Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar etika dapat dipahami dan diterapkan oleh seluruh anggota organisasi (Sunarto, 2013: 4). Etika organisasi yang disepakati harus dibuat dalam bentuk tertulis dan disosialisasikan kepada seluruh anggota organisasi, mulai dari staf di tingkat paling bawah hingga manajemen puncak. Jika tidak ditulis dan disosialisasikan, maka tidak banyak anggota organisasi yang mengetahui etika organisasi yang benar dan harus dilaksanakan.
Langkah yang tidak kalah pentingnya adalah dengan memberikan pelatihan pemahaman dan penerapan etika organisasi berkelanjutan kepada seluruh anggota organisasi. Pelatihan penerapan etika hendaknya diberikan secara berkala agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya benar-benar dipahami dan diterapkan oleh seluruh anggota organisasi.
Pentingnya Etika Dalam organisasi
Pegawai akan merasa diperlakukan secara adil dan akan merasa bersyukur atas kedudukan yang telah diraihnya apabila etika organisasi dapat ditegakkan secara konsisten oleh manajemen dalam organisasi. Kumpulan nilai-nilai ini biasanya dijadikan acuan dan dianggap sebagai prinsip etika atau moral. Pemahaman tentang benar dan salah inilah yang menggarisbawahi perlunya etika dalam organisasi, yaitu untuk membantu menjamin pemahaman yang benar tentang kehidupan organisasi.
Beberapa alasan mengapa norma moral dan etika diperlukan dalam organisasi (termasuk Siagian dalam modul pelatihan PIM IV (LAN-2008). Dapat dikatakan bahwa etika berhubungan langsung dengan sistem nilai kemanusiaan, etika mendorong tumbuhnya naluri moral. , penting nilai-nilai kehidupan dan menginspirasi masyarakat untuk menemukan dan menggunakan nilai-nilai tersebut bersama-sama demi kesejahteraan dan perdamaian umat manusia.
Good University Governance
Pengertian Good University Governance
Lebih lanjut kutipan tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat konsep serupa bagi perguruan tinggi, yaitu tata kelola universitas yang baik. Selain itu, dapat dikatakan bahwa tata kelola universitas yang baik adalah perilaku, cara atau cara yang digunakan oleh suatu perguruan tinggi untuk mendayagunakan semaksimal mungkin seluruh potensi dan unsur yang dimilikinya (Dikti-Depdiknas, 2004 dalam Siringoringo, 2012: 4). Singkatnya, tata kelola universitas yang baik adalah serangkaian mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu universitas agar operasional universitas atau perguruan tinggi terlaksana sesuai dengan harapan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder).
Dari berbagai pernyataan di atas tentang pentingnya good university governance, maka dapat disimpulkan bahwa good university governance merupakan suatu proses, sistem atau metode. Agar pengembangan mutu pendidikan tinggi dapat tercapai dengan sukses dan efektif, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip manajemen universitas yang baik, seperti dalam penelitian Sumarni (2009: 183).
Prinsip-prinsip Good University Governance .1 Transparansi (transparency)
Transparansi, yaitu keterbukaan dalam pelaksanaan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam penyajian materi dan informasi yang relevan. Sedangkan menurut Muhi (2010:7) Perguruan tinggi sebagai suatu industri mempunyai tanggung jawab atas kewajiban keterbukaan informasi dan memberikan informasi kepada pemangku kepentingan agar kedudukan dan kepengurusan korporasi (perguruan tinggi) dapat mencerminkan kondisi nyata dan harapan terhadap pendidikan tinggi di dunia. masa depan. Untuk meningkatkan transparansi bagi seluruh mitra kerja, perguruan tinggi dapat menerapkan aplikasi pengadaan elektronik dan tender elektronik (e-auction) serta menerapkan modul manajemen pemasok dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Independensi adalah suatu keadaan dimana suatu organisasi dikelola secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan dan pengaruh tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip-prinsip organisasi yang sehat (Sumarni, 2009: 183). Menurut Muhi (2010:8) Untuk menjaga akuntabilitas perlu diperjelas fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban seluruh organ dalam organisasi, sehingga pengelolaan kelembagaan terlaksana secara efisien. Fokus pada tanggung jawab kepemimpinan terhadap bawahan dalam pengambilan keputusan atau akuntabilitas rekan di pendidikan tinggi.
