BAB II TINJAUAN PUSTAKA
F. Instrumen Penelitian
Tabel II KeadaanSampel
No Populasi Jeniskelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Pengurus Masjid 5 4 9
2 Remaja Masjid 4 3 7
3 Jamaah Tetap 5 4 9
Jumlah 14 11 25
31
dimaksudkan untuk mengetahui Optimalisasi Masjid sebagai pusat pembinaan umat di masjid raya kota Makassar.
2. Pedoman Wawancara
Pengamatan di gunakan untuk menilai proses dalam setiap kegiatan pekerjaan yang akan di lakukan oleh ibu rumah tangga,dan memberikan pertanyaan sikap tentang suatu jawaban dinyatakan secara berskala.
Wawancara (disebut pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti (atau orang yang ditugasi) dengan subyek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancaramenggunakan percakapan sedemikian hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Biasanya yang diminta bukan kemampuan tetapi informasi mengenai sesuatu. (Budiono: 2003:
52)
Dijelaskan bahwa wawancara adalah situasi dimana terjadi interaksi antara pewawancara dan yang diwawancarai dengan pedoman wawancara berdasarkan pada hasil tugas/tes yang telah diberikan kepada yang diwawancarai. Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data primer yang baik sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.
3. Pedoman dokumentasi.
Dokumentasi adalah catatan yang akhir atau bukti yang lalu setelah melakuka tahap-tahap mulai dari awal sampai akhir yang terjadi di lapangan dalam proses penelitian dan sebagai bukti atau gambaran dengan bukti yang sebenar-benarnya tentang keadaan kebenaran yang
ada di lapangan dengan menghadirkan dan mengadakan bukti misalnya gambar (foto), gambar hidup, sketsa dan lain-lainya.
Saya paling tradisi dan gemar penelitian dengan mengadakan dokumentasi pribadi untuk kalangan yang luas dan digunakan untuk mengacu pada setiap orang, pertama narasi yang dihasilkan oleh seorang individu yang menggambarkan tindakannya sendiri, pengalaman dan keyakinan. (Bogdan;1994:38)
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akurat dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Library Research(Studi Pustaka)
Library Research adalah mengumpulkan data dengan membaca buku-buku atau literature lain yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. (Mardalis: 28)
Adapun tehnik yang digunakan dalam library research ini adalah sebagai berikut:
a. Kutipan langsung, yaitu penulis mengutip pendapat para ahli yang bersumber dari buku dan catatan atau data yang lainnya, tampa mengurangi susunan redaksinya.
b. Kutipan tidak langsung, yaitu penulis mengutip pendapan dari buku-buku atau mengambil ide dari suatu sumber dan penulis mengungkapkannya dalam kalimat penulis. Tetapi hanya mengambil garis-garis besarnya saja sehingga berbeda dengan aslinya.
2. Field Research(riset Penelitian)
33
Field Research adalah metode untuk menemukan secara spesifik dan realis tentang apa yang sedang terjadi pada suatu saat di tengah-tengah kehidupan masyarakat atau suatu penelitian lapangan. (Winarno Surrahmad, 1987:238).
Adapun tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data field research adalah sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan langsung di lapangan dan mencatat secara sistematis mengenaihal yang dikaitkan dengan judul yang diangkat.
b. Interview, yaitu metode yang digunakan dengan menggunakan wawancara secara langsung dengan pengurus masjid, jamaah dan pendukung lainnya.
c. Dokumentasi, yaitu penulis mengumpulkan data melallui bahan tertulis, dikantor dan instansi pemerintah, informasi yang diperlukan dalam penelitian di Masjid Raya Kota Makassar.
d. Angket, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis kepada para responden penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Pengolahan data pada penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Untuk analisis kualitatif dilakukan dengan melihat hasil observasi selama
melakukan penelitian baik dari segi kerja sama kelompok, sikap Masyarakat, maupun kendala-kendala yang dihadapi oleh Masyarakat.
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Selayang Pandang Lokasi Penelitian 1. Historical Masjid Raya Kota Makassar
Masjid adalah Rumah peribadatan kaum muslimin. Di situ mereka mengerjakan shalat berjamaah dan sholat jum’at, zikir, menyebut dengan mengingat Allah serta memohon doa kepadanya. Di situ mereka membaca, belajar dan mengajarkan kitap suci Al-Quran.Setiap waktu mereka melaksanakan shalat jum’at dengan jama’ah yang lebih ramai.
