• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya pembinaan remaja di Desa Tallung Tondok

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Upaya pembinaan remaja di Desa Tallung Tondok

Sesungguhnya pendidikan itu tidak lepas dari aqidah, agama dan tabiat adalah warisan yang kuat untuk menentukan subur dan tidaknya arah pendidikan tentang anak. Agama islam cukup member isyarat, bahwa penomena dasar bagi orang tua yang ingin menetapkan pendidikan dengan baik anaknya, paling dahulu berusaha ditanamkan dalam sanubari anak yang masih kecil ialah

hubungan anak dengan Tuhan-Nya, supaya ada tali Allah atau “ Tauhid “ tempat ia bergantung.

Oleh karena itu, menjadi tugas dan kewajiban yang utama mendidik generasi muda apakah di dalam, maupun di luar rumah tanggah, serta melatih bagaima cara-cara berhubungan kepada Allah, demiikian pula terhadap sesama manusia khawatir ini bukan mustahil tapi menjadi suatu kenyataan di mana anak- anak yang rusak akhlaknya, rusak budi pekertinya, tidak pula berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan Negara. Didikan yang berdasar tauhit akan berani hidup di tengah-tengah dunia yang sebahagian manusia beranggapan bahwa dunia ini penuh dengan tipu daya dan kecewa, tapi juga berani mati untuk memberikan baktinya.

Keimanan atau aqidah merupakan landasan paling utama dalam hidup dan kehidupan manusia yang akan memberikan motivasi manusia, oleh karna itu persoalan aqidah atau keyakinan ini harus diutamakan kepada anak sedini mungkin. Kemudian pendidikan akhlak konsep pendidikan Islam adalah sebuah rumusan pendidikan yang bertumpu pada kerangka akhlah Islami, karna itu tujuan yang igin dicapai adalah pembagunan akhlak manusia berdasrkan konsep nilai-nilai islam, yaitu manusia yang tetap komitmen dalam memikul dan mengembangkan tanggung jawab risalah.

Sekarang ini, manusia berada pada zaman edan, karena peradaban manusia didominasi oleh nilai-nilai jahilliyah baru, siapapun yang sadar, pasti sedih melihat fakta dan fenomena yang terjadi disekeliling yang tak sedikt ikut terlibat dalam perbuatan amoral.

Eksistensi generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang diharapkan yang menjadi pewaris pemimpin, terpupus hanya karena budaya yang meluluhkan iman dan akhlak. Di sini letaknya pentingnya pendidikan islam ditanamkan pada remaja sejak dini, sebelum ia tumbuh menjadi remaja yang pembangkan. Pendidikan yang ditanamkan pada generasi muda dewasa ini, hayalah pendidikan yang mencakup pada keduniaan semata, orang tua menuntut haknya menjadi orang yang cerdas di bidang teknologi, komputer dan matematika, sementara pendidikan agamanya tidak diperhatikan. Akibatnya banyak remaja yang hanya pintar di bidang teknologi dan sains moral mereka bobrok.

Mengigat pentingnya eksestensi anak pemuda sebagai calon pemimpin bangsa, diperlukan pendidikan dan pembinaan kehidupan beragama secara terus menerus. Kehidupan remaja di Kecamatan Malua memerlukan usaha yang sungguh-sungguh memberi pendidikan dan pembinaan, melalui lingkungan keluarga, lembanga pendidikan formal dan melalui aktivitas pergaulan sehari-hari.

1. Penerapan pendidikan Agama dalam Lingkungan Keluarga

Pengaruh keluarga sangat besar bagi pemahaman nilai-nilai agama pada remaja, terutama mereka yang berada dalam tahap awal kehidupan mereka, yakni pada masa kanak-kanak, ketika kepribadiannya masih mudak untuk dibentuk. Pendidikan agama merupakan pendidikan yang pertama dan utama yang sangat dibutuhkan bagi anak, dimana hal tersebut secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak. Pendidikan agama pada anak keluarga muslim merupakan awal pembentukan kepribadian, baik

atau buruk kepribadian anak tergantung pada pendidikan serta lingkungan yang mengasuhnya

Usia seperti ini masih banyak yang bergantung pada orang tuanya, karena itu pendidikan agama merupakan pendidikan dasar harus dimulai dalam rumah tanggah. Karena kesibukan orangtua, akhirnya perhatian akan kebutuhan anak yang paling mendasar yaitu kebutuhan rohani, perhatian dan kasih sayang, menjadi terabaikan bahkan bukan menjadi prioritas utama. Perilaku orangtua dalam mendidik anak-anak mereka dapat penulis paparkan hasil presentasenya dari setiap itemnya sebagai berikut:

