• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT, INFAK DAN

B. Konsep Zakat, Infak dan Shadaqah Dalam Islam

1. Zakat

Zakat adalah satu rukun yang bercorak sosial-ekonomi dari lima rukun Islam. Dengan zakat disamping ikrar tauhid (syahadah) dan shalat, seseorang barulah sah masuk kedalam barisan Islam dan di akui keislamannya, sesuai dengan firman Allah Surah Taubah: 19

ْوُ باَت ْنِإَف ْمُكُناَوْخِإَف َةاَكَّزلا اْوُ تآَو َة َلََّصلا ا

دلا ِْفِ

ِنْي

“Tetapi bila mereka bertaubat, mendirikan shalat dan membayar zakat, barulah mereka saudara kalian seagama”27

Zakat sekalipun dibahas dalam pokok bahasan “ibadat”, karena dipandang bagian yang tidak terpisahkan dari shalat, sesungguhnya merupakan bagian sistem sosial-ekonomi Islam,

25 Kementrian Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat, Modul Penyuluhan Zakat, 2012, h.80

26 Ikit dkk, Zakat, Infak, Shodaqoh, Wakaf dan Hibah (ZISWAH) (solusi dalam Mengatasi Masalah Kemiskinan di Indonesia), h.117

27 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah, (Al- Mahira) Surah Taubah:19, h.188

dan oleh karena itu dibahas di dalam buku-buku tentanf strategi buku dan ekonomi Islam28

Zakat menurut bahasa ءامن berarti bertambah, ةرهط berarti pensucian dan ةكرب berarti berkah. Karena itu, setiap yang bertambah jumlahnya dan berkembang ukurannya, ia bisa disebut zakat. Adapun ungkapan zakka az-zar’u, yang berarti tanaman itu berkembang dan menjadi baik. Sedangkan pengertian zakat menurut istilah ialah beribadah karena Allah dengan cara mengeluarkan sebagian kewajiban berupa harta tertentu secara syar‟i untuk disalurkan kepada suatu golongan. Adapun hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian zakat menurut istilah adalah, sekalipun secara tekstual zakat dilihat dari aspek jumlahnya berkurang, namun hakikat zakat itu bisa menyebabkan harta itu bertambah, baik secara maknawi maupun secara kuantitas. Terkadang Allah membukakan pintu-pintu rezeki bagi seseorang yang belum pernah terbetik dalam sanubarinya.

Allah berbuat seperti itu tentu karena seorang tadi melaksanakan kewajiban terhadap harta yang Allah wajibkan atasnya. Allah berfirman, dalam Surah Ar-Rum (30): 39 :

ْنِم ْمُتْيَ تآ اَمَو ِوَّللا َدْنِع وُبْرَ ي َلََف ِساَّنلا ِلاَوْمَأ ِفِ َوُ بْرَ يِل اًبِر ْنِم ْمُتْيَ تآ اَمَو وُأَف ِوَّللا َوْجَو َنوُديِرُت ٍةاَكَز ( َنوُفِعْضُمْلا ُمُى َكِئَل

93 )

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah maka tidak bertambah dalam pandangan Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu

28 Yusuf Qardawi, Hukum Zakat Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat Berdasarkan Qur`an dan Hadits, Terj. Salman Harun Dkk (Jakarta, T. Mitra Kerjaya Indonesia, 2007), Cet. Kesepuluh, h.3

maksudkan untuk memperoleh wajah Allah maka itulah orang- orang yang melipatgandakan (pahalanya).29

dan dalam Surah Saba‟ (34): 39 :30

ُطُسْبَ ي بَِّر َّنِإ ْلُق ْنِم ْمُتْقَفْ نَأ اَمَو ُوَل ُرِدْقَ يَو ِهِداَبِع ْنِم ُءاَشَي ْنَمِل َقْز رلا

َيِقِزاَّرلا ُرْ يَخ َوُىَو ُوُفِلُْيُ َوُهَ ف ٍءْيَش

( 93 )

Katakanlah, “Sungguh Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.” Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya, dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik. 31

