• Tidak ada hasil yang ditemukan

15023 34731 1 PB jurnal

N/A
N/A
Dar Win

Academic year: 2023

Membagikan "15023 34731 1 PB jurnal"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Arena Pacuan Kuda Aceh Tengah

Dengan Tema Simbol Budaya “Cultural Symbol

Rizqi Mardhatillah

1

, Husnus Sawab

2

, Khairul Huda

2

1Mahasiswa Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala 2Dosen Jurusan Arsitektur dan Perencanaan, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala

Email: [email protected]

Abstract

Central Aceh Regency has many tourist attractions, one of which is horse racing, many tours from various regions of Aceh and Outside Aceh arrive. Horse racing that people often refer to as "Pacu Kude" The needs of the community in watching the match match horse obstructed due to Tribune spectators that are less extensive and insufficient so that many lovers of horse matches watch in an uncomfortable place such as on the edge of the racetrack and in the heat of the sun, in addition, many horse racing tourists are less comfortably controlled due to the lack of parking arrangements so that traffic jams and structuring of traditional shops made by community members are organized and not neat. Therefore, making a fix again at the Central Aceh Racecourse Arena designed a new racetrack that requires a high level of comfort from horse racing lovers to the racetrack, enjoying the running of the game to shopping in traditional shops. The design of the Central Aceh racetrack also looks to follow the characteristics of Central Aceh's cultural symbols in every form and appearance of the design.

Keywords: Horse Racing Arena, Renewal, cultural symbol

Abstrak

Kabupaten Aceh Tengah memiliki banyak objek wisata salah satunya adalah pacuan kuda, wisatan dari berbagai daerah Aceh maupun Luar Aceh banyak berdatangan. Pacuan kuda yang sering masyarakat sekitar sebut dengan “Pacu Kude” Kebutuhan masyarakat dalam menyaksikan Pertandingan laga kuda tersebut terhalangi akibat Tribun penonton yang kurang luas dan tidaj mencukupi sehingga banyak para penikmat laga kuda tersebut menonton di tempat yang tidak nyaman seperti di pinggir arena pacuan kuda dan di atas teriknya matahari, Selain itu banyak juga wisatawan pacu kuda ini kurang terkendali dengan nyaman akibat kurangnya penataan parkir sehingga terjadinya macet dan penataan kedai-kedai tradisional yang dibuat oleh masyarakat berserakat dan tidak rapi. Oleh karena itu, pembuatan membenahi kembali Arena Pacuan Kuda Aceh Tengah ini mendesain Arena pacuan kuda baru yang membutuhkan tingkat kenyamanan yang tinggi dari mulai paca penikmat laga kuda datang ke Arena pacuan kuda, menikmati jalannya pertandingan hingga berbelanja di kedai-kedai tradisional. Desain Arena pacuan kuda Aceh Tengah tersebut juga berpenampilan mengikuti ciri khas simbol budaya Aceh Tengah disetiap bentuk maupun tampilan rancangan desain.

Kata kunci: Arena Pacuan Kuda, Pembaruan, simbol budaya

1. Pendahuluan

Pacuan kuda yang berasal dari daratan tinggi Aceh tengah, yang bertempatkan di arena balapan Blang Bebangka merupakan salah satu ajang yang dilaksanakan 2 kali dalam setahun yaitu pada hari lahir kota Takengon dan kemudian pada hari kemerdekaan Indonesia. Pacuan kuda atau masyarakat Aceh Tengah sering menyebutnya dengan “Pacu Kude” dalam basa Gayo sudah terselenggara sudah sangat lama bahkan sebelum Belanda datang ke Gayo Aceh Tengah, pacuan kuda saat itu dilaksanakan di area persawahan dan dilaksanakan pada bulan Agustus, dikarenakan pada bulan tersebut masyarakat Aceh tengah sudah selesai memanen padi dan pada bulan tersebut berada pada musim kemarau sehingga pacuan kuda pada bulan tersebut sangat cocok digelar sebagai pesta dan sarana hiburan para petani di Aceh tengah.

