ي ظعْلا
E. Metode Penelitian
7. Validitas Data
Teknik validitas data yang digunakan peneliti adalah: triangulasi, dan pemeriksaan teman sejawat. Untuk lebih jelasnya dibawah ini diuraikan secara rinci sebagai berikut:
a. Triangulasi
Triangulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek data tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber lain. Triangulasi yang dipergunakan adalah triangulasi sumber, dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan untuk mendapatkan informasi dari informan atau sumber lain yang berbeda. Hal tersebut dilakukan dengan cara:
1) Membandingkan data hasil wawancara yang satu dengan hasil wawancara yang lain; membandingkan hasil observasi yang satu dengan observasi yang lain, membandingkan hasil dokumentasi yang satu dengan dokumenta yang lain.
2) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumentasi, membandingkan data hasil wawancara dengan data observasi, dan membandingkan data hasil dokumentasi dengan data observasi.
b. Membicarakan dengan sejawat
Membicarakan dengan teman sejawat bertujuan untuk memperoleh kritik-kritik, pertanyaan-pertanyaan yang menentang kepercayaan atau kebenaran penelitian.Dengan cara ini peneliti dapat
mencari kelemahan penafsiran yang kurang jelas serta mendiskusikan data yang telah terkumpul. Dengan demikian, maka data yang ditampilkan dalam laporan penelitian benar-benar valid, karena sudah didiskusikan secara seksama dengan orang-orang yang sudah dan sedang melakukan penelitian yang secara rasional paham dalam masalah penelitian.
c. Kecukupan Referensi
Kecukupan referensi ini digunakan sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi/ referensi yang lengkap dalam suatu penelitian merupakan bahan pembanding terhadap cara dan temuan di lokasi penelitian.
Kemampuan membandingkan temuan-temuan di lapangan dengan referensi merupakan suatu upaya untuk mewujudkan keabsahan data.
Dengan kecukupan referensi dimana merupakan sebuah keharusan yang dipandang sangat perlu bagi kesempurnaan hasil penelitian ini. Oleh Karena dianggap sangat penting, penulis berupaya untuk memperbanyak referensi agar data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih terstrukturnya penulisan skripsi ini dibagi menjadi empat bab yakni.
Bab I :Membahas tentang konteks penelitian, focus penelitian, tujuan dan Manfaat penelitian, ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II :Membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian dan temuan di lapangan sesuai dengan fokus penelitian yakni Bagaimana proses pembuktian dalam pembagian harta di Pengadilan Agama Praya dan faktor apakah yang melatar belakangi PA Praya tidak menerapkan Pasal 44 UU No 24 Tahun 2013 sebagai alat bukti memperoleh harta warisan.
Bab III :Membahas tentang analisis terhadap temuan data di lapangan, yaitu tentang pencatatan akta kematian sebagai alat bukti untuk memperoleh harta warisan di Pengadilan Agama Praya
Bab IV :Membahas tentang kesimpulan dari hasil analisis tehadap temuan-temuan di lapangan dan saran. Bab ini juga sebagai bab penutup dari seluruh rangkaian penulis an dalam Skripsi.
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Lokas Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Praya
Sejak tahun 1896, lembaga peradilan di Pulau Lombok pada zaman Pemerintahan Belanda dikenal dengan nama Peradilan Penduduk Asli Bumi atau disebut dengan Raad Sasak. Kepengurusan lembaga berdiri dari unsur Pemerintah Daerah, Kejaksaan Landraad, Penghulu Landraad/Qadli dan tokoh adat yang mewakili daerah, dan kewenangan mengadili perkara-perkara pidana maupun perdata secara umum. Semua karyawan pada peradilan Raad Sasak ini beragama Islam, beberapa di antaranya para tokoh agama Islam/Tuan Guru yang disebut dengan Penghulu Landraad. Mereka ini bertugas di bagian peradilan Raad Sasak yang secara khusus mengenai perkara-perkara yang terkait dengan masalah pernikahan, talak, ujuk, waris, hibah, dan lain sebagainya bagi orang Islam. Kesemuanya ini berkedudukan di Mataram untuk wilayah sepulau Lombok.
Keluarnya Peraturan Pemerintah No 45 tahun 1957, Tentang Pembentukan Pengadilan Agama Mahkamah Syari’ah di Luar Jawa- Madura. Lembaran Negara No.99 tahun 1957, semakin memperkuat aksistensi Pengadilan Agama. Kondisi ini semakin nyata dengan adanya desakan dan aspirasi dari berbagai kalangan masyarakat yang ada di pulau Lombok. Namun demikian, harapan tersebut baru
terwujudnya seiring dengan dikeluarkannya Penetapan Menteri Agama No.5 Tahun 1958 dan terbitnya Keputusan Menteri Agama No. 195 tahun 1968.