Selain itu terdapat hadits yang menganjurkan agar zakat dikeluarkan oleh orang kaya atau orang mampu kepada kaum yang kurang berdaya, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah SAW bersabda:

َثَعَ ب َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُولّلا ىَّلَص َِّبَِّنلا َّنَأ :اَمُهْ نَع ُللها َيِضَر ٍساَبَع ِنْبا ِنَع َ ف ،ِنَمَيْلا َلَِإ اًذاَعُم ِةَداَهَش َلَِإ ْمُهُعْدا( :َلاَق

ُلْوُسَر ْ نَِّأَو للها َّلاِإ َولِإَلا ْنَأ

ْمِهْيَلَع َضَرَ تْ فِدَق َللها َّنَأ ْمُهْمِلْعَأَف ،َكِلَذِل اْوُعاَطَأ ْمُهْ نِإَف ،ِللها َسَْخَ

َللها َّنَأ ْمُهْمِلْعَأَف ،َكِلَذِل اوُعاَطَأ ْمُهْ نِإَف ،ٍةَلْ يَلَو ٍمْوَ ي لُك ِْفِ ٍتاَوَلَص ْيَلَع َضَرَ تْ فا ىَلَع ٌّدَرُ تَو ْمِهِئاَيِنْغَأ ْنِم ُذَخْؤُ ت ،ْمِِلِاَوْمَأ ِْفِ ًةَقَدَص ْمِه

)ْمِهِئاَرَقُ ف

29 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah, (Al- Mahira) Surah Al-Rum: 39, h. 408

30 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah (Al- Mahira) surah Al-Saba‟: 39, h. 432

31 Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Fikih Zakat Kontemporer Soal Jawab Ihwal Zakat Dari Yang Klasik Hingga Yang Terkini, (Surakarta: Al- Qowam, 2011), cet. I, h. 11

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah mengurus Mu’adz ke Yaman, beliau bersabda, “serulah mereka agar bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan aku sebagai Rasul-Nya. Jika mereka mematuhi , beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan shalat kepada mereka, lima waktu sehari semalam. Jika mereka menaati, beritahukan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat atas harta mereka, zakat tersebut diambil dari oang-orang kaya dan dikembalikan kepada orang-orang yang fakir miskin.32

Secara umum, zakat bisa dirumuskan sebagai sebagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada oramg-orang tertentu dengan syarat- syarat tertentu. Syarat-syarat itu adalah nishab(jumlah minimum harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya), haul (jangka waktu yang tentukan bila seseorang wajib mengeluarkan zakat) harta, dan kadarnya (ukuran besarnya zakat yang harus dikeluarkan). Zakat merupakan nama bagi sebagian dari harta yang dikeluarkan oleh orang kaya untuk diberikan kepada saudara-saudaraya yang fakir, miskin, dan untuk kepentingan maslahat umat, yang meliputi penertiban masyarakat dan peningkatan taraf hidup umat.33

Kedudukan zakat sangat agung dalam Islam, bahkan ia adalah rukun yang teragung setelah shalat dan dua syahadat.

Kaum muslimin wajib membayarkannya kepada yang berhak.34 Sudah maklum diketahui bahwa zakat merupakan sebagaimana wajibnya rukun Islam yang lain. Namun perintah zakat ini

32 Imam Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Rohimi dan Zaenal Mutaqin, (Bandung, Jabal, 2017), Cet.kelima, h.214

33 M. Djamal Doa, Pengelolaan Zakat Oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan, (Jakarta: Nuansa Madani Publisher, 2004), cet.

pertama, h. 94-95

34 Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Fikih Zakat Kontemporer Soal Jawab Ihwal Zakat Dari Yang Klasik Hingga Yang Terkini, h. 6

memiliki persyaratan, yakni telah memiliki harta yang cukup satu nisab dan terpenuhinya masa kepemilikan penuh selama satu tahun. Persyaratan ini yang mengakibatkan tidak semua umat Islam, dapat menjalankan perintah zakat. Karena zakat merupakan suatu kewajiban yag telah jelas perintahnya, maka dalam Islam zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis. Kedudukan ini tidak saja menyangkut kepentingan muzakkai dan mustahik saja tetapi juga untuk kepentingan yang lebih luas.35

