• Tidak ada hasil yang ditemukan

04-Bab 4=Akhlak kepada Sesama Muslim

N/A
N/A
Muhammad Rasyid Ridho

Academic year: 2024

Membagikan "04-Bab 4=Akhlak kepada Sesama Muslim"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV:

AKHLAK KEPADA SESAMA MUSLIM

Mukadimah

Akhlak kepada sesama manusia merupakan implementasi Islam sebagai agama yang rahmatan lil'alamin (rahmat bagi seluruh alam). Ajarannya bersifat universal dan aktual, yang berlaku untuk semua dan mengamalkannya akan menciptakan kebaikan bagi semua, di mana pun dan kapan pun.

Sesama manusia di sini pada dasarnya mencakup semua orang selain diri sendiri. Secara garis besar objek akhlak ini terdiri dari dua komponen, yaitu: [1] saudaranya sesama muslim, dan [2] orang kafir (non-muslim).

Akhlak Kepada Sesama Muslim

Kalimat sesama muslim secara umum mencakup semua muslim selain diri sendiri.

Pada bab lain ada pembahasan akhlak kepada individu tertentu (misalnya kepada orang tua, istri, anak, dan lain-lain ), maka yang dimaksud adalah akhlak yang bersifat khusus, disamping akhlak dalam pembahasan ini.

4.1. Kasih Sayang

Akhlak paling mulia kepada sesama muslim yaitu mengasihi dan menyayangi. Akhlak ini akan menciptakan kehidupan kaum

muslimin yang harmonis dalam kerangka agama Islam. Dengan saling mengasihi kaum muslimin menjadi utuh bagaikan satu bangunan. Ini yang diharapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Dalam Alqur'an dikatakan:

        

 

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu, dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." QS.

(Alhujurat: 10)

Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:

« مُلِسْمُلْا وخُأَ

مُلِ سْمُلْا لا

هُ مُلِظْيَ

لاوَ

هُمُلِ سْيَ

نْمَوَ

نَا كَ

يفِ

ةِ جَاحَ

هُ يخُأَ

نَاكَ

هُ!لِلْا يفِ

هُتِجَاحَ

نْمَوَ

جَ!رَّ فِ

& مُلِ سْمَ نْعَ

'ةِ بَرَّكَ

جَ!رَّ فِ

هُ !لِلْا هُ نْعَ

'ةِ بَرَّكَ

نْمَ

تِابَرَّكَ

مِويَ

ةِمَايقِلْا نْمَوَ

رَّتِسَ

ا'مُلِسْمَ

هُرَّتِسَ

هُ!لِلْا مِويَ

»ةِمَايقِلْا

"Orang muslim itu saudara bagi muslim lainnya. Karena itu ia tidak menzaliminya dan tidak menjerumuskannya. Barangsiapa yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah membantu

(2)

kebutuhannya. Barangsiapa yang melepaskan kesulitan saudaranya, maka Allah akan melepaskan kesulitannya kelak di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya kelak pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)1.

Dalam hadits lain beliau bersabda (hadits dari al-Nu'man bin Basyir):

لُ ثَمَ«

نْينْمَؤْ مُلْا مُهِ5دِّاو تَ ىفِ

مُهِمُحَارَّ تَوَ

مُهِفِطُا عَتَوَ

لُ ثَمَ

،دِ سْجَلْا اذَإِ

ىكَتِشْا هُنْمَ

Cوضْعَ

ىعَادِتَ

رَّئِاسَ

دِسْجَلْا رَّهِ!سْلْابَ

»ى!مُحُلْاوَ

"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam saling cinta, kasih sayang, dan solidaritas diantara mereka seperti satu tubuh, bila salah satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh bagian tubuh ikut merasakannya dengan tidak bisa tidur dan meriang."

(Muttafaq 'alaih)2.

Hilangnya akhlak menyayangi menjadikan hubungan tak memiliki ruh. Disamping rentan terhadap gejolak permusuhan, juga akan mengakibatkan hubungan hanya diikat dengan unsur duniawi, materi, atau untung rugi saja. Lebih jauh lagi tentu saja akan mengakibatkan hilangnya keutuhan batin kaum muslimin, tidak saling mencintai, sehingga menjadi jauh juga dari dicintai Allah Ta'ala.

Dalam sebuah hadits disebutkan (hadits dari Jarir bin Abdullah):

نْمَ«

لا مُحَرَّيَ

سَا!نْلْا لا

هُمُحَرَّيَ

هُ!لِلْا

!زَّعَ

»!لُجَوَ

"Barangsiapa yang tidak mencintai manusia, maka Allah tidak akan mencintainya." (HR. Muslim)3.

Wujud dari kasih sayang yang sebenarnya yaitu sebagaimana yang digambarkan dalam sabda Nabi (hadits dari Anasa bin Malik):

لا«

نْمَؤْيَ

مُكَدِحَأَ

ى!تِحَ

!بَّحُيَ

هُيخُلِأَ

Kبَّحُيَ امَ

»هُسْفِنْلْ

"Tidaklah salah seorang dari kalian beriman sampai ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya."

(Muttafaq 'alaih)4.

Bagian dari kasih sayang yaitu memerhatikan hak-hak seorang muslim, antara lain:

1. Mengucapkan salam kepadanya ketika berjumpa, dan menyalaminya (lihat QS. Annisa: 86).

Secara lebih detail Rasulullah memberikan tuntunan bahwa orang yang naik kendaraan memberi salam kepada yang jalan

1 HR. Bukhari (no. 2310) dan Muslim (no. 2580).

2 HR. Muslim, no. 2586.

3 HR. Muslim (no. 2319), dan Bukhari (no. 7376).

4 HR. Muslim (no. 13), dan Bukhari (no. 45).

(3)

kaki, orang yang berjalan kepada yang duduk, dan kelompok yang sedikit memberi salam kepada yang banyak1.