Pacuan kuda sendiri setelah sering dilaksanakan setelah memanen padi di kota tersebut maka ada berbagai titik desa yang memakai lahannya untuk

menjadi arena sebagai ajang pacuan kuda tersebut.

Seperti di kawasan Bintang tepatnya di tepi danau Laut tawar yang menjadi arena balapan sendiri, kemudian di kawasan Pegasing pada lembah rata yang luas yang kini dikenal sebagai lapangan Blang bebangka. Kemudian arena pacuan kuda yang berada di Bener Meriah pada lapangan datar di daerah tersebut.

Pacuan kuda yang dilaksakan di Aceh tengah dan Bener Meriah umumnya bersifat saling bekerja sama baik panitia maupun yang melaksakana pacuan tersebut agar pada pelaksanaannya tersebut dapat berjalan lancar dan tidak saling berdekatan antara bulan pelaksanaannya.

Pelaksanaan yang

beberapa kali dilaksanakan baik di arena pacuan

kuda banyak sekali terdapat masalah yang harus

dibuat dalam bentuk penataan area pacuan kuda

sendiri maupun untuk para penonton pacuan

kuda. Pasalnya dalam ajang pacuan kuda

tersebut baik di arena Aceh Tengah dan Bener

(2)

hampir sama, yaitu pada pola bentuk arena pacuan kuda sendiri memiliki arena pacuan untuk kuda yang berbentuk oval, pada sisi dalam arena pacuan kuda tersebut berfungsi sebagai juri yang mengawasi jalanya pertandingan dengan sebagai penentu garis akhir dan tim medis serta kendaraan medis yang berkeliling lapangan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada para penunggang kuda pada saat berlaga, kemudian pada sisi luar bentuk oval tersebut diisi sebagai pasar dagangan baik pakaian dan makanan yang sudah menjadi tradisi para penonton pacuan kuda sebagai ajang jual beli. Di depan garis Start-Finish di berikan sebuah sirkulasi sebagai penonton yang menonton dari jarak dekat pelepasan kuda tersebut, biasaya diisi sebagai petinggi daerah dan juga para pemilik kuda yang kudanya berlaga. Seiring dengan berkembangnya jaman sirkulasi di depan garis Start yang diisi sebagai kepala daerah dan pemilik kuda menonton pacuan kuda di Tribun.

Tribun ini dibuat agar dapat melihat dari jarak dekat sampai ke titik paling jauh arena lapangan pacuan kuda, Tribun ini sampai sekarang masih digunakan untuk menonton Pacuan kuda. Pada sisi terluar arena lapangan pacuan kuda terdapat kandang kuda untuk kuda beristirahat malam dan sebagai tempat pemanasan kuda sendiri biasanya tidak jauh dari belakang tribun, dikarenakan pada saat perlombaan akan dimulai kuda dapat langsung ke arena pacuan. Dengan berkembangnya zaman sisi lain arena telah dijadikan tempat parkiran, yang seharusnya bukan tempat parkiran. Yang tidak seharusnya dijadikan tempat parkiran.

2. Tinjauan Pustaka 2.1 Kuda

Kuda merupakan spesies mamalia yang sangat kuat dan giat dalam bekerja untuk membantu manusia dari zaman dahulu. Kuda yang memiliki kecepatan hingga tenaga yang kuat dimanfaatkan manusia tidak hanya sebagai hewan peliharaaan tetapi sebagai hewan penarik dan pengangkut. Tetapi hewan ini diminati dalam beberapa bidang seiring berkembangnya zaman diantaranya dibidang olahraga seperti pacuan kuda, ketangkasan berkuda, dan polo.