Zakat mempunyai banyak manfaat, diantaranya:

a. Sebagai sarana menghindari kesenjangan sosial yang mungkin dapat terjadi antara kaum aghniya dan dhuafa.

b. Sebagai sarana pembersihan harta dan juga ketamakan yang dapat terjadi serta dilakukan oleh orang yang jahat.

c. Sebagai pengembangan potensi umat dan menunjukkan bahwa umat Islam merupakan ummatan wahidan (umat yang satu), muswah (persamaan derajat), ukhuwah islamiyah (persaudaraan Islam), dan tafakul ijtima (tanggung jawab bersama).

d. Dukungan moral bagi mualaf.

e. Sebagai sarana pemberantasan penyakit iri hati bagi bagi mereka yang tidak punya.

f. Zakat menjadi salah satu unsur penting dalam “social distribution” yang menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang peduli dengan kehidupan umatnya sehari-hari.

35 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2011), cet. ketiga, h. 201

g. Sebagai sarana menyucikan diri dari perbuatan dosa.

h. Sebagai sarana dimensi sosial dan ekonomi yang penting dalam Islam sebagai ibadah “maliyah36

Yang dimaksud dengan tujuan zakat, dalam hubungan ini, adalah sasaran praktisnya. Tujuan tersebut, selain yang telah di singgung di atas, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari selitan hidup serta penderitaan.

b. Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para gharimin (orang yang berhutang), ibnu sabil, dan mustahik lainnya.

c. Membentangkan dan membina tali persadudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya

d. Menghilangkan sifat kikir dan atau loba pemilik harta

e. Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin.

f. Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin dalam suatu masyarakat.

g. Mengembangkan rasa tanggungjawab sosial pada diri seseorang, terutama pada mereka yang mempunyai harta.

h. Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan menyerahkan hak orang lain yang ada padanya.

i. Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai keadilan sosial.37

36 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), cet. ke-2, h. 298

2. Infaq

Infak berasal dari kata nafaqa, yang berarti sesuatu yang telah berlaku atau habis, baik dengan sebab dijual, dirusak, atau karena meninggal. Selain itu kata infaq terkadang berkaitan dengan sesuatu yang dilakukan secara wajib atau sunnah. Menurut terminologi syariah, infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta pendapatan atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperuntukan ajaran Islam. Jika zakat ada nisabnya, infaq tidak mengenal nisab. Infaq bukan lagi merupakan kewajiban yang bersifat sunnah seperti yang dipahami masyarakat secara luas, tetapi kewajiban yang bersifat fardhu kifayah, karena harus dikeluarkan baik dalam keadaan kesempitan maupun kelapangan.38

Untuk itu dapat dikatakan, bahwa infak adalah sesuatu yang digunakan untuk keperluan kehidupan manusia.

Sebagaimana kita maklumi bersama , bahwasanya yang paling utama dari nafkah (kebutuhan hidup) itu adalah berupa sandang, pangan, papan ataupun hal lainnya yang menjadi kebutuhan bagi manusia.39

Dalam Al-Qur`an beberapa ketentuan yang harus dilakukan dalam berinfak, di antaranya, sebagai berikut:40

37 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-Press, 2006), cet. pertama, h.40

38 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Jakarta: PT.

Grasindo, 2007), Cet. Pertama, h.6

39 Ikit dkk, Zakat, Infak, Shodaqoh, Wakaf dan Hibah (ZISWAH) (solusi dalam Mengatasi Masalah Kemiskinan di Indonesia), h.122

40 Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf, (PT Citra Aditya Bakti, 2016), cet. ke-1, h. 121

a. Harus didahulukan kepada orang-orang yang memilii hubungan dekat dengan orang yang berinfak. Misalnya, kedua orang tua, kerabat cekat dan seterusnya.

b. Setelah itu kepada anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang yang sedang berada dalam perjalanan.