Tabel X : Peresentase Prilaku Orangtua Mendidik Anak

Pilihan Jawaban Frekuensi Peresentase

a. Sangat keras b. Cukup keras c. Tidak Keras

39 43 18

39%

43%

18%

Jumlah 100 100%

Sumber : Hasil olahan data angket no. 6

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa ada 39 ata 39% yang menjawab perilaku orangtua sangat keras dalam mendidik anak dan ada 43 atau 43% yang menjawab perilaku oarangtua cukup keras dalammendidik anak dan ada 18 atau 18% yang menjawab prilaku orangtua tidak keras dalam mendidik anak. Dari hasil penelitian diatas membuktikan jika orangtua dalam mendidik anak mereka cukup keras sehingga anak masih bisa diarahkan, namun ada juga yang tidak mengindahkan arahan orang tuanya, jadi remaja masih labil dalam memilih.

Dalam rumah tangga orangtua merupakan pendidikan pertama dan utama, secara kodrati merekalah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan di lingkungan keluarganya. Seiring dengan hasil wawancara penuturan Muh. Yusup, selaku Tokoh masyarakat yaitu :

Kelalaiyan orangtua dalam menanamkan pendidikan agama pada anaknya, akan berdampak buruk terhadap anaknya, apalagi kalau anak sudah menanjak remaja. Kalau kurang pendidikan agama sejak kecil, anak akan tumbuh menjadi remaja gaul, tidak mengindahkan nasehat orangtua, keras kepala dan lain sebagainya.( wawancara tanggal 12 Februari 2015 )

Uraian di atas menjelaskan betapa pentingnya pendidikan agama diterapkan di lingkungan keluarga. Setelah menginjak usia remaja pendidikan agama masih perlu diberikan, untuk menentramkan peranan emosionalnya yang selalu meledak-ledak. Dengan demikian, kehidupan mereka tentu agak tenang karena sudah memahami dan mengerti arti pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.

Lebih lanjutnya hasil Muh. Yusuf, selaku tokoh masyarakat menyatakan bahwa :

Anak adalah amana yang dititipkan oleh Allah kepada orang tua, karena itu hendaklah oarngtua memperhatikan anaknya dengan memberikan bekal berupa pendidikan agama sejak dini. Setelah itu harus melakukan control dan pengawasa pada mereka, di samping membangun komonikasi antara orangtua dan anak.( wawancara tanggal 12 Februari 2015 )

Seiring dengan firman Allah Swt dalam QS al-Tahriem (66) : 6

…







… Terjemahnya :

“Peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka” (Depertemen Agama, 2002 : 951)

Ayat tersebut memberikan ketegasan tentang pentingnya pendidikan agama ditanamkan dalam keluarga, untuk menghindarkan diri dan keluarganya dari pengaruh negatif, yang biasa menbahayakan kehidupan dunia maupun akhirat. Oleh karena itu hendaklah engkau menyuruh mereka berbuat taat kepada Allah dan mencegah mereka durhaka kepada-Nya, dan hendaklah engkau menjalankan perintah Allah kepada mereka dan perintahkan mereka untuk menjalankannya, serta membantu mereka dalam menjalankannya.

Jika engkau melihat mereka berbuat maksiat kepada Allah, peringatkan dan cegahlah mereka. Kebutuhan remaja akan pendidikan agama di dalam keluarga dapat penulis paparkan hasil presentasinya dari setiap itemnya sebagai berikut:

Tabel XI : Peresentase Kebutuhan Remaja Terhadap Pendidikan Agama di Dalam Keluarga

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

a. Sangat dibutuhkan b. Cuku dibutuhkan

c. Kadang-kadang dibituhkan d. Tidak dibutuhkan

67 33 - -

67%

33%

- -

Jumlah 100 100%

Sumber : Hasil olahan data angket No. 7

Berdasarkan hail table tersebut menunjukkan bahwa ada 67 atau 67%

yang menjawab pendidikan agama dalam keluarga sangat dibutuhkan dan ada 33 atau 33% yang menjawab pendidikan agama dalam keluarga cukup dibutuhkan ada ada 0 atau 0% yang menjawab pendidikan agama dalam keluarga kadang-kadang bahkan tidak dibutuhkan. Dengan demikian dapat disimpilkan jika ternyata dalam kehidupan sehari-hari, mereka butuh

pendidikan agama, karena mereka menyadari bahwa hidup tanpa aturan, tanpa mengindahkan nilai dan norma akan membuat hati menjadi gersang dan gelisa.