Tidak terkecuali dimasjid raya kota makassar. Masjid Raya Makassar merupakan sebuah masjid yang terletak di Makassar, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1947, dengan kapasitas tampung 2000 jamaah dengan kontruksi bangunan 1 lantai. Pada tahun 1957 bangunan masjid ditambah sehingga kapasitasnyamencapai 2500 jamaah.
Masjid ini merupakan masjid perjuangan, karena ditempat ini presiden pertama bapak soekarno mengadakan dialog dan berpidato dihadapan para ulama untuk mengajak bapak kahar muzakkar untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Di masjid ini pula dilakukan pengkaderan ulama, dan telah mencetak kader-kader ulama khususunya ulama sulawesi selatan.
Oleh karena usia dan kapasitas bangunan yang sudah tidak memadai lagi, sehingga pada tahun 1997 diputuskan agar melalukan perbaikan dan penambahn kapasitas. Namun didalam perjalanan
33
perencanaan keputusan tersebut diubah dengan pertimbangan bahwa masjid ini merupakan masjid perjuangan sekaligus Land Mark kota makassar khususnya dan sulawesi selatan pada umumnya menjadi perombakan dan pembangunan kembali masjid yang lebih representative dengan kapasitas tampung ditingkatkan tampung sampai kapasitas 300%
dari kapasitas semula. Dan pada tahun 1999 ditetapkan rencana pembangunan kembali yang di tandai dengan peletakan batu pertama pada bulan november 1999 oleh bapak gubernul sulawesi selatan H.Z.B.
Palaguna.
2. Maksud dan Tujuan
Pembangunan kembali masjid raya makassar menandai dan mengkukuhkan kembali bahwa masjid ini adalah masjid perjuangan yang harus terus di pertahankan dan dipelihara.
Dibangunnya kembali masjid raya raya makassar yang merupakan masjid kebanggaan masyarakat sulawesi selatan memberi nuansa islami yang lebih kuat bahwa masyarakat sulawesi selatan yang maroritas pemeluk agama islam kokoh dalam penegakan panji panji islam.
Disamping itu, pembangunan kembali masjid raya makassar dengan gaya desain yang memadukan khas parsia dan mediterania akan menjadikan bangunan ini sebagai Land Mark kota makassar.
3. Gambaran Umum Desain
Desain pembangunan masjid raya mesjid raya makassar dilakukan dengan pertimbangan letak, lahan yang tersedia dan aspek fungsinya
35
masjid raya makassar terletak di jantung kota makassar, sehingga dapat dipastikan bahwa masjid ini akan di kunjungi dari segala penjuru kota.
Oleh karena itu dibentuk bangunan utama dibuat secara simetris yang memberi kesan dapat di pandang dan masuk dari segala sisi.
Dengan segala keterbatasan lahan yang ada,dari luas total tanah : +/- 12.000 m2, Plasa dan tempat wudhu seluas 15.000 m2 dan selebihnya untuk area taman dan parkir.
4. Struktur Organisasi dan personalia majelis pengelola harian (MPH) Masjid Raya Kota Makassar
Adapun struktur organisasi dan personalia majelis pengelola harian Masjid raya Kota Makassar dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Ketua Umum : Muh. Sanusi Baco, Lc
Sekretaris Umum : Drs. H. Muhammad Said, M.pd Majelis pembangunan, ekonomi, pemeliharaan, dan penertiban.
Koordinator : Ir. H.M Pulu Niode
Ketua : Ir. H. Furqan Affandi
Sekretaris : Ir. H. Sam’un Saebe
Anggota : H. Mukhtar Nurjaya, SE, Msi.
Anggota : Drs. H. Adnan Bintang
Anggota : Syarifuddin
Anggota : Ir. H Fajruddin
Anggota : Ir. H Asri
Majelis ibadah, daqwah dan Humas.
Koordinator : H.M. Arsyad Daud
Ketua : Dr. H. Mustamin Arsyad,MA
Sekretaris : Drs. H.M Ishak Samad, MA Anggota : Prof. Dr. H. Basir Syam, MA Anggota : Drs. H. Zain Irwanto, Mag
Anggota : H.M Idrus
Anggota : H. Abd. Razak Aswan
Anggota : Drs. H Idris Adras
Majelis Pendidikan, Pengkajian, sosial budaya, dan pustaka.