Ketentuan tersebut didasarkan pada firman Allah Swt.

dalam Al-Qur`an QS. Al-Baqarah (2): 21541

َيِبَرْ قَْلْاَو ِنْيَدِلاَوْلِلَف ٍْيَْخ ْنِم ْمُتْقَفْ نَأ اَم ْلُق َنوُقِفْنُ ي اَذاَم َكَنوُلَأْسَي ٌميِلَع ِوِب َوَّللا َّنِإَف ٍْيَْخ ْنِم اوُلَعْفَ ت اَمَو ِليِبَّسلا ِنْباَو ِيِكاَسَمْلاَو ىَماَتَيْلاَو ( 512 )

Mereka bertanya kepada kepada (Muhammad) , tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui.

3. Shadaqoh

Menurut bahasa, sedekah berasal dari lafadz

- ُقُدْصَي - َقَدَص اًقْدِص

yang artinya benar. Dalam sebuah hadist Rasulullah Saw bersabda: washshodaqotu burhaanun yang bermakna dalil, bukti kesejatian dan kebenaran iman seseorang. Sedangkan menurut istilah, sedekah adalah pemberian harta secara sunnah kepada orang yang membutuhkan dengan tujuan taqarrub kepada Allah

41 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah (Al- Mahira) surah Al-Baqarah: 215, h. 33

Swt. UU zakat memberikan pengertian sedekah yang lebih operasional yaitu harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum.42 Sedekah adalah suatu akad pemberian suatu benda oleh seseorang kepada orang lain karena mengharapkan keridhaan dan pahala dari Allah Swt. Dan tidak mengharapkan sesuatu imbalan jasa atau penggantian.43 Shadaqah merupakan pengertian yang luas, dimana terbagi menjadi dua yang bersifat materi atau fisik serta yang bersifat non fisik, yang terbagi menjadi dua:

a. Fardhu (wajib)

1) Fardhu „ain (perorangan) adalah zakat yang terdiri dari zakat fitrah (zakat yang diperuntukkan atas diri atau jiwa) dan zakat maal (zakat yang berlaku atas harta manusia) 2) Fardhu kifayah adalah infak.

b. Sunah adalah sedekah44, menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, sedekah adalah barang yang diberikan, semata-mata karena mengaharap pahala.45

Rukun sedekah sebagai berikut:

a. Pihak yang bersedekah b. Penerima sedekah

c. Benda yang disedekahkan d. Shighat ijab dan kabul46

42 Oni Sahroni dkk, Fikih Zakat Kontemporer, (Depok: PT Rajagrafindo Persada, 2018), cet. pertama, h.4-5

43 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), cet. ke-1, h. 344

44 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah,h. 347-348

45 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 675 ayat (9)

4. Perintah Berzakat, Anjuran Berinfak dan Bersedekah

Selain dikutibkan dasar-dasar hukum yang mewajibkan zakat, tentu ada manfaatnya mana kala dikemukakan pula sejumlah ayat atau hadist yang amat sangat menganjurkan supaya berinfaknya dan bersedekah yang hukumnya sunnah muakkadah di samping menunaikan zakat yang hukumnya wajib. Lebih dari itu bahkan ada ancaman tersendiri terhadap orang yang enggan mengeluarkan infak dan sedekah secara suka rela, apalagi terhadap orang yang terang-terangan mengingkari hukum wajib zakat dan membangkang pembayarannya. Ayat atau hadits di maksud diantaranya adalah sebagai berikut:47

a. Perintah Berzakat

Dalil Al-Qur`an: Al-Baqarah (2): 11048

َّنِإ ِوَّللا َدْنِع ُهوُدَِتَ ٍْيَْخ ْنِم ْمُكِسُفْ نَِلْ اوُم دَقُ ت اَمَو َةاَكَّزلا اوُتآَو َة َلََّصلا اوُميِقَأَو َنوُلَمْعَ ت اَِبِ َوَّللا ( ٌيِْصَب

111 )

Dan laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

Dalil Al-Qur`an: Al-Baqarah (2): 27749

46 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, h. 347-345

47 Muhammad Amin Suma, Sinergi Fikih & Hukum Zakat Dari Zaman Klasik Hingga Kontemporer, (Ciputat: Kholam Publishing, 2019), cet.pertama, h. 72

