• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol. 2, No. 1 (JP2V) E-ISSN : P-ISSN :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi Vol. 2, No. 1 (JP2V) E-ISSN : P-ISSN :"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Copyright © Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Vokasi (JP2V)

81

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI SISTEM PERKEMBANGBIAKAN TUMBUHAN DAN HEWAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CLIS

(CHILDREN LEARNING IN SCIENCE ) KELAS IX MTsN 5 PIDIE Darni Yusri1

Diterima : 30 Januari 2021 Disetujui : 15 Februari 2021

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan kelas IX MTsN 5 Pidie. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IX MTsN 5 Pidie. Jumlah siswa adalah 39 siswa dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 22 orang dan perempuan 16 orang. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2018/2019 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Juli 2018 sampai dengan September 2018 pada semester ganjil. Metodologi penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Teknik pengumpulan data yaitu mengumpulkan nilai tes yang dilaksanakan pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus dengan menggunakan instrument soal (tes tertulis). Data observasi aktivitas siswa dilakukan dengan melihat keaktifan siswa proses pembelajaran. Data dianalisis dengan cara statistik persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas siswa pada kedua siklus tersebut, dari 71,42% (baik) meningkat menjadi 91,42% (sangat baik). Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 47,37% pada pra siklus meningkat menjadi 68,42% pada siklus I dan meningkat menjadi 86,84% pada siklus II. Penggunaan model pembelajaran

CLIS (Children Learning In Science) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi

sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan kelas IX MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2018/2019. Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science), IPA, Materi Sistem

Perkembangbiakan Tumbuhan dan Hewan.

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses dalam usaha pencerahan kehidupan manusia. Pendidikan memberikan kemampuan pengembangan pikiran, penataan prilaku dan pengaturan emosi. Melalui pendidikan manusia dapat memecahkan permasalahan antara manusia maupun dengan alam dan sekaligus dapat memanfaatkan alam untuk meningkatkan taraf kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Perubahan itu juga menuntut diadakannya pembaharuan dibidang pendidikan. Pembaharuan dibidang pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.

Pelajaran IPA merupakan pelajaran yang sangat penting dipelajari oleh siswa karena besar manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran IPA adalah masih adanya siswa yang mempunyai daya serap yang rendah. Salah satu materi yang masih rendah dikuasai oleh siswa adalah materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dimana guru hanya sebagai pembimbing dalam menyajikan materi sehingga menyebabkan sebagian besar siswa tidak aktif di dalam kelas. Siswa hanya menulis, membaca, dan mendengarkan ceramah dari guru. Hal ini menyebabkan siswa dalam mata pelajaran IPA belum mampu mencapai hasil belajar yang baik. Hanya beberapa persen saja siswa yang mampu menjawab terhadap materi, sehingga proses pembelajaran IPA belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 70. Hal ini terlihat dari hasil ujian di kelas IX MTsN 5 Pidie, yang berjumlah 38 siswa, sebanyak 21 siswa (55,26%) tidak mampu mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh

(2)

MTsN 5 Pidie pada mata pelajaran IPA yaitu 70. Maka dalam hal ini,dapat disimpulkan bahwa kemungkinan besar lambannya siswa terhadap mata pelajaran IPA dikarenakan proses pembelajaran kurang aktif di pihak siswa.

Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus menggunakan model pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam belajar. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat memudahkan siswa dalam belajar dan menarik bagi siswa adalah model pembelajaran CLIS (Children Learning In

Science).

Menurut Wijaya (1997), “Model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan kontruktivisme, yang terdiri dari orientasi pemunculan gagasan, penyusunan ulang gagasan, penerapan gagasan dan pemantapan gagasan”. Sehingga diharapkan melalui penerapan model pembelajaran Children Learning In Scince dapat meningkatkan prestasi belajar siswa selama ini dinilai masih rendah. Adapaun pada model pembelajaran CLIS (Children Learning In

Science) aktivitas belajar lebih cenderung pada siswa.