2.2 Pacuan kuda

Pacuan kuda adalah olah raga berkuda yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Kuda dilatih untuk berpacu menuju garis akhir (finish) melawan

Pacuan kuda Gayo kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu tradisi dan budaya masyarakat Gayo yang sudah ada sejak dahulu yang menunjukan atraksi unik dan joki cilik dengan menunggang kuda tanpa pelana. Jenis kuda gayo yang merupakan kuda endemik di pulau Sumatera juga ikut diperlombakan dalam arena pacuan kuda tradisional Gayo. Even ini merupakan hiburan tahunan yang biasanya dilaksanakan bertepatan dengan hari jadi kabupaten Bener Meriah pada bulan januari.

2.3 Arena

Arena adalah istilah umum yang merujuk kepada suatu tempat yang digunakan untuk berlatih dan bertanding satu atau beberapa cabang olahraga.

Istilah lain dari arena adalah gelanggang yang memiliki pengertian sama. Pada zaman Romawi Kuno, arena digunakan untuk pertandingan antara manusia dengan manusia atau manusia melawan hewan. Bentuk bangunan arena ini kemudian diadopsi oleh dunia seni pertunjukan dengan menggunakan nama 'teater arena'. Tapi seiring perkembangan zaman, kata ini memiliki pengertian semakin luas. Bahkan dunia politik pun menggunakan kata 'arena', meskipun tidak mengerucut kepada suatu tempat.

3. Studi Tema

Perancangan ini mengunakan Tema Simbol budaya atau “cultural symbol” yang menurut kamus bahasa Indonesia adalah manifestasi fisik yang menandakan ideologi budaya tertentu atau yang hanya memiliki makna dalam suatu budaya yang berkumulasi dari kepercayaan, tradisi, bahasa dan nilai-nilai kelompok orang tertentu.

Menurut Robert Venturi [1] menyadari kurangnya simbolisme dalam arsitektur dan menyerukan agar kembali ke simbol budaya dengan menyediakan dunia dengan sekilas perintis desain Post Modern.

4. Implementasi Tema Dan Peletakan Masa Bangunan

Kerawang Gayo merupakan simbol budaya daerah Aceh Tengah yang biasanya dipakai saat melangsungkan acara resepsi pernikahan, acara tarian adat dan budaya secara turun-temurun.

Kerawang itu sendiri merupakan hasil cipta karsa dari manusia yang menjadi nilai estetika dalam perilaku kehidupan yang kemudian menjadi budaya.

Sedangkan budaya itu sendiri adalah hasil refleksi manusia dengan alam.

(3)

Masyarakat Gayo dilambangkan sebagai masyarakat yang Mersik (berani), Lisik (rajin) dan Urik (teliti).

Berikut beberapa makna Motif yang terdapat pada pakaian adat Gayo sendiri untuk diimplementdalam rancangan Arena Pacaun Kuda ada [4]:

4.1 pucuk rebung

Gambar 2 Pucuk Rebung

Pucuk Rebung mempunyai makna masyarakat Gayo Lues mencintai keadilan dan kedamaian.

4.2 Mun berangkat

Gambar 3 Mun Berangkat

Mun Berangkat bermakna bahwa masyarakata Gayo Lues mempunyai cita-cita dan tata cara dalam kehidupan bermasyarakat.

4.3 Puter tali

Gambar 4 Puter Tali

Puter tali bermakna dalam kehidupan masyarakat Gayo Lues terdapat kesatuan dan persatuan.

5. Penerapan Tema Dalam Rancangan

Konsep umum dalam perancangan Arena pacuan kuda Adalah memakai konsep Cultural Symbol atau Simbol Budaya dengan bertemakan “Pesta Rakyat”

Rankaiyan dalam proses rancangan ini memberikan Skema Simbol Budaya Kerawang Gayo yang di berikan pada setiap Perancangan bangunan pada arena pacuan kuda menggunakan sari dari warna dan bentuk dari kerrawang gayo sendiri.

Gambar 5 Konsep Bangunan

Konsep bangunan yang diambil dari bagian kerawang Gayo yang sudah di moderenisasi dan juga warna daerah merah, kuning dan hijau yang melambangkan warna daerah Aceh Tengah.

