• Tidak ada hasil yang ditemukan

ٍ ُْ ْ ٍ ْ ٍا َ ٍا ُ ا لُ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ٍ ُْ ْ ٍ ْ ٍا َ ٍا ُ ا لُ"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

Islam menghalalkan jual beli karena jual beli diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat sebagai sarana gotong royong antar sesama manusia. Selain ayat Al-Qur'an dan hadis di atas, ada lagi dasar hukum jual beli yaitu ijma'. Para ulama sepakat bahwa jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain.

Sedangkan menurut jumhur ulama, rukun jual beli terdiri atas akad (ija>b dan kabu>l), aqid (penjual dan pembeli), ma'kud'ala>ih (objek akad). Ija>b dalam jual beli dapat dilakukan oleh pembeli dan penjual sebagaimana kabu>l dapat dilakukan baik oleh penjual maupun pembeli. Para ulama fiqih sepakat bahwa unsur utama dalam jual beli adalah kemauan kedua belah pihak, kemauan kedua belah pihak terlihat dari kerelaan dan kabul yang telah terjadi.

Jika dalam akad jual beli disebutkan ija>b qabu>l, maka pemilik barang atau uang telah berpindah tangan dari pemilik aslinya. Para ulama sepakat untuk mengecualikan kewajiban ija>b-kabu>l atas pembelian dan penjualan barang-barang bernilai kecil yang biasa terjadi dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti jual beli. Syarat lain bagi subjek atau orang yang melakukan perbuatan hukum jual beli adalah sudah cukup umur atau sudah dewasa.

Dalam kerangka KUH Perdata, adanya tidak terbayarnya menimbulkan tuntutan ganti rugi, serta berakhirnya perjanjian jual beli.

Syarat Jual Beli

Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, maka dapat dibuat suatu perjanjian jual beli dan harus selalu didasarkan pada kesepakatan antara penjual dan pembeli. Dalam surat al-Baqarah ayat 257 juga disebutkan bahwa “Allah menghalalkan jual beli dan haramnya riba”. Bahwa dalam ajaran Islam diharamkan memperjualbelikan barang yang mengandung unsur najis atau barang yang asli.

Madzhab Zahiri mengecualikan barang-barang yang sebenarnya najis tetapi mengandung manfaat dan tidak dikonsumsi serta dapat diperdagangkan. Bahwa barang yang menjadi pokok perjanjian jual beli harus sah menjadi milik penjual. Jual beli barang yang bukan miliknya secara sah adalah tidak sah.

Dalam arti barang tersebut pada saat ini sudah ada, bentuk dan jumlahnya diketahui pada saat berakhirnya akad jual beli, atau sudah ada sesuai dengan tanggal penyerahan yang dijanjikan (bila jual beli dengan sistem pemesanan). Hal ini berdasarkan ketentuan hadis riwayat Ahmad dari Ibnu Mas’ud r.a yaitu: “Janganlah membeli ikan yang ada di dalam air, sesungguhnya itu adalah penipuan”. Artinya barang yang akan diperjualbelikan harus mengetahui dengan jelas spesifikasi, jumlah, berat dan kualitasnya.

Ini merupakan syarat yang harus dipenuhi karena jika tidak maka akan termasuk gharar, unsur yang diharamkan dalam Islam. Artinya, perjanjian yang menjadi pokok perjanjian jual beli harus benar-benar berada di bawah penguasaan penjual. Sehingga apabila terjadi jual beli atas barang penjual yang dikuasai orang lain sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan kerugian bagi pembeli.

Dengan kata lain lafadz adalah ungkapan yang diucapkan oleh orang yang mengadakan akad untuk menunjukkan keinginannya menyampaikan kesan bahwa akad telah terjadi. Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimi>jah, beliau berpendapat: “Jual beli itu halal dengan segala ekspresi dan perbuatan yang dianggap orang sebagai jual beli, karena Allah SWT tidak mengharuskan kita menggunakan ungkapan tertentu, melainkan hanya menunjukkan isinya. .

Macam Jual Beli

Para ulama fiqh sepakat bahwa jual beli barang yang tidak ada adalah tidak sah. Seperti halnya jual beli burung di udara atau ikan di air tidak berdasarkan ketentuan syara. Jual beli sesuai dengan ketentuan syariah pada asalnya, namun tidak sesuai dengan syariah sifatnya.

Seperti jual beli yang dilakukan oleh muma>yyiz, jual beli dengan mukh}adharah, jual beli secara gharar. Menurut mereka, jual beli terbahagi kepada dua iaitu, jual beli tulen dan jual beli tidak sah. Sebaliknya, jika salah satu rukun atau syarat jual beli tidak dipenuhi, maka jual beli tersebut batal.

