• Tidak ada hasil yang ditemukan

X-Ray Diffraction (XRD)

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 50-54)

F. Karakterisasi Material

2. X-Ray Diffraction (XRD)

Berdasarkan tampilan spektrum EDS pada Gambar 2.9 menunjukkan bahwa rasio unsur C, O dan Ti berturut-turut 68,03; 28,76; 3,21%. Hal ini membuktikan bahwa nanofiber mengandung TiO2.

33

difraksi sinar-X. Intensitas sinar-X terdifraksi bergantung pada berbagai faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut berasal dari polarisasi sinar-X, penyerapan sinar-X, faktor geometri, posisi dan getaran atom-atom karena adanya pengaruh temperatur (Smallman and Bishop, 1995). Peristiwa difraksi yang terjadi pada kisi kristal, dapat dilukiskan seperti Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Difraksi sinar-X pada kristal. d = jarak antar bidang.

Seberkas sinar-X pertama dengan panjang gelombang λ yang mengenai atom A pada bidang pertama dan sinar-X kedua dengan panjang gelombang λ jatuh pada kristal dengan sudut θ terhadap permukaan bidang kristal yang jaraknya adalah d. Seberkas sinar-X pertama yang mengenai atom A pada bidang pertama dan sinar-X kedua yang mengenai atom B pada bidang berikutnya mengakibatkan masing-masing atom menghambur dalam arah rambang. Sinar yang berinterferensi saling menguatkan terjadi ketika sinar-sinar yang terdifraksi beda lintasannya sebesar kelipatan bulat dari panjang gelombang. Difraksi akan saling menguatkan jika terpenuhi persamaan Bragg (2.6).

λ = 2 d sin θ (2.6)

dengan d adalah jarak antar bidang atom dalam kristal, λ adalah panjang gelombang sinar-X dan θ adalah sudut difraksi.

A

B

Sinar X datang Sinar X hambur

Muka gelombang

Muka gelombang

Atom

Karakterisasi menggunakan metode difraksi merupakan metode analisis yang penting untuk menganalisisi suatu kristal. Karakterisasi XRD dapat digunakan untuk menentukan struktur, ukuran butir, konstanta kisi, dan FWHM (Smallman and Bishop, 1999). Data yang diperoleh dari metode XRD adalah sudut hamburan dan intensita cahaya difraksi. XRD memberikan data-data difraksi dan kuantisasi intensitas difraksi pada sudut-sudut dari suatu bahan.

Data yang diperoleh dari XRD berupa intensitas difraksi sinar-X yang terdifraksi dan sudut-sudut . Tiap pola yang muncul pada pola XRD mewakili satu bidang kristal yang memiliki orientasi tertentu.

Prinsip kerja XRD secara umum adalah sebagai berikut:

a. XRD terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-X, tempat objek yang diteliti, dan detektor sinar-X.

b. Sinar-X dihasilkan pada tabung sinar-X yang berisi katoda dan memanaskan filamen, sehingga menghasilkan elektron.

c. Perbedaan tegangan menyebabkan percepatan elektron akan menembaki objek. Ketika elektron mempunyai tingkat energi yang tinggi dan menabrak elektron dalam objek sehingga dihasilkan pancaran sinar-X.

d. Objek dan detektor berputar untuk menangkap dan merekam intensitas refleksi sinar-X. Detektor merekam dan memproses sinyal sinar-X dan mengolahnya dalam bentuk grafik.

Contoh hasil pengukuran difraksi sinar-X dari serat nano TiO2 yang dibuat dari bahan TTIP dan polimer PVP dapat dilihat pada Gambar 2.11.

35

Gambar 2.11 Contoh hasil XRD serat nano TiO2. A = anatase, R = rutil (Sumber: Lee et al., 2009).

Gambar 2.11 menampilkan hasil XRD yang terbentuk dari sampel serat nano TiO2 dalam berbagai keadaan suhu kalsinasi. Dari gambar terlihat bahwa puncak-puncak yang terbentuk menunjukkan fasa anatase dan rutil.

Berdasarkan puncak-puncak yang diperoleh dari hasil XRD, selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan ukuran partikel. Tingkat kristanilitas partikel TiO2 dapat diperoleh dengan membandingkan intensitas dan pelebaran puncak difraksi dari sampel yang diuji. Perhitungan ukuran partikel dapat dilakukan menggunakan persamaan Scherrer (Cullity, 1978) seperti persamaan (2.7).