48 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah (Al- Mahira) Surah Al-Baqarah: 210, h. 33

49 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah (Al- Mahira) Surah Al-Baqarah: 277, h. 47

َدْنِع ْمُىُرْجَأ ْمَُلِ َةاَكَّزلا اُوَ تآَو َة َلََّصلا اوُماَقَأَو ِتاَِلِاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَمآ َنيِذَّلا َّنِإ ( َنوُنَزَْيَ ْمُى َلاَو ْمِهْيَلَع ٌفْوَخ َلاَو ْمِ بَِّر 522

)

Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala disisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut kepada mereka dan mereka tidak bersedih hati.

b. Anjuran Berinfak

Dalil Al-Qur`an: Al-Baqarah (2): 26150

ِلَثَمَك ِوَّللا ِليِبَس ِفِ ْمَُلِاَوْمَأ َنوُقِفْنُ ي َنيِذَّلا ُلَثَم َلِباَنَس َعْبَس ْتَتَبْ نَأ ٍةَّبَح

ٌميِلَع ٌعِساَو ُوَّللاَو ُءاَشَي ْنَمِل ُفِعاَضُي ُوَّللاَو ٍةَّبَح ُةَئاِم ٍةَلُ بْنُس لُك ِفِ

( 561 )

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Allah Maha Mengetahui.

c. Anjuran Bersedekah

Dalil Al-Qur`an: Al-Baqarah (2): 27151

اَىوُفُْتُ ْنِإَو َيِى اَّمِعِنَف ِتاَقَدَّصلا اوُدْبُ ت ْنِإ ْمُكَل ٌرْ يَخ َوُهَ ف َءاَرَقُفْلا اَىوُتْؤُ تَو

( ٌيِْبَخ َنوُلَمْعَ ت اَِبِ ُوَّللاَو ْمُكِتاَئ يَس ْنِم ْمُكْنَع ُر فَكُيَو 521

)

50 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah (Al- Mahira) Surah Al-Baqarah: 261, h. 45

51 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur`an Terjemah (Al- Mahira) Surah Al-Baqarah: 215, h. 46

Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik.

Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada oramg-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus ebagian dosa-dosamu. Dan Allah Mahateliti dengan apa yang kamu kerjakan.

5. Manfaat Dan Tujuan Umum ZIS

Dana ZIS, sudah tentu bermanfaat bagi banyak pihak.

Terutama para mustahik dan bahkan para muzaki, munfik, dan mutasadik sendiri. Di antara manfaat dana ZIS ialah turut memberikan kesejahteraan dalam konteksnya yang lebih luas kepada para mustahik khususnya fukara dan masakin dari sekedar memberikan makan dan minum yang bersifat konsumtif; akan tetapi lebih dari itu juga bisa dilakukan dalam konteks memberikan kesejahteraan yang lebih lama sifatnya. Termasuk di dalam pendidikan, kesehatan, dan lain-lain terutama terkait dengan pemenuhan kebutuhan pokok/ primer. Maksud dari kata- kata produktif bisa difahami dalam teks maupun konteksnya yang lebih luas baik berkenaan dengan usaha yang bersifat material maupun yang non material misalnya bidang keilmuan atau kesehatan yang bisa meliputi kesehatan fisik-jasmani maupun kesehatan mental-rohani.52

Menyucikan jiwa muzaki dari sifat dan watak pelit dan kikir, serta pengawasan (pengendalian) cinta buta (kerakusan) terhadap harta untuk mengembalikan kepada jiwa yang suka memberi, dermawan dan mulia:

52 Muhammad Amin Suma, Sinergi Fikih & Hukum Zakat Dari Zaman Klasik Hingga Kontemporer, h. 79

a. Membersihkan harta si kaya dari hal-hal yang minimalnya syubhat yang melekat terhadap harta itu sendiri.