Koordinator : Dr. H. M Arfah Siddq, MA
Ketua ; Dr. H. Arfin Hamid, MH
Sekretaris : Drs. H. Syarifuddin Ondeng Anggota : Dr. H.Abd. Kadir Ahmad, MS Anggota : Dr. H. Najamuddin HS, MA
Anggota : Drs. M. Syahril
Anggota : Drs. Nadir Majdid
Anggota : H. M Jafar Lurang
Majelis Pemuda, olaraga dan kesehatan.
Koordinator : Drs. H. Muhammad Said, Mpd
Ketua : Drs. H.A Rahim Mas P. Sanjata, Mag Sekretaris : Drs. H. Abd. Muis Said
Anggota : Jamaruddin, M.Ag
Anggota : Drs. Ambo Sakka
37
Anggota : Umar Said
Anggota : Dra. Maryam Ismail
Anggota : Amiruddin Aminullah, S.Ag, M.Hi Majelis Pemberdayaan Perempuan.
Koordinator : Dra. Hj. Fatimah Kalla
Ketua : Dra. Hj. St Asmah
Sekretaris : Hj. Nurjannah Abna, S. S,. Mpd Anggota : Dra. Hj. Nuraini Arfah
Anggota : Dra. Maryam Abbas
Anggota : Hj. Ganiyyah Abbas
Anggota : Hernawati
Anggota : Hj. Nurhuda Tahir, MPd
B. Peranan Masjid terhadap pembinaan umat di masjid raya kota makassar
Telah diketahui bersama bahwa masjid merupakan tempat yang digunakan untuk sujud, setiap tempat yang digunakan untuk berserah diri (beribadah). Yang memiliki kedudukan dan peran yang sangat penting dalam pembinaan ummat, sebab hampir setiap sendi-sendi pembinaan yang bersifat ruhiyah dilakukan di masjid, karena masjid adalah rumah Allah, di dalamnya seseorang dapat mengingat Allah, memberikan nasehat, shalat dan orang yang menziarahinya, berarti telah meramaikannya. Masjid ibarat menara petunjuk dan syiar Islam, bahkan ia
merupakan lembaga pertama kali dimana pancaran ilmu pengetahuan Islam mulai tersebar.
Dimana Urgensi Masjid Sebagai Sarana Pembinaan Ummat merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan umat islam. Dengan itu, diharapkan kaum muslimin memiliki kepribadian yang islami, pengetahuan dan wawasan yang luas dapat mengeksepresikan nilai-nilai Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, pembinaan harus berlangsung secara kontinyu dan berkesinambungan.
Masjid merupakan salah satu sarana paling tepat bagi proses pembinaan terhadap ummat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat memperhatikan soal ini. Sejarah telah mencatat, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hijrah dari Makkah menuju Madinah, dan setibanya di Quba’ pada hari Senin tanggal 8 Rabi’ul Awwal, langkah pertama kali yang beliau lakukan adalah membangun masjid.
Melihat pernyataan diatas menunjukkan bahwa Ternyata Keberadaan Masjid juga bertujuan untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang memiliki pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukkan melalui pengamalannya yang penuh komitmen dan konsistensi seraya disertai wawasan multikultur untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan saling menghargai satu sama lain dan bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan watak, kepribadian, keimanan dan ketakwaan disemua kalangan baik Santri, remaja, Bahkan Ibu Rumah tangga.
39
Hal tersebut di atas juga berlaku pada Masjid Raya kota makassar, dimana keberadaannya memiliki peranan penting dalam membina Uumat.
Berikut adalah pendapat jamaah masjid mengenai peranan masjid.
Tabel III
Peranan Masjid Raya dalam Melakukan Pembinaan Umat
Option Kategori jawaban Frekuensi Persentase (%)
A B C
Baik Kurang Baik
Tidak Baik
20 5
-
80 20
Jumlah 25 100
Sumber data Angket No.1
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 25 responden, sebanyak 20 responden atau 80% yang menjawab Baik, 5 responden atau 20 persen yang menjawab kurang baik. Dan tidak ada responden yang mengatakan bahwa masjid raya tidak pernah melakukan pembinaan umat di masjid tersebut.