𝐿 = 𝑘𝜆

𝐵 cos 𝜃 (2.7)

dengan L adalah ukuran partikel (nm), k adalah konstanta (0,94), B adalah lebar penuh pada setengah intensitas maksimum atau full width at half maximum (FWHM), λ adalah panjang gelombang sinar-X (nm) dan θ adalah sudut hamburan pada puncak difraksi (o).

2θ(°)

Intensitas Relatif (a.u)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2022 hingga bulan Juni 2022.

Preparasi sampel dilakukan di Laboratorium Fisika Material dan pembentukan serat nano TiO2 dilakukan di Laboratorium Instrumentasi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Karakterisasi sampel meliputi SEM-EDS yang dilakukan di UPT Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung dan XRD dilakukan di Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah gelas ukur, neraca digital, mikropipet (0-1000 µL), sendok spatula, magnetic stirrer, plastik wrap, syringe pump 12 mL, electrospinning, kaca preparat, aluminium foil, sarung tangan, masker, tisu, mortar, pastel, SEM-EDS dan XRD.

37

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah TTIP 97% Sigma Aldrich, asam asetat glasial (CH3COOH) 100% Merck, metanol (CH3OH) 100% Merck, etanol (C2H5OH) 100% Merck, dan PVP (C6H9NO)n.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini ada beberapa tahapan yaitu pembuatan larutan polimer, sintesis larutan TiO2, pembuatan gel serat nano TiO2, mengukur viskositas larutan, pembuatan serat nano menggunakan alat electrospinning, proses kalsinasi dan dilanjutkan karakterisasi sampel menggunakan SEM-EDS dan XRD, lalu analisis data.

1. Pembuatan Larutan Polimer

Menimbang PVP menggunakan neraca digital sebanyak 1,3 gr. Selanjutnya, PVP dilarutkan ke dalam 8 ml etanol dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama kurang lebih 1 jam dengan kecepatan 350 rpm. Larutan ditutup menggunakan plastik wrap untuk menghindari adanya zat lain yang masuk selama proses pengadukan. Skema pembutan larutan PVP ditunjukkan pada Gambar 3.1.

PVP 8 ml etanol diaduk Larutan Polimer

Gambar 3.1 Pembuatan larutan polimer.

2. Sintesis Larutan TiO2

Sintesis larutan TiO2 menggunakan metode sol-gel. Mangambil TTIP sebanyak 2,5 ml, etanol sebanyak 3 ml dan asam asetat sebanyak 2,5 ml menggunakan micropipet. Selanjutnya, ketiga bahan tersebut diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 5 menit dan ditutup dengan plastik wrap. Proses sintesis TiO2

ditunjukkan pada Gambar 3.2.

2,5 ml TTIP 3 ml etanol 3 ml asam asetat diaduk Larutan TiO2

Gambar 3.2 Sintesis larutan TiO2.

Larutan TiO2 yang telah homogen selanjutnya akan dicampur dengan larutan polimer untuk membuat larutan serat nano TiO2.

3. Pembuatan Gel Serat Nano TiO2/PVP

Larutan polimer dan larutan TiO2 dicampur dan diaduk menggunakan magnetic stirrer selama 1 jam dengan kecepatan pengadukan 350 rpm. Larutan ditutup menggunakan plastik wrap selama proses pengadukan. Proses pembuatan larutan TiO2/PVP ditunjukkan pada Gambar 3.3.

Larutan Polimer Larutan TiO2 Larutan diaduk Gel Serat Nano TiO2/PVP Gambar 3.3 Pembuatan gel serat nano TiO2.

39

4. Mengukur Viskositas dan Tegangan Permukaan Larutan TiO2/PVP Pengukuran viskositas larutan dilakukan dengan 2 tahapan yaitu menimbang massa jenis dengan menggunakan piknometer dan pengukuran viskositas larutan menggunakan Viscometer Ostwald. Fungsi Viskometer Ostwald ini adalah untuk mengukur waktu yang di butuhkan oleh sejumlah fluida tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat larutan itu sendiri (Viswanath et al., 2007). Viskometer dengan metode pipa kapiler membutuhkan sampel yang sedikit dibandingkan dengan metode viskometer yang lain. Skema yang dilakukan ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Menimbang piknometer kosong Menimbang piknometer+larutan

Larutan TiO2/PVP Mengukur kekentalan larutan Gambar 3.4 Pengukuran kekentalan larutan TiO2/PVP.