Tata cara pengelolaan keuangan lembaga disesuaikan dengan kebutuhan lembaga/universitas, misalnya dengan memperhatikan efisiensi, desentralisasi, transparansi dan akuntabilitas. Muhi (2010:8) menyatakan bahwa dalam pengelolaan institusi pendidikan tinggi, perguruan tinggi harus selalu mengutamakan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip institusi yang sehat dan berkualitas. Dapat kita simpulkan bahwa pentingnya penegakan tanggung jawab dalam pendidikan tinggi, agar setiap tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki oleh seorang individu dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Keadilan, yaitu keadilan dan kesetaraan dalam pemenuhan hak-hak pemangku kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Muhi (2010:8), dalam melakukan sosialisasi, perguruan tinggi dapat menerapkan perlakuan yang sama kepada seluruh civitas akademika. Atau keadilan adalah perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk memastikan bahwa perusahaan dikelola secara cermat demi kepentingan pemangku kepentingan secara adil dan terhindar dari terjadinya praktik bisnis yang merugikan seperti penipuan (Fadillah ), 2012: 82).
Manfaat Good University Governance
Kinerja Organisasi
Pengertian Kinerja Organisasi
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa GUG secara tidak langsung juga dapat mencegah terjadinya kecurangan dan penyalahgunaan wewenang. Berdasarkan berbagai pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa kinerja organisasi adalah tercapainya kegiatan atau kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi, dimana kegiatan tersebut menjadi tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Organisasi
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi kinerja organisasi, faktor tersebut bisa bersifat fisik maupun non fisik yang terlihat dari internal dan eksternal organisasi, dan berikut pernyataan Tangkilsan dalam Sembiring dalam klasifikasi eksternal dan internal. faktor organisasi yang mempengaruhi kinerja organisasi. . Faktor politik yaitu hal-hal yang berkaitan dengan perimbangan kekuasaan negara yang mempengaruhi keamanan dan ketertiban yang akan mempengaruhi ketenangan organisasi agar dapat berfungsi secara maksimal. Faktor ekonomi yaitu tingkat perkembangan perekonomian yang mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat sebagai daya beli untuk menggerakkan sektor lain sebagai suatu sistem perekonomian yang lebih luas.
Tujuan organisasi yaitu apa yang ingin dicapai oleh suatu organisasi dan apa yang ingin dihasilkannya. Sumber daya manusia yaitu kualitas dan pengelolaan anggota organisasi sebagai penggerak jalannya organisasi secara keseluruhan.
Pengukuran Kinerja Organisasi .1 Pengertian Pengukuran Kinerja
Sistem pengukuran kinerja bertujuan untuk meningkatkan hasil usaha karyawan dengan menghubungkannya dengan tujuan organisasi. Pengukuran kinerja merupakan sarana bagi pegawai untuk mempelajari bagaimana seharusnya bertindak dan memberikan dasar untuk mengubah perilaku, sikap, keterampilan atau pengetahuan kerja yang harus dimiliki pegawai. Penerapan sistem pengukuran kinerja jangka panjang bertujuan untuk membentuk budaya kinerja dalam organisasi.
Budaya kinerja atau performance culture dapat tercipta jika sistem pengukuran kinerja mampu menciptakan suasana organisasi sehingga diharapkan setiap orang dalam organisasi dapat berprestasi. Kinerja saat ini harus lebih baik dari kinerja masa lalu, dan kinerja masa depan harus lebih baik dari sekarang. Pengukuran kinerja bertujuan untuk memberikan landasan sistematis bagi manajer untuk memberikan imbalan, misalnya kenaikan gaji, tunjangan dan promosi, atau hukuman, misalnya pemutusan hubungan kerja, penangguhan promosi dan teguran.
Dengan pengukuran kinerja yang dikaitkan dengan manajemen kompensasi, maka karyawan yang berkinerja tinggi akan menerima imbalan. Penghargaan ini memotivasi karyawan untuk bekerja lebih tinggi dengan harapan bahwa kinerja yang lebih tinggi akan menghasilkan kompensasi yang lebih tinggi. Pengukuran kinerja menunjukkan seberapa besar kinerja manajerial yang dicapai, seberapa baik kinerja keuangan organisasi, dan kinerja lainnya yang menjadi dasar penilaian akuntabilitas.