Mata pelajaran IPA membutuhkan model pembelajaran yang menarik seperti model pembelajaran

CLIS (Children Learning In Science), agar peserta didik tidak mudah mengalami kejenuhan dalam

kegiatan pembelajaran. Pada proses model pembelajaran ini guru hanya bertindak sebagai penyampai informasi, fasilisator dan pembimbing. Penerapan model pembelajaran ini mengaktifkan siswa dalam bertanya agar terciptanya suasana proses belajar yang aktif dan efektif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa.

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IX MTsN 5 Pidie tahun pelajaran 2018/2019.

b. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan melalui model pembelajaran CLIS

(Children Learning In Science) kelas IX MTsN 5 Pidie tahun pelajaran 2018/2019.

2. KAJIAN TEORITIS

2.1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan perubahan pada diri individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya, maupun karakteristik seseorang sejak lahir (Trianto, 2009). Berdasarkan pendapat ini dapat penulis jelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Perubahan itu mungkin merupakan suatu penemuan informasi atau penguasan suatu keterampilan yang sudah ada, mungkin pula bersifat penambahan dari informasi atau pengetahuan atau keterampilan yang telah ada.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai medianya. Dalam interaksi tersebut siswa lebih aktif bukan guru, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator

Menurut pendapat Sagala (2010) Pembelajaran adalah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis, melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan pembelajaran adalah usaha untuk mengubah struktur kognitif, afektif, psikomotorik siswa melalui penataan belajar. Pembelajaran selalu mempunyai hubungan, dengan arti perubahan pada diri siswa, baik perubahan yang meliputi keseluruhan tingkah laku ataupun hanya terjadi pada beberapa aspek dari kepribadian siswa.

Menurut Sardiman (2011), “Salah satu tanda bahwa seseorang telah melakukan pembelajaran adalah adanya perubahan tingkah laku, baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor). Proses pembelajaran di kelas untuk para siswa hendaknya mengarahkan, Membimbing dan mempermudah dalam penguasaan sejumlah materi sehingga pada akhirnya hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik. Seorang guru diharapkan untuk mahir

(3)

dalam menerjemahkan materi yang sulit menjadi mudah untuk dipelajari, oleh karena itulah diperlukan suatu rencana atau pola dalam pembelajaran sehingga terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif.

Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan guru dalam pengajaran ditentukan oleh prestasi atau hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Oleh karena itu, pendidikan mempunyai peranan penting dan guru diharapkan dapat membimbing siswa agar mereka menguasai ilmu dan keterampilan yang berguna serta memiliki sifat positif. Guru juga diharapkan mencoba berusaha mengembangkan kemampuan siswa untuk merefleksikan dan mengevaluasi kualitas konstruksi mereka.

Ada tiga aspek dalam pembelajaran yang perlu dipahami guru, yaitu memahami subjek belajar, proses belajar dan situasi belajar. Dalam hal ini, yang dimaksud subjek belajar adalah siswa yang secara individual atau kelompok mengikuti suatu proses belajar dalam situasi belajar tertentu. Sedangkan situasi belajar yang dimaksud yaitu semua faktor atau kondisi yanng mungkin mempengaruhi hasil dan proses terjadinya belajar.

2.2. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Menurut Mulyasa (2010), “Hasil Belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diatas bisa disimpulkan pengertian hasil belajar adalah adalah suatu hasil yang diperoleh siswa setelah siswa tersebut melakukan kegiatan belajar dan pembelajaran serta bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang dengan melibatkan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, yang dinyatakan dalam symbol, huruf maupun kalimat.

2.3. Model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)

Model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dikembangkan oleh kelompok Children’s learning in science di inggris yang dipimpin oleh Driver Children Learning In Science (CLIS) berarti anak belajar dalam sains. Menurut Driver (1988), model pembelajaran CLIS (Children Learning In

Science) yaitu model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan siswa tentang suatu

masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekonstruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran CLIS (Children

Learning In Science) merupakan model pembelajaran yang berusaha mengembangkan ide atau gagasan

siswa tentang suatu masalah tertentu dalam pembelajaran serta merekontruksi ide atau gagasan berdasarkan hasil pengamatan atau percobaan. Pada model ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai gagasan tentang topik yang dibahas dalam pembelajaran. Kemudian mengungkapkan gagasan serta membandingkan gagasan dengan gagasan yang satu dengan yang lainnya dan mendiskusikannya dengan siswa lain untuk menyatukan persepsi. Setelah itu, diberi kesempatan untuk merekontruksi gagasan setelah membandingkan dan mengaplikasikan hasil rekontruksi gagasan dalam situasi baru.