Pengukuran kekentalan larutan serat nano dilakukan dengan cara memasukan larutan ke dalam Viscometer Ostwald pada bagian A seperti pada Gambar 3.5.

Selanjutnya, larutan disedot dengan menggunakan karet penghisap (bulp) melalui bagian B hingga larutan melebihi garis pertama. Saat karet penghisap dilepas, menghitung waktu larutan turun mulai dari larutan melewati garis

A

B

pertama hingga melewati garis kedua. Dalam pengukuran ini digunakan metanol sebagai larutan pembanding yang telah diketahui besar viskositasnya.

Gambar 3.5 Bagian-bagian viscometer Ostwald.

Perhitungan kekentalan larutan dilakukan menggunakan Persamaan 3.1.

𝜂1

𝜂2= 𝑡1∙𝜌1

𝑡2∙𝜌2; 𝜂2 = 𝜂1𝑡2∙𝜌2

𝑡1∙𝜌1 (3.1)

Dimana diketahui η1, ρ1, t1, η2, ρ2 dan t2, masing-masing adalah kekentalan, massa jenis dan waktu aliran larutan 1 dan 2 (1 larutan acuan dan 2 larutan TiO2/PVP). Larutan acuan atau pembanding metanol memiliki η1 sebesar 0,59 cP atau 0,59 Pa.s, ρ1 sebesar 0,7918 g/ml dan t1 sebesar 20,1433 detik (s) (Partington, 1951). Satuan yang dipakai untuk viskositas adalah P (poise) atau cP (sentipoise) dan satuan SI untuk viskositas dinamis adalah Pa.s (paskal sekon), N.s/m2, kg/m.s dimana 1 P = 0,1 Pa.s dan 1 Pa.s = 1 N.s/m2 = 1 kg/m.s (Viswanath, 2007).

Setelah melakukan pengukuran viskositas, selanjutnya dilakukan pengukuran tegangan permukaan larutan TiO2/PVP. Pengukuran tegangan permukaan dilakukan menggunakan tensiometer dengan skema alat seperti pada Gambar

A B

1

2

Batas larutan

41

3.6. Proses pengukuran terbagi menjadi 2 bagian yaitu menentukan konstanta pegas (k) dan menentukan koefisien tegangan permukaan larutan (γ).

Gambar 3.6 Skema tensiometer.

Pengukuran k dilakukan dengan menimbang massa tiga buah beban (m; gram) lalu mengukur gaya pegas X (milinewton; mN), masing-masing beban pada neraca pegas yang sudah digantung pada statif. Masing-masing beban dihitung konstanta juga rata-ratanya dengan Persamaan (3.2) dan Persamaan (3.3).

𝑘𝑛 =𝑚𝑛 𝑔

𝑋𝑛 (3.2)

𝑘̅ =𝑘1+𝑘2+⋯𝑘𝑛

𝑛 (3.3)

Selanjutnya yaitu mengukur koefisien tegangan permukaan larutan TiO2/PVP.

Hal pertama yang harus disiapkan adalah larutan TiO2/PVP sebanyak 20 ml dalam gelas beaker dan meletakkannya di atas dongkrak. Kemudian menggantung cincin aluminium pada neraca pegas yang telah diukur diameternya (untuk mengukur panjang garis khayal), lalu mencatat kedudukan

Statif

Larutan TiO2/PVP

Dongkrak

Cincin aluminium Neraca

pegas

nilai yang terbaca pada neraca pegas yang dianggap sebagai nilai Xawal. Selanjutnya dengan dongkrak mendekatkan gelas beaker yang telah berisi larutan TiO2/PVP dengan cincin aluminium sampai cincin terendam setengah bagian. Lalu turunkan gelas beaker secara perlahan-lahan dengan mengatur kedudukan dongkrak sehingga cincin aluminium hampir terlepas dari permukaan larutan. Angka yang tertera pada neraca pegas sesaat sebelum cincin alumunium terlepas dicatat sebagai data Xakhir. Perlakuan serupa diulang sebanyak tiga kali percobaan. Selanjutnya dihitung selesih dari kedua nilai gaya pegas tersebut sebagai data ∆X dengan satuan mN. Koefisien tegangan permukaan larutan kemudian dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.4) dan Persamaan (3.5).