2. Mendoakannya ketika saudaranya bersin. Doanya yaitu:

"yarhamukallah", artinya: semoga Allah merahmatimu2. 3. Menengoknya apabila sakit.

4. Mengurus jenazahnya apabila meninggal dunia.

5. Memberinya nasihat apabila meminta untuk dinasihati.

6. Menyukai bagi saudaranya apa yang ia sukai bagi dirinya sendiri.

7. Menolongnya disaat membutuhkan pertolongan dan dukungan.

Tidak menghinakannya dan meninggalkannya.

8. Tidak mengganggu hak-haknya, baik hartanya atau kehormatannya.

9. Tidak menyingkirkan dari tempat duduknya dalam suatu majelis untuk kemudian ditempati.

10. Tidak meng-hajr-nya (isolasi) lebih dari tiga hari3.

11. Tidak menggunjingnya, menghinakannya, melecehkannya, mengolok-oloknya, memanggilnya dengan panggilan yang dibencinya, atau mengadudombakannya dengan yang lain.

12. Tidak mencelanya, baik ketika masih hidup ataupun sudah meninggal dunia.

13. Tidak mendengkinya, memata-matainya, memusuhinya, atau berburuk sangka kepadanya.

4.2. Lemah Lembut dalam Bersikap

Lemah lembut dalam bergaul dan berinteraksi dengan sesama amatlah penting. Akhlak mulia ini merupakan ciri Rasulullah – shallallahu 'alaihi wasallam– yang harus menjadi panutan seluruh umat Islam. Rasulullah bukan saja lemah lembut kepada anak istrinya, tapi lemah lembut kepada seluruh manusia. Dan ini pula yang menjadi ciri para sahabat beliau radhiallahu 'anhum.

Dalam sebuah ayat disebutkan:

          

  

"Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi

1 HR. Bukhari (no. 5877) dan Muslim (no. 2160).

2 HR. Bukhari, no. 6224.

3 HR. Bukhari (no. 5718) dan Muslim (no. 2559).

(4)

penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. Attaubah:

128)

Dalam suatu hadits diceritakan:

نْعَ«

ةِشَئِاعَ

يضِرَ

هُ!لِلْا

!نَأَ :اهِنْعَ

دِّوهِيلْا اوتَأَ

!يبِ!نْلْا ى!لِصَ

هُ!لِلْا هُيلِعَ

مُ!لِ سَوَ

:اولْا قِفِ

"

مِا !سْلْا كَ يلِعَ

"

:لَا قَ

"

مُكَيلِعَوَ

"

تْلْا قِفِ . :ةِ شَئِاعَ

"

مِا !سْلْا مُكَيلِعَ

مُكَنْعَلْوَ

هُ!لِلْا بَّضْغَوَ

مُكَيلِعَ

"

لَا قِفِ . لَو سَرَ

هُ !لِلْا ى!لِ صَ

هُ !لِلْا هُ يلِعَ

:مُ!لِ سَوَ

"

لاهِمَ

،' ايَ

ةِشَئِاعَ

، كَ يلِعَ

قِفِ5رَّلْا بَ

كِا !يَإِوَ

فَ نْعَلْاوَ

وَأَ

شَحُفِلْا

"

:تْلْا قَ .

"

مُلْوَأَ

عْمُسْتَ

امَ

؟اولْاقَ

"

:لَاقَ

"

مُلْوَأَ

يعَمُسْتَ

امَ

؟تْلِقَ

تِدِّدِّرَ

مُهِيلِعَ

بُاجَتِسْيفِ

يلْ

مُهِيفِ

لاوَ

بُاجَتِسْيَ

مُهِلْ

" !يفِ

»

Aisyah menceritakan bahwa suatu ketika orang-orang Yahudi mendatangi Rasulullah dan berkata: "Kecelakaan bagimu."

Rasulullah menjawab: "Bagi kalian juga."

Aisyah menimpali: "Bagi kalian kecelakaan. Semoga Allah melaknat dan memurkai kalian."

Rasulullah menegur Aisyah: "Tenang, wahai Aisyah. Hendaknya engkau lemah lembut. Hati-hati dengan sikap keras dan kasar."

Lalu Aisyah berkata: "Tidakkah engkau mendengar apa yang mereka katakan?"

Rasulullah menjawab: "Tidakkah engkau mendengar apa yang aku katakan? Aku menyampaikan jawaban (baca: doa) kepada mereka, dan itu akan dikabulkan. Sementara doa mereka kepadaku tidak akam dikabulkan." (HR. Bukhari)1.

Bukan hanya kepada sesama manusia saja, kepada hewan juga akhlak berlemah lembut sama diperlukannya. Intinya, berlemah lembut kepada seluruh makhluk dalam hal apa saja nilainya baik (tapi bukan berarti menafikan sikap keras ketika memang diperlukan).

Rasulullah bersabda (hadits dari Aisyah):

!نَإِ«

قِفِ5رَّلْا لا

نَوكَيَ

ىفِ

&ءٍىشْ

! لاإِ

هُنَازَ

لاوَ

عُزَّنْيَ

نْمَ

&ءٍىشْ

! لاإِ

»هُنَاشْ

"Sesungguhnya lemah lembut itu tidaklah disertakan pada sesuatu kecuali ia menghiasinya. Dan tidaklah dicabut darinya kecuali membuat sesuatu menjadi buruk." (HR. Muslim)2.

4.3. Berbicara yang Baik dan Bermuka Manis

Dalam bergaul, sikap yang paling mengemuka sebelum yang lain-lainnya yaitu tutur kata, ekspresi, dan gestur tubuh. Tutur kata yang baik disertai dengan roman muka dan gestur tubuh yang baik membuat komunikasi menjadi menyenangkan. Sikap ini perwujudan dari kasing sayang sesama muslim, saling

1 HR. Bukhari, no. 6401.

2 HR. Muslim, no. 2594.

(5)

menghormati dan menghargai diantara sesama. Tak heran apabila sikap ini merupakan akhlak mulia.