Menurut Hamzah (2009), fator-faktor penting dalam pelaksanaan model pembelajaran CLIS

(Children Learning In Science) ini adalah :

1) Menciptakan situasi belajar terbuka dan memberikan kebebasan pada siswa dalam mengemukakan ide atau gagasan.

2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya pada teman atau gurunya, kemudian pada akhir kegiatan pembelajaran guru menjelaskan konsep-konsep ilmiah untuk menghindari miskonsepsi pada siswa.

3) Memberikan tugas perorangan yang dikerjakan siswa di rumah berupa PR sebagai penerapan konsep.

2.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)

Menurut Samatowa (2010), menyatakan bahwa langkah-langkah model pembelajaran CLIS

(Children Learning In Science) adalah sebagai berikut:

1) Tahap orientasi, yaitu kegiatan guru menarik perhatian siswa dengan mengemukakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, serta dengan topik yang dipelajari.

(4)

2) Tahap pembentukan kelompok, yaitu kegiatan pembentukan kelompok yang beranggota 4-5 orang secara heterogen.

3) Tahap pemunculan gagasan merupakan upaya untuk memunculkan konsepsi awal siswa. Misalnya dengan cara meminta siswa menuliskan apa saja yang telah diketahui tentang topik pembicaraan atau dengan menjawab beberapa pertanyaan uraian terbuka dan siswa melakukan kegiatan penyelidikan/percobaan dengan mengikut petunjuk LKS yang disusun oleh guru.

4) Tahap pengungkapan dan pertukaran gagasan yaitu menyuruh siswa melakukan diskusi sambil bertukar gagasan hasil yang dikerjakan. Misalnya dengan cara mendiskusikan jawaban siswa tahap pemunculan gagasan (LKS) dalam kelompok kecil, kemudian salah satu anggota kelompok melaporkan hasil diskusinya di depan kelas. Guru tidak membenarkan atau menyalahkan.

5) Tahap pengkajian gagasan yaitu konsepsi yang telah diperoleh siswa perlu diberi umpan balik oleh guru untuk memperkuat konsep ilmiah tersebut. Dengan demikian diharapkan siswa yang konsepsi awalnya tidak konsisten dengan konsep ilmiah sadar akan mengubah konsepsi awalnya menjadi konsepsi ilmiah. Pada kesempatan ini dapat juga diberi kesempatan membandingkan konsep ilmiah yang sudah disusun dengan konsep awal pada tahap pemunculan gagasan.

Penerapan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa serta mampu membuat siswa mengaitkan konsepsi awal dengan pengalaman yang diperoleh selama pembelajaran di kelas sehingga memperoleh konsepsi baru yang memiliki hubungan dengan konsepsi awal.

2.5. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing masing. Menurut Wijaya (1997), Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CLIS (Children Learning In

Science) adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)

Kelebihan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science adalah sebagai berikut: 4) Membiasakan siswa belajar mandiri dalam memecahkan suatu masalah

5) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana kelas yang lebih nyaman dan kreatif, terjlainnya kerja sama sesama siswa dan siswa terli bat secara langsung dalam melakukan kegiatan

6) Menciptakan belajar lebih bermakna, karena timbulnya kebanggaan siwa mewnentukan sendiri konsep ilmiah yang sedang dipelajari dan siswa akan bangga dengan hasil temuanya.

7) Guru dalam mengajar akan lebih mudah, karena dapat menciptakan suasana belajar yang lebih aktif, sehingga guru hanya menyediakan berbagai masalah yang berhubungan dengan konsep yang diajarkannya, sedangkan siswa bisa mencari sendiri jawabannya.

8) Guru dapat menciptakan alat-alat atau media pembelajaran yang sederhana yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Kekurangan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science)

Kekurangan model model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) adalah sebagai berikut:

1) Guru dituntut untuk menyiapkan model pembelajaran untuk setiap topik pelajaran. 2) Perlengkapan pembelajaran harus lengkap.