2. Penerapan Pendidikan Agama di Sekolah

Hakikat medidik adalah memelihara anak agar tumbuh menjadi manusia yang berguna. Tugas pendidikan di dalam Islam adalah memelihara fitrah insaniyah agar tetap berada pada jalur Islam. Penerapan pendidikan agama pada anak mampuh mengubah perilaku remaja, dan menyiapkan anak didik agar menyakini, memahami dan mengamalkan melalui bimbingan, pengajaran dan keteladanan. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kerjasama antar sekolah, lingkungan masyarakat dan orang tua.

Hal ini sejalan dengan pendapat Rusram, warga Desa Tallung Tondok yang mengatakan bahwa :

Sekolah sebagai pusat lembaga pendidikan ke dua, merupakan lanjutan dari pendidikan dalam rumah tangga. Berhasilnya penerapan pendidikan agama di sekolah, hendaknya terjalin kerjasama antar guru, orangtua dan masyarakat. Misalnya mengadakan acara-acara keagamaan, perayaan muharram, maulit Nabi dan sebangainya. (wawancara tanggal 12 Februari 2015)

Berdasarkan hasil interview dengan Ismail Shalihin, warga Desa Tallung Tondok mengatakan bahwa :

Melalui pendidikan formal, dapat di tempuh dengan mengintensifkan pelajaran agama, dan menyanyikannya sebagai pelajaran pokok, yang dapat menentukan lulus tidaknya siswa terutama di sekolah umum. Pelinaiannya tidak boleh berdasarkan tentang ilmu agama semata, tapi harus diperhatikan sopan-santunya, akhlah atau budi pekertinya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab tujuan utama pelajaran agama bukan hanya untuk pintar tapi juga untuk berakhlak.( wawancara tanggal 12 Februari 2015 )

Berdasarkan keterangan di atas penulis dapat simpulkan bahwa lingkungan sekolah, guru berperan membantu keluarga, karena itu sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki tingkah laku peserta didik baik itu disekolah maupun di keluarga.

3. Penerapan Pendidikan Agama di Masyarakat

Sebagaimana diketahui lingkungan masyarakat sangat mempegaruhi perilaku dan watak remaja. Karena itu diperlukan keteladanan dari masyarakat sekitar, kalu mereka ingin melihat remajanya tumbuh menjadi remaja yang berperilaku Islami, berkualitas, pandai menghormati dan menghargai orang-orang di sekitarnya, baik orangtua, anak maupun orang dewasa.

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan di lingkungan masyarakat, dimulai ketika anak berinteraksi dengan anggota masyarakat, setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di lingkungan luar sekolah.

Pada table berikut ini akan menjelaskan tentang kreatifitas keagamaan remaja muslim di Desa Tallung Tondok Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang hasil presentasinya dapat penulis paparkan dari setiap itemnya sebagai berikut:

Tabel XII: Peresentase Kreatifitas Keagamaan Remaja di Lingkungan Masyarakat.

Pilihan Jawaban Frekuensi Persentase

a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak perna

36 25 39

36%

25%

39%

Jumlah 100 100%

Sumber : Hasil olahan data angket No. 8

Hasil survey tentang keratifitas remaja di lingkungan masyarakat menunjukkan bahwa, 36% remaja yang aktif mengikuti kegiatan keagamaan dalam masyarakat. Sementara 25% yang kadang-kadang ikut, kadang- kadang pula tidak, sisianya adalah 39% yang tidak perna ikut, dalam arti bahwa perhatian mereka tentang agama sangat minim.

Oleh karena itu seluruh anggota masyarakat hendaknya berpartisipasi aktif dalam usaha dalam pembinaan remaja, agar mereka yang yang terlanjur terjerumus dapat dibina, sehingga menyadari kekeliruannya selama ini.

Dari penjelasan di atas bahwa, Penanaman keimanan melalui penerapan pendidikan agama di Kecamatan Tallung Tondok, merupakan usaha sadar untuk mengarahkan dan memperhatikan remaja. Hal ini dimaksdkan agar remaja tidak mudah berpengaruh, dengan orang-orang yang bobrok akhlaknya. Juga terhadap pengaruh budaya permisif, televise, serta budaya-budaya modern yang bertentangan dengan kaidah agama.

BAB V

PENUTUP

Dokumen terkait