• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN FISKAL OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN FISKAL OLEH"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANAL

LISIS HU

KEB

DE

FAKUL

IN

UBUNGA

BIJAKAN

AN

EPARTE

LTAS EK

NSTITUT

AN PINJA

N FISKAL

OLEH NDINI NOV H14080

EMEN ILM

KONOMI

T PERTA

2012

AMAN LU

L DI IND

H VRIANTI 037

MU EKO

DAN MA

ANIAN BO

2

UAR NEG

DONESIA

ONOMI

ANAJEM

OGOR

GERI DA

A

MEN

AN

(2)

ANDINI NOVRIANTI. Analysis of The Relation of Foreign Debt and Fiscal Policy in Indonesia (guided by DEDI BUDIMAN HAKIM).

Indonesia is one of many developing countries that use foreign debt in its development. Foreign debt is one of aspects in fiscal policy. Accumulation of foreign debt every year has a relation with fiscal policy instruments such as government expenditure and tax revenue. Foreign debt also affected by economic growth and international interest rate. This research will discuss the analysis of the relation of foreign debt and fiscal policy in Indonesia.

Analysis tools that used in this research are Granger causality method, Vector Auto Regression (VAR), Vector Error Correction Model (VECM), Impulse Response Function (IRF), and Forecast Error Variance Decomposition (FEVD). VECM estimation model result shows that in the short term equation, foreign debt is positively and significantly affecting the debt itself, while in the long term equation, all variables significantly affecting foreign debt which are Gross Domestic Product, government expenditure, tax revenue, and international interest rate. Gross Domestic Product positively affecting foreign debt. Government expenditure, tax revenue, and international interest rate is negatively affecting foreign debt. Result of IRF shows the same result with VECM estimation model for the effect of shocks from Gross Domestic Product, tax revenue, and international interest rate toward foreign debt. However, result of IRF for government expenditure shocks shows positively affecting foreign debt. Foreign debt shocks is affected by the debt itself that contribute with higher proportion in short term. While for long term, foreign debt is affected by the debt itself and other macroeconomic variables such as Gross Domestic Product, government expenditure, tax revenue, and international interest rate, but the effect of Gross Domestic Product toward foreign debt is higher than other variables.

(3)

RINGKASAN

ANDINI NOVRIANTI. Analisis Hubungan Pinjaman Luar Negeri dan Kebijakan Fiskal di Indonesia (dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM).

Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara berkembang yang telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar negeri merupakan salah satu aspek dari kebijakan fiskal. Akumulasi pinjaman luar negeri yang semakin meningkat setiap tahunnya memiliki hubungan dengan instrumen kebijakan fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak. Pinjaman luar negeri juga dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dan tingkat suku bunga internasional. Penelitian ini akan membahas analisis mengenai hubungan pinjaman luar negeri dan kebijakan fiskal di Indonesia.

Dalam penelitian ini alat analisis yang digunakan adalah metode kausalitas Granger, Vector Auto Regression (VAR), Vector Error Correction Model (VECM), analisis impuls respon (IRF), dan peramalan dekomposisi ragam galat (FEVD). Hasil estimasi model VECM menunjukkan bahwa pada persamaan jangka pendek pinjaman luar negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap pinjaman luar negeri itu sendiri, sedangkan pada persamaan jangka panjang semua variabel berpengaruh signifikan terhadap pinjaman luar negeri yaitu Produk Domestik Bruto, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, dan suku bunga internasional. Produk Domestik Bruto berpengaruh positif terhadap pinjaman luar negeri. Sedangkan pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan suku bunga internasional berpengaruh negatif terhadap pinjaman luar negeri. Hasil uji IRF menunjukkan hasil yang sama dengan estimasi model VECM pada pengaruh guncangan Produk Domestik Bruto, penerimaan pajak, dan suku bunga internasional terhadap pinjaman luar negeri. Namun hasil IRF pada guncangan dari pengeluaran pemerintah menunjukkan pengaruh yang positif terhadap pinjaman luar negeri. Analisis FEVD menunjukkan kontribusi variabel-variabel yang memengaruhi guncangan pinjaman luar negeri. Guncangan pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri sendiri yang memberikan kontribusi dengan proporsi lebih tinggi dalam jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang, pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri sendiri dan variabel makroekonomi lainnya seperti Produk Domestik Bruto, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak dan suku bunga internasional, namun besar pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap pinjaman luar negeri lebih tinggi dibanding variabel lainnya.

(4)

OLEH

ANDINI NOVRIANTI H14080037

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama : Andini Novrianti

Nomor Registrasi Pokok : H14080037 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Pinjaman Luar Negeri dan Kebijakan Fiskal di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 19641022 198903 1 003

Mengetahui, Ketua Departemen,

Dedi Budiman Hakim, Ph.D NIP. 19641022 198903 1 003

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, April 2012

Andini Novrianti H14080037

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Andini Novrianti, lahir pada tanggal 17 November 1990 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Ir. Agus Setia Budi dan Dra. Ida Meilani. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, dengan pendidikan penulis diawali di TK Kasih Ananda 8 Jakarta lulus tahun 1996, kemudian melanjukan pendidikan di SDN Meruya Utara 13 Jakarta lulus tahun 2002, SMPN 75 Jakarta lulus tahun 2005 dan SMAN 112 Jakarta lulus tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai pengurus organisasi HIPOTESA pada tahun 2009-2010 sebagai anggota Divisi Penelitian dan Pengembangan.

(8)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulis berharap melalui skripsi ini dapat menguraikan suatu analisis hubungan pinjaman luar negeri dan kebijakan fiskal di Indonesia. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Dedi Budiman Hakim, Ph.D sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

2. Bapak Prof. Dr. Bambang Juanda sebagai penguji utama skripsi yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Deni Lubis, MA sebagai komisi pendidikan yang telah memberikan saran dalam tata cara penulisan skripsi ini.

4. Kedua orang tua penulis, Bapak Ir. Agus Setia Budi dan Ibu Dra. Ida Meilani yang telah memberikan dukungan, motivasi, dan bimbingan bagi penulis selama penulisan skripsi ini.

5. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luar, baik dalam ruang lingkup Institut Pertanian Bogor ataupun dalam skala global.

Bogor, April 2012

Andini Novrianti H14080037

(9)

i    DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ……… i DAFTAR TABEL ……… iv DAFTAR GAMBAR ……… v DAFTAR LAMPIRAN ……… vi I. PENDAHULUAN ………... 1 1.1. Latar Belakang ……… 1 1.2. Perumusan Masalah ……… 4 1.3. Tujuan Penelitian ……… 9 1.4. Manfaat Penelitian ………. 10

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ……….. 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 11

2.1. Pinjaman Luar Negeri ……… 11

2.1.1. Pengertian Pinjaman Luar Negeri ……… 11

2.1.2. Jenis - Jenis Pinjaman Luar Negeri ………. 12

2.2. Kebijakan Fiskal ……… 14

2.2.1. Pengeluaran Pemerintah ……….. 15

2.2.2. Pajak ……… 17

2.3. Pertumbuhan Ekonomi ………... 17

2.4. Tinjauan Teoritis ……… 20

2.4.1. Teori Three Gap Model ………... 20

2.4.2. Teori Kurva Laffer Utang ………... 23

2.4.3. Ricardian Equivalence ……… 25

2.4.4. Konsep Suku Bunga Internasional ……….. 26

2.5. Teori VAR - VECM ………... 27

2.6. Studi Penelitian Terdahulu ………. 29

2.7. Kerangka Pemikiran ………... 33

(10)

