemudian “dibiarkan” untuk dapat mengisahkan sendiri berbagai pengalaman yang dialaminya. Tokoh dari jalan cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang pada akhinya akan menjadi tokoh utama, sebab ialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, serta berhubungan dengan tokoh-tokoh yang lainnya. Dengan demikian tokoh “aku” Cuma tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya sebuah cerita yang ditokohi oleh orang lain. Tokoh “aku”

pada umumnya hanya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

c) Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu

Kisah cerita dari sudut “dia” namun pengarang atau narator dapat menceritakan apa saja hal-hal dan tindakan yang menyangkut tokoh “dia”

tersebut. Pengarang mengetahui segalanya.

d) Sudut Pandang Orang Ketiga Pengamat

Dalam sudut pandang ini berbeda dengan orang ketiga serbatahu.

Pengarang hanya melukiskan apa yang dilihat, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh tersebut, namun terbatas pada seorang tokoh saja.

e) Amanat

Karya sastra selain berfungsi sebagai hiburan bagi pembacanya, juga berfungsi sebagai sarana pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain juga menghibur pembaca (penikmat) juga ingin mengajari pembaca. Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal positif maupun negative. Dengan kata lain amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.

Amanat dapat disampaikan secara implisit dan eksplisit, dimana biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis, maka amanat itu menyorot pada masalah manfaat yang dapat dipetik dari cerita yang dibaca, oleh karena sebuah karya sastra yang jelek sekalipun akan memberikan manfaat jika kita mampu memetik manfaatnya.

d. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi

Gerlach dan Ely (dalam Uno, 2012:1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan bahwa strategi pembelajaran yang dimaksud meliputi sifat lingkup dan urutan

kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.

Menurut Kisworo (2016:121) strategi pembelajaran adalah metode atau cara yang digunakan dalam proses belajar, Hal tersebut juga sejalan dengan pernyataan Suprihatiningrum (2016:153) yang menjabarkan bahwa strategi diartikan sebagai rancangan procedural yang memuat tindakan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pengajaran.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran.

Dokumen terkait