Dari penjelasan tabel diatas penulis menyimpulkan bahwa Masjid raya memiliki peranan dalam pembinaan umat di di kota makassar., juga dapat dilihat dari pernyataan Imam masjid raya kota makassar berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, kepada Bapak Drs.
Muh. Syahrir, M.Hi.
Masjid raya ini sangat mempunyai peranan yang sangat luar biasa terhadap pembinaan umat. Dimana hampir tidak ada waktu kosong yang tidak diisi dengan kegiatan-kegiatan pembiaan, seperti pengajian magrib-isya dan subuh setiap harinya, pembinaan majelis taklim, melakukan pendidikan kader ulama, pembinaan TK/TPA, Ta’fidzul Alquran dan masih banyak lainnya. Bukan hanya itu di masjid ini hampir setiap hari ada proses pengislaman yang berlangsung. (wawancara, 1 Oktober 2014).
Sejalan dengan yang apa yang diungkapkan oleh Imam masjid raya bapak Drs. Muh. Syahrir, M.Hi diatas maka remaja Masjid juga mengungkapkan berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada Surgaman Barukang adalah :
Peranan masjid dalam melakukan pembinaan umat terhadap masyrakat disekitar Masjid ini, adalah masjid raya mempunyai peran andil yang sangat besar. Dimana masjid ini yang bisa dikatakan setiap harinya ada kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada pembinaan umat. Seperti kegiatan yang setiap harinya terulang-ulang dengan tema yang berbeda-beda yang langsung mengarah kepada penataan hati agan menyadari status kita sebagai manusia, siapa yang menciptakan kita, kenapa kita diciptakan dan kemana kita nantinya. Dengan kajian-kajian yang dilakukan setiap pekannya . Masjid raya Dapat dikatakan berhasil dalam menjadikan para jamaah untu semakin menyadari akan pentingnya mempersiapkan bekal untuk masa depan yang lebih cerah (wawancara, 1 Oktober 2014)
Dari beberapa tabulasi angket Jamaah dan hasil wawancara pengurus dan yang dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan bahwa peranan masjid raya dalam pembinaan umat sangat berpengaruh terhadap perubahan Akhlak jamaah Di Kota Makassar.
C. Pengaruh Pembinaan Umat di Masjid Raya Kota Makassar
Pembinaan umat atau rohani Islam sangat penting, karena keberadaan dari pembinaan umat dapat berpengaruh terhadap pengurus,
41
remaja masjid ataupun jamaah baik dari segi akhlak, muamalah maupun dari segi ibadah, yang mampu memberikan ketenangan bagi orang yang membaca dan mempelajari kitabullah dalam rumah Allah (masjid).
selanjutnya pengamatan peneliti ketika berkunjung ke masjid raya, mengenai Pengaruh pembinaan di masjid raya ini bisa dilihat dari tabel di bawah ini;
Tabel IV
Masyrakat yang selalu Konssisten mengikuti pengajian magrib-isya Option Kategori jawaban Frekuensi Persentase (%)
A B C
Selalu Kadang-kadang
Tidak pernah
16 5 4
64%
20%
16%
Jumlah 25 100
Sumber data Angket No.2
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebanyak 16 responden atau 64 persen mengatakan bahwa selalu mengikuti kegiatan pembinaan umat yang dilaksanakan oleh masjid raya. 5 responden atau 20 persen mengatakan kadang-kadang mengikuti pengajian serta 4 responden atau 16 persen tidak pernah mengikuti pengajian.
Bukan hanya itu, keadaan jamaah yang selalu bertambah menunjukkan bahwa optimalisasi masjid raya sangat membirikan pengaruh positif, untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:
TABEL V
Kegiatan pembinaan umat memberikan pengaruh positif Option Kategori jawaban Frekuensi Persentase (%)
A B C
Bertambah Biasa Saja Tidak Bertambah
18 7
-
72%
28%
-
Jumlah 25 100
Sumber data Angket No.3
Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh pembinaan umat terhadap jamaah ada 18 responden atau 72 persen yang bertambah, 7 responden atau 28 persen yang pengarunya biasa-biasa saja dan tidak ada fresponden yang tidak berpengaruh terhadap pembinaan yang dilaksanakan oleh masjid tersebut.