𝛾𝑛 =𝑘̅ ∆X

4𝜋𝑟 (3.4)

𝛾̅ =𝛾1+𝛾2+⋯+𝛾𝑛

𝑛 (3.5)

dengan r merupakan jari-jari cincin aluminium dan satuan yang digunakan untuk γ adalah mN.m-1 atau dyn.cm-1.

5. Pembuatan Serat Nano TiO2

Setelah proses pembuatan larutan TiO2 selesai, selanjutnya yaitu melakukan pembentukan serat nano TiO2 menggunakan alat electrospinning. Tegangan tinggi yang digunakan sebesar 20 kV, dengan arus listrik searah (DC). Jarak tip ke kolektor divariasikan yaitu 7, 9, 11, 13 dan 15 cm dengan laju alir larutan sebesar 1,5 mL/jam. Skema yang dilakukan seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7.

43

Gambar 3.7 Pembuatan serat nano TiO2.

Larutan TiO2 dimasukkan ke dalam jarum, selanjutnya jarum dimasukkan ke dalam rangkaian alat electrospinning yang sudah terhubung ke sumber tegangan tinggi. Jarum akan terdorong dan serat nano TiO2 yang terbentuk mengumpul pada kolektor.

Alat electrospinning yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai spesifikasi komponen seperti pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Spesifikasi komponen electrospinning.

No. Nama

Komponen Tipe Fungsi

1. High voltage Model number:

CX-400, 0 - 40 kV

Digunakan sebagai sumber tegangan tinggi

2. Pompa suntik Onemed Disposable Syringe 12 ml

Digunakan untuk mendorong larutan dengan kelajuan alir tertentu 3. Plat logam

tembaga (kolektor)

Ukuran 15 x 15 cm

Digunakan sebagai penampung serat yang terbentuk dari proses pemintalan

4. Akrilik - Digunakan sebagai isolator

Jarum Jarak

Larutan TiO2/PVP

Tip

Kolektor

Serat nano yang terbentuk

Sumber tegangan tinggi

6. Proses Kalsinasi

Setelah serat nano TiO2 terbentuk, selanjutnya dikalsinasi untuk menghilangkan zat-zat yang tidak dibutuhkan. Kalsinasi dilakukan menggunakan furnace nabertherm yang dilengkapi pengaturan suhu otomatis dengan sistem digital.

Sampel disusun dan dimasukkan ke dalam furnace. Pengaturan suhu dimulai dari suhu kamar 30 ºC hingga 450 ºC dengan kenaikan suhu 10 oC per menit.

Kemudian pada suhu 450 ºC ditahan selama 3 jam. Selanjutnya, sampel dikeluarkan dari furnace dan dipindahkan ke mortal akik untuk digerus.

Penggerusan ini untuk menghasilkan sampel berbentuk serbuk halus yang akan dilanjutkan ke tahapan berikutnya yaitu karakterisasi.

7. Karakterisasi Sampel

a. SEM-EDS

SEM bekerja berdasarkan prinsip scan sinar elektron pada permukaan sampel dan informasi yang didapat kemudian diubah menjadi gambar.

Alat yang digunakan dalam karakterisasi ini adalah SEM Evo MA 10.

Karakterisasi SEM digunakan untuk mengetahui morfologi permukaan pada serat nano TiO2 dan EDS digunakan untuk mengetahui komposisi unsur TiO2. Analisis data dilakukan menggunakan perangkat lunak ImageJ dengan mengambil 100 data diameter serat nano TiO2. Karakterisasi SEM ini dilakukan di Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung.