3) Siswa yang belum terbiasa belajar mandiri atau berkelompok akan merasa asing dan sulit untuk dapat menguasai konsep.

Berdasarkan pendapat diatas, model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dapat membangkitkan keingintahuan dan kerjasama diantara siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Siswa tidak hanya diam, tetapi siswa terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran.

Sementara itu, kekurangan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dapat diantisipasi dengan mempersiapkan secara matang sebelum menerapkan model pembelajaran CLIS. Persiapan yang matang dapat mengurangi kendala dalam penerapan model pembelajaran. Guru perlu memahami penerapan model pembelajaran CLIS sebelum diterapkan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai secara optimal.

(5)

3. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan dalam proses belalar mengajar, oleh sebab itu metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), dengan rancangan model siklus yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 5 Pidie pada tahun pelajaran 2018/2019 dalam kurun waktu 3 bulan yaitu dari bulan Juli s.d September 2018 pada semester ganjil. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IX MTsN 5 Pidie. Dengan jumlah 38 siswa yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melakukan penelitian, guru memberikan tes pra siklus kepada siswa. pra siklus ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum penerapan model pembelajaran CLIS (Children

Learning In Science) di kelas IX MTsN 5 Pidie dalam pembelajaran. Hasil pra siklus siswa sebelum

penerapan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dalam pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekap Hasil Nilai Tes Pra Siklus

No. Nama Siswa KKM Nilai Ketuntasan

1 Ade Ulvia Putri 70 60 Belum Tuntas

2 Adjie Farhan Aditya 70 70 Tuntas

3 Adelilla Rinanda B.R 70 80 Tuntas

4 Andi Ferdiansyah 70 70 Tuntas

5 Ardi Wardana 70 50 Belum Tuntas

6 Cintana Dinda Felisha 70 40 Belum Tuntas

7 Delia Salsabila 70 30 Belum Tuntas

8 Dora Aufa Nadira 70 60 Belum Tuntas

9 Eva Sofia 70 80 Tuntas

10 Faris Munandar 70 30 Belum Tuntas

11 Johan Saputra 70 80 Tuntas

12 Kharul Rizki 70 70 Tuntas

13 Maulina Mubarak 70 70 Tuntas

14 Maulina 70 70 Tuntas

15 Misra Yani 70 40 Belum Tuntas

16 Mudawali 70 40 Belum Tuntas

17 Muhammad Afil 70 70 Tuntas

18 Muhammad Alfin Faiz 70 70 Tuntas

19 Muhammad Aqil 70 40 Belum Tuntas

20 Muhammad Hafizh 70 40 Belum Tuntas

21 Muhammad Khadafi 70 70 Tuntas

22 Muhammad Khatibul H.Y 70 40 Belum Tuntas

23 Muhammad Mufti 70 30 Belum Tuntas

24 Muhammad Nabil Luthfi 70 60 Belum Tuntas

25 Muhammad Raski 70 80 Tuntas

26 Muhammad Rauyani 70 30 Belum Tuntas

27 Muhammad Syibbral 70 80 Tuntas

28 Muhammadzikrul Khalis 70 60 Belum Tuntas

29 Najwa Shafia Al Asyi 70 50 Belum Tuntas

30 Nazira Asyifa 70 60 Belum Tuntas

31 Nora Nisa 70 70 Tuntas

32 Nurmeida 70 40 Belum Tuntas

33 Rijaluzzuhdi 70 80 Tuntas

(6)

35 Salsabila 70 30 Belum Tuntas

36 Silva Amanda 70 50 Belum Tuntas

37 Sitti Mustika Rizki 70 80 Tuntas

38 Ziqra Nayatillah.Mts 70 70 Tuntas

Jumlah 2220

Jumlah Siswa 38

Rata-rata 58,42

Jumlah siswa yang tuntas 18

Persentase (%) yang tuntas 47,37%

Jumlah siswa yang belum tuntas 20

Persentase (%) yang tuntas belum tuntas 52,63%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2018

Berdasarkan Tabel 1, hasil pra siklus siswa yang dilakukan pada saat pra penelitian memperoleh persentase ketuntasan belajar sebesar 47,37% (18 siswa yang mencapai nilai KKM= 70) dan persentase siswa yg tidak tuntas adalah 52,63% (20 siswa yang mencapai nilai KKM= 70). Nilai terendah pada pra siklus adalah 30 dan nilai tertinggi adalah 80. Nilai rata-rata pada pra siklus adalah 58,42. Setelah melakukan pra siklus, maka peneliti akan melanjutkan penelitian pada siklus I.