Rasulullah bersabda (hadits dari Anas bin Malik):

سَيلْ«

اfنْمَ

نْمَ

مُلْ

مُحَرَّيَ

انَرَّيغِصَ

رَّ5قَويَوَ

»انَرَّيبِكَ

"Bukan kelompok kami orang yang tidak menyayangi orang kecil diantara kami, dan tidak menghormati orang tua diantara kami."

(HR. Tirmidzi dan lainnya)1.

Keharusan berbicara yang baik disebutkan dalam sabda Nabi berikut (hadits dari Abu Hurairah):

نْمَ«

نَاكَ

نْمَؤْيَ

هُ !لِلْابَ

مِو يلْاوَ

رَّ خُلآا لُ قِيلِفِ

ا'رَّ يخُ

وَأَ

تْمُ صْيلْ

نْمَوَ

نَا كَ

نْمَؤْيَ

هُ!لِلْابَ

مِويلْاوَ

رَّخُلآا مِرَّكَيلِفِ

هُرَاجَ

نْمَوَ

نَاكَ

نْمَؤْ يَ

هُ !لِلْابَ

مِو يلْاوَ

رَّ خُلآا

مِرَّكَيلِفِ

»هُفِيضِ

"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, maka berbicaralah yang baik atau diam. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, maka muliakanlah tetangganya. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasulnya, maka muliakanlah tamunya." (Muttafaq 'alaih)2.

Rasulullah juga bersabda (hadits dari Abu Dzar):

!نَرَّقِحُتَ لا«

نْمَ

فِوَرَّعَمُلْا

،ا'ئًيشْ

ولْوَ

نَأَ

ىقِلِتَ

كِاخُأَ

&هُجَوبَ

»&قِلِطُ

"Janganlah engkau meremehkan kebajikan walaupun sedikit, sekalipun engkau menemui saudaramu dengan muka yang ceria."

(HR. Muslim)3.

4.4. Diam dan Menjaga Lisan

Di sini patut disorot secara khusus masalah menjaga lisan. Kita ketahui lisan adalah duta seseorang dan corong hatinya. Lisan menggambarkan baik tidaknya seseorang. Apa yang keluar dari lisannya menggambarkan kondisi hati dan "jeroan" seseorang.

Terjadinya problem dalam hubungan antarsesama sering bermula dari lisan. Lisan bisa menyebabkan retaknya hati yang saling mencintai, terputusnya hubungan kekerabatan, berantakannnya ikatan pernikahan, terkoyaknya persahabatan, bahkan bisa mengakibatkan rusaknya hubungan orang tua dan anaknya. Peperangan pun bisa bermula dari lidah yang (kata orang) tak bertulang ini.

Karena itu menjaga lisan merupakan akhlak yang mulia. Akhlak yang akan menciptakan keindahan dalam pergaulan, mengurangi problem, dan mendatangkan banyak kebajikan.

Rasulullah bersabda (hadits dari Abdullah bin 'Amr):

1 HR. Tirmidzi, no. 1919. Lihat Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, no. 2196.

2 HR. Bukhari (no. 5676) dan Muslim (no. 47).

3 HR. Muslim, no. 2626.

(6)

مُلِسْمُلْا«

نْمَ

مُلِسَ

نَومُلِسْمُلْا نْمَ

هُنَا سْلْ

هُدِ يَوَ

رَّجَا هِمُلْاوَ

نْمَ

رَّ جَهِ

ا مَ

ىهِنَ

هُ!لِلْا »هُنْعَ

"Muslim yaitu orang yang mana kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya. Dan muhajir (yang hijrah) yaitu orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah." (Muttafaq 'alaih)1.

Lisan sebaiknya hanya dipergunakan untuk sesuatu yang memang ia berkepentingan dengannya.

Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Hurairah):

نْمَ«

نْسْحَ

لاسَإِ

مِ

ءٍرَّمُلْا هُكَرَّتَ

امَ

لا »هُينْعَيَ

"Termasuk kebaikan Islam seseorang yaitu meninggalkan apa yang ia tidak berkepentingan dengannya." (HR. Abu Dawud dan lainnya)2.

Lisan tidak dipergunakan untuk berdusta. Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Hurairah):

ةِيَآ«

قِفِانْمُلْا Cثٌ لاثَ

اذَإِ

ثٌ!دِحَ

بُذَكَ

اذَإِوَ

دِعَوَ

فَلِخُأَ

اذَإِوَ

نْمُتَؤْا

»نَاخُ

"Tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu: bila berbicara ia dusta, bila berjanji ia mengingkari, dan bila diberi amanah ia berkhianat."

(Muttafaq 'alaih)3.

Lisan tidak dipergunakan untuk menggunjing orang, menyebutkan keburukan yang terdapat pada seseorang.

Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwasanya suatu ketika ia bersama Rasulullah. Beliau menjumpai dua kuburan yang penghuninya sedang disiksa. Beliau bersabda:

امُهِ!نَإِ«

لا نَابَ!ذَعَيَ

&رَّيبِكَ يفِ

، لِبَوَ

ى ا!مَأَ . امُهِدِحَأَ

نَا كَفِ

بُا تِغِيَ

سَا نْلْا ا fمَأَوَ .

رَّخُلآا نَاكَفِ

لا ىfذَأتِيَ

نْمَ

»لَوبِلْا

"Sesungguhny keduanya di azab bukan karena dosa besar, eh bahkan karena dosa besar. Salah satunya di azab karena menggunjing. Sedangkan yang satunya lagi diazab karena tidak menjaga diri dari air kencing." (HR. Bukhari dalam al-Adab al- Mufrad)4.