45

b. XRD

Karakterisasi dengan menggunakan XRD ini bertujuan untuk mengetahui struktur kristal sampel setelah beberapa perlakuan. XRD bekerja menggunakan prinsip difraksi sinar-X yang ditembakkan ke sampel pada kondisi kering yang menghasilkan puncak-puncak pada grafik XRD. Masing-masing puncak mengidentifikasi senyawa yang berada pada sampel. Semakin tinggi intensitas puncaknya, semakin tinggi kandungan senyawa pada sampel. Nama Alat uji yang digunakan adalah X’PERT powder PANalytical diffractometer. Dalam penelitian pengukuran dilakukan secara langkah demi langkah dari 20o hingga 80o dengan perpindahan setiap langkah sudut hambura sebesar 0,5o, target Cu dan panjang gelombang konstan λ = 1,5406 Å. Untuk mengetahui fasa yang terbentuk pada sampel dilakukan analisis kualitatif dan untuk mengetahui persentase masing-masing berat fasa dilakukan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan menggunakan metode pencocokan data (search and match) dengan perangkat lunak Match.

Selanjutnya, dilakukan analisis kuantitatif menggunakan metode Rietvield dengan perangkat lunak Rietica. Karakterisasi ini dilakukan di Laboratorium Universitas Indonesia.

D. Diagram alir

Proses penelitian secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 3.8.

2,5 ml TTIP + 3 ml etanol + 2,5 ml asam asetat dan diaduk selama 1 jam

Gel TiO2

Electrospinning selama 6 jam dengan tegangan listrik sebesar 20 kV, variasi jarak dan laju aliran 1,5 ml/jam.

Dikalsinasi pada suhu 450 oC selama 3 jam dan digerus

Serbuk halus TiO2

Karakterisasi SEM-EDS

Analisis data 8 ml etanol + 1,3 gr PVP dan

diaduk selama 30 menit

Mulai

Preparasi alat dan bahan

Selesai

Mengukur viskositas dan tegangan permukaan

Gambar 3.8 Diagram alir.

Serat nano TiO2 terbentuk

Dikarakterisasi dengan XRD

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pengaruh jarak ujung jarum ke kolektor terhadap morfologi permukaan serat nano TiO2 menunjukkan serat bersifat relatif seragam dan kontinu dengan rata-rata ukuran diameter sampel ES7, ES9, ES11, ES13 dan ES15 masing-masing adalah (410 ± 190) nm, (367 ± 169) nm, (286 ± 156) nm, (296 ± 154) nm dan (400 ± 198) nm.

2. Berdasarkan grafik distribusi ukuran diameter serat nano TiO2

menunjukkan bahwa terjadi optimalisasi diameter serat seiring meningkatnya jarak yang diberikan. Penambahan besarnya jarak antara ujung jarum ke kolektor didapatkan jarak optimum pada 11 cm.

3. Unsur kimia serat nano TiO2 yang terbentuk berdasarkan analisis EDS menunjukkan adanya unsur C, O, Si dan Ti dengan besar massa masing- masing yaitu 48,80, 25,29, 17,12 dan 8,79%. Kehadiran unsur Ti membuktikan bahwa serat nano mengandung TiO2.

4. Berdasarkan analisis XRD menunjukkan bahwa struktur kristal yang terbentuk pada serat nano TiO2 adalah anatase dengan ukuran partikel sebesar 11,15 nm.

B. Saran

Saran yang dapat diterapkan untuk penelitian selanjutnya yaitu

1. Proses electrospinning dilakukan di ruang yang terjaga kondisi udara (suhu dan kelembapan) untuk menghindari terjadinya oksidasi terutama untuk bahan berbasis TiO2 relatif lebih mudah teroksidasi sehingga dapat mengurangi manik-manik pada serat.

2. Melakukan pemintalan serat nano menggunakan prekursor lain seperti TEOS, TBT atau TiCl3 dalam jarak yang sama. Sehingga, dapat terlihat perbedaan ukuran diameter serat.

3. Perlu mencari bahan anti pengentalan larutan sehingga selama proses pemintalan cairan tetap terjaga tingkat viskositasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Azim, S. M. Aboul-Gheit, A. K. Ahmed, S. M. El-Desouki, D. S. and Abdel- Mottaleb, M. S. A. 2014. Preparation and Application of Mesoporous Nanotitania Photocatalysts Using Different Templates and pH Media.

International Journal Photoenergy. Vol. 2014. Pp. 1-11.

Abdelrazek, Ragab, H.M. and Abdelazizm, M. 2013. Physical Chracterization of Poly (vinyl pyrrolidone) and Gelatin Blend Films Doped with Magnesium Chloride. Plastic and Polymer Technology. Vol. 2. No. 1. Pp. 1–8.