Bukan hanya itu, berikut adalah pendapat pengurus terhadap pengaruh Masjid dalam melakukan pembinaan oleh bapak sekretaris pengurus bapak Drs. H. Muhammad Said, M.pd:
Masjid raya sangatlah berperan dalam memberikan pengaruh positif kapada pengurus, remaja dan terutama Jamaah. Dimana kegiatan kegiatan yang dilaksanakan sangat menyentuh. Seperti program penghafalan alquran, pendidikan kader ulama, pembinaan kesehatan,perayaan hari-hari besar islam dan yang paling tuntas adalah kajian magri-isya yang temanya adalah tema-tema yang baru kita dapatkan seperti kajian tasawuf, ilmu tafsir, ilmu fiqhi yang kemudian memberikan kita pengetahuan tentang menjadi umat islam yang sebenarnya. Sehingga jamaa yang selalu ikut dalam pengajian ini selalu bertambah. ( Wawancara, 2 Oktober 2014 )
43
Melihat tabel tabulasi angket dan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa Masjid raya sangat memberi pengaruh positif terhadap pembinaan pengurus, remaja ataupun jamaah. baik dari pelaksaan ajaran Islam yang konsisten setelah mengikuti kegiatan pembinaan maupun antusias jamaah dalam kegiatan-kegiatan kegianatan pembinaan.
Dari beberapa tabulasi angket yang dilakukan oleh peneliti maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setelah mengikuti kegiatan pembinaan yangb dilakukan oleh masjid tersebut pengurus, remaja maupun jamaah bertambah konsisten dengan ajaran Agama Islam yang semakin bertambah baik.
D. Faktor-faktor yang menjadi Tantangan dalam melakukan pembinaan umat di masjid raya kota makassar
Persoalan besar umat Islam pada saat ini adalah hilangnya identitas kemurniaan syiar Islam dan kurangnya memahami fungsi masjid sesungguhnya. Mengapa itu terjadi? mari kita renungkan dengan fakta- fakta yang ada. Perenungan kembali tentang kemurnian Syiar Islam terletak pada peranan masjid itu sendiri dan kaum muslimin. Umat Islam merasa gerakan dakwah penting, namun banyak diantara kita tidak melakukannya. Salah satu aspek tersebut adalah memfungsikan masjid sebagai simbol perjuangan dan pembinaan umat. Apa yang terjadi di sekeliling kita, masjid hanya dipakai sebagai tempat shalat Jum’at saja atau ditambah dengan shalat Magrib dan Isya’. Secara umum yang terjadi masjid akan ramai dan penuh terjadi setahun sekali, yaitu di waktu Bulan
Ramadhan datang. Biasanya awal-awal Ramadhan penuh sesak, melimpah ruah namun makin lama keadaanya makin sepi dan pada saat akhir bulan Ramadhan hanya tinggal beberapa orang saja. Sehabis bulan Ramadhan lenganlah masjid, laksana bangunan angker yang menakutkan.
Masjid digunakan hanya oleh beberapa orang jama’ah untuk melaksanakan shalat Magrib dan Isya setelah itu masjid di kunci hingga datang waktu Subuh atau hingga waktu Magrib lagi. Kadangkala terdengar suara orang mengaji di masjid ternyata setelah didekati, tidak ada seorangpun yang kita jumpai, alangkah herannya kita karena ada suara, tetapi tidak ada orangnya.Tentu suara itu bukan jin tetapi suara itu berasal dari bunyi kaset kemudian penjaga/takmir masjid tidur kembali dengan nyenyaknya. Disamping itu kebanyakan kita umat Islam apabila mendengar suara azan tidak segera datang ke masjid malah masih melakukan aktivitas keduniawian, bukan menghentikan aktivitas tersebut.
Kemudian pernah kita temui ketika adzan shalat Dzuhur pada sebuah masjid, tetapi sayang masjidnya terkunci. Setelah kita tanyakan kepada takmir mengapa dikunci, jawabanya dulu masjid terbuka alias tidak dikunci tapi pernah dimasuki orang gila dan hilangnya barang-barang masjid akhirnya masjid dikunci lagi. Ada lagi yang menarik masjid yang pernah sekeliling kita temui adalah kenapa masjid dikunci?setelah ditanyakan kepada pengurus kalau tidak di kunci nanti malah di pakai oleh
45
golongan lain. Itulah beberapa rangkaian seklumit cerita kondisi masjid dilingkungan kita.