Maka, dengan keluarnya Keputusan Menteri Agama Nomor 195 Tahun 1968 tangga 28 Agustus 1968 tersebut. Pengadilan Agama Praya telah terbentuk, namun saat itu masih dirangkap oleh Pengadilan Agama Mataram. Pengadilan Agama Praya belum didirikan dan diresmikan. Barulah pada tanggal 21 Maret 1977, secara de Facto Pengadilan Agama Praya diresmikan dengan mengangkat K.H.Muhtar Toyyib, sebagai Ketua Pengadilan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama RI No.B.II/3-d/4320 tertanggal 31 Juli 1976 dan mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 1976.
a. Letak geografis
Sebelah Barat : POL PP (Polisi Pamong Praja) Sebelah Timur : PN (Pengadilan Negeri Praya)
Sebelah Utara : KEMENAG (Kementrian Agama Praya) Sebelah Selatan : Kantor Pertanian Lombok Tengah b. Dasar hukum
Dasar Hukumnya adalah:
1) UU No.4 Tahun 1970, tentang pembentukan daerah perdagangan bebas dengan pelabuhan bebas sabang.
2) UU No. 1 Tahun 1974 jo. PP. No. 9 Tahun 1975,
3) UU No. 8 Tahun 1974, tentang pokok-pokok kepengawaian.
4) UU No. 7 Tahun1989, tentang Pengadilan Agama.
5) Inpres No. 1 Tahun 1991, tentang Kompilasi Hukum Islam.
6) Keputusan Menteri Agama No. 303 tahun 1990,
7) Keputusan Mahkamah Agung RI tanggal 24 Februari 1992 No.
KMA/004/SK/II/1992.organisasi dan tata kerja kepanitraan dan kesekretariatan peradilan.42
B. Pelaksanaan tugas PA Praya A. Kepanitraan
1) Panitera Gugatan
Secara umum tugas-tugas dari kepanitraan gugatan adalah melaksanakan adminstrasi perkara. Dalam tahun 2016 baru menerima perkara Gugatan sebanyak 913 perkara.
2) Panitera Muda Permohonan
Tugas-tugas dari kepanitraan permohonan adalah:
a) Mendaftarkan perkara permohon yang diterima dalam buku register perkara permohonan PA Selong,
b) Menerima dan mengirim berkas perkara permohonan kasasi ke Mahkamah Agung RI,
c) Menerima dan menyerahkan berkas perkara permohonan yang telah diatur dan diberi nomor untuk dilanjutkan kepada ketua melalui panitera,
42Ibid.H.,3.
d) Mencatat hal-hal yang perlu dalam buku register perkara pemohonan
e) Membuat daftar perkara yang akan disidangkan,
f) Mengelola berkas perkara permohonan yang masih berjalan, dan
g) Menyerahkan berkas permohonan yang telah berkekuatan hukum tetap pada panitera muda hukum.
3) Panitera Muda Hukum
Tugas-tugas dari panitera muda hukum adalah:
a) Membuat laporan bulanan perkara yang meliputi:
1) Keadaan perkara, 2) Keuangan perkara,
3) Perkara yang iterima dan diputus, dan 4) Rukyat dan sumpah.
b) Membuat laporan perkara setiap catur wulan, tentang kegiatan hakim,
c) Membuat laporan perkara setiap enam bulan yang terdiri atas :
(1) Perkara yan dimohonkan banding, (2) Perkara yang dimohonkan kasasi,dan
(3) Perkara yang dmohonkan penjamina kembali.
d) Menerima permintaan pendamping di instasi-instasi,
e) Menerbitkan mutasi-mutasi perkara serta menyampaikan salinan putusan/penetapan kepada para pihak,
f) Menata arsip perkara,
g) Mengisi data statistik yang diterima dan diputus setiap bulannya, dan
h) Melakukan rukyat hilal.
Nama-Nama Ketua Pengadilan Agama Praya No Nama - Nama Ketua Hakim Pa Praya Tahun
1. Mansur SH. 2016-2017
2. Drs. H. Taufiqrrahman, SH. 2014-2016
3 H. Stabudi SH 2011-2016
C. Jenis dan jumlah Perkara Gugatan dan permohonan Pengadilan