Lisan tidak dipergunakan untuk mengadu-domba, memprovokasi, dan menyulut keributan diantara sesama.

Rasulullah bersabda (hadits dari Hudzaifah bin al-Yaman)

لا«

لُخُدِيَ

ةِfنْجَلْا »مِاfمُنَ

1 HR. Bukhari (no. 10) dan Muslim (no. 40).

2 HR. Abu Dawud, no. 2481. Lihat Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 2851.

3 HR. Bukhari (no. 33) dan Muslim (no. 59).

4 HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 735. Lihat Shahih al-Adab al-Mufrad, no. 568.

(7)

"Tidak masuk surga orang yang mengadu domba sesama." (HR.

Muslim)5.

Dalam hadits lain Rasulullah menggambarkan keburukannya (hadits dari Abu Hurairah):

دِجَتَ«

5رَّشْ نْمَ

سَا!نْلْا مِويَ

ةِمَايقِلْا دِنْعَ

هُلِلْا اذَ

نْيهِجَولْا يذَ fلْا

يتَأ يَ

لاؤْ هِ

ءٍ

،&هُجَوبَ

ؤْهِوَ

لا ءٍ

»هُجَوبَ

"Akan engkau dapati bahwa seburuk-buruknya manusia menurut Allah di hari kiamat kelak yaitu orang yang berwajah dua, yaitu yang datang ke kelompok ini dengan wajah begini, dan datang ke kelompok itu dengan wajah begitu." (Muttafaq 'alaih)2.

Beliau bersabda juga (hadits dari 'Ammar bin Yasir):

نْمَ«

نَاكَ

هُلْ

نَاهِجَوَ

،اينَKدِلْا يفِ

نَاكَ

هُلْ

مِويَ

ةِمَايقِلْا

&نَانَاسْلْ

نْ&مَ

»&رَانَ

Diriwayatkan dari 'Ammar bin Yasir bahwasanya Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang di dunia memiliki dua wajah, maka kelak pada hari kiamat ia akan memiliki dua lidah dari api neraka."

(HR. Abu Dawud)3.

Lisan tidak juga dipakai untuk mengobral pujian. Lebih jelek lagi kalau pujian tersebut dalam rangka menjilat atau secara berlebih- lebihan dan disertai dusta. Rasulullah sendiri tidak menginginkan umatanya memuji-muji beliau secara berlebihan.

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abu Bakrah melalui bapaknya bahwa suatu ketika disebutkan nama seseorang di hadapan Rasulullah. Tiba-tiba seseorang berkata: "Wahai Rasulullah, tidak ada seorang pun setelah Rasulullah yang lebih utama dari orang tersebut dalam hal ini dan itu.…"

Rasululllah berkata: "Celakalah kamu, kamu telah memotong tengkuk temanmu itu." Beliau terus mengulang-ulang ucapannya.

Lantas beliau bersabda

نَإِ«

نَاكَ

مُكَدِحَأَ

ا'حَدِّامَ

هُاخُأَ

لا ةِلْاحُمَ

لُقِيلِفِ

بَّ سْحَأَ

ا 'نَلافِ

نَإِ

نَا كَ

ىرَّ يَ

هُ!نَأَ

كَلْذَكَ

لاوَ

ى5كَزَأَ

ىلِعَ

هُ!لِلْا

»ا'دِحَأَ

"Apabila salah seorang dari kalian mesti memuji saudaranya, maka katakanlah: menurutku begini, apabila memang diidapatinya begitu, dan tidaklah aku memberikan penilaian bersih seorang pun kepada Allah." (Muttafaq 'alaih)4.

4.5. Memaafkan dan Santun

Memaafkan dan santun menunjukkan kerendahan hati, sekaligus keluhuran jiwa dan ketenangan pembawaan, mampu menguasai

5 HR. Muslim, no. 105.

2 HR. Bukhari (no. 5711) dan Muslim (no. 2526).

3 HR. Abu Dawud, no. 4873. Lihat Silsilah al-Ahadits al-Shahihah, 892.

4 HR. Bukhari (no. 5714) dan Muslim (no. 3000).

(8)

akal sehat, emosi, dan jiwa sehingga tidak terbawa oleh perasaan.

Di dalam Alquran akhlak ini di singgung secara khusus dalam ayat berikut:

        

 

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa." (QS. Ali Imran: 133)

      

      

"(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS. Ali Imran:

134)

       

           

          

     

"(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami laknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya. Dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat pengkhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat).

Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Alma'idah: 14)

Pengamalannya dalam kehidupan Rasulullah digambarkan dalam hadits berikut:

نْعَ«

ةِشَئِاعَ

يضِرَ

هُ!لِلْا اهِنْعَ

اهِ!نَأَ

امَ :تْلْاقَ

رَّ 5يخُ

لَو سَرَ

هُ !لِلْا ى!لِ صَ

هُ !لِلْا

هُيلِعَ

مُ!لِسَوَ

نْيبَ

نْيَرَّمَأَ

لاإِ

!

ذَخُأَ

امُهِرَّسْيَأَ

امَ

مُلْ

نْكَيَ

نَإِفِ .ا'مُثَإِ

نَاكَ

ا'مُثَإِ

نَا كَ

دِعَبَأَ

سَا!نْلْا .هُنْمَ

امَوَ

مُقِتِنَا لَوسَرَ

هُ!لِلْا ى!لِصَ

هُ!لِلْا هُيلِعَ

مُ!لِسَوَ

هُ سْفِنْلْ

!لاإِ

نَأَ

كَهِتِنْتَ

ةِمَرَّحَ

هُ!لِلْا مُقِتِنْيفِ

هُ!لِلْ

اهِبَ

»

Dari `Aisyah radhiyallahu `anha berkata: "Tidaklah Rasulullah  dihadapkan pada dua pilihan, melainkan beliau mengambil yang termudah selama pilihan tersebut tidak termasuk dosa. Dan apabila termasuk dosa, beliau adalah orang yang paling menjauhinya.

