• Tidak ada hasil yang ditemukan

0216-9991 Vol. 10 No. 2 Desember2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "0216-9991 Vol. 10 No. 2 Desember2016"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis untuk melihat keterkaitan unsur intrinsik, pragmatik dan ekspresif naskah drama Miang Pukat Karya Rusmana Dewi. Hasil penelitian ini merupakan deskripsi keterkaitan antara unsur intrinsik yang melingkupi (Tema, alur, setting, tokoh, penokohan, sudut pandang dan gaya bahasa) dengan prgmatik dan ekspresif naskah drama Miang Pukat Karya Rusmana Dewi. Pragmtik naskah drama Miang Pukat Karya Rusmana Dewi melingkupi tujuan moral, sosial, politik, agama dan kebudayaan.

Berdasarkan hal tersebut terbukti bahwasanya unsur intrinsik, pragmatik dan ekspresif naskah drama Miang Pukat Karya Rusmana Dewi berkaitan. Berdasarkan hal tersebut penulis mengambil judul penelitian “Keterkaitan Unsur Intrinsik, Pragmatik dan Ekspresif Naskah Drama Miang Pukat Karya Rusmana Dewi”. Jenis penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan menganalisis naskah drama Miang Pukat karya Rusmana Dewi melalui pendekatan struktural, pragmatik dan ekspresif.

Kesimpulan

Dokumentasi dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan informasi tentang laporan perilaku prososial melalui bercerita dengan boneka berupa foto dan video. Asesmen awal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal perilaku prososial anak kelompok B TK Eka Puri Mandiri Surakarta. Hal ini membuktikan bahwa penerapan bercerita dengan boneka dapat meningkatkan perilaku prososial anak dan telah mencapai Tingkat Capaian Perkembangan (TCP) sebesar 71%.

Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini telah berhasil dan perilaku prososial anak kelompok B TK Eka Puri Mandiri Surakarta dapat meningkat melalui bercerita dengan boneka. Kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan perilaku prososial dalam penelitian tindakan ini dilakukan melalui bercerita dengan boneka. Kemudian setelah diberikan tindakan pada siklus II rata- rata TCP perilaku prososial anak sebesar 72,40 dari TCPmax 85.

IMPROVING STUDENT SOCIAL BEHAVIOR The

Terdapat Hubungan Positif antara Toleransi dan Perilaku

Persamaan ini menunjukkan bahwa setiap perubahan satu skor pada toleransi menyebabkan peningkatan perilaku sosial sebesar 0,471 Pada konstanta 75,87. Nilai ini memberikan pengertian bahwa keterikatan antara toleransi dengan perilaku sosial adalah positif, artinya semakin tingggi toleransi, maka semakin tinggi pula perilaku sosial. Besarnya sumbangan atau kontribusi toleransi dengan perilaku sosial dapat diketahui dengan jalan mengkuadratkan perolehan koefisien sederhana (0,556)2 yaitu sebesar 0,3087.

Selanjutnya pada pegujian korelasi parsial toleransi dengan adaptasi sosial dan perilaku sosial diperoleh koefisien ry.12 sebesar 0,538 dan koefisien determinasinya ry.12.

Terdapat Hubungan Positif antara Adaptasi Sosial dengan

Nilai ini memberikan pengertian bahwa keterikatan antara adaptasi sosial dengan perilaku sosial adalah positif, artinya semakin tinggi adaptasi sosial, maka semakin tinggi pula perilaku sosial. Sumbangan atau kontribusi adaptasi sosial dengan perilaku sosial dapat diketahui dengan jalan mengkuadratkan perolehan koefisien sederhana (0,531)2 yaitu sebesar 0,2817. Dengan demikian, variabel adaptasi sosial merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan perilaku sosial.

Terdapat Hubungan Positif antara Toleransi dan Adaptasi

Nilai ini memberikan pengertian bahwa keterkaitan antara toleransi dan adaptasi sosial secara bersama-sama dengan perilaku sosial adalah positif, artinya semakin tinggi toleransi dan adaptasi sosial pada siswa, maka semakin tinggi pula perilaku sosial. Sumbangan atau kontribusi toleransi dan adaptasi sosial dengan perilaku sosial dapat diketahui dengan jalan mengkuadratkan perolehan koefisien sederhana (0,700)2 yaitu sebesar 0,489. Oleh karena itu, toleransi dan adaptasi sosial secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif dengan perilaku sosial.

Dengan demikian, variabel toleransi dan adaptasi sosial merupakan dua faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan perilaku sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan siginifikan antara adaptasi sosial dan perilaku sosial. Ini memberikan pengertian bahwa keterikatan antara adaptasi sosial dengan perilaku sosial adalah positif, artinya semakin tinggi adaptasi sosial, maka semakin tinggi pula perilaku sosial.