b. Membersih-sucikan orang-orang fakir dan miskin dari mendendam dan cemburu terhadap orang-orang kaya

c. Menumbuh kembangkan harta orang kaya dengan sebab keberkahan yang melekat di dalamnya atas doa-doa orang fakir dan miskin serta ridha Allah; sebagaimana kita dianjurkan untuk mendoakan para muzaki setiap kali mereka membayarkan zakatnya, dan sudah melegenda di kalangan kaum fakir-miskin yang selalu mendoa tatkala kita serahkan harta zakat kepada mereka

d. Menggugah (merangsang) para pemilik harta dalam bekerja keras dan semangat untuk memperbanyak atau melipat gandakan usaha ekonomi dengan berbagai jenis kerja atau usaha

e. Merealisasikan jamninan sosial kemasyarakatan dengan berbagai bentuknya misalnya semisal pengentasan kemiskinan, meningkatkan pendidikan dan keterampilan, memperluas lapengan pekerjaan, kesehatan dll.

f. Memperkokoh solidaritas dan soliditas para pemimpin negara dan pemerintahan (nasional/pusat maupun daerah) dengan rakyat anak bangsa yang tercipta ats dasar kerelaan dan kesetia-kawanan sosial

g. Menguatkan realisasi kebahagiaan kaum muslimin di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak53

53 Muhammad Amin Suma, Sinergi Fikih & Hukum Zakat Dari Zaman Klasik Hingga Kontemporer, h.78

6. Persamaan dan Perbedaan antara Zakat, Infak dan Sedekah Antara sedekah dan infak mempunyai beberapa persamaan, yaitu sama-sama memberikan atau mendermakan sesuatu kepada orang lain. Sedang perbedaannya adalah terletak dalam hal waktu pengeluaran. Pada infak waktu pengeluarannya adalah disaat mendapat rezeki dari Allah Swt.dan tanpa ditentukan kadar jumlah yang harus dikeluarkan. Sedangkan pada sedekah tidak ada ketentuan waktunya, demikian pula tidak ada ketentuan mengenai jumlah ataupun peruntukannya.54

Sedekah dan zakat memiliki perbedaan. Untuk mempermudahkan perbedaan tersebut maka dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Perbedaan zakat dan sedekah

No. Zakat Sedekah

1. Zakat merupakan derma yang diwajibkan

Sedangkan sedekah adalah sukarela

2. Zakat dikumpulkan oleh pemerintah sebagai suatu pungutan wajib.

Sedangkan sedekah adalah dibayarkan sukarela 3.

Jumlah dan nisab zakat ditentukan.

Sedangkan jumlah sedekah sepenuhnya bergantung pada keinginan orang yang menyumbangnya.

54 Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf, h.

143

Sumber: Mardani, Hukum Islam: Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf

Sedekah mempunyai cakupan yang sangat luas dan digunakan dalam Al-Qur`an untuk mencakup segala jenis sumbangan. Sedekah berarti memberi derma untuk mematuhi hukum dimana kata zakat digunakan dalam Al-Qur`an dan Sunnah. Zakat disebut juga sedekah karena zakat merupakan sejenis derma yang diwajibkan.

56 BAB III

PENDAYAGUNAAN ZIS UNTUK PENDIDIKAN PADA BAZNAS (BAZIS) PROVINSI DKI JAKARTA

A. Profil BAZNAS (Bazis) Provinsi DKI Jakarta 1. Sejarah

Jauh sebelum lahirnya UU No. 38/1999 tentang pengelolaan zakat, dimana di dalamnya terdapat ketentuan bahwa pemerintah baik pusat maupun daerah berkewajiban untuk memfasilitasi terbentuknya Badan Amil Zakat (baik Nasional, yaitu BAZNAS, maupun daerah, yaitu BAZDA), pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah mendirikan Badan Amil Zakat.

Seseorang akan disebut saleh ketika rajin melaksanakan ritual vertikal seperti shalat, puas, haji dan lain-lain. Darisinilah pemahaman tentang kesalehan atau ketaatan pada agama Islam selalu identik dengan ibadah individual-vertikal. Memang tidak salah, menyebut hal itu sebagai bentuk kesalehan atau ketaatan seseorang pada agama. Tetapi dengan pemahaman itu akan mempersempit makna agama. Karena agama yang diturunkan Tuhan untuk manusia, sesungguhnya juga mengandung dimensi sosial-horisontal. Artinya, Tuhan menurunkan agama dengan segala perangkatnya juga mengatur hubungan sesama makhluk- Nya.