4.2. Hasil Penelitian Siklus I

Penilaian pada penelitian ini dilakukan malalui tes hasil belajar dan dilaksanakan setelah menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Secara rinci hasil tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I

No. Nama Siswa KKM Nilai Ketuntasan

1 Ade Ulvia Putri 70 70 Tuntas

2 Adjie Farhan Aditya 70 80 Tuntas

3 Adelilla Rinanda B.R 70 90 Tuntas

4 Andi Ferdiansyah 70 80 Tuntas

5 Ardi Wardana 70 70 Tuntas

6 Cintana Dinda Felisha 70 60 Belum Tuntas

7 Delia Salsabila 70 50 Belum Tuntas

8 Dora Aufa Nadira 70 70 Tuntas

9 Eva Sofia 70 80 Tuntas

10 Faris Munandar 70 60 Belum Tuntas

11 Johan Saputra 70 90 Tuntas

12 Kharul Rizki 70 80 Tuntas

13 Maulina Mubarak 70 80 Tuntas

14 Maulina 70 90 Tuntas

15 Misra Yani 70 60 Belum Tuntas

16 Mudawali 70 60 Belum Tuntas

17 Muhammad Afil 70 90 Tuntas

18 Muhammad Alfin Faiz 70 90 Tuntas

19 Muhammad Aqil 70 60 Belum Tuntas

20 Muhammad Hafizh 70 50 Belum Tuntas

21 Muhammad Khadafi 70 80 Tuntas

22 Muhammad Khatibul H.Y 70 70 Tuntas

23 Muhammad Mufti 70 60 Belum Tuntas

24 Muhammad Nabil Luthfi 70 60 Belum Tuntas

25 Muhammad Raski 70 90 Tuntas

26 Muhammad Rauyani 70 50 Belum Tuntas

27 Muhammad Syibbral 70 90 Tuntas

28 Muhammadzikrul Khalis 70 70 Tuntas

(7)

30 Nazira Asyifa 70 70 Tuntas

31 Nora Nisa 70 80 Tuntas

32 Nurmeida 70 70 Tuntas

33 Rijaluzzuhdi 70 80 Tuntas

34 Rivaldi 70 90 Tuntas

35 Salsabila 70 50 Belum Tuntas

36 Silva Amanda 70 70 Tuntas

37 Sitti Mustika Rizki 70 90 Tuntas

38 Ziqra Nayatillah.Mts 70 90 Tuntas

Jumlah 2780

Jumlah Siswa 38

Rata-rata 73,16

Jumlah siswa yang tuntas 26

Persentase (%) yang tuntas 68,42%

Jumlah siswa yang belum tuntas 12

Persentase (%) yang tuntas belum tuntas 31,58%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2018

Berdasarkan tabel 2 di atas, maka dapat direkapitulasi hasil pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) di kelas IX MTsN 5 Pidie. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I Jumlah Siswa Jumlah Nilai Nilai Rata-rata Jumlah Siswa Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas Persentase Ketuntasan Klasikal Ketercapaian Klasikal (85%) 38 2780 73,16 26 12 68,42% Belum Tuntas

Sumber: Hasil penelitian Tahun 2018

Dari analisis terhadap tes siklus I di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat 26 orang siswa yang nilainya telah mencapai KKM Individual, dengan kata lain terdapat 26 orang siswa (68,42%) yang telah tuntas belajar, sedangkan 12 orang siswa (31,58%) memperoleh nilai masih di bawah KKM pada siklus I. Pencapaian indikator ketuntasan yang diharapkan adalah ≥ 85%, dan yang didapatkan dari hasil persentase hanya 68,42% dan ini dikatakan belum tuntas.