III. METODE PENELITIAN ……….. 36

3.1. Jenis dan Sumber Data ……….. 36

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ……… 36

3.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data ………. 37

3.3.1. Metode Granger Causality (Kausalitas Granger) ………… 37

3.3.2. Metode Vector Auto Regression (VAR) ………. 38

3.3.3. Metode Vector Error Correction Model (VECM) ……….. 39

3.3.4. Pengujian Pra Estimasi ……….... 39

3.3.4.1. Uji Stasioneritas Data ………. 39

3.3.4.2. Uji Lag Optimal ………. 40

3.3.4.3. Uji Stabilitas VAR ………. 41

3.3.5. Uji Kointegrasi ……… 41

3.3.6. Impulse Response Function (IRF) ………... 42

3.3.7. Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) ……….. 42

3.4. Mekanisme Analisis Olah Data ……….. 43

3.5. Model Penelitian ……….... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 46

4.1. Pengujian Pra Estimasi ………... 46

4.1.1. Kestasioneran Data ……….. 46

4.1.2. Pengujian Lag Optimal ……… 48

4.1.3. Uji Stabilitas Vector Auto Regression (VAR) ………. 49

4.2. Uji Kointegrasi ……… 49

4.3. Hasil Uji Kausalitas Granger ………. 50

4.4. Hasil Estimasi ……….... 53

4.4.1. Hasil Estimasi Faktor - Faktor yang Memengaruhi Pinjaman Luar Negeri ……….. 53

4.4.2. Analisis Respon Pinjaman Luar Negeri ………... 57

4.4.2.1. Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Kebijakan Fiskal di Indonesia ………. 58

4.4.2.2. Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia ……… 61

(11)

iii   

4.4.2.3. Respon Dinamis Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional di

Indonesia ……… 63

4.4.3. Analisis Kontribusi Keragaman Variabel terhadap Pinjaman Luar Negeri ………. 64

V. KESIMPULAN ……….. 67

5.1. Kesimpulan ………... 67

5.2. Saran ……….. 69

DAFTAR PUSTAKA ……… 70

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 4.1. Uji Unit Root pada Tingkat Level ………... 47

Tabel 4.2. Uji Unit Root pada Tingkat First Difference ……….. 47

Tabel 4.3. Uji Lag Optimal ……….. 48

Tabel. 4.4 Uji Stabilitas VAR ……….. 49

Tabel 4.5. Hasil Uji Kointegrasi ……….. 50

Tabel 4.6. Uji Kausalitas Granger ……… 51

Tabel 4.7. Hasil Estimasi VECM ………. 53

(13)

v   

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman Gambar 1.1. Grafik Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Tahun

2001 – 2010 ……….. 3

Gambar 1.2. Persentase Pinjaman Luar Negeri menurut Kelompok Peminjam ………. 4

Gambar 1.3. Grafik Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Pajak, dan Pinjaman Luar Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100) ……….. 5

Gambar 1.4. Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto dan Pinjaman Luar Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100) ……….. 7

Gambar 1.5. Grafik Perkembangan Suku Bunga Internasional dan Pinjaman Luar Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100) ………. 8

Gambar 2.1. Kurva Laffer Utang ……… 23

Gambar 2.2. Kurva Suku Bunga Internasional ……… 26

Gambar 2.3. Skema Kerangka Pemikiran ……… 34

Gambar 3.1. Proses Analisis VAR dan VECM ………... 43

Gambar 4.1. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Pengeluaran Pemerintah ……….. 58

Gambar 4.2. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Penerimaan Pajak ……… 60

Gambar 4.3. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Produk Domestik Bruto ……….. 62

Gambar 4.4. Respon Pinjaman Luar Negeri terhadap Guncangan Suku Bunga Internasional ………... 63

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Uji Kestasioneran Data ………... 74

Lampiran 2. Uji Lag Optimal ……….. 78

Lampiran 3. Uji Stabilitas VAR ……….. 79

Lampiran 4. Uji Kointegrasi ……… 80

Lampiran 5. Uji Kausalitas Granger ……… 81

Lampiran 6. Hasil Estimasi Vector Error Correction Model ……….. 82

Lampiran 7. Impulse Response Function (IRF) ………... 84

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara berkembang yang telah memanfaatkan pinjaman luar negeri dalam pembangunannya. Pinjaman luar negeri baik dalam bentuk pinjaman bank maupun pinjaman resmi adalah bentuk instrumen utang negara peminjam, dan harus dibayar kembali jumlah pokok pinjaman ditambah bunga apapun ekonominya (Parasmala, 2005). Pinjaman luar negeri merupakan salah satu aspek kebijakan fiskal yang dimanfaatkan pemerintah untuk menutupi keterbatasan penerimaan pemerintah. Dalam kebijakan fiskal, terkandung anggapan bahwa rumah tangga negara atau pemerintah tidak dapat disamakan dengan rumah tangga individu (Rahayu, 2010). Pada rumah tangga individu, apabila penerimaan individu menurun, maka individu tersebut akan mengurangi pengeluarannya. Sedangkan pada pemerintah, apabila penerimaan pemerintah menurun, maka pemerintah tidak harus mengurangi pengeluarannya, karena tindakan mengurangi pengeluaran akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan masyarakat. Untuk menghindari berkurangnya pendapatan masyarakat, maka diperlukan pemanfaatan pinjaman luar negeri sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah dalam pembiayaan pembangunan, dan juga menjadi pilihan untuk menghindari pembebanan bagi warga negara apabila kekurangan dana tersebut ditutupi melalui penarikan pajak.

Sejak awal pelaksanaan rencana pembangunan lima tahun (Repelita), pinjaman luar negeri telah memiliki peran yang sangat besar sebagai sumber pembiayaan untuk menutupi kelangkaan modal di dalam negeri. Pada awal

(16)

pembangunan tahun 1969, pendapatan perkapita Indonesia masih rendah, hanya sekitar 50 dolar Amerika, dan tingkat kemiskinan yang tinggi sekitar 65 persen dari jumlah populasi, serta sektor-sektor ekonomi dalam keadaan stagnansi dan tabungan domestik dapat dikatakan tidak ada sama sekali. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk membiayai proyek-proyek yang bertujuan untuk kelangsungan pembangunan ekonomi dan sosial di dalam negeri. Proyek-proyek yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri pada era Orde Lama seperti bendungan, irigasi, tenaga pembangkit listrik, fasilitas telekomunikasi, jembatan, jalan raya, sarana transportasi, fasilitas pendidikan, serta berbagai program pengentasan kemiskinan (Harinowo, 2002).

Pemanfaatan pinjaman luar negeri memberikan pengaruh positif terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pendapatan perkapita Indonesia yang terus meningkat hingga mencapai 3.005 dolar Amerika pada tahun 2010. Hingga sekarang ini, pinjaman luar negeri masih digunakan sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi tiga defisit, yaitu defisit anggaran pemerintah, defisit tabungan investasi, dan defisit transaksi berjalan.

Jumlah pinjaman luar negeri fluktuatif, namun cenderung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan akumulasi pinjaman luar negeri sejak era Orde Baru hingga sekarang ini. Pada tahun 2001 pinjaman luar negeri sebesar 133,074 miliyar dolar Amerika, dan menurun pada tahun 2002 menjadi sebesar 131,343 miliyar dolar Amerika. Namun meningkat kembali hingga tahun 2004 pinjaman luar negeri mencapai 137,024 miliyar dolar Amerika. Penurunan kembali terjadi, sampai tahun 2006 pinjaman luar negeri sebesar 128,736 miliyar dolar Amerika. Pada tahun 2007, jumlah pinjaman luar negeri sebesar 141,18

(17)

  3   

miliyar dolar Amerika, dan meningkat 9,8 persen pada tahun berikutnya sehingga pinjaman luar negeri pada tahun 2008 mencapai 155,08 miliyar dolar Amerika. Pada tahun 2009, pinjaman luar negeri meningkat 17,791 miliyar dolar Amerika dari tahun sebelumnya, hingga tahun 2010 pinjaman luar negeri mencapai 202,413 miliyar dolar Amerika. Pergerakan perkembangan pinjaman luar negeri tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang menunjukkan grafik perkembangan pinjaman luar negeri dari tahun 2001 hingga tahun 2010.