Balanced Scorecard merupakan pengukuran kinerja organisasi sektor publik berdasarkan aspek finansial dan non finansial yang diterjemahkan ke dalam empat perspektif kinerja, yaitu perspektif finansial, perspektif kepuasan pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan/pembelajaran. Merupakan pengukuran kinerja berdasarkan konsep value for money yang merupakan perluasan dari ruang lingkup audit keuangan. Pengukuran kinerja ekonomi berkaitan dengan mengukur seberapa ekonomis pengeluaran dengan cara membandingkan pengeluaran aktual dengan anggaran.
Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard menerjemahkan visi dan strategi organisasi ke dalam serangkaian metrik komprehensif yang menyediakan kerangka kerja untuk pengukuran dan sistem manajemen strategis (Kaplan dan Norton 1996). Apabila visi dan strategi dapat dituangkan dalam bentuk tujuan strategis, pengukuran dan sasaran yang jelas, yang kemudian dikomunikasikan kepada setiap anggota organisasi, maka diharapkan setiap anggota organisasi dapat memahami dan melaksanakannya sehingga visi dan strategi dapat terwujud. strategi organisasi tercapai. Balanced Scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai alat pengendalian, analisis dan peninjauan strategi organisasi (Campbell et al. 2002) dalam Imelda R.H.N.
Perspektif Metode Balanced Scorecard
- Perspektif customers & stakehoders
- Perspektif financial
- Perspektif internal business process
- Perspektif employess dan organization capacity
- Penelitian Terdahulu
- Tabel Penelitian Terdahulu
- Kerangka Pemikiran
- Hipotesis
Berikut penjelasan singkat beberapa pandangan mengenai metode Balanced Scorecard yang dikutip oleh Rahmani. Dari berbagai penjelasan di atas, Mahmudi menciptakan kerangka Balanced Scorecard yang tidak hanya terbatas pada organisasi bisnis saja, namun dapat digunakan oleh organisasi sektor publik dengan posisi fokus yang berbeda-beda. Dari berbagai penjelasan di atas, Rohm (2004) menyatakan dalam Imelda bahwa organisasi publik berbeda dengan organisasi bisnis, sehingga dilakukan beberapa perubahan pada konsep Balanced Scorecard sebelum digunakan.
Perubahan kerangka dimana penggerak dalam Balanced Scorecard organisasi publik adalah misi untuk melayani masyarakat. Variabel terikat dalam penelitian ini tidak membahas secara khusus kinerja organisasi, dan objeknya bukan perguruan tinggi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja dan tidak membahas tentang tata kelola universitas yang baik atau kinerja organisasi.
Analisis pengukuran kinerja organisasi nirlaba dengan menggunakan metode Balanced Scorecard (Studi pada Universitas Islam Negeri Maulana Malik. Dalam Winarno (2002:53) menyatakan bahwa manajemen yang baik sebenarnya berkaitan dengan masalah bagaimana organisasi tersebut diorganisir, mulai dari Dari berbagai teori yang berkesinambungan dapat kita simpulkan bahwa manajemen perguruan tinggi yang baik juga merupakan sebuah konsep yang berasal dari konsep manajemen yang baik, karena konsep GUG juga berkaitan dengan bagaimana mengelola pendidikan tinggi secara efisien dan sukses.Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyawan (2010), penerapan manajemen yang baik berpengaruh terhadap kinerja organisasi.
Saat ini pengelolaan perguruan tinggi tidak hanya memerlukan penerapan etika di dalamnya saja, namun juga langkah-langkah yang dapat menunjang tercapainya mutu suatu perguruan tinggi, hal ini biasa disebut dengan Good University Governance (GUG) (Wijatno, 2012: 3 dalam Suryani, 2015: 29). Berdasarkan uraian di atas disebutkan bahwa penerapan konsep good university governance akan berdampak pada tercapainya kinerja maksimal yang diharapkan oleh perguruan tinggi. Tata kelola universitas yang baik adalah perilaku, cara atau cara yang digunakan suatu perguruan tinggi untuk memanfaatkan semaksimal mungkin seluruh potensi dan unsur yang dimilikinya (Dikti-Depdiknas, 2004 dalam Siringoringo, 2012:4).
Berdasarkan penjelasan mengenai hubungan sebelumnya diharapkan penerapan etika organisasi dan pengelolaan perguruan tinggi yang baik dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam pengelolaan suatu perguruan tinggi, sehingga dalam pelaksanaannya dimungkinkan hal tersebut tidak terjadi. . . Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran di atas maka peneliti dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut: Etika Organisasi dan Manajemen Perguruan Tinggi yang Baik berpengaruh terhadap kinerja organisasi baik secara parsial maupun simultan.
Kinerja Organisasi (Y)