• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Estimasi Faktor - Faktor yang Memengaruhi

Dalam dokumen KEBIJAKAN FISKAL OLEH (Halaman 67-71)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.4. Hasil Estimasi

4.4.1. Hasil Estimasi Faktor - Faktor yang Memengaruhi

4.4. Hasil Penelitian

4.4.1. Hasil Estimasi Faktor - Faktor yang Memengaruhi Pinjaman Luar Negeri

Hasil estimasi VECM pada model penelitian ini memperlihatkan hubungan variabel jangka pendek maupun jangka panjang. Variabel dependen pada estimasi di dalam model adalah pinjaman luar negeri, sedangkan variabel independennya adalah pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, Produk Domestik Bruto, dan suku bunga internasional.

Model VECM pinjaman luar negeri menunjukkan bahwa persamaan yang terkointegrasi mempunyai dugaan parameter error correction -0,392765 dan secara statistik signifikan pada tingkat 10 persen, sehingga dugaan parameter error correction dapat digunakan untuk mengoreksi persamaan jangka pendek maupun jangka panjang. Hasil estimasi model VECM menyatakan bahwa dalam jangka pendek terdapat satu variabel yang signifikan terhadap pinjaman luar negeri, dan terdapat empat variabel yang signifikan terhadap pinjaman luar negeri dalam jangka panjang. Hasil estimasi model VECM dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Estimasi VECM

Variabel Koefisien T-statistik Jangka Pendek CointEq1 -0,392765 -1,68211** D(LNFD(-1)) 0,5144622 1,94528** Jangka Panjang LNGDP(-1) 2,294936 11,8463* LNG(-1) -0,458419 -8,02105* LNT(-1) -0,178357 -5,19905* LIBOR(-1) -0,031087 -4,89295*

Sumber: Lampiran 6, data diolah

Hasil estimasi VECM jangka pendek menunjukkan bahwa variabel FD lag pertama berpengaruh positif dan signifikan terhadap FD pada tingkat 10 persen, yakni ketika terjadi kenaikan pinjaman luar negeri sebesar satu persen, maka akan terjadi peningkatan pinjaman luar negeri itu sendiri sebesar 0,5144622 persen. Hal ini menyatakan bahwa pinjaman luar negeri dipengaruhi oleh pinjaman luar negeri pada tahun sebelumnya. Pengaruh dari pinjaman luar negeri pada tahun sebelumnya akan meningkatkan pemanfaatan pinjaman luar negeri pada tahun berikutnya, karena pinjaman luar negeri dapat memberikan dampak yang positif terhadap perekonomian, sehingga pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar dari tahun sebelumnya sebagai modal untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Pada Tabel 4.7 juga menunjukkan bahwa dalam jangka panjang terdapat empat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap FD pada tingkat 5 persen, yaitu variabel GDP, G, T, dan LIBOR. Hasil estimasi VECM menunjukkan bahwa variabel GDP lag pertama berpengaruh positif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan Produk Domestik Bruto sebesar satu persen, maka akan meningkatkan pinjaman luar negeri sebesar 2,294936 persen. Hal ini sesuai dengan Teori Kurva Laffer Utang yang menyatakan bahwa pinjaman luar negeri merupakan kebutuhan normal setiap negara, termasuk Indonesia. Pinjaman luar negeri diperlukan pada tingkat yang wajar. Produk Domestik Bruto merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi memerlukan sumber pembiayaan pembangunan yang cukup, yang salah satunya berasal dari pinjaman luar negeri. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi diperlukan penambahan sumber pembiayaan

55   

yang berasal dari pinjaman luar negeri, sehingga dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka akan diperlukan sumber pembiayaan yang lebih besar. Penambahan pinjaman luar negeri akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi sampai pada satu titik atau ambang batas tertentu. Namun jika penambahan pinjaman luar negeri telah mencapai ambang batas atau debt overhang, maka pinjaman luar negeri tersebut dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun. Selain hal tersebut, peningkatan pinjaman luar negeri akan seiring dengan peningkatan pada tingkat pengembalian pinjaman luar negeri. Untuk mencegah terhambatnya pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, maka pemerintah akan memanfaatkan pinjaman luar negeri lebih besar untuk menutupi tingkat pengembalian pinjaman tahun sebelumnya.