4.3. Hasil Penelitian Siklus II

Penilaian pada penelitian ini dilakukan malalui tes hasil belajar dan dilaksanakan setelah menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan. Berikut ini hasil tes pada siklus II:

Tabel 4. Hasil Tes Belajar Siswa Siklus II

No. Nama Siswa KKM Nilai Ketuntasan

1 Ade Ulvia Putri 70 80 Tuntas

2 Adjie Farhan Aditya 70 90 Tuntas

3 Adelilla Rinanda B.R 70 100 Tuntas

4 Andi Ferdiansyah 70 90 Tuntas

5 Ardi Wardana 70 80 Tuntas

6 Cintana Dinda Felisha 70 70 Tuntas

7 Delia Salsabila 70 60 Belum Tuntas

8 Dora Aufa Nadira 70 80 Tuntas

9 Eva Sofia 70 100 Tuntas

10 Faris Munandar 70 80 Tuntas

11 Johan Saputra 70 90 Tuntas

12 Kharul Rizki 70 80 Tuntas

13 Maulina Mubarak 70 90 Tuntas

(8)

15 Misra Yani 70 80 Tuntas

16 Mudawali 70 70 Tuntas

17 Muhammad Afil 70 90 Tuntas

18 Muhammad Alfin Faiz 70 100 Tuntas

19 Muhammad Aqil 70 60 Belum Tuntas

20 Muhammad Hafizh 70 70 Tuntas

21 Muhammad Khadafi 70 90 Tuntas

22 Muhammad Khatibul H.Y 70 80 Tuntas

23 Muhammad Mufti 70 70 Tuntas

24 Muhammad Nabil Luthfi 70 70 Tuntas

25 Muhammad Raski 70 90 Tuntas

26 Muhammad Rauyani 70 50 Belum Tuntas

27 Muhammad Syibbral 70 90 Tuntas

28 Muhammadzikrul Khalis 70 80 Tuntas

29 Najwa Shafia Al Asyi 70 60 Belum Tuntas

30 Nazira Asyifa 70 80 Tuntas

31 Nora Nisa 70 90 Tuntas

32 Nurmeida 70 80 Tuntas

33 Rijaluzzuhdi 70 90 Tuntas

34 Rivaldi 70 100 Tuntas

35 Salsabila 70 60 Belum Tuntas

36 Silva Amanda 70 80 Tuntas

37 Sitti Mustika Rizki 70 100 Tuntas

38 Ziqra Nayatillah.Mts 70 100 Tuntas

Jumlah 3120

Jumlah Siswa 38

Rata-rata 82,11

Jumlah siswa yang tuntas 33

Persentase (%) yang tuntas 86,84%

Jumlah siswa yang belum tuntas 5

Persentase (%) yang tuntas belum tuntas 13,16%

Sumber: Hasil Penelitian Tahun 2018

Berdasarkan tabel 4 di atas, maka dapat direkapitulasi hasil pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) di kelas IX MTsN 5 Pidie.

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II Jumlah Siswa Jumlah Nilai Nilai Rata-rata Jumlah Siswa Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas Persentase Ketuntasan Klasikal Ketercapaian Klasikal (85%) 38 3120 82,11 33 5 86,84% Tuntas

Sumber Hasil penelitian Tahun 2018

Berdasarkan tabel 5 di atas, maka dapat dilihat bahwa rata-rata hasil tes siklus II adalah 82,11. Pada siklus II hasil belajar siswa mangalami peningkatan yaitu terdapat 33 orang siswa yang nilainya telah mencapai KKM Individual, dengan kata lain terdapat 33 orang siswa (86,84%) yang telah tuntas belajar, sedangkan 5 orang siswa lainnya atau 13,16% memperoleh nilai pada siklus II masih di bawah KKM. Pencapaian indikator ketuntasan yang diharapkan adalah ≥ 85%, dan yang didapatkan dari hasil persentase 86,84 % dan ini dikatakan tuntas.

4.4. Pembahasan Perbandingan Antar Siklus

Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di kelas IX telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas secara individu pada siklus I sebanyak 26 orang siswa dengan nilai rata-rata 73,16. Berdasarkan tabel 4.3, terdapat 26 orang siswa (68,42%)

(9)

yang telah tuntas belajar secara klasikal, sedangkan 12 orang siswa lainnya atau 31,58% memperoleh nilai masih di bawah KKM. Maka dapat disimpulkan bahwa siklus I tes hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sebanyak 85% sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan pada siklus.