Tetapi yang ingin kita tegaskan disini adalah gerakan dan usaha apa yang perlu kita lakukan agar masjid benar-benar berfungsi sebagai pusat pembinaan umat Islam. Upaya-upaya yang perlu kita laksanakan adalah menyadarkan betul akan fungsi masjid dan menyadari bahwa masjid di bangun dengan biaya yang cukup mahal dan juga sebagai amanah sumbangan dari kaum muslimin. Jika masjid tidak berfungsi sebagaimana mestinya tentu akan mengurangi kesempurnaan pahala dari kaum muslimin yang menyumbangkan tanah waqaf atau bangunannya.
Disamping itu harus ada diantara kita yang menjadi penggerak untuk memakmurkan masjid dan cinta terhadap masjid. Mencintai tidak sekedar bangga dengan masjidnya tetapi juga menggunakan shalat lima waktu dan memprogamkan kegiatan-kegiatan dakwah yang menarik dan umat Islam merasa senang dengan adanya masjid, serta nikmat akan kebutuhan yang ia cari di dunia maupun di akhirat (habluminallah dan habluminnas). Tentu untuk mendapatkan jamaah masjid yang benar- benar makmur seperti di zaman Rasulullah SAW dan para sahabat, tidak mungkin kalau pengelolaan dan pembinaan masjid dilakukan sebagai usaha sampingan atau dengan asal-asalan yang penting ada masjid, dan anehnya ketika masjid ingin dikelola dengan baik ada juga orang/jamaah diantara kita yang mempersoalkan sok ataupun itu hanya musiman.
Kemudian Seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi pun kian merambah dengan cepat dan tidak bisa dihindari oleh negara-negara di dunia. Pengaruh perkembangan zaman ini juga dirasakan cukup tajam dan panas bagi pembinaan umat dalam hal perkembangan akhlak masyarakat kearah yang lebih baik.
Meskipun banyak lembaga keagamaan pada umumnya dan masjid pada khusunya dibentuk secara terorganisir, namun dengan keterbatasan dan kekurangannya masih mendapat kendala dalam melakukan pegiatan pembinaan.
Adapun faktor yang menjadi kendala dalam melakukan pembinaan adalah:
1. Hebatnya pengaruh perkembangan zaman
Perkembangan zaman yang begitu hebat memudahkan masyarakat untuk mengakses apa saja yang terjadi diluar, sehingga hal-hal yang bertentangan dengan nilai budaya dan agama bangsa indonesia pun dengan gampangnya ditiru, bahkan hampir semua aspek kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh perkembangan zaman.
2. Faktor lingkungan yang jauh dari pendidikan agama
Masyarakat yang tinggal di lingkungan jauh dari pendidikan agama juga akan kelihatan sikapnya yang terlalu cepat meniru kebiasaan-kebiasaan orang luar. Sebab, merka tidak dibekali
47
pengetahuan agama sejak awal, sehingga tidak dapat membedakan hal yang mana yang cocok untuk budaya dan agama orang indonesia.
3. Kecenderungan dalam menyaksikan tayangan televisi
Begitu banyak tayangan televisi yang didesain seindah mungkin untuk menarik minat menyaksikannya. Hal inilah merupakan salahsatu yang menyebabkan masyarakat terpengaruh dan susah diatur.
Sebagai manusia biasa, orang orang yang terlibat sebagai pengurus lembaga keagamaan dalam hal ini pengurus masjid juga terbatas kemampuannya dalam melakukan pembinaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menjadi tantangan masjid dalam melakukan pembinaan adalah: hebatnya pengaruh perkembangan zaman, faktor lingkungan yang jauh dari lingkungan agama dan kecenderungan masyarakat dalam menyaksikan tayangan televisi yang sebenarnya dapat merusak akhlak dan moral masyarakat.
Sehingga Solusi untuk menghadapi tantangan ini adalah mengoptimalisasikan peran masjid raya agar terbentuk kader umat yang memiliki militansi keislaman yang tinggi. Seperti Masjid di jadikan sebagai Tempat pembinaan dan kaderisasi jamaah serta Tempat pembinaan dan kaderisasi pengurus (ta’mir)-nya. Adapun Pembinaan jama‘ah masjid yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah Pembinaan ketauhidan (aqidah), Pembinaan kualitas ibadah, Pembinaan akhlaqul karimah, Pembinaan