Variabel G berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah sebesar satu persen, maka pinjaman luar negeri akan menurun sebesar 0,458419 persen. Hal ini berbeda dengan Teori Three Gap Model yang menjelaskan bahwa pinjaman luar negeri akan digunakan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah. Defisit anggaran pemerintah akan terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaan pemerintah. Meningkatnya pengeluaran pemerintah dengan asumsi penerimaan pajak tetap, maka akan menyebabkan terjadinya defisit anggaran pemerintah, dan pinjaman luar negeri meningkat untuk membiayai defisit anggaran pemerintah tersebut. Namun, dari hasil estimasi VECM yang didapat peningkatan pengeluaran pemerintah justru akan menurunkan pinjaman luar negeri. Hal ini dapat terjadi karena keterbatasan data time series dalam penelitian, serta pengaruh dari variabel lain dalam penelitian seperti pengaruh dari variabel

penerimaan pajak. Dari data yang digunakan dalam penelitian menunjukkan penerimaan pajak yang terus meningkat setiap tahunnya. Penerimaan pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, sehingga pemerintah tidak perlu memanfaatkan pinjaman luar negeri untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan besarnya pinjaman luar negeri akan menurun. Hal ini berkaitan dengan Teori Peacock dan Wiseman mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah menjelaskan bahwa salah satu pengeluaran pemerintah adalah untuk membiayai cicilan pokok dan bunga pinjaman luar negeri, sehingga pengeluaran pemerintah besarnya akan meningkat untuk mengembalikan pinjaman luar negeri yang digunakan pemerintah. Dengan meningkatnya pengeluaran pemerintah, maka akumulasi pinjaman luar negeri akan semakin berkurang, dan kenaikan tarif pajak yang dibebankan kepada masyarakat dapat diterima masyarakat.

Variabel T berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan penerimaan pajak sebesar satu persen, maka pinjaman luar negeri akan meningkat sebesar 0,178357 persen. Hal ini menyatakan bahwa penerimaan pajak memiliki pengaruh negatif terhadap pinjaman luar negeri. Dalam Teori Three Gap Model yang menjelaskan bahwa pinjaman luar negeri akan digunakan untuk membiayai defisit anggaran pemerintah, yang salah satunya disebabkan oleh penurunan pajak, sehingga akan menyebakan pinjaman luar negeri akan meningkat. Begitu pula sebaliknya, apabila terjadi peningkatan penerimaan pajak, maka tidak terjadi defisit anggaran pemerintah, karena pengeluaran pemerintah akan dibiayai sepenuhnya oleh penerimaan pajak, sehingga pinjaman luar negeri akan menurun. Dalam Ricardian Equivalence juga dijelaskan bahwa penarikan pajak pada masa akan datang akan

57   

digunakan untuk membiayai pengembalian pinjaman luar negeri yang digunakan untuk menutupi kekurangan dana akibat penurunan pajak pada saat ini.

Variabel LIBOR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap FD dalam jangka panjang, yakni ketika terjadi kenaikan suku bunga internasional sebesar satu persen, maka akan menurunkan pinjaman luar negeri sebesar 0,031087 persen. Hal ini sesuai dengan konsep suku bunga internasional yang berhubungan negatif dengan pinjaman luar negeri, dimana saat tingkat suku bunga internasional rendah atau menurun, maka pemerintah akan meningkatkan pemanfaatan pinjaman luar negeri sebagai sumber penerimaan pemerintah untuk menutupi defisit neraca perdagangan sebagai akibat dari investasi yang melebihi tabungan. Saat tingkat suku bunga internasional rendah, maka tingkat pengembalian pinjaman akan lebih kecil dibanding saat tingkat suku bunga internasional tinggi.

Dalam dokumen KEBIJAKAN FISKAL OLEH (Halaman 67-71)

Dokumen terkait