Setelah melakukan berbagai perbaikan pada siklus II, hasil belajar siswa meningkat dari 26 orang yang tuntas menjadi 33 orang dan nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan dari 73,16 menjadi 82,11 pada siklus II. Secara klasikal, terdapat 33 orang siswa (86,84%) yang telah tuntas belajar, sedangkan 5 orang siswa lainnya atau 13,16% memperoleh nilai pada siklus II masih di bawah KKM. Pencapaian indikator ketuntasan yang diharapkan adalah ≥ 85% dan yang didapatkan dari hasil persentase 86,84% dan ini dikatakan tuntas. Untuk melihat peningkatan hasil belajar dari pra siklus, siklus I sampai siklus II dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Gambar 1.

Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Siswa Sumber : Hasil Penelitian, 2018

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran CLIS (Children

Learning In Science) pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan menimbulkan dampak

positif terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 68,42%, meningkat pada siklus II sebesar 86,84%. Maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IX MTsN 5 Pidie.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: Penerapan model pembelajaran CLIS (Children Learning In Science) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi sistem perkembangbiakan tumbuhan dan hewan di kelas IX MTsN 5 Pidie Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat persentase ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 68,42%, meningkat pada siklus II sebesar 86,84%.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan saran yang ingin disampaikan adalah:

1. Diharapkan kepada guru agar menggunakan model pembelajaran CLIS (Children Learning In

Science) dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar siswa

dapat lebih aktif dan lebih menyukai materi yang dipelajari sehingga bisa meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

2. Perlu adanya pengarahan dari kepala sekolah kepada guru-guru bidang studi yang lain, untuk menerapkan penggunaan sebuah model dalam pembelajaran yang digunakan sesuai dengan bahan ajar untuk menunjang pemahaman siswa menjadi lebih baik terhadap materi yang diajarkan.

(10)

6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Dimyati, dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta [2] Hamzah. 2009. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[3] Mulyasa, E. 2010. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

[4] Muslich, Masnur. 2010. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) Itu. Mudah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[5] Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan

Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.

[6] Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.

[7] Sanjaya, Wijaya. 1997. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

[8] Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada [9] Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [10] Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1. Rekap Hasil Nilai Tes Pra Siklus
Tabel 2. Hasil Tes Belajar Siswa Siklus I
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I  Jumlah  Siswa  Jumlah Nilai  Nilai  Rata-rata  Jumlah Siswa  Tuntas   JumlahSiswa Tidak  Tuntas  Persentase  Ketuntasan Klasikal   Ketercapaian Klasikal (85%)  38  2780  73,16  26  12  68,42%  Belum Tuntas
Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II  Jumlah  Siswa  Jumlah Nilai  Nilai  Rata-rata  Jumlah Siswa  Tuntas   Jumlah Siswa Tidak  Tuntas  Persentase  Ketuntasan Klasikal   Ketercapaian Klasikal (85%)  38  3120  82,11  33  5  86,84%  Tuntas

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diusulkan sebuah pembangunan aplikasi pengelolaan pendaftaran izin parsial kependudukan kabupaten bandung secara online yang

Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk keong bakau adalah mengurangi jumlah air tambak yang dibuang, sistem resirkulasi, penggunaan tambak/kanal pengendapan untuk

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang nyata antara pelatihan, disiplin kerja dan lingkungan kerja baik secara simultan maupun parsial terhadap

KARYA CIPTA UTAMA GUGUR TEKNIS.. P6

Berdasarkan model yang terbentuk diatas dapat menjelaskan bahwa pada saat persentase tingkat partisipasi angkatan kerja kurang dari 62,53068 artinya adalah jika

pada agama, dan juga masuk d alam lapang pergerakan ko- munis , dan saya mengaku juga bahwa tambah terbukanya fikiran saya di lapang kebenaran atas perintah agama Islam itu, tidak

Sementara itu dari kawasan eropa, setelah bergerak fluktuatif, pasar saham Ero- pa berhasil ditutup menguat diawal pekan seiring kenaikan harga minyak dalam dua hari

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan teori semiotika dari John Fiske untuk penelitian ini karena setiap level yang dipaparkan oleh