Terdapat Hubungan Positif antara Toleransi dan Adaptasi antara Toleransi dan Adaptasi Sosial sec,ara Bersama-sama dengan Perilaku Sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan siginifikan antara toleransi dan adaptasi sosial secara bersama-sama dengan perilaku sosial. Hal ini memberikan pengertian bahwa keterkaitan antara toleransi dan adaptasi sosial secara bersama-sama dengan perilaku sosial adalah positif, artinya semakin tinggi toleransi dan adaptasi sosial pada siswa, maka semakin tinggi pula perilaku sosial.

Tinjauan penelitian ini adalah untuk memperbaiki pembelajaran servis bawah permainan bola voli mini melalui modifikasi pada SD Negeri 58 Palembang Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : Skor rata-rata teknik servis bawah bola voli pada tes awal KKMnya meningkat mencapai 38%. Dari hasil tes di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran servis bawah bola voli dapat diperbaiki.

Permainan bola besar terdiri dari : permainan bola kaki, permainan bola basket, dan permainan bola voli. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kesegaran jasmani melalui metode latihan sirkuit pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuklinggau. 63 Kesegaran jasmani terdiri dari beberapa komponen menurut Sudarno (1992:56) yaitu daya tahan kardiovaskuler (Cardiovascular Endurance), daya tahan otot (Muscle Endurance), kekuatan otot (Muscle Strength), kelentukan (Flexibility), komposisi tubuh (Body Composition), kecepatan gerak (Speed of Movemen), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), kecepatan reaksi (reaction time) dan koordinasi (coordination).

METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah Penelitian

Pendapat tersebut menjelaskan bentuk latihan sirkuit yang digunakan pada metode ini adalah shuttle run, push-up, lari menyilang, Squat trust jump, lari langkah kecil, shit-up, lari zig-zag dan loncat gagak.

PEMBAHASAN

Salah satu kegiatan yang menarik dan dapat dilakukan siswa adalah permainan futsal, bolavoli, takraw dan bulutangkis yang bias dilaksanakan di lingkungan tempat tinggal. Selain murah dan mudah sangat menarik dan menyenangkan kemudian beban latihannya sangat member kontribusi bagi peningkatan daya tahan, kekuatan, kecepatan, Di samping aktifitas tersebut tidak mengakibatkan kelelahan yang berarti, karena dilakukan dengan perasaan senang. Namun pada kenyataan di lapangan berdasarkan observasi yang dilakukan bahwa masih terlihat berbagai kendala yang menyebabkan pembelajaran Penjasorkes tidak dapat mencapai.

Rendahnya kesegaran jasmani diduga dipengaruhi beberapa faktor; (1) Lingkungan; (2) Makanan; (3) Sarana dan prasarana;. 4) Jenis kelamin; (5) Minat; (6) Perencanaan pengajaran; (7) Pelaksanaan pembelajaran; (8) Dukungan orang tua dan keluarga yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran Penjasorkes. Menurut hasil tes yang penulis lakukan terhadap siswa SMA Negeri 1 Lubuklinggau pada semester Januari – Juli tahun 2016 diperoleh data dari 30 orang responden menunjukkan tingkat kesegaran jasmani rendah, dimana tingkat kesegaran jasmani siswa rata- rata kurang dari 60. Sirkuit training merupakan salah satu metode latihan fisik yang pelaksanaannya berdasarkan pos/stasiun yang telah disusun sebelumnya.

Pendapat tersebu menjelaskan bahwa latihan sirkuit mampu meningkatkan berbagai komponen kondisi fisik termasuk kecepatan dan daya tahan. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengungkapkan tingkat kesegaran jasman siswa SMA Negeri 1 Lubuklinggau yang dilakukan dengan metode latihan sirkuit, kemudian mendeskripsikan jurnal ini dengan judul “Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani Melalui Latihan Sirkuit Siswa kelas X di SMA Negeri 1 Lubuklinggau”.

Landasan Teori

Kemudian dikemukakan Getchell dalam Sunardi (1988:11) bahwa “Kesegaran jasmani adalah suatu hal yang menitikberatkan pada fungsi fisiologis yaitu kemampuan jantung, pembuluh darah, paru-paru dan otot yang berfungsi secara efisien dan efektif”. Berdasarkan pendapat di atas, kesegaran jasmani meliputi keadaan sehat jasmani dan kemampuan kerja secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Komponen Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani terdiri dari beberapa komponen menurut Sudarno (1992:56) yaitu daya tahan kardiovaskuler (Cardiovascular Endurance), daya tahan otot (Muscle Endurance), kekuatan otot (Muscle Strength), kelentukan (Flexibility), komposisi tubuh (Body Composition), kecepatan gerak (Speed of Movemen), kelincahan (agility), keseimbangan (balance), kecepatan reaksi (reaction time) dan koordinasi (coordination).

Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani .. mempengaruhi kesegaran jasmani seperti: a) aktifitas fisik dan kegiatan olahraga yang dilakukan sehari-hari, b) makanan bergizi. Pengaturan gizi makanan harus mendapat perhatian dalam upaya pembinaan kesegaran jasmani sehingga sesuai dengan tingkat kebutuhan kalori yang diperlukan. Sebaiknya makanan bergiz tersebut mempunyai nilai karbohidrat protein, lemak, vitamin dan mineral agar aktifitas yang dilakukan tidak terhalang dengan kurangnya tingkat kesegaran jasmani.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa latihan sirkuit terdiri dari beberapa pos/stasiun yang berbeda bentuk latihannya di setiap pos. Pendapat di atas menjelaskan bahwa kunci utama latihan sirkuit adalah melakukan latihan dalam waktu sesingkat- singkatnya. Selain itu, latihan sirkuit mampu meningkatkan berbagai komponen kondisi fisik termasuk kecepatan dan daya tahan.

Oleh karena itu, program latihan sirkuit sangat baik untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa di SMA Negeri 1 Lubuklinggau. Bentuk latihan sirkuit harus disusun sedemikian rupa sesuai kebutuhan Penetapan tujuan latihan merupakan factor penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaik proses pembelajaran yang menjadi tanggungjawabnya dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran, dengan melakukan tindakan secara langsung kepada peserta didik sehingga dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa melalui latihan sirkuit dalam pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri 1 Lubuklinggau.

Pemilihan subjek penelitian ini berdasarkan tes awal kesegaran jasmani yang mana rata-rata nilai pelajaran Penjasorkes-nya tergolong rendah.

PEMBAHASAN

PENUTUP

  • Pengujian Hipotesis
  • Data Peningkatan Skor Hasil Belajar
  • Ketuntasan Belajar Siswa
  • Perbandingan prestasi belajar Teorema Pythagoras
  • Perbandingan prestasi belajar Teorema Pythagoras

Abstrak: Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan dari model pembelajaran Problem Solving dan model pembelajaran Konvensional dalam pembelajaran Teorema Phytagoras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Solving efektif dalam pembelajaran Teorema Phytagoras kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau dibandingkan model pembelajaran konvensional. Dari beberapa model pembelajaran di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui efektifitas terhadap Model Pembelajaran Problem Solving dalam pembelajaran Teorema Pythagoras di SMP N 2 Lubuklinggau.

Hasil tes akhir menunjukkan bahwa kelas dengan Model Pembelajaran Problem Solving mempunyai rata-rata skor tes akhir tertinggi dan kelas dengan Model Pembelajaran Konvensional. 86 Model Pembelajaran Problem Solving, nilai rata-rata tes awal sebesar 3,00 dan nilai rata-rata tes akhir sebesar 7,353, peningkatan rata- rata hasil belajar siswa mencapai 4,343. Dan pada kelas kontrol dengan Model Pembelajaran Konvensional, nilai rata-rata tes awal sebesar 3,00 dan nilai rata-rata tes akhir sebesar 5,882, peningkatan rata-rata hasil belajar siswa mencapai 2,882.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan analisis varian (uji F) disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Teorema Pythagoras kelas yang diajar dengan Model Pembelajaran Problem Solving dan kelas yang diajar dengan Model Pembelajaran konvensional. Hasil perhitungan peningkatan hasil belajar Teorema Pythagoras masing- masing kelas menunjukkan bahwa kelas dengan Model Pembelajaran Problem Solving. Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi awal siswa yang sama mengalami peningkatan prestasi belajar setelah diberikan perlakuan yaitu Model Pembelajaran Problem Solving, dan Model Pembelajaran Konvensional.

Disamping pengaruhnya terhadap peningkatan prestasi belajar, penerapan Model Pembelajaran Problem Solving memiliki pengaruh tersendiri terhadap perkembangan siswa. Model Pembelajaran Problem Solving cenderung melatih siswa untuk menjadi pemecah masalah yang handal sehingga dapat. Pembelajaran Problem Solving sebesar 87,5% dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Teorema Pythagoras dengan Model Pembelajaran Problem Solving telah tuntas;b) persentase ketuntasan belajar kelas dengan.

89 Model Pembelajaran Problem Solving efektif dalam pembelajaran Teorema Pythagoras siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Lubuklinggau.

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak; yang melatar belakangi diadakannya Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini yaitu rendahnya kompetensi Guru Kelas dalam proses pembelajaran di kelas. Solusinya yaitu

Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilaksanakan guru pada saat kegiatan proses belajar mengajar terjadi di kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses

Dalam perencanaan tindakan kelas ini, peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan instrumen penelitian (lembar observasi guru dan siswa,

Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Guru Kelas dalam Melaksanakan Pembelajaran Menggunakan Media CD Flash Animation melalui

Menurut Wina Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu teknik agar pembelajaran yang dikelola guru selalu mengalami peningkatan melalui perbaikan secara terus menerus

Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk melaksanakan penelitian ebvaluasi kinerja memggunakan model Penilaian Kinerja Guru (PKG). Penelitian ini dilaksanakan pada guru

Karena kurang adanya inovasi guru dalam melakukan proses pembelajaran di kelas, maka tim PKM menawarkan solusi kepada guru bidang studi matematika yaitu pemanfaatan media pembelajaran

Telaah Pustaka : Dibahas teori dan penelitian terdahulu yang relevan, dan dicantumkan kerangka penelitian model penelitian.. Metode Penelitian : Mencakup cara-cara mengerjakan