Beliau tidak pernah sama sekali balas dendam untuk kepentingan dirinya. Kecuali jika ada pelanggaran terhadap

(9)

apa yang diharamkan oleh Allah, maka beliau membalasnya karena Allah." (Muttafaq ’alaih)1.

Dengan memaafkan akan tercipta bagi kedua belah pihak kebajikan yang tak terhingga. Dan dengan balas dendam akan berkobar keburukan setinggi bukit, dan memadamkannya pasti akan sulit.

Penyesalan karena memaafkan adalah godaan setan, sebagaimana menyesal karena tidak membalas dendam adalah provokasinya. Menyesal karena telah membalas dendam sedikit manfaatnya, sebab membalas dendam telah meluapkan amarah, merendahkan kehormatan, menumpahkan darah, menghilangkan nyawa, dan mengikuti setan.

Ja'far al-Shadiq mengatakan: "Aku menyesal sebanyak dua puluh kali karena telah memaafkan lebih aku sukai daripada aku menyesal satu kali karena telah membalas dendam."

4.6. Berinfaq/Dermawan

Berinfak merupakan akhlak yang sangat mulia dan bermanfaat.

Dermawan bagian dari perwujudan kasih sayang, cinta, persaudaraan, dan sikap empati dan respek. Dari sisi agama dan aqidah, berinfak merupakan tanda keimanan yang kuat dari seorang muslim.

Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Malik al-Asy'ari):

ةِقَدِ!صْلْاوَ « Cنَاهِرَّبَ

»

"Sedekah merupakan bukti keimanan." (HR. Muslim)2. Sedekah memiliki fungsi penting, yaitu:

1. Membantu kaum muslimin yang lemah.

2. Membantu dan mendukung kemajuan Islam.

Membantu kaum muslimin yang lemah dengan infaq dan sedekah sangat besar keutamaannya. Dalam sebuah hadits dikatakan (hadits dari Umar bin al-Khaththab):

« لُضْفِأَ

لَامُعَلِأَا لَاخُدِّإِ

رَوَرَّKسْلْا ىلِعَ

تِوسْكَ :نْمَؤْمُلْا

،هُتَرَوعَ

وَأَ

تْعَبِشْأَ

هُتِعَوجَ

، وَأَ

تْيضْقَ

هُلْ

ةِجَاحَ

»

"Amalan yang paling utama yaitu memberikan kegembiraan kepada kepada seorang mukmin, yaitu ditutupi auratnya, dikenyangkan laparnya, dan dipenuhi kebutuhannya."3

Bersedekah merupakan penyaluran harta dan nikmat Allah sesuai dengan yang diinginkan oleh Allah. Juga salah satu bentuk

1 HR. Bukhari (no. 3367) dan Muslim (no. 2327).

2 HR. Muslim, no. 223.

3 Hadits ini dimuat dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 2090.

(10)

dari rasa syukur kepada sang pemberi rezeki. Karena itu sedekah akan menjadikan harta menjadi bersih, berkah, semakin bertambah, dan mendatangkan kebahagiaan yang hakiki bagi pemiliknya.

         

 

"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih." (QS. Ibrahim: 7)

Bersedekah tidak akan membuat seorang muslim yang kaya menjadi miskin. Bahkan akan membuat yang miskin menjadi kaya.

Setidak-tidaknya kaya hati dan bermental kaya. Sebaliknya, sikap kikir, ingkar nikmat dan hanya mementingkan diri sendiri akan membuat seseorang menjadi miskin, bermental miskin, tidak bersyukur, hartanya tidak berkah, dan menyengsarakan pemiliknya.

Secara tegas Rasulullah menetapkan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta seseorang. Beliau bersabda (hadits dari Abu Kabsyah 'Amr bin Sa'd al-Anmari):

Cةِثَلاثَ«

مُسْقَأَ

،!نْهِيلِعَ

مُكَثَ5دِحَأَوَ

'اثَيَدِحَ

ا مَ :هُوظْفِحَا فِ

صَقِنَ

لَا مَ

&دِ بِعَ

نْمَ

،&ةِقَدِصَ

لاوَ

مُلِظُ

Cدِبِعَ

'ةِمُلِظْمَ

رَّبِصَ

اهِيلِعَ

لاإِ

هُدِّازَ

هُلِلْا

،'اfزَّعَ

لاوَ

حَتِفِ

Cدِبِعَ

بُا بَ

&ةِلْأسْمَ

لاإِ

حَتِفِ

هُلِلْا هُيلِعَ

بُابَ

»&رَّقِفِ

"Ada tiga perkara yang mana aku bersumpah atasnya, dan aku ceritakan kepada kalian, lalu hafalkanlah, yaitu: [1] tidaklah harta seseorang berkurang karena sedekah, dan [2] tidaklah seseorang dizalimi dengan suatu kezaliman, lalu bersabar, kecuali Allah akan menambahkan kepadanya kemuliaan, dan [3] tidaklah seseorang membuka pintu meminta-minta, kecuali Allah akan membukakan kepadanya pintu kemiskinan." (HR. Tirmidzi)1.

4.7. Menepati Janji

Janji adalah utang, dan utang harus dilunasi. Melunasi janji tiada lain dengan menepatinya sesuai dengan isi perjanjian tersebut.