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia, 2011 (diolah)

Gambar 1.1 Grafik Perkembangan Pinjaman Luar Negeri Tahun 2001 – 2010 Berdasarkan kelompok peminjamnya, pinjaman luar negeri dilakukan oleh pemerintah pusat, bank sentral dan kelompok swasta, seperti bank swasta, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan perusahaan-perusahaan lainnya. Dalam Gambar 1.2 ditunjukkan persentase pinjaman luar negeri pada tahun 2010 menurut kelompok peminjamnya, dari total pinjaman luar negeri pada tahun 2010 sebesar 202,413 miliyar dolar Amerika. Pinjaman luar negeri pemerintah pusat sebesar 53 persen dari total pinjaman luar negeri pada tahun 2010, atau mencapai 106,860 miliyar dolar Amerika. Pinjaman tersebut

0 50 100 150 200 250 2001 2002 2003 2004 2005 2005 2007 2008 2009 2010 Miliyar Dolar Am erika Tahun Pinjaman Luar Negeri

(18)

digunakan dibiayai mencukup pembiayaa yang digu pada tahun negeri yan pada tahun 2010. Sumber: K Gamba 1.2. Pe Pin Indonesia penerimaa maupun ja n pemerinta oleh pener pi besarnya an lain sep unakan oleh n 2010, yai ng digunak n 2010 atau Kementerian K ar 1.2 Persen erumusan M njaman lua . Melalui in an pajak, pi angka panja 41% h untuk me rimaan paj a pengelua perti pinjam h bank sentr itu sebesar kan kelompo u sebesar 41 Koordinator ntase Pinjam Masalah ar negeri m nstrumen ke injaman lua ang terhadap 6% Pinjama embiayai pe jak, namun aran pemer man luar ne ral hanya 6 11,764 mili ok swasta s 1 persen dar Bidang Pere man Luar N memiliki hu ebijakan fisk ar negeri da p instrumen 5 an Luar Neg ngeluaran p n besarnya rintah, seh geri. Sedan persen dar iyar dolar A sebesar 83, ri total pinja ekonomian, 2 Negeri menu ubungan d kal seperti p apat berpeng n fiskal terse 53% geri Tahun pemerintah a penerima hingga dip ngkan pinja ri total pinja Amerika, da 789 miliya aman luar n 2010 (diolah) urut Kelomp dengan keb pengeluaran garuh dalam ebut. Dalam n 2010 yang seharu aan pajak erlukan su aman luar n aman luar n an pinjaman ar dolar Am negeri pada ) pok Peminja ijakan fisk n pemerinta m jangka pe m jangka pe Pemerinta Bank Sent Swasta usnya tidak umber negeri negeri n luar merika tahun am kal di h dan endek ndek, ah tral

(19)

  5   

pinjaman luar negeri dapat digunakan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah, dimana besarnya penerimaan pemerintah yang berasal dari penerimaan pajak tidak mampu membiayai besarnya pengeluaran pemerintah, sehingga pemanfaatan pinjaman luar negeri digunakan lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Dengan tertutupnya defisit anggaran pemerintah, maka pinjaman luar negeri dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, dalam jangka panjang pinjaman luar negeri justru dapat meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk pengeluaran yang kurang produktif karena adanya tambahan pengeluaran pemerintah untuk membiayai cicilan pokok pinjaman beserta bunganya. Keterkaitan antara pinjaman luar negeri dan pengeluaran pemerintah dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Sumber: World Development Indicator, 2011 (diolah)

Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan Pinjaman Luar Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100)

Gambar 1.3 menunjukkan indeks perkembangan pengeluaran pemerintah yang cenderung searah dengan pertumbuhan pinjaman luar negeri. Peningkatan

0 100 200 300 400 500 600 700 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Persen Tahun

Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan Pinjaman Luar Negeri

(20)

pengeluaran pemerintah ini dapat disebabkan karena pemerintah harus mengeluarkan biaya untuk pembangunan, maupun tambahan pengeluaran untuk membiayai cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri.

Selain berhubungan terhadap pengeluaran pemerintah, pinjaman luar negeri juga berhubungan dengan penerimaan pajak. Dalam Gambar 1.3 juga ditunjukkan perkembangan penerimaan pajak dengan pinjaman luar negeri, dimana penerimaan pajak meningkat karena penetapan pajak yang terus meningkat seiring dengan peningkatan pengeluaran pemerintah. Pinjaman luar negeri menyebabkan penetapan pajak yang lebih besar pada masa akan datang. Hal ini karena pinjaman luar negeri yang digunakan untuk menghindari pembebanan kepada masyarakat melalui penetapan pajak yang lebih tinggi untuk membiayai pembangunan saat ini, namun akan menimbulkan masalah pada penetapan pajak yang lebih besar di masa akan datang. Penetapan pajak yang lebih besar di masa akan datang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, baik untuk pembangunan maupun pengeluaran yang kurang produktif seperti cicilan pokok dan bunga dari pinjaman luar negeri.

Pemanfaatan pinjaman luar negeri yang digunakan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi menyebabkan akumulasi pinjaman yang semakin besar. Akumulasi pinjaman tersebut dapat memengaruhi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) melalui pembiayaan pembangunan, sehingga perekonomian negara menjadi lebih baik. Seperti pada Gambar 1.4, yang menunjukkan grafik perkembangan PDB dengan perkembangan pinjaman luar negeri dari tahun 1991 sampai tahun 2010.

(21)

  7   

Sumber: World Development Indicator, 2011 (diolah)

Gambar 1.4 Grafik Perkembangan Produk Domestik Bruto dan Pinjaman Luar Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100)

Gambar 1.4 menunjukkan indeks perkembangan PDB yang cenderung searah dengan perkembangan pinjaman luar negeri. Dari tahun 1991 ke 1997 perkembangan PDB searah dengan perkembangan pinjaman luar negeri, namun pada tahun 1998 ke 2000 perkembangan PDB tidak searah dengan perkembangan pinjaman luar negeri dimana pinjaman luar negeri meningkat dan perkembangan PDB menurun. Penurunan tersebut tidak berlangsung lama, karena pada tahun berikutnya yaitu tahun 2001 hingga tahun 2010 perkembangan PDB Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya akumulasi pinjaman luar negeri yang digunakan untuk membiayai pembangunan-pembangunan yang telah direncanakan.

Akumulasi pinjaman luar negeri harus digunakan untuk investasi-investasi yang produktif yang dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang positif atau menguntungkan. Tingkat pengembalian yang positif diharapkan untuk dapat

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Persen Tahun

Produk Domestik Bruto dan Pinjaman Luar Negeri

(22)

membayar kembali pinjaman tersebut, karena apabila investasi tidak dapat menghasilkan nilai positif yang lebih besar dari nilai pinjaman itu sendiri, maka hal ini dapat membuat pemerintah tidak mampu membayar cicilan pinjaman beserta bunganya.

Salah satu faktor yang memengaruhi pinjaman luar negeri adalah suku bunga internasional. Suku bunga internasional atau London Inter Bank Offer Rate (LIBOR) adalah suku bunga pada pinjaman luar negeri. Pergerakan suku bunga internasional cenderung fluktuatif setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh kondisi pasar keuangan dunia. Dengan rendahnya tingkat suku bunga internasional, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih banyak, karena tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil dibanding saat tingkat suku bunga internasional tinggi. Gambar 1.5 menunjukkan indeks hubungan pergerakan suku bunga internasional yang negatif dengan pergerakan pinjaman luar negeri.

Sumber: Econstats dan World Development Indicators, 2011(diolah)

Gambar 1.5 Grafik Perkembangan Suku Bunga Internasional dan Pinjaman Luar Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100) -100 -50 0 50 100 150 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Persen Tahun

Pinjaman Luar Negeri dan Suku Bunga Internasional

(23)

  9   

Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor yang memengaruhi pinjaman luar negeri di Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh guncangan yang berasal dari instrumen kebijakan fiskal terhadap pinjaman luar negeri di Indonesia?

3. Bagaimana respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari Produk Domestik Bruto dan suku bunga internasional di Indonesia?

4. Bagaimana kontribusi dari variabel kebijakan fiskal, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional terhadap pinjaman luar negeri?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pinjaman luar negeri di Indonesia.

2. Menganalisis pengaruh guncangan yang berasal dari instrumen kebijakan fiskal terhadap pinjaman luar negeri di Indonesia.

3. Menganalisis respon dari pinjaman luar negeri akibat adanya guncangan dari Produk Domestik Bruto dan suku bunga internasional di Indonesia.

4. Menganalisis kontribusi dari variabel kebijakan fiskal, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional terhadap pinjaman luar negeri.

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran yang terkait dengan hubungan antara pinjaman luar negeri dan kebijakan fiskal di Indonesia, serta faktor-faktor lain yang memengaruhi pinjaman luar negeri. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi serta rujukan bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini yaitu analisis hubungan antara pinjaman luar negeri dengan kebijakan fiskal dalam studi kasus di Indonesia. Data yang digunakan adalah data total pinjaman luar negeri di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun 2010. Variabel yang digunakan yaitu pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pinjaman Luar Negeri

2.1.1. Pengertian Pinjaman Luar Negeri

Menurut Tribroto (2001), pinjaman luar negeri dapat diartikan dari aspek yang berbeda-beda. Berdasarkan aspek materiil, pinjaman luar negeri merupakan arus modal dari luar negeri ke dalam negeri yang dapat digunakan sebagai penambahan modal di dalam negeri. Berdasarkan aspek formal, pinjaman luar negeri merupakan penerimaan atau pemberian yang dapat digunakan untuk meningkatkan investasi yang berguna untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan aspek fungsinya, pinjaman luar negeri merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan.

Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dan Menteri Negara/Ketua Bappenas No. 185/KMI.03/1995 dan No. Kep-031/KET/5/1995 tentang Tatacara Perencanaan, Pelaksanaan atau Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman atau Hibah Luar Negeri dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, pinjaman luar negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan atau bentuk jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.

Secara umum, pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri baik dalam valuta asing maupun dalam rupiah (Hutapea, 2007).

(26)

2.1.2. Jenis - Jenis Pinjaman Luar Negeri

Jenis pinjaman luar negeri dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa aspek, yaitu berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, sumber dana pinjaman, jangka waktu pinjaman, status penerimaan pinjaman, dan persyaratan pinjaman (Triboto, 2001).

Berdasarkan bentuk pinjaman yang diterima, pinjaman luar negeri dibagi atas tiga jenis pinjaman, antara lain:

1. Bantuan proyek, yaitu bantuan luar negeri dengan cara memasukkan barang modal, barang dan jasa, yang digunakan untuk keperluan proyek pembangunan.

2. Bantuan teknik, yaitu pemberian bantuan melalui tenaga-tenaga terampil atau ahli.

3. Bantuan program, yaitu bantuan yang dimaksudkan untuk pembiayaan bagi tujuan yang bersifat umum sehingga penerimanya bebas dalam menentukan penggunaannya.

Berdasarkan sumber dana pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas dua jenis pinjaman, antara lain:

1. Pinjaman dari lembaga internasional, yaitu pinjaman berbunga ringan yang berasal dari lembaga-lembaga internasional seperti World Bank dan Asia Development Bank.

2. Pinjaman dari negara-negara anggota IGGI/IGI, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga internasional dari negara-negara bilateral anggota IGGI/IG.

Berdasarkan jangka waktu peminjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas tiga jenis pinjaman, antara lain:

(27)

13   

1. Pinjaman jangka pendek, yaitu pinjaman dengan jangka waktu sampai dengan 5 tahun.

2. Pinjaman jangka menengah, yaitu pinjaman dengan jangka waktu 5 sampai 15 tahun.

3. Pinjaman jangka panjang, yaitu pinjaman dengan jangka waktu di atas 15 tahun.

Berdasarkan status penerimaan pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas dua jenis pinjaman, antara lain:

1. Pinjaman pemerintah, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak pemerintah, dengan persyaratan yang berlaku di pasar dan tanpa ada penjaminan dari lembaga penjamin kredit ekspor.

2. Pinjaman swasta, yaitu pinjaman yang dilakukan oleh pihak swasta, maupun yang dimiliki oleh penduduk berdasarkan perjanjian pinjaman atau perjanjian lainnya, termasuk kas dan simpanan dan kewajiban lainnya terhadap bukan penduduk.

Berdasarkan persyaratan pinjaman, pinjaman luar negeri dibagi atas tiga jenis pinjaman, antara lain:

1. Pinjaman lunak, yaitu pinjaman yang berasal dari lembaga multilateral maupun negara bilateral, yang dananya berasal dari iuran anggota lembaga multilateral atau dari anggaran negara bilateral yang bersangkutan yang ditujukan untuk meningkatkan pembangunan. Bunga dari pinjaman lunak maksimum 3,5 persen dalam jangka waktu pengembalian 25 tahun atau lebih, dan masa tenggang sekurang-kurangnya tujuh tahun. Pinjaman lunak biasanya mengandung hibah sekurang-kurangnya 35 persen dari total pinjaman.

(28)

2. Pinjaman komersial, yaitu pinjaman yang bersumber dari bank atau lembaga keuangan dengan persyaratan yang berlaku di pasar internasional. Tingkat bunga yang berlaku di pasar internasional yaitu suku bunga internasional (LIBOR) ditambah margin sekitar 0,5 sampai 1,5 persen.

3. Pinjaman setengah lunak, yaitu pinjaman yang memiliki persyaratan pinjaman yang sebagian lunak dan sebagian komersial.

2.2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan ekonomi yang bertujuan untuk mencapai output yang tinggi dengan laju pertumbuhan yang cepat, kesempatan kerja yang tinggi, stabilitas harga, serta keseimbangan dalam neraca pembayaran. Kebijakan fiskal dapat meningkatkan permintaan agregat secara langsung. Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dengan menggunakan pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak dalam rangka menstabilkan perekonomian (Rahayu, 2010). Berdasarkan definisi tersebut terdapat dua instrumen pokok dalam kebijakan fiskal adalah pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak. Dengan kedua instrumen tersebut, pemerintah dapat menetapkan program pengeluaran publik serta penerimaannya yang sebagian besar berasal dari pajak, yang secara keseluruhan terangkum dalam suatu anggaran. Dengan adanya anggaran, pemerintah dapat mengendalikan masalah-masalah fiskal yang terjadi dalam perekonomian. Suatu anggaran menunjukkan rencana pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu.

(29)

15   

Kebijakan fiskal memiliki peranan penting, karena melalui kebijakan fiskal pemerintah menetapkan pajak yang akan dikenakan kepada masyarakat sebagai wajib pajak. Penetapan pajak dalam jumlah tertentu akan meningkatkan penerimaan pemerintah sehingga pemerintah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan (Sudirman, 2011).

Kebijakan fiskal dapat bersifat ekspansif dan juga bersifat kontraktif (Hady, 2004). Kebijakan fiskal yang bersifat ekspansif dilakukan dengan cara pemerintah menaikkan pengeluaran pemerintah atau menurunkan pajak, dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan produksi dalam negeri, menaikkan pendapatan masyarakat dan mendorong peningkatan impor. Kebijakan fiskal yang bersifat kontraktir dilakukan dengan cara pemerintah menurunkan pengeluaran pemerintah atau menaikkan pajak, dengan tujuan untuk mengurangi produksi dalam negeri, menurunkan pendapatan masyarakat dan menurunkan impor.

2.2.1. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaranpemerintah merupakan salah satu instrumen dalam kebijakan fiskal. Pengeluaran pemerintah adalah seluruh pembelian ataupembayaran barang dan jasa untuk kepentingan nasional, sepertipembelian persenjataan dan alat-alat kantor pemerintah, pembangunan jalan dan bendungan, gaji pegawai negeri, angkatan bersenjata, dan lainnya (Samuelson, 1997). Pengeluaran pemerintah dapat menjadi penentu pokok jumlah pengeluaran agregat, dan juga penentu pertumbuhan perekonomian. Rostow dan Musgrave berpendapat bahwa perkembangan pengeluaran pemerintah sejalan dengan tahap perkembangan ekonomi dari suatu negara. Ada perbedaan fokus alokasi sumber daya antara

(30)

negara pada tahap awalperkembangan, tahap menengah pembangunan, dan tahap lanjut. Pada tahap awal perkembangan ekonomi, diperlukan pengeluaran pemerintah yang besar untuk investasi pemerintah, utamanya untuk menyediakan infrastruktur seperti sarana jalan, kesehatan, dan pendidikan. Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi tetap diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi, namun diharapkan investasi sektor swasta sudah mulai berkembang. Kemudian pada tahap lanjut pembangunan ekonomi, pengeluaran pemerintah tetap diperlukan, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, misalnya peningkatan pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial.

Peacock dan Wiseman berpendapat bahwa pemerintah akan senantiasa meningkatkan pengeluaran pemerintah dan masyarakat memiliki tingkat toleransi untuk membayar pajak, dimana masyarakat memahami bahwa besarnya pemungutan pajak yang dibutuhkan pemerintah digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Perkembangan ekonomi dalam keadaan normal akan menyebabkan penerimaan pajak semakin meningkat dan akan berpengaruh terhadap peningkatan pengeluaran pemerintah. Sedangkan apabila keadaan normal terganggu, seperti terjadi perang, maka pemerintah akan meningkatkan pengeluarannya untuk membiayai perang. Dan saat pengeluaran untuk membiayai perang tidak dapat dibiayai sepenuhnya oleh penerimaan pajak, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri sebagai sumber pembiayaan. Setelah perang berakhir, pengeluaran pemerintah tetap akan meningkat karena pemerintah harus membayar cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri. Kenaikan tarif pajak akan dimaklumi oleh masyarakat, karena pemungutan pajak yang meningkat tersebut akan digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah

(31)

17   

yang semakin meningkat karena adanya tambahan pengeluaran untuk membayar kembali pinjaman luar negeri.