Ahonen, P. 2001. Aerosol Production and Crystallization of Titanium Dioxide from Metal Alkoxide Droplets. Dissertation. Valtion Teknillinen Tutkimuskeskus (VTT): Technical Research Centre of Finland.

Albetran, H., Rong, Y., and Low, I.M. 2015. Characterization and Optimization of Electrospun TiO2/PVP Nanofibers Using Taguchi Design of Experiment Method. Journal of Asian Ceramic Societies. Vol. 3. Pp. 292-300.

Bai, J., Li, Y., Li, M., Wang, S., Zhang, C, and Yang, Q. 2008. Electrospinning Method for The Preparation of Silver Chloride Nanoparticles in PVP Nanofiber. Applied Surface Science. Vol. 254. Pp. 4520–4523.

Bakardjieva, S., Vaclav, S., Lorant, S., Subrt, J., Lukac, J., Murafa, N., Niznansky, D., Cizek, K., Jirkovsky, J. and Petrova, N. 2006. Transformation of brookite type TiO2 nanocrystals to rutile: Correlation between microstructure and photoactivity. Journal of Materials Chemistry. Vol. 16.

Pp. 1709– 1716.

Barnes, C. P., Sell, S. A., Knapp, D. C., Walpoth, B. H., Brand, D. D. and Bowlin, G. L. 2007. Preliminary Investigation of Electrospun Collagen and Polydioxanone for Vascular Tissue Engineering Applications. International Journal Electrospun Nanofibers Applied. Vol. 1. Pp. 73–87.

Brinker, C. J., and Scherer, G. W. 1990. Sol-Gel Science: The Physics and Chemistry of Sol-Gel Processing. Academic Press, Inc. USA. Pp. 1 -17.

Vol. 68. No. 5. Pp. 695–700.

Carp, O., Huisman, C. L. and Reller, A. 2004. Photoinduced Reactivity of Titanium Dioxide. Journal of Progress in Solid State Chemistry. Vol. 32. No. 1-2. Pp.

33-117.

Chandrasekar, R., Zhang, L., Howe, J. Y., Hedin, N. E., Zhang, Y. and Fong, H.

2009. Fabrication and Characterization of Electrospun Titania Nanofibers.

Journal of Materials Science. Vol. 44. Pp. 1198-1205.

Chen, C., Townsend, A. D., Sell, S. A. and Martin, R. S., 2017. Microchip-Based 3D-Cell Culture Using Polymer Nanofibers Generated by Solution Blow Spinning. Analytical Methods. Vol. 9. No. 22. Pp. 3274-3283.

Chen, M., Ma, E. and Hemket, K. 2006. Mechanical Behavior of Nanocrystalline Metals in Nanomaterails. Hanbook. Tayloor and Francis Group.

Cho, S., Chung, C. and Moon, S. 2001. Temperature-Programmed Desorption Study on the Decomposition Mechanism of Ti(OC3H7)4 on Si(100).

Journal of the Electrochemical Society. Vol. 148. Hal. 599-603.

Cui, W., Zhou, S., Li, X. and Weng J. 2006. Drug-loaded biodegradable polymeric nanofibers prepared by electrospinning. Tissue Engineering. Vol. 12. No.

1070.

Cullity, B. D. 1978. Element of X-Ray Diffraction. Addison-Wesley Publishing Company, Inc: US.

Dastan, D., Nandu, C. and Moses, K. 2017. Surfactants assisted solvothermal derived titania nanoparticles: Synthesis and simulation. Journal of Materials Science: Materials in Electronics. Vol. 28. No. 11. Pp. 7784–96.

Deitzel, J. M., Kleinmeyer, J., Harris, D., and Tan, N. C. B. 2001. The Effect of Processing Variables on The Morphology of Electrospun Nanofibers and Textiles. Polymer. Vol. 42. No. 1. Pp. 261 - 272.

Deniz, A. E. 2011. Nanofibrous Nanocomposites via Electrospinning. Thesis.

Bilkent university: Turkey.

Dharma, H. N. C., Firdaus, S., Widiastuti, N. and Jaafar, J. 2021. Synthesis of Solid and Hollow TiO2 Nanofibers with Electrospinning Method. AIP Conference Proceedings 2349. Pp. 020030-1–020030-8.