Jual beli sperma hewan, seperti mengawinkan domba jantan dengan betina untuk menghasilkan keturunan. Jual beli mukha>darah adalah menjual buah-buahan yang tidak layak dipanen atau dipetik. Jual Beli muna>badzah yaitu jual beli dengan cara melempar, sebagaimana ada yang berkata: “Lemparkan padaku apa yang kamu punya, nanti.

Jual beli dengan syarat (iwa>dh mahju>l), jual beli dengan cara ini sama saja dengan jual beli dengan menentukan dua harga, hanya saja disini dianggap syarat jika ada yang mengatakan “Saya menjual rumah saya dengan ekor ini kepadamu dengan syarat kamu menjual mobil itu kepadaku". Jual Beli Gharar, yaitu jual beli secara tidak menentu dimana keadaan barangnya tidak dapat diketahui, sehingga ada kemungkinan terjadinya kecurangan, seperti hewan yang masih di dalam kandungan, ikan dalam air basi, daging sebelum disembelih dll. 36 Hal ini dilarang dalam Islam karena Rasulullah SAW Artinya : “Janganlah membeli ikan dalam air karena jual beli tersebut gharar (penipuan)”.

Khiyar Dalam Jual Beli

Khiyar „Aib adalah pilihan kedua-dua pihak yang melakukan akad, apabila terdapat kecacatan pada barang yang dijual dan kecacatan itu tidak diketahui pemiliknya pada masa akad. Jika harta yang dipersetujui bersama dalam kontrak tidak sesuai pada masa penerimaan barang, pembeli berhak memutuskan sama ada meneruskan kontrak atau tidak, atau boleh diganti berdasarkan harta yang dipersetujui terlebih dahulu. . Tujuan khiyar ini adalah supaya jual beli tidak merugikan mana-mana pihak, dan unsur keadilan dan kerelaan itu sebenarnya tercipta dalam akad jual beli (transaksi).

Penetapan Harga

Ia menolak adanya intervensi harga jika terjadi perubahan harga karena mekanisme pasar yang adil, namun pasar disini memerlukan moralitas yang meliputi: persaingan yang sehat (fair play), kejujuran (honesty, transparansi) dan keadilan (justice). .. Para hakim pada umumnya berpendapat bahwa harga sesuatu yang adil adalah harga yang dibayarkan untuk barang yang sama, yang diberikan pada waktu dan tempat penyerahannya. Hal ini terutama diperlukan jika kebijakan tersebut dianggap lebih adil bagi rakyat.42 Ada juga ahli yang berpendapat bahwa penetapan harga diperbolehkan terhadap barang-barang produksi BUMN, seperti bahan bakar, listrik, telepon, air bersih dan sejenisnya. .43 Penentuan harga mengacu pada penentuan harga beli dan jual suatu barang dari negara. serta larangan menjual barang-barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga yang ditentukan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjelaskan, harga pasar adalah harga yang dibayarkan dalam suatu transaksi barang dan jasa berdasarkan perjanjian antara penjual dan pembeli. Dengan harga yang wajar maka kedua belah pihak saling memperoleh kepuasan dan tidak ada pihak yang dirugikan. Dalam sejarah Islam, penetapan harga yang adil telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan masyarakat Madinah dalam berbagai bidang.

Misalnya, dalam kasus seorang majikan membebaskan budaknya, sang majikan tetap menerima kompensasi yang adil. Terjaganya sistem harga yang adil bagi Rasulullah SAW adalah terpeliharanya keadilan dalam berbagai bidang, termasuk dalam kegiatan perekonomian. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya gangguan pada mekanisme pasar atau karena adanya informasi penting mengenai suatu transaksi yang tidak diketahui oleh salah satu pihak.

Menurut Ibnu Taimi>yah, ketika dijelaskan harga yang adil selalu berkaitan dengan dua hal, yaitu: Pertama, kesetaraan kompensasi dan Kedua, kesetaraan harga. Menurut Ibnu Taimi>yah, ganti rugi yang setara akan diukur menurut jumlah benda tertentu yang digunakan secara umum. Dengan kata lain, harga ditentukan oleh kekuatan pasar yang beroperasi secara bebas antara penawaran dan permintaan.

Mengenai perbedaan antara kompensasi yang setara dan harga yang setara, ia menjelaskan: “Ada dua jenis kuantitas yang dicatat dalam kontrak. Hal ini nampaknya jelas, karena kompensasi yang setara menurut Ibnu Taimi>yah relatif merupakan fenomena yang bertahan lama akibat terbentuknya kebiasaan. Sedangkan harga ekuivalennya berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh pertimbangan kekuatan supply dan demand serta dipengaruhi juga oleh keinginan dan kebutuhan masyarakat.

Pembatalan Jual Beli

Manfaat dan Hikmah Jual Beli 1. Manfaat jual beli

Referensi