2.2.2. Pajak

Pajak merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal sebagai alternatif pembiayaan yang digunakan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah untuk memenuhi kebutuhan produksi barang-barang publik. Menurut Andriani (2005), pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Pajak mempunyai kelebihan dibandingkan dengan alternatif pembiayaan pengeluaran pemerintah lainnya, seperti pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri merupakan tindakan memindahkan pajak yang seharusnya terhitung saat ini menjadi pajak di masa akan datang, karena di masa datang akan ada penarikan pajak yang digunakan untuk membayar cicilan bunga pinjaman (Wagner dalam Rosdiana, 2005).

2.3. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan produk per kapita dalam jangka panjang, tetapi tidak memperhatikan pemerataan pendapatan dan pertumbuhan penduduk.

(32)

Pertumbuhan ekonomi tidak dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara langsung, namun dapat memperlancar proses pembangunan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi perekonomian suatu negara yang terdapat lebih banyak output tanpa melihat ada atau tidaknnya perubahan-perubahan dalam kelembagaan dan pengetahuan teknik dalam menghasilkan output yang lebih banyak (Irawan dan Suparmoko, 1999). Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya dalam jangka panjang.

Menurut Boediono (1989), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Perekonomian dapat dikatakan tumbuh apabila kenaikan output per kapita terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, walaupun pada suatu saat bisa juga terjadi penurunan, maka dapat dikatakan bahwa terjadi pertumbuhan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang menggunakan perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan melihat proses peningkatan PDB riil secara terus menerus. Peningkatan ini dilihat dalam bentuk kenaikan produktivitas riil per kapita dan taraf hidup yang ditempuh melalui penyediaan dan pengerahan berbagai sumber produksi (Salvatore, 1997). Penggunaaan perhitungan PDB dalam pertumbuhan ekonomi pada negara berkembang memiliki tujuan agar dapat menghitung pendapatan per kapita dengan mengetahui data mengenai jumlah penduduk pada tahun yang sama dengan pendapatan nasional.

(33)

19   

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah penjumlahan dari seluruh pembelanjaan barang dan jasa dalam perekonomian suatu negara dalam satu tahun (Gorman, 2009). Rumus untuk PDB adalah:

PDB = C + I + G + (X - M) dimana:

C = total konsumsi I = total investasi

G = total pengeluaran pemerintah X – M = ekspor neto (ekspor – impor)

Konsumsi merupakan pengeluaran untuk barang atau jasa yang berasal dari pendapatan rumah tangga, karena masyarakat akan membelanjakan pendapatannya. Investasi merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk investasi dalam peralatan produksi yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan serta barang dan jasa. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk pembelanjaan barang dan jasa, serta pembayaran transfer yang mencakup jaminan sosial, perawatan kesehatan, asuransi pengangguran, program kesejahteraan dan subsidi. Ekspor neto merupakan nilai dari perdagangan internasional dimana total ekspor dikurangi total impor.

PDB adalah suatu ukuran dalam perekonomian, dimana PDB merupakan total pengeluaran atau pendapatan suatu negara baik pada rumah tangga, swasta dan pemerintah. PDB akan meningkat jika salah satu komponennya meningkat, misalnya:

(34)

• Jika konsumsi meningkat, dimana masyarakat atau rumah tangga membeli lebih banyak barang atau jasa, maka PDB akan meningkat, sehingga perekonomian tumbuh.

• Jika investasi meningkat, dimana perusahaan atau swasta berinvestasi untuk membeli peralatan baru dan bahan baku yang lebih banyak, maka PDB akan meningkat, sehingga perekonomian tumbuh.

• Jika pengeluaran pemerintah meningkat, dimana lebih banyak pengeluaran yang ditujukan untuk proyek-proyek pembangunan dan penyediaan barang publik, maka PDB akan meningkat, sehingga perekonomian tumbuh.

2.4. Tinjauan Teoritis 2.4.1. Teori Three Gap Model

Pinjaman sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan, dibutuhkan untuk menutupi tiga defisit, yaitu defisit tabungan investasi, defisit anggaran pemerintah, dan defisit transaksi berjalan. Hubungan antara ketiga defisit ini dijelaskan dengan menggunakan kerangka teori three gap model yang diperoleh dari persamaan identitas pendapatan nasional (Basri, 1997), yaitu: Sisi Pengeluaran

Y = C + I + G + (X – M) ………. (1.1) Sisi Pendapatan

Y = C + S + T ……….. (1.2) dimana:

Y = produk domestik bruto G = pengeluaran pemerintah

(35)

21   

X = ekspor barang dan jasa M = impor barang dan jasa C = konsumsi masyarakat I = investasi swasta S = tabungan domestik

T = penerimaan pajak pemerintah

Sisi pengeluaran dan sisi pendapatan merupakan identitas pendapatan nasional. Jika kedua identitas pendapatan nasional tersebut digabung, maka akan diperoleh persamaan sebagai berikut:

(M – X) = (I – S) + (G – T) ………. (1.3) dimana:

M – X = defisit transaksi berjalan G – T = defisit anggaran pemerintah I – S = defisit tabungan investasi

Dari persamaan (1.3) dapat diasumsikan bahwa defisit transaksi berjalan sama dengan penjumlahan dari defisit tabungan investasi dan defisit anggaran pemerintah. Ketiga defisit tersebut memiliki hubungan dengan pinjaman luar negeri, dimana peningkatan atau penurunan dari pinjaman luar negeri dapat dipengaruhi oleh ketiga defisit tersebut. Hubungan antara pinjaman luar negeri dan ketiga defisit tersebut dapat dilihat dengan menggunakan persamaan identitas neraca pembayaran, yaitu:

Dt = (M –X)t + Dst – NFLt + Rt + NOLT ……… (1.4) dimana:

(36)

(M –X)t = defisit transaksi berjalan pada tahun t Dst = pembayaran beban pinjaman

NFLt = arus masuk bersih modal swasta pada tahun t Rt = cadangan otoritas moneter tahun t

NOLT = arus keluar modal bersih jangka pendek seperti capital flight dan lain-lain pada tahun t

Persamaan identitas neraca pembayaran menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran pinjaman, cadangan otoritas moneter, dan kebutuhan modal serta pergerakan arus modal keluar jangka pendek seperti capital flight. Saat persamaan (1.3) disubstitusikan ke persamaan (1.4), maka akan diperoleh persamaan baru sebagai berikut:

Dt = (I – S)t + (G – T)t + Dst – NFLt + Rt + NOLT ………. (1.5) Persamaan (1.5) menunjukan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai defisit tabungan investasi dan defisit anggaran pemerintah. Sehingga dari persamaan (1.4) dan persamaan (1.5) menunjukkan bahwa pinjaman luar negeri digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, defisit anggaran pemerintah, dan defisit tabungan investasi.

Defisit anggaran pemerintah terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dibanding pengeluaran yang direncanakan pemerintah. Defisit anggaran pemerintah merupakan salah satu kebijakan fiskal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, dengan cara menurunkan penerimaan pajak atau menaikkan pengeluaran pemerintah. Apabila pemerintah menaikkan pengeluaran pemerintah dengan asumsi pajak tetap, maka akan terjadi defisit anggaran

(37)

23   

pemerintah, sehingga diperlukan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit tersebut. Begitu pula dengan penurunan pajak, maka akan meningkatkan pinjaman luar negeri untuk menutupi defisit anggaran karena kurangnya sumber penerimaan pemerintah.