Gambar 6 Konsep Struktur

Ide bentuk dari struktur tribun pacuan kuda berdasarkan dari bentuk pucuk rebung yang merupakan simbol dari daerah gayo luwes.

Gambar 7 Konsep Strkuktur

Bentuk penahan atap yang digunakan melengkung menggunakan konsep Kerawang dan di bentuk Transformasi dan dipadatkan segitiga struktur rigit yang di letakkkan pada setiap kolom.

Gambar 8 Konsep Fasad

Fasad yang digunakan pada Tribun menggunakan fasad Sun shading yang dibuat dari rangkayan kerrawang gayo agar menghindari sinar matahari langsung pada dalam tribun.

(4)

Gambar 9 Konsep Perzoningan

Perzoningan Arena pacuan kuda Sendiri meliputi pengelompokan yang meliputi dari paling luas yakni Area Pacuan kudanya sendiri dan disusul oleh lapangn parkir dan tempat masyarakat menonton dan beraktifitas.

Gambar 10 Konsep Tata Letak

Dalam tata letak kegiatan masyarakat pada saat menonton pacuan kuda pada bangunan massa Tribun diletakkan di belakang dan posisi depan tribun harus dengan dengan posisi Start Pacuan kuda serta pada depan garis Start pacuan kuda di letakkan Pos juri agar para juri bisa sangat jelas melihat kuda yang datang pada posisi Start – Finish.

Fasilitas yang tidak kalah pentingnya iyalah memberika bangunan kandang kuda serta klinik kuda yang harus berdekatan dengan posisi area sekitar kuda dikarenakan aroma kuda yang harus ada pada area sudut tertentu dan tidak memepengaruhi masyarakat sekitar yang menonton pada area tertentu.

Konsep utilitas yang digunakan memanfaatkan kontur yang ada serta arah angin pada lahan tapak Site pacuan kuda sendiri yang berada pada kontur -5 meter dari jalan raya dan dibawah lahan tersebut terdapat sungai yang dialurkan dari Riol atau parit yang diletakkan pada setiap samping jalan di alurkan ke sungai tersebut.

Gambar 12 Konsep Utilitas

Hydrant ditempatkan di beberapa titik di sekitar bangunan yang ada pada arena pacuan kuda agar terhindar dari kebakaran yang besar akibat kurangnya hydran di lahan dekat bangunan tersebut.

Pada area Korsial juga diberikan hydran yang disaat terjadi hal yang tidak diiginkan seperti kebakaran bisa dihalau secara cepat, kemudian dapat digunakan ketika lahan yang panas dan butuh disiram dengan air pada lahan yang kering.

6. Kesimpulan

Perancangan Arena Pacuan Kuda Aceh Tengah dengan Tema Cultural symbol ini didesain dengan simbol budaya khas Aceh Tengah seperti penerapan kerawang gayo pada rancangan dan penggunaan material yang sesuai dengan iklim setempat serta yang terpenting ialah penikmat laga pacuan kuda dapat menikmati secara keseluruhan laga yang berlangsung serta fasilitas yang tersedia di arena pacuan kuda tersebut dapat memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Kemudian tampilan bangunan yang lebih menarik dengan adanya desain simbol budaya kerawang khas Aceh Tengah yang mampu menarik minat pengunjung.

Arena pacuan Kuda Aceh Tengah dibuat dengan konsep Aceh Tengah agar para penonton setia event tradisional ini dapar berlangsung setiap tahunnya dengan aman dan nyaman para penonton menikmati acara tahunanyang semoga pada rancangan ini bisa terealisasikan pada event yang akan datang seperti yang akan bertanding pada event nasional PON 2024 mendatang. Rancangan yang dibentuk dengan melihat zona-zona yang aman antara penonton dan kuda agar terhindar dari kecelakaan yang melibatkan nