• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Pengembangan Wakaf Produktif

Dalam dokumen Pengelolaan Wakaf Terlantar Di Kota Ambon (Halaman 51-56)

43

Jadi, wakaf produktif dapat dikatakan merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan tindakan menabung (saving) dengan kegiatan investasi secara bersamaan. Disebut tindakan menabung, karena harta benda wakaf, apapun bentuknya, akan tetap menjadi harta benda wakaf, selama zat benda tersebut masih ada, atau masih dalam tenggat waktu wakaf jika pewakafannya berbentu wakaf ang dibatasi waktu. Tidak ada kemungkinan harta benda berubah menjadi harta milik, karena itu akan menjadi aset umat yang akan tetap terjaga. Sedangkan disebut investasi, karena manfaat dari harta benda wakaf itu tetap dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan umat dan kesejahteraan mereka.

44

diskusi ISEF 2018 tentang 'Inovasi Wakaf untuk Kemartabatan dan Kemakmuran Bangsa', Rabu (12/12) di Surabaya.52

Lebih jauh, Nuh menyebut, ciri peradaban Islam yang maju tersebut adalah maju dalam pengelolaan wakafnya. Dan wakaf produktif menjadi kunci, karena aset wakaf yang terkumpul dikelola secara produktif sehingga nilainya yang dirasakan, bisa lebih besar. Tidak hanya sekedar berlomba-lomba menumpuk aset wakaf. "Selesaikan kompetisi hanya kumpulkan aset wakaf, kita ingin membangun kerjasama antar pengelola harta wakaf. Kita harus satu proyek dalam mengelola wakaf menjadi produkttif," tegas Nuh.

Untuk itu, Nuh memandang perlu dibentuk ekosistem wakaf produktif. Kalau ekosistemnya sudah terbangun maka, ia yakin, orang mewakafkan hartanya tidak membutuhkan energi yang besar. Termasuk BWI menekankan perlunya membangun literasi perwakafan, untuk melaksanakan wakaf produktif.

Elemen lain yang tidak kalah penting mewujudkan wakaf produktif adalah saling sinergi antar lembaga wakaf. "Perlu saling bantu project wakaf yang bersama, termasuk perbankan syariah ikut berbondong-bondong dengan nażīr (pihak penerima harta) wakaf, agar harkat dan martabat bangsa bisa bangkit,"

katanya. Ke depan, BWI berharap dengan wakaf produktif, umat Islam bisa berkontribusi lebih nyata pada pembangunan ekonomi nasional. Membangun jalan tol, rumah sakit, pabrik hingga

52“Wakaf Produktif Lebih Efektif Entaskan-Kemiskinan” dalam https://www.republika. co.id/berita/ekonomi/syariah- ekonomi/pjm4ua370/wakaf-produktif-lebih-efektif-entaskan-kemiskinan

45

pelabuhan yang dibangun oleh wakaf. Sehingga wakaf ini menjadi oksigen, yang terus masuk mendukung pembangunan di Indonesia. "Kalau islamic social fund (wakaf, zakat, infak dan sedekah) digabungkan dengan islamic commercial fund (sukuk), ini bisa membangun Indonesia yang luar bisa. Islam benar-benar menjadi rahmatan lilalamin. Jadi bukan hanya jargon tapi dibuktikan dengan perbuatan," imbuh Nuh.

Sampai saat ini, wakaf memang belum banyak yang dikelola secara produktif. Wakaf lebih banyak dikelola secara tradisional dan tidak produktif. Harta benda wakaf pun lebih banyak masih berupa tanah, dan peruntukannya pun hanya untuk mesjid, lembaga pendidikan dan pekuburan. Itulah mengapa Undang-undang nomor 14 tahun 2004 tentang Wakaf mencoba melakukan terobosan dengan tidak hanya mengatur mengenai perwakafan tanah milik, melainkan perwakafan semua benda, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, sebagaimana tertuang dalam Pasal 16 ayat (1) bahwa harta benda wakaf terdiri:

a. benda tidak bergerak; dan b. benda bergerak.53 Sedangkan benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. dijelaskan pada ayat (2) yang meliputi:

a. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar;

53Badan Wakaf Indonesia, Himpunan Peraturan Perundang- undangan tentang Wakaf (Jakarta: Badan Wakaf Indonesia, 2016), h. 9

46

b. bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud pada huruf a;

c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah;

d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syari’ah dan peraturan perundangundangan yang berlaku.54

Selanjutnya, pada ayat (3) dijelaskan bahwa benda bergerak ssebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b. adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi meliputi:

a. uang;

b. logam mulia;

c. surat berharga;

d. kendaraan;

e. hak atas kekayaan intelektual;

f. hak sewa; dan

g. benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.55

Dalam Undang-undang tersebut jelas sekali paradigma wakaf telah diubah, dari semula lebih pada perwafan tanah menjadi lebih luas cakupannya, meliputi benda bergerak dan tak bergerak. Dari sekian banyak benda yang disebutkan itu, juga menunjukkan bahwa wakaf lebih diarahkan pada pengambilan

54Badan Wakaf Indonesia, h. 9-10

55Badan Wakaf Indonesia, h. 10

47

manfaat dari benda-benda wakaf itu, yang merupakan ciri dari wakaf produktif. Wakaf uang misalnya, dapat dikatakan, ika bukan karena adanya manfaat yang diambil dari wakaf uang tersebut, maka tak ada gunanya wakaf uang, bahkan mungkin bisa disebut tidak memenuhi persyaratan sebagai benda wakaf, karena uang bukan merupakan benda yang dapat bertahan lama, karena yang bertahan lama adalah nilainya.

Selain benda wakaf, undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 juga mengatur tentang Pengelolaan dan Pengembangan Harta Benda Wakaf yang tertuang pada Bab V. Pada pasal 42 dinyatakan bahwa Nazir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.56 Kemudian pada Pasal 43 disebutkan :

(1) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah.

(2) Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara produktif.

(3) Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang dimaksud pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.57

Mengacu pada ketentuan dalam pasal 43 ayat (2) jelas sekali disebutkan bahwa wakaf harus dikelola secara produktif.

56Badan Wakaf Indonesia, h. 16

57Badan Wakaf Indonesia, h. 16-17

48

Dengan demikian pengelolaan wakaf secara produktif itu adalah amanat undang-undang.

Dalam dokumen Pengelolaan Wakaf Terlantar Di Kota Ambon (Halaman 51-56)