2.4.2. Teori Kurva Laffer Utang

Teori Kurva Laffer Utang atau Debt Laffer Curve menggambarkan efek akumulasi pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto. Menurut teori ini, pinjaman luar negeri diperlukan pada tingkat yang wajar. Penambahan pinjaman luar negeri akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau batas tertentu. Pada kondisi tersebut, pinjaman luar negeri merupakan kebutuhan normal setiap negara. Namun pada saat stok pinjaman luar negeri telah melebihi batas tersebut maka penambahan pinjaman mulai membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan akumulasi pinjaman yang tinggi dapat berakibat buruk terhadap perekonomian melalui tereduksinya kemampuan membayar pinjaman luar negeri (Batiz dan Batiz, 1994).

Expected Debt Overhang Debt C Repayment B D A Debt Stock Sumber: Pattillo, 2002

(38)

Pada Gambar 2.1 dapat dilihat bahwa pada titik A ke titik B menggambarkan akumulasi pinjaman luar negeri yang meningkat serta kemampuan membayar pinjaman yang juga meningkat, hal ini disebabkan akumulasi pinjaman yang masih relatif kecil. Kedua peningkatan memiliki besar yang sama karena pada tingkat pinjaman yang rendah, kreditur dapat mengharapkan pembayaran yang penuh dari debitur. Pada tingkat pinjaman setelah titik B, peningkatan akumulasi pinjaman akan mengurangi kemampuan membayar pinjaman tersebut, sehingga terdapat probabilitas dimana debitur tidak mampu membayar pinjamannya secara penuh. Kondisi tersebut terjadi hingga mencapai titik C atau pada kondisi tejadinya debt overhang. Pada tahap selanjutnya, setelah titik C, akumulasi pinjaman akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena akumulasi pinjaman yang besar akan menyebabkan kewajiban membayar yang juga besar, dan akan memengaruhi pemerintah untuk menaikkan tingkat pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah. Dengan kenaikan tingkat pajak akan memengaruhi investasi di dalam negeri dan menurunkan usaha produktif, sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin rendah dan kemampuan untuk melunasi pinjaman juga akan semakin rendah. Titik D menunjukkan reduksi pinjaman akan meningkatkan kemampuan membayar pinjaman dimana kreditur dan debitur akan mendapat keuntungan. Keuntungan yang akan didapatkan kreditur adalah pinjaman pokok dan cicilan pinjaman dapat dilunasi, sedangkan keuntungan yang akan didapatkan debitur adalah pertumbuhan ekonomi akan meningkat. Namun, reduksi pinjaman hanya akan diberikan kepada negara miskin yang tingkat pinjamannya sangat tinggi dan tidak memiliki kemampuan untuk membayar.

(39)

25   

Kurva Laffer menunjukkan dua bagian dari kurva, yaitu “good side” pada bagian kiri dari kurva dan “wrong side” pada bagian kanan dari kurva. Pada bagian “good side” menunjukkan kondisi peningkatan nilai pembayaran pinjaman luar negeri, sedangkan bagian “wrong side” menunjukkan kondisi dimana negara tidak memiliki kemampuan untuk membayar pinjaman secara penuh dan pembayaran aktual tergantung pada pelaksanaan kebijakan ekonomi.

2.4.3. Ricardian Equivalence

Menurut pandangan Ricardian yang disebut ekuivalensi Ricardian (Ricardian equivalence), pemotongan pajak yang didanai oleh pinjaman luar negeri tidak mendorong pengeluaran konsumen karena sumber daya konsumen tidak meningkat secara keseluruhan. Pemotongan pajak tersebut hanya akan menunda penarikan pajak yang seharusnya dilakukan saat ini menjadi penarikan pajak pada masa akan datang.

Secara sederhana, Ricardian equivalence menjelaskan bahwa pinjaman luar negeri akan menurunkan penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah dalam jangka pendek, namun dalam jangka panjang akan meningkatkan penerimaan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah, karena untuk periode waktu mendatang pemerintah memerlukan dana pembiayaan yang lebih besar untuk membiayai pengeluaran pemerintah, termasuk pembiayaan cicilan pokok dan bunga pinjaman sebagai tambahan bagi pengeluaran pemerintah.

(40)

2.4.4. Konsep Suku Bunga Internasional

Suku bunga internasional atau London Inter Bank Offer Rate (LIBOR), yaitu rate atau tingkat bunga pinjaman yang berlaku antarbank di London yang menjadi patokan atau dasar untuk menentukan tingkat bunga pinjaman pada pasar uang internasional. Suku bunga internasional memiliki jangka waktu antara lain satu bulan, tiga bulan, enam bulan, dan satu tahun. Bank-bank di dunia jika jenis surat atau jenis tabungan itu didominasi oleh mata uang asing atau dalam bentuk dolar Amerika. Suku bunga yang diberikan atas jenis tabungan atau surat berharga ini juga akan diukur sesuai denga pergerakan nilai dolar Amerika.

Suku bunga internasional memiliki hubungan yang negatif terhadap pinjaman luar negeri. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 2.2 yang menunjukkan tingkat suku bunga internasional dalam perekonomian terbuka kecil.

Tingkat S Bunga Riil Surplus NX r*2 r*1 I(r) Defisit NX Investasi, Tabungan Sumber: Mankiw, 2006

Gambar 2.2 Kurva Suku Bunga Internasional

Tingkat suku bunga internasional ditentukan dalam pasar keuangan dunia. Tingkat suku bunga internasional menentukan neraca perdagangan, dimana terjadi selisih antara tabungan dan investasi (Mankiw, 2006). Saat tingkat suku bunga internasional rendah atau berada pada titik r*1, akan terjadi defisit neraca

(41)

27   

perdagangan (Defisit NX) dimana investasi (I) melebihi tabungan (S), maka untuk menutupi defisit neraca perdagangan, pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar. Saat tingkat suku bunga internasional tinggi atau berada pada titik r*2, akan terjadi surplus neraca perdagangan (Surplus NX) dimana tabungan (S) melebihi investasi (I), sehingga pemerintah akan mengurangi pinjaman luar negeri. Saat tingkat suku bunga rendah pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar dibanding saat suku bunga internasional tinggi, karena tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil.

2.5. Teori VAR - VECM

Model Vector Auto Regression (VAR) merupakan rangkaian time series multivariat yang dikembangkan sebagai generalisasi model autoregrasi univariat (AR). Sims (1980) mengusulkan model VAR untuk menghindari pembatasan identifikasi dari model ekonometrika struktural. Model VAR menjadi alat analisis yang penting dalam makroekonomi empiris. Johansen (1990) dan Juselius (1992) memperluas model VAR pada data variabel ekonometrika time series yang tidak stasioner dengan menerapkan konsep kointegrasi dan koreksi kesalahan untuk menganalisis hubungan antara variabel yang tidak stasioner dalam jangka panjang. Metodologi ini dikenal sebagai model Vector Error Correction Model (VECM).

Menurut Ascarya (2009), secara umum, metode VAR memiliki keunggulan dibandingkan dengan metode lainnya, antara lain:

(42)

1. Metode VAR sangat sederhana. Hal ini dikarenakan metode VAR bekerja berdasarkan data, dimana tidak perlu melihat variabel yang bersifat endogen dan variabel yang bersifat eksogen.

2. Metode VAR membangun model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang kompleks, sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan variabel di dalam sebuah persamaan.

3. Uji VAR yang multivariat dapat menghindari parameter yang bias akibat variabel yang relevan tidak dimasukkan.

4. Uji VAR dapat mendeteksi hubungan antar variabel di dalam suatu sistem persamaan, dengan cara menjadikan seluruh variabel sebagai variabel yang bersifat endogen.

5. Metode VAR sederhana dan hasil estimasi prediksi (forecast) yang diperoleh akan lebih baik dari pada hasil estimasi dari model-model persamaan simultan yang lebih kompleks.

6. Metode VAR merupakan alat analisis yang sangat berguna dalam memahami adanya hubungan timbal balik antara variabel-variabel ekonomi dan juga dalam pembentukan model ekonomi yang berstruktur.

Namun, metode VAR juga memiliki kekurangan. Menurut Ascarya (2009), beberapa kekurangan dari metode VAR adalah:

1. Model VAR sering disebut model yang tidak struktural, karena dianggap a-teoritis dengan menggunakan lebih sedikit informasi dari teori-teori terdahulu. 2. Model VAR dianggap kurang sesuai untuk analisis kebijakan, karena lebih

(43)

29   

3. Penelitian dengan menggunakan metode VAR harus mempunyai data atau pengamatan yang relatif banyak, karena ketika variabel terlalu banyak dengan lag panjang, maka parameter juga akan terlalu panjang dan akan mengurangi degree of freedom.

4. Semua variabel harus stasioner. Jika tidak, data harus ditransformasi dengan benar (misalnya, diambil first difference nya), namun hubungan jangka panjang yang diperlukan dalam analisis akan hilang dalam transformasi.

5. Impulse Response Function, yang merupakan inti dari analisis dalam menggunakan metode VAR masih diperdebatkan oleh para peneliti, karena pada hakikatnya IRF menelusuri respon dependen variabel terhadap shock pada error term.

Vector Error Correction Model (VECM) adalah bentuk VAR yang terestriksi yang digunakan untuk variabel yang tidak stasioner pada level tetapi memiliki kemungkinan untuk terkointegrasi. Kointegrasi adalah terdapatnya kombinasi linear antara variabel yang tidak stasioner yang terkointegrasi pada ordo yang sama (Enders, 2004). VECM digunakan untuk mengantisipasi hilangnya informasi jangka panjang apabila data yang diperoleh memiliki derajat stasioneritas.

2.6. Studi Penelitian Terdahulu

Penelitian Harahap (2007) menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi utang luar negeri Indonesia pada periode tahun 1980 sampai tahun 2004. Dari hasil penelitian yang didapat menunjukkan pengaruh pendapatan nasional negatif dan signifikan terhadap utang luar negeri, sedangkan pengeluaran dalam negeri

(44)

dan defisit anggaran memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap utang luar negeri.

Penelitian Atmadja (2000) mengenai perkembangan dan dampak dari pinjaman luar negeri pemerintah Indonesia menunjukkan dalam jangka pendek pinjaman luar negeri sangat membantu pemerintah untuk menutupi defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, sehingga laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai target yang telah ditetapkan. Tetapi dalam jangka panjang, pinjaman luar negeri menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia, seperti pada masa krisi ekonomi, pemerintah Indonesia harus menambah pinjaman luar negeri untuk membayar pinjaman luar negeri yang telah jatuh tempo.

Penelitian Sihombing (2010) menujukkan pengaruh pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hasil estimasi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi sebelum dan sesudah krisis dapat dijelaskan dengan menggunakan variabel pinjaman luar negeri dan variabel-variabel lain yang tidak terdapat dalam model. Pinjaman luar negeri dan krisis ekonomi (dummy) memilki pengaruh nyata dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian Daryanto (2004) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi pada periode 1977 – 2001. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan dari pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pengelolaan pinjaman luar negeri pemerintah pada Orde Reformasi cenderung lebih baik dibandingkan pada Orde Baru, walaupun pinjaman luar negeri pada Orde Baru berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(45)

31   

Penelitan Hernatasa (2004) menunjukkan pinjaman luar negeri berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 1970 - 2003. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan investasi dan lag pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi dan keterbukaan ekonomi merupakan faktor yang signifikan memacu pertumbuhan ekonomi. Sedangkan lag pendapatan per kapita berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan terms of trade berpengaruh positif meskipun tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pinjaman luar negeri memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi hingga mencapai titik batas akumulasi pinjaman.

Penelitian Adi (2003) menunjukkan pengaruh pertumbuhan pinjaman luar negeri pemerintah dan pinjaman luar negeri swasta terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada periode 1975 - 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka pendek pinjaman luar negeri swasta yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sedangkan pada jangka panjang, pinjaman luar negeri pemerintah dan pinjaman luar negeri swasta tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Penelitian Listiani (2006) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor lain yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi selain pinjaman luar negeri adalah kondisi tabungan domestik, ekspor, dan kondisi perekonomian pada saat krisis ekonomi. Dengan kondisi pinjaman luar negeri Indonesia yang sudah melewati batas indikator internasional maka diperlukan

(46)

suatu pengelolaan dana pinjaman yang ada sehingga dapat digunakan dengan baik dan dapat dirasakan manfaat oleh masyarakat Indonesia secara langsung.

Penelitian Arfina (2007) menganalisis pengaruh pinjaman luat negeri dan variabel makroekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 1993 - 2006. Dari hasil estimasi persamaan jangka panjang diketahui bahwa variabel investasi dan tabungan masyarakat memiliki pengaruh positif dan signifikan, pinjaman luar negeri memiliki pengaruh negatif dan signifikan, dan variabel net export memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari hasil estimasi persamaan jangka pendek diketahui bahwa variabel investasi dan net export memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan variabel pinjaman luar negeri dan tabungan masyarakat memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Penelitian Hakim (2005) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri, kebijakan fiskal terhadap konsumsi masyarakat dalam Ricardian equivalence pada tahun 1990 - 2004. Hasil penelitian secara umum mendukung teori Ricardian equivalence dimana pinjaman luar negeri memiliki pengaru terhadap konsumsi masyarakat. Namun tidak sesuai dengan teori Ricardian equivalence yang mengatakan bahwa kebijakan fiskal tidak berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat, karena dari hasil penelitian kebijakan fiskal memiliki pengaruh yang kuat terhadap konsumsi masyarakat.

Penelitian Hartati (2008) menunjukkan pengaruh pinjaman luar negeri dan tabungan domestik terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN pada periode 2000 - 2005, dengan sebuah aplikasi panel data. Hasil dari penelitian

(47)

33   

tersebut menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan yaitu pinjaman luar negeri per kapita dan rasio tabungan domestik per PDB mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN, yaitu Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Sedangkan hasil estimasi model fixed effect menunjukkan bahwa antara variabel pinjaman luar negeri per kapita dan rasio tabungan domestik per PDB tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

2.7. Kerangka Pemikiran

Kebijakan fiskal adalah salah satu kebijakan ekonomi yang dapat menujang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui instrumen kebijakan fiskal seperti pengeluaran pemerintah dan pajak, pemerintah menetapkan besarnya anggaran yang akan digunakan untuk pembangunan perekonomian. Untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, pemerintah melakukan penurunan penarikan pajak yang dikenakan kepada masyarakat, dengan asumsi masyarakat akan membelanjakan pendapatan mereka untuk konsumsi, sehingga dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, penurunan penarikan pajak tersebut mengakibatkan defisit anggaran, karena dengan pengeluaran pemerintah yang semakin besar yang dialokasikan untuk pembangunan, tidak cukup apabila hanya dibiayai oleh penarikan pajak yang kecil. Untuk menutupi defisit anggaran tersebut, pemerintah melakukan pinjaman yang berasal dari luar negeri. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu alasan masuknya pinjaman luar negeri, karena pinjaman luar negeri dimanfaatkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pinjaman luar negeri juga

(48)

disebabkan oleh pergerakan suku bunga internasional, dimana suku bunga internasional yang rendah menyebabkan aliran pinjaman luar negeri yang masuk akan semakin besar.

Sesuai dengan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas, maka dalam skema pada Gambar 2.3 ingin memperlihatkan hubungan antara pinjaman luar negeri, instrumen kebijakan fiskal, pertumbuhan ekonomi Indonesia, dan suku bunga internasional.

Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran Kebijakan Fiskal

Pengeluaran

Pemerintah Pajak

Pinjaman Luar Negeri LIBOR Pertumbuhan

(49)

35   

2.8. Hipotesis

Berdasarkan konsep teori dan penelitian-penelitian terdahulu, dapat ditentukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

1. Pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh yang positif terhadap pinjaman luar negeri. Dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, maka pinjaman luar negeri akan meningkat untuk membiayai defisit anggaran pemerintah. 2. Penerimaan pajak memiliki pengaruh yang negatif terhadap pinjaman luar

negeri. Dengan menurunnya penerimaan pajak, maka pinjaman luar negeri akan meningkat untuk membiayai defisit anggaran pemerintah.

3. Pertumbuhan ekonomi memiliki pengaruh yang positif terhadap pinjaman luar negeri. Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi.

4. Suku bunga internasional memiliki pengaruh negatif terhadap pinjaman luar negeri. Dengan menurunnya suku bunga internasional, maka pinjaman luar negeri akan meningkat.

5. Setiap variabel memiliki kontribusi keragaman yang berbeda terhadap pinjaman luar negeri.

(50)

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto riil, dan suku bunga internasional. Data diperoleh dari laporan World Development Indicators 2011 yang diakses melalui situs World Bank dan Econstats yang diakses melalui situs Econstats. Literatur tambahan berasal dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang diakses melalui situs Bank Indonesia, Departemen Keuangan, serta studi kepustakaan melalui jurnal, artikel dan skripsi yang terkait. Data dalam penelitian merupakan data tahunan dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2010.