Djerdj, I. and A. M. Tonejc. 2006. Structural Investigations of Nanocrystalline TiO2 Samples. Journal of Alloys and Compounds. Vol. 413. No. 1–2. Pp.

159–174.

Doshi, J. and Reneker, D. H. 1995. Electrospinning Process and Applications of Electrospun Fibers. Journal of Electrostatics. Vol. 35. No. 2 - 3. Pp. 151 - 160.

Escobar, E. A., Miguel, Á. V. Z., Salvador, A. H., Sergio, O. V. L., Omar, R. B., Víctor, J. G. Á. and Iván, C. R. 2010. Photocatalytic Reduction of Benzophenone on TiO2: Effect of Preparation Method and Reaction Conditions. Journal of the Mexican Chemical Society. Vol. 54. No. 3. Pp.

133-138.

Faccini, M., Borja, G., Boerrigter, M., Morillo Martín, D., Martìnez Crespiera, S., Vázquez-Campos, S., Aubouy, L., and Amantia, D. 2015. Electrospun Carbon Nanofiber Membranes for Filtration of Nanoparticles from Water.

Journal of Nanomaterials. Pp. 1 - 9.

Fong, H., Chun, I. and Reneker, D. 1999. Beaded Nanofibers Formed during Electrospinning. Polymer. Vol. 40. No. 16. Pp. 4585 - 4592.

Galkina, O. L., Vinogradov, V. V., Agafonov, A. V. and Vinogradov, A. V. 2011.

Surfactant assisted sol gel synthesis of TiO2 with uniform particle size distribution. International Journal of Inorganic Chemistry. Pp. 1–8.

Geltmeyer, J., De Roo, J., Van den Broeck, F., Martins, J. C., De Buysser, K. and De Clerck, K. 2015. The Influence of Tetraethoxysilane Sol Preparation on The Electrospinning of Silica Nanofibers. Journal of Sol-Gel Science and Technology. Vol. 77. No. 2. Pp. 453 - 462.

Griffin, B. J and Riessen, V. A. 1991. Scanning Electron Microscopy Course Note.

The University of Western Australia. Nedlands.

Haider, A., Haider, S. and Kang, I.-K. 2015. A Comprehensive Review Summarizing the Effect of Electrospinning Parameters and Potential Applications of Nanofibers in Biomedical and Biotechnology. Arabian Journal of Chemistry. Vol. 11. Pp. 1165 - 1188.

Hasan, M.M. 2013. A Systematic Study of Solubility of Physical Blowing Agents and Their Blends in Polymers and Their Nanocomposites. Dissertation.

Department of Mechanical and Industrial Engineering, University of Toronto.

Hayle, S. and Gonfa, G. 2014. Synthesis and Characterization of Titanium Oxide Nanomaterials Using Sol-Gel Method. Journal of Nanoscience and Nanotechnology. Vol. 2. No. 1. Pp. 1-7.

Hermawan, D. C., Haryati, T., and Supriyanto, E. 2017. Effect of Solvent and Template Size on The Structure TiO2. Berkala Sainstek. Vol. 5. No. 2. Pp.

91-93.

Horn, M., Schwerthfeger, C. F. and Mragher, E. P. 1972. Refinement of The Structure of Anatase at Several Temperatures. Zeitschrift fṻr Kristallographie. Vol. 136. Pp. 273-281.

Howard, C. J., Sabine, T. M. and Dickson, F. 1991. Structural and Thermal Parameters for Rutile and Anatase. Acta Crystallographica. Vol. 47. No. 4.

Pp. 462-468.

Hu, M., Fang, M., Tang, C., Yang, T., Huang, Z., Liu, Y., Wu, X. W. and Min, X.

2013. The Effect of Atmosphere and Calcined Temperature on Photocatalytic Activity of TiO2 Nanofibers Prepared by Electrospinning.

Nanoscale Research Letters. Vol. 8. No. 548.

Huang, Z.-M., Zhang, Y.-Z., Kotaki, M., and Ramakrishna, S. 2003. A Review on Polymer Nanofibers by Electrospinning and Their Applications in Nanocomposites. Composites Science and Technology. Vol. 63. No. 15. Pp.

2223–2253.