Dalam Al-Qur`an, kata zakat selalu disebut bersamaan dengan kata shalat sebantyak 82 kali1. Namun kesadaran akan arti penting keduanya belum mendapat posisi yang seimbang. Banyak

1 BAZIS DKI, Pengelolaan Zakat dan Infaq / Shadaqah di DKI Jakarta, (Jakarta, BAZIS DKI, 1999), hal. 3

orang yang rajin mendirikan shalat, namun belum diimabngi dengan kesadaran berzakat. Bahkan bila dilihat lebh jauh, perhatian kepada zakat lebih rendah dibandingkan dengan perhatian kepada ibadah yang lain seperti shalat,puasa dan haji.

Sebagian umat Islam lebih tergerak mengerjakan rukun pribadi ketimbang rukun masyarakat, dan kondisi ini lebh parah karena bukan dalam arti yang mengerjakan rukun pribadi, jumlahnya lebih banyak yang terjadi adalah paradoksal didalam tubuh mereka. Karena, disatu sisi mereka taat melaksanakan Rukun Pribadi, namun dalam waktu yang bersamaan mereka cenderung mengabaikan Rukun Masyaraka.

Bila dilihat ke sejarah perzakatan di Indonesia, sebenarnya usaha-usaha agar zakat dikelola dengan baik sudah pernah dilakukan. Upaya itu sudah dimulai sekitar tahun 1950-an.

Misalnya dengan melahirkan berbagai peraturan-peraturan tentang zakat. Tetapi upaya ini belum menuai hasil yang membanggakan.

Sebelum kemerdekaan upaya mengumpulkan zakat sudah dilakukan oleh organisasi-organisasi Islam, lembaga dakwah, majelis ta’lim dan pondok pesantren. Namun secara resmi belum ada peraturan pemerintah yang secara khusus mengatur masalah zakat. Pada tahun 1960-an, pembahasan tentang peraturan mengenai pelaksaan dan pengumpulan zakat di Indonesia mulai menghasilkansatu peraturan. Kemajuan ini tepatnya terjadi mulai tahun 1968 ketika sebelas tokoh ulama nasional menyerukan pelaksanaan zakat. Seruan ini pun disambut dan direspon secara positif oleh presiden RI saat itu.

Pada tahun 1968 inilah pemikiran tentang perlunya Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) di Indonesia mulai terealisasikan. Awal tahun 1968, pada “Seminar Zakat” yang diselenggarakan oleh Lembaga Research dan Work Shop Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah di Jakarta Presiden Republik Indonesia untuk pertama kali menghimbau masyarakat untuk melaksanakan zakat secara kongkrit. Dalam pidatonya beliau berpesan:

“Saya ingin memulai lagi bahwa pengumpulan zakat secara besar-besaran yang saya serukan itu, saya maksudkan sebagai ajakan seorang muslim untuk mengamalkan secara kongkrit ajaran-ajaran Islam bagi kemajuan umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya” (Pemda DKI, Pedoman 1992; 109)

Setelah itu, di istana Negara pada acara Isra’ Mi’raj tanggal 26 Oktober 1968 Presiden RI secara langsung menyerukan palaksanaan zakat untuk menunjang pembangunan.

Pada saat yang sama, Presiden RI juga menyatakan kesediaan untuk menjadi amil zakat tingkat nasional.

Untuk mengintensifkan pelaksanaan zakat tersebut dikeluarkan surat perintah Presiden No. 07/POIN/10/1968 tanggal 31 Oktober 1968 kepada Meyjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar Hamid, dan Kol. Inf. Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses administrasi dan tata usaha penerimaan zakat secara nasional. Berbagai kalangan masyarakat menyambut baik seruan ini. Tidak lama setelah itu, beberapa Gubernur Kepala Daerah mengeluarkan keputusan untuk mendirikan LPZ di daerah masing-masing.

Dokumen terkait