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Adapun variabel dan definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Foreign Debt (FD) adalah total pinjaman luar negeri Indonesia, baik pinjaman luar negeri pemerintah, pinjaman luar negeri bank sentral, dan pinjaman luar negeri swasta. Data variabel FD merupakan data dalam dolar Amerika.

2. Government expenditure (G) adalah total pengeluaran pemerintah Indonesia yang digunakan untuk pembelian barang dan jasa, serta pertahanan dan keamanan nasional. Data variabel G merupakan data dalam dolar Amerika. 3. Tax (T) adalah penerimaan pajak pemerintah pusat yang digunakan untuk

(51)

37   

4. Gross Domestic Product (GDP) adalah Produk Domestik Bruto (PDB) riil yang menjadi indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Data variabel GDP merupakan data konstan dalam dolar Amerika pada tahun dasar 2000.

5. London Inter Bank Offer Rate (LIBOR) adalah suku bunga internasional yang digunakan sebagai suku bunga pinjaman luar negeri. Data variabel LIBOR merupakan data dalam persen.

3.3. Metode Analisis dan Pengolahan Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Granger Causality (Kausalitas Granger), Vector Auto Regression (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) dalam mengelolah beberapa data time series.

3.3.1. Metode Granger Causality (Kausalitas Granger)

Studi kausalitas ditujukan untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel dan menunjukkan arah hubungan sebab akibat, dimana X menyebabkan Y, Y menyebabkan X, atau X menyebabkan Y dan Y menyebabkan X. Uji kausalitas Granger dipercaya jauh lebih bermakna dari uji korelasi biasa (Ascarya, 2009). Dengan melakukan uji kausalitas Granger dapat diketahui beberapa hal, sebagai berikut:

• Apakah X mendahului Y, apakah Y mendahului X, atau hubungan X dan Y timbal balik.

• Suatu variabel X dikatakan menyebabkan variabel lain Y, apabila Y saat ini diprediksi lebih baik dengan menggunakan nilai-nilai masa lalu X.

(52)

• Asumsi dalam uji ini adalah bahwa X dan Y dianggap sepasang data runtut waktu yang memiliki kovarians linier yang stasioner

Secara matematis, persamaan kausalitas Granger ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Yt = ∑ aiYt-i + ∑ bjXt-j + vt ; X → Y jika bj > 0 Yt = ∑ ciYt-i + ∑ djXt-j + ut ; Y → X jika dj > 0

3.3.2. Metode Vector Auto Regression (VAR)

Metode VAR merupakan rangkaian model time series multivariat yang dikembangkan oleh Sims (1980), dimana VAR adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap peubah sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag dari peubah-peubah yang ada dalam sistem. Metode VAR digunakan jika data stasioner atau tidak mengandung unit root pada level. Dalam model VAR, semua variabel yang digunakan dalam analisis dianggap berpotensi menjadi variabel endogen, dengan mengabaikan pemisahan antara variabel eksogen dan endogen.

Model umum VAR sebagai berikut (Achsani et al, 2005): Xt = µt + ∑ Ai + Xt-1 + εt

dimana,

Xt = vektor dari variabel endogen dengan dimensi (n x 1),

µt = vektor dari variabel eksogen, termasuk konstanta (intersep) dan tren, Ai = koefisien matriks dimensi (n x n),

(53)

39   

3.3.3. Metode Vector Error Correction Model (VECM)

Data stasioner atau tidak mengandung unit root merupakan syarat pertama dalam metode VAR. Namun pada umumnya, data time series tidak stasioner pada level, dan baru stasioner pada perbedaan pertama atau first difference, yang menyebabkan hilangnya informasi jangka panjang. Model VECM dapat digunakan untuk mengantisipasi hilangnya informasi jangka panjang, dan apabila terdapat minimal satu persamaan yang terkointegrasi.

Model umum VECM sebagai berikut (Achsani et al, 2005): ∆Xt = µt + πXt-1 + ∑ Гi∆Xt-i + εt

Dimana π dan Г merupakan fungsi dari Ai (pada model umum VAR). Matriks π dapat dipecah menjadi dua matriks λ dan β dengan dimensi (n x r). π = λβτ, dimana λ merupakan matriks penyesuaian, β merupakan vector kointegrasi, dan τ merupakan rank kointegrasi.

3.3.4. Pengujian Pra Estimasi 3.3.4.1.Uji Stasioneritas Data

Uji stasioneritas data atau sering disebut dengan unit root test, merupakan langkah awal yang dilakukan untuk mengestimasi sebuah model yang akan digunakan. Unit root test dapat dilakukan dengan uji Augmented Dicky-Fuller (ADF) dan menggunakan taraf nyata lima persen. Menurut Gujarati (2003), ADF dapat diuji dengan persamaan sebagai berikut:

∆Yt = β1 + β2t + δYt-1 + αi ∑ ∆Yt-1 + εt ;

(54)

Selain itu, perlu dilakukan juga ujia nilai t-statistik dari estimasi δ, untuk mengetahui apakah data time series bersifat stasioner atau tidak. Uji statistik memiliki rumus sebagai berikut:

thit = δ / Sδ

Dengan pengujian hipotesis yaitu H0 = δ = 0 (tidak stasioner) dengan hipotesis alternatifnya yaitu H1 = δ < 0 (stasioner). Apabila nilai t-statistik lebih kecil dari nilai statistik ADF, maka hasil yang didapat adalah tolak H0. Dimana, jika H0 ditolak dan menerima H1, maka data yang digunakan bersifat stasioner atau tidak mengandung unit root , dan begitu juga sebaliknya.

3.3.4.2.Uji Lag Optimal

Uji ini dilakukan untuk membentuk model VAR yang baik dengan penentuan panjang lag yang optimal yang digunakan dalam model. Penentuan jumlah lag optimal yang akan digunakan dalam model VAR dapat ditentukan berdasarkan kriteria Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC) dan Hannan Quinnon Criterion (HQ). Menurut Gujarati (2003), lag yang akan dipilih adalah model dengan nilai yang paling kecil. Karena, jika terlalu banyak panjang lag, maka akan mengurangi degree of freedom atau derajat bebas, sehingga lag yang lebih kecil disarankan untuk dapat memperkecil spesifikasi error.

Rumus untuk menghitung nilai AIC, SC dan HQ adalah: AIC = - 2 ( ι/ T ) + 2 ( κ/ T )

SC = - 2 ( ι/ T ) + κlog(T) / T HQ = - 2 ( ι/ T ) + 2κlog(log(T)) / T

Gambar

Gambar 1.3 Grafik Perkembangan Pengeluaran Pemerintah, Pajak dan Pinjaman  Luar Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100)
Gambar 1.4 menunjukkan indeks perkembangan PDB yang cenderung  searah dengan perkembangan pinjaman luar negeri
Gambar 1.5 Grafik Perkembangan Suku Bunga Internasional dan Pinjaman Luar   Negeri Tahun 1991 – 2010 (2000=100) -100-50050100150199119921993199419951996199719981999200020012002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010PersenTahun
Gambar 2.2 Kurva Suku Bunga Internasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

(b) pembelajaran kurang merangsang minat belajar siswa, ini di sebabkan oleh pendekatan tradisional yang terlalu dominan (c) Dalam proses belajar mengajar guru

Legenda setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk, yaitu bentuk permukaan suatu daerah, apakah berbukit- berbukit, berjurang dan

Beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua dalam melakukan perwatan gigi antara lain membantu anak dalam menggosok gigi terutama pada anak yang berusia dibawah

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Seperti halnya yang terjadi dalam Kongres ke-6, pada saat pence- tusan Doi Moi , dapat dilihat bahwasanya di balik keputusan PKV pada tahun 1986 untuk mengganti sistem

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Fahmi Wiranata, yaitu: objek yang diteliti penulis pada perusahaan Asuransi Bumiputera Syariah Cabang Semarang

Metode regresi logistik digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara variabel respon yaitu cara persalinan.. dengan variabel-variabel prediktor yang merupakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: 1) penerapan Numbered Head Together (NHT) disertai lingkaran buffer dapat meningkatkan motivasi belajar pada materi