Hunter, B. A dan Howard, C. J. 1997. A Computer Program Rietveld Analysis of X-Ray and Neutron Powder Diffraction Patterns. Australian Nuclear Science and Technology Organization. Lucas Heights Research Laboratories: Australia.

Ichzan, N., Zharvan, V., Daniyati, R., Santoso, H., Yudoyono, G. dan Darminto.

2015. Pengaruh pH pada Pembentukan Nanopowder TiO2 Fase Anatase dan Sifat Fotokatalisnya. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Vol. 11. No. 2. Pp. 60- 63.

Junaedi dan Donny N. 2012. Perancangan Pembangkit Tegangan Tinggi Direct Current pada Sistem Electrospinning. Jurnal Batan. No. 9 – 10.

Junaedi dan Nurmayady, D. 2012. Perancangan Pembangkit Tegangan Tinggi Direct Current pada Sistem Electrospinning. ISSN 1979-2409. No. 09-10.

Kalayci, V.E. 2002. Electrostatic Solution Spinning. MS Thesis. University of Massachusetts: Dartmouth.

Kim, G. T., Lee, J. S., Shin, J. H., Ahn, Y. C., Hwang, Y. J., Shin, H. S., Lee, J. K., and Sung, C. M. 2005. Investigation of Pore Formation for Polystyrene

Electrospun Fiber: Effect of Relative Humidity. Korean Journal of Chemical Engineering. Vol. 22. Pp. 783 - 788.

Kim, H. W., Lee, H. H., and Knowles, J. C. 2006. Electrospinning Biomedical Nanocomposite Fibers of Hydroxyapatite/Poly (Lactic Acid) for Bone Regeneration. Journal of Biomedical Materials Research Part A. Vol. 79A.

No. 3. Pp. 643–649.

Kim, W. T., Park, D. C., Yang, W. H., Cho, C. H. and Choi, W. Y. 2021. Effects of Electrospinning Parameters on the Microstructure of PVP/TiO2 Nanofibers.

Nanomaterials. Vol. 11. No. 1616.

Kisi, E. H. 1994. Rietveld Analysis of Power Diffraction Pattern. Material Forum.

Kohn, Wehlage, Juhász Junger, and Ehrmann. 2019. Electrospinning a Dye- Sensitized Solar Cell. Catalysts. Vol. 9. No. 12. Pp. 975.

Kuchi, C. G.S., Harish, P. and Reddy, S. 2017. Effect of polymer concentration, needle diameter and annealing temperature on TiO2-PVP composite nanofibers synthesized by electrospinning technique. Ceramics International. Vol. 12. No. 138. Pp. 1-7.

Kurtoglu, M. 2011. Effect of Doping on the Photocatalytic, Electronic and Mechanical Properties of Sol-Gel Titanium Dioxide Films. Thesis. Dexel University: Philadelphia.

Lachman, L., Lieberman, H. A. and Kanig, J. L. 2008. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy. Terjemahan Siti Suyatmi. Edisi ke-3. Jilid II.

Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Landmann, M., Rauls, E. and Schimdt, W. G. 2012. The Electronic Structure and Optical Response of Rutile, Anatase and Brookite TiO2. Journal of Physics Condensed Matter. Vol. 24. No. 19. Pp. 1-6.

Lee, D. Y., Lee, M. H., Cho, N. I. and Song Y.S. 2009. Insertion of a TiO2 Buffer Layer for the Fixation of Electrospun TiO2 Nanofibers on Glass Substrates.

Journal of the Korean Physical Society. Vol. 55. No. 1. Pp. 84-88.

Li, J., Gao, F., Liu, Q.L. and Zhang, Z. 2013. Needleless electro-spun nanofibers used for filtration of small particles. Express Polymer Letters. Vol.7. No.8.

Pp. 683–689.

Li, J., Qiao, H., Du, Y., Chen, C., Li, X., Cui, J., Kumar, D. and Wei, Q. 2012.

Electrospinning Synthesis and Photocatalytic Activity. The Scientific World Journal. Pp. 1-7.

Li, Z., Zhang, H., Zheng, W., Wang, W., Huang, H., Wang, C., MacDiarmid, A. G.

and Wei, Y. 2008. Highly Sensitive and Stable Humidity Nanosensors

Dalam dokumen Selamat Datang - Digital Library (Halaman 50-54)

Dokumen terkait