Perjanjian dengan Allah mesti ditunaikan. Allah Ta'ala berfirman:

         

          

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (QS. Annahl: 91)

1 HR. Tirmidzi, no. 2325. Lihat Shahih al-Jami al-Shaghir, no. 3024.

(11)

Pun perjanjian lain pada umumnya. Allah berfirman:

      

"Dan penuhilah janji, sesungguhnya janji itu pasti dimintai pertanggungjawabannya." (Al-Isra`: 34)

Tanda-tanda kemunafikan

Menepati janji adalah bagian dari agama keimanan. Orang yang berkarakter tidak memperhatikan perjanjiannya, maka ia tidak beragama dan keimanannya rusak. Karena itu ingkar janji termasuk ciri kemunafikan.

Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Hurairah): "Tanda-tanda munafik ada tiga: [1] apabila berbicara dusta, [2] apabila berjanji mengingkari, dan [3] apabila dipercaya khianat." (Muttafaq

'alaih)1.

Seorang mukmin berbeda dari munafik. Ucapannya sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Hanya memberitakan yang diketahui kebenarannya.

Bila berjanji menepatinya. Tidak berjanji hanya sekedar politis untuk kepentingan dan keuntungan sendiri padahal tidak akan mampu dan tidak berencana memenuhinya.

Jika diamanahi untuk menjaga ucapan, harta, dan hak, maka ia menjaganya.

Menepati janji adalah barometer yang membedakan orang yang baik dari yang jelek, dan orang yang mulia dari yang hina.

Menebar janji tanpa dipenuhi bukan sifat seorang muslim.

Syaitan selalu menebar janji manis hanya demi kepentingannya, keuntungannya, dan bukan untuk menciptakan kemaslahatan antara kedua belah pihak.

Dalam sebuah ayat disebutkan yang artinya:

"Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik

pekerjaan mereka dan mengatakan: "Tidak ada seorang manusia pun yang bisa menang atas kalian pada hari ini, dan

sesungguhnya aku ini adalah pelindungmu."

Maka, tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling melihat (berhadapan), setan itu berbalik ke belakang seraya berkata:

"Sesungguhnya aku berlepas diri dari kalian. Sesungguhnya aku melihat apa yang kalian tidak melihatnya. Sesungguhnya aku takut kepada Allah." Dan Allah sangat keras siksa-Nya." (QS.

Alanfal: 48)

Perjanjian dengan orang kafir: tetap harus dipenuhi

Bila membaca sirah (sejarah) Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan generasi salaf saleh akan didapati bahwa menepati janji tidak

1 HR. Bukhari (no. 33) dan Muslim (no. 59).

(12)

terbatas hanya sesama kaum muslimin. Terhadap musuh pun demikian. Sekian banyak perjanjian dilakukan antara Nabi dan orang-orang kafir dari Ahlul Kitab dan musyrikin. Beliau menjaga dan memerhatikannya sampai mereka sendiri yang memutus tali perjanjian itu.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

"Kecuali orang-orang musyrikin yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatu pun (dari isi perjanjian)mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa." (QS. Attaubah: 4)

Dahulu antara Mu’awiyah bin Abi Sufyan -radhiyallahu ‘anhuma- ada ikatan perjanjian gencatan senjata dengan bangsa Romawi.

Suatu waktu Mu’awiyah bermaksud menyerang mereka sebulan sebelum habis masa perjanjiannya.

Tiba-tiba datang seorang lelaki mengendarai kudanya dari negeri Romawi seraya mengatakan: "Allahu Akbar…, tepatilah janji, dan janganlah berkhianat!"

Ternyata dia adalah seorang shahabat Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang bernama ‘Amr bin ‘Absah al-Sulami. Mu’awiyah lalu memanggilnya seraya berkata, "Apa yang kamu katakan itu!"

Kemudian ‘Amr berkata: "Aku mendengar Rasulullah bersabda (yang artinya): "Barangsiapa antara ia dengan suatu kaum ada perjanjian, maka tidak halal baginya untuk melepas ikatannya sampai berlalu masanya atau mengembalikan perjanjian itu kepada mereka secara jujur."1

Akhirnya Mu’awiyah menarik diri beserta pasukannya.

Karena itu walau bagaimanapun janji harus dipenuhi sesuai dengan isi perjanjian. Tidak mengoyaknya secara sepihak, zalim, dan hanya mementingkan diri sendiri.

Ini tentu saja untuk perjanjian yang tidak melanggar syariat.

Adapun perjanjian yang bertentangan dengan syariat harus secepatnya dikompromikan untuk tidak dilaksanakan.

Rasulullah bersabda (hadits dari 'Amr bin Auf):

« نَومُلِسْمُلْاوَ

ىلِعَ

مُهِطُوَرَّشْ

! لاإِ

ا'طُرَّشْ

مِ!رَّحَ

' لالاحَ

!لُحَأَ وَأَ

ا'مَارَّحَ

»

"Kaum muslimin terikat (harus menjaga) dengan

persyaratan/perjanjian mereka, kecuali persyaratan yang mengharamkan yang dihalalkan atau menghalalkan yang diharamkan." (HR. Tirmidzi)2.

1 Lihat al-Silsilah al-Shahihah (Syaikh al-Albani), no. 2357.

2 HR. Tirmidzi, no. 1352. Dimuat dalam Irwa al-Ghallil (Syaikh al-Albani), no.

1303.

(13)

Karena itu menepati janji adalah ibadah yang bisa mengantarkan seseorang mendapatkan pahala dan kebaikan yang besar. Dalam sebuah hadits dikatakan:

اذَإِ اوفِوَأَوَ ،مُتِثَ!دِحَ اذَإِ اوقَدِصَا :ةِ!نْجَلْا مُكَلْ نْمُضِأَوَ ،مُكَسْفِنَأَ نْمَ اxتِسَ يلْ اونْمُضِا

«

مُكَيَدِيَأَ اوKفِكَوَ ،مُكَرَاصْبَأَ اوKضْغَوَ ،مُكَجَوَرَّفِ اوظْفِحَاوَ ،مُتِنْمُتِئِا اذَإِ اوَKدِّأَوَ ،مُتَدِعَوَ

»

"Jagalah enam perkara dari kalian niscaya aku menjamin bagi kalian surga, yaitu: [1] jujurlah bila berbicara, [2] tepatilah jika berjanji, [3] tunaikanlah apabila kalian diberi amanah, [4] jagalah kemaluan, [5] tundukkanlah pandangan, dan [6] tahanlah tangan- tangan kalian (dari sesuatu yang dilarang)." (HR. Baihaqi)1.

4.8. Murah Hati dan Toleransi (Samahah)

Murah hati dan toleransi bagian dari akhlak mulia. Pada

dasarnya yang dimaksud yaitu: Pertama, merelakan sesuatu yang tidak wajib untuk direlakan dalam rangka menggapai keutamaan.

Kedua, murah hati dan toleransi sebagai bersikap baik dan

mempermudah urusan dalam pergaulan dengan orang lain. Tidak keras, kaku dan mempersulit orang lain2.

Orang lain di sini mencakup dua kelompok, yaitu: sesama muslim dan orang berbeda agama dan keyakinan (toleransi kepada non muslim lihat pembahsan: Akhlak kepada Orang Kafir).

Islam menganjurkan agar seorang muslim mempergauli orang lain dengan sikap murah hati yang tercermin dalam sikap mudah memaafkan, tolong-menolong, saling menghargai, saling

menyayangi, saling menasehati, dan tidak curiga-mencurigai.

Allah berfirman:

      

"Jadilah engkau pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh." (QS.

Ala'raf: 199).

Disebutkan dalam Tafsir Assa'di bahwa sikap ini mencakup keseluruhan sikap yang selayaknya dalam pergaulan dengan manusia. Yaitu bersikap mudah memaafkan berupa sikap yang mudah dan menyenangkan kepada manusia, menerima atau berlapang dada dengan perlakuan mereka kepadanya, dan memaafkan atau mentolerir (memafkan) sikap-sikap mereka yang kurang baik atau jelek3.

Rasulullah bersabda (hadits dari Jabir bin Abdullah):

1 HR. Baihaqi, no. 12471. Hadits ini di muat dalam al-Silsilah al-Shahihah (Syaikh al-Albani), no. 1470.

2 Lihat juga Mawsu'ah al-Nudhrah al-Na'im, pembahasan "al-Samahah", hal.

2287.

3 Lihat Taysir al-Karim al-Rahman (Nashir al-Sa'di), hal. 313.

(14)

« مُحَرَ

هُ!لِلْا لاجَرَ

' ا'حُمُسَ

اذَإِ

عُابَ

اذَإِوَ

ىرَّتِشْا اذَإِوَ

ىضْتِقَا

»

"Allah merahmati orang yang murah hati ketika (dalam urusan) menjual, membeli, dan piutang (menuntut hak yang ada pada orang lain)." (HR. Bukhari)1.

Dalam hadits lain (dari Abdullah bin Mas'ud) Rasulullah bersabda:

« أَ

لا أَ

خُ

بِ

رَّ

كَ

مُ

بَ

مُ

نْ

يَ

حُ

رَّ

مِ

عَ

ىلِ

نْلْا

f

رَا أَ

وَ

بَ

مُ

نْ

تَ

حُ

رَّ

مِ

عَ

لِ

ي هُ

نْلْا

f

رَا

؟ عَ

ىلِ

كَ

لُ

f

قَ

رَّ

يَ

بَّ

هِ

ي5 نْ

C

سَ

هِ

لُ

C

»

"Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang orang yang haram masuk neraka, atau orang diharamkan kepadanya api neraka?

Yaitu orang yang kepada setiap orang ia berlaku dekat dan mudah." (HR. Tirmidzi)2.

Dengan acuan ini sikap murah hati dan toleran merambah beragam lini kehidupan dan berlaku terhadap siapa saja. Paling tidak bersikap murah hati dalam empat bentuk berikut:

1. Lemah lembut dalam memuamalahi (mempergauli) orang lain.

Menyikapi orang lain secara lemah lembut mencakup berbagai hal dan kepada siapa saja. Termasuk kepada pembantu, bahkan (pada masa dulu) kepada para hamba sahaya. Lemah lembut berarti tidak kasar, baik dalam ucapan ataupun tindakan.

Rasulullah amat lemah lembut, pemaaf dan toleran kepada orang lain. Anas bin Malik menceritakan, "Aku melayanai Rasulullah selama dua puluh tahun. Beliau tidak pernah mengatakan 'uf' (ungkapan keluhan, seperti "hih", "ah", dan lain-lain) kepadaku.

Tidak pernah menegurku karena sesuatu yang luput aku kerjakan dengan mengatakan: "Seharusnya kamu lakukan begini dan

begitu". Dan tidak pernah juga menegur atas apa yang aku perbuat dengan mengatakan: "Kenapa kamu lakukan ini dan itu"." (HR.

Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad)3. 2. Murah hati dalam jual beli.

Seorang penjual bersikap murah hati degan tidak menjual barangnya dengan harga yang mencekik. Mengambil keuntungan sewajarnya saja dalam rangka memberi kemudahan kepada para pembeli, dan menjaga harga pasar agar tidak merugikan para penjual lainnya.

Menjadi penjual tidak berarti segala sesuatu menjadi diukur oleh uang dan keuntungan. Bisnis seorang muslim yang paling hakiki tentunya dengan Allah Ta'ala untuk mendapatkan pahala sebesar- besarnya. Karena itu, sesama manusia tidak memberatkan, terlebih

1 HR. Bukhari, no. 1970.

2 HR. Tirmidzi, no. 2488. Dimuat dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 938.

3 HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 277.

(15)

lagi kepada pembeli yang miskin. Sehingga disamping

mendapatkan keuntungan di dunia, juga meraih pahala di akhirat.

Murah hati tidak hanya berlaku kepada penjual, kepada pembeli pun berlaku. Seorang pembeli yang murah hati tidak menawar secara ekstrim dan menyulitkan penjual. Terlebih lagi apabila seseorang menjual sesuatu dikarenakan kebutuhan yang mendesak atau kondisinya miskin. Kepada yang seperti ini pembeli yang murah hati mempermudah urusan dengan membelinya secara wajar atau bahkan disertai dengan membantunya.

3. Murah hati dalam menolong.

Tolong menolong amat dianjurkan dalam Islam. Bukan saja

berpahala besar, tolong menolong akan mendatangkan pertolongan Allah Ta'ala.

Rasulullah bersabda (hadits dari Abu Hurairah):

« نْمَ

سَ!فِنَ

&نْمَؤْمَ نْعَ

'ةِبَرَّكَ

نْمَ

بُرَّكَ

اينَKدِلْا سَ!فِنَ

هُ!لِلْا هُنْعَ

'ةِبَرَّكَ

نْمَ

بُرَّكَ

مِويَ

ةِمَايقِلْا

، نْمَوَ

رَّ!سْيَ

ىلِعَ

&رَّسْعَمَ

رَّ!سْيَ

هُ!لِلْا هُيلِعَ

اينَKدِلْا يفِ

ةِرَّخُلآاوَ

، نْمَوَ

رَّتِسَ

ا'مُلِسْمَ

هُرَّتِسَ

هُ!لِلْا اينَKدِلْا يفِ

ةِرَّخُلآاوَ

هُ!لِلْاوَ

يفِ

نَوعَ

دِبِعَلْا امَ

نَاكَ

دِبِعَلْا يفِ

نَوعَ

هُيخُأَ

»

"Barangsiapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan meringankan baginya kelak kesulitan dari kesulitan-kesulitan akhirat.

Barangsiapa yang meringankan urusan orang yang kesulitan, maka Allah akan meringankan urusannya di dunia dan di akhirat.

Barangsiap yang menutupi kejelekan seorang muslim, maka Allah kan menutupi kejelekannya di dunia dan di akhirat.

Allah akan membantu seorang hamba selama ia membantu saudaranya." (HR. Tirmidzi)1.

Bagi seorang muslim tolong menolong semata-mata karena Allah. Tidak ada unsur mencari keuntungan duniawi di dalamnya.

Karena itu, tidak selayaknya seorang muslim yang membantu saudaranya yang kesulitan menambahinya dengan kesulitan baru karena pertolongan yang berbayar. Karena itu, Allah melarang mengambil keuntungan dari meminjamkan uang dengan

mengharamkan riba.

4. Murah hati kepada yang berutang.

Dalam sebuah ayat disebutkan:

            

  

"Dan jika (orang yang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan

1 HR. Tirmidzi, no. 1425. Dimuat dalam Shahih al-Jami al-Shaghir, no. 6577.

(16)

(sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui." (QS. Albaqarah: 280).

Ayat ini mengajarkan bermurah hati kepada yang berutang ketika kondisinya memprihatinkan dan tidak sanggup membayar.

Yaitu dengan dua hal: Pertama, memberikan tempo kepadanya sampai ia mampu membayar utangnya.

Ini kemurahan hati karena tidak mempersulit orang berutang untuk membayarnya ketika tidak mampu. Padahal bisa saja setan membisikinya dengan berbagai tuduhan buruk tentang orang berutang tersebut.

Kedua, menyedekahkan utangnya. Ini lebih tinggi lagi derajatnya karena membantu orang kesulitan dengan bantuan yang lebih nyata, yaitu berupa sedekah.

Bentuk lain kemurahan hati kepada yang berutang yaitu menagihnya dengan lemah lembut dan tidak menagihnya di hadapan orang banyak karen akan mempermalukannya.

-o0o-

+++++++++++++++++++++++++

+ al-Zahrani, Yahya bin Musa, al-'Afw Hasanat wa Jannat

+ al-Albani, Muhammad Nasiruddin, Shahih al-Jami al-Shaghir (al-Maktabah al-Shamela)

+ al-Albani, Muhammad Nasiruddin, al-Targhib wa al-Tarhib (al- Maktabah al-Shamela)

+ Taysir al-Karim al-Rahman, Abdrurrahman bin Nashir al-Sa'di, + Minhaj al-Muslim, Abu Bakr Jabir al-Jajairi, Maktabah al-'Ulm wa al-Hikmah, Madinah al-Munawwarah, KSA, 2003

Referensi

Dokumen terkait

Al Hakim adalah salah satu nama Allah yang artinya ……….. Maha

Rasa syukur memang akan membuat nikmat itu bertambah banyak, baik dari segi jumlah atau paling tidak dari segi rasanya, Allah berfirman yang artinya: “Dan (ingatlah

CV.. pedulikan, sekiranya ia bersumpah demi Allah Ta‟ala, maka Allah mengabulkanya. Maka agar tidak seorangpun yang berani mengolok-olok orang lain yang ia pandang

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hendaknya ada di antara kalian segolongan orang yang mendakwahkan kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang

Allah berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi dari perintah/ajaran rasul itu karena mereka akan tertimpa fitnah atau menimpa mereka azab

Maka orang semacam ini tidaklah kafir, namun dia berdosa dan perbuatan ini sangat tercela sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), “ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang

Inilah yang dimaksudkan dengan firman Allah yang artinya: bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” Ibnu Qutaibah mengatakan, “Makna firman Allah yang artinya “Kecuali orang-orang

berfirman dalam Q.S Al Baqarah ayat 153 yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, maka jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu dan sesungguhnya Allah bersama dengan