Nama: Yessa Yuliana Nim : A1J221019
Materi: Dasar Perbandingan Bahasa dan Metode Perbandingan
Teori yang digunakan dalam menjelaskan perkembangan bahasa secara signifikan menjadi suatu sistem komunikasi adalah teori Hockett – Ascher. Didalam teori ini, mengemukakan perihal data-data arkeologis, fosil, dan data-data geologis. Dari data-data itu terhubung dengan pertumbuhan bahasa manusia dari awal mula perkembangannya. Secara garis besar mengenai evolusi bahasa dari teriakan (cry) atau panggilan (call) melalui tahap pra-bahasa berbeda dari bahasa sesungguhnya. Sehingga dari teori perkiraan pertumbuhan bahasa, tahap yang diperhatikan adalah perkembangan bahasa berkelanjutannya, dengan metode klasik. Dalam bidang perbandingan, aspek studi yang diambil adalah bentuk. Secara struktur formal bahasa tidak terlalu menimbulkan masalah dalam objek perbandingan jika dibandingkan dalam struktur makna. Dengan demikian bahasa dapat menjadi objek perbandingan secara universal, yang mana mencakup (Keraf, 1983. hlm 32-33):
Kesamaan dalam bentuk dan makna. Tiap bahasa memilki bentuk-bentuk ynag terkait dnegan makna khas dan mempermudah referensi.
Fonem dan morfem. Hal yang menarik dari kedua aspek ini,bahwa tiap bahasa memiliki perangkat terkecil dalam membedakan makna kata. Serta tergabung dari bunyi-bunyi yang menghasilkan perlambangan yang tidak terbatas. Sebab fonem bahasa berkisar 15-50 fonem, yang mana bisa menghasilkan ribuan morfem (kata), satuan terkecil mengandung makna.
Memiliki kelas-kelas kata tertentu, berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, kata gantu, kata bilangan.
Linguistik historis kompertif menggunakan kesamaan bentuk dan makna, sebagai objek sejarah turunan yang sama, sebab bahasa kekerabatan yang berasal dari proto yang sama akan memperlihatkan kesamaan-kesamaan tersebut (Keraf, 1983. hlm 33-34).
Aspek sistem bunyi (fonetik) dan susunan bunyi (fonologis)
Kesamaan morfologis, dalam bentuk kata dan bentuk gramatikal
Sintaksis, relasi antara kata-kata di dalam kalimat
Secara bandingan tipologis, metode perbandingan digunakan sebagai alat penyusun ciri-ciri yang korenspondensi dari unsur-unsur yang diperbandingkan dari berbagai bahasa. Contoh bahasa Inggris dalam padanannya bahasa Jerman:
Stone, bone, home, tame, tide, dan to Stein, bein, heim, zahm, zeit, dan zu
Terlihat konsistensi korespondensi fonemis, yaitu /ou/ dan /t/ berkorenspondesni dengan /ai/
dan /ts/. Kesamaan anatara bentuk makna secara leksikal diperkuat dalam aspek gramatikal juga, ynag mana menunjang hipotesa historis, sebagai berikut:
Inggris : good - better - best: drin k - drank - drunk Jerman: gut - besser - beste: trinken - trank - (ge) trunken
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemiripan bentuk-makna yang terdapat dlam bhasa-bahasa, dapat terjadi dalam tiga kategori, yaitu (Keraf, 1983. hlm 34-36):
Warisan langsung, dari proto yang sama atau bentuk yang sama secara bentuk kekerabatan.
Faktor kebetulan, misal kata mata dalam bahasa Indonesia dan mati dalam bahasa Yunanai, lalu kata nass dalam bahasa Jerman dan nas dalam bahasa Zuni yang sama- sama berarti ‘baasah’. Hal ini dinamakan onomatopoeia, yaitu urutan-urutan bunyi secara sugesti meniru sistem fonologis suatu hal tertentu.
Pinjaman, penyerapan suatu bahasa akibat kontak dalam sejarah.
Bahasa-bahasa yang memiliki bentuk dan makna yang sama bisa menjadi aspek kekerabatan, dalam aspek ini tidak bisa diklasifikasikan secara kebetulan atau pinjaman. Sebab alasan yang dapat diterima adalah karena bahasa-bahasa itu berkembang dari suatu bahasa proto yang sama, berikut tabel dibawah ini (Keraf, 1983, hlm 37):
Lalu, perubahan fonetis memperlihatkan juga dalam sifat keteraturan dalam konsep Grimm perihal Hukum Bunyi, sebagai berikut:
Inggris Kuno : ure thu hus mus
Inggris moderen: our thou house mous SUMBER RUJUKAN
Keraf, G. (1983). LINGUISTIK BANDINGAN HISTORIS. Jakarta: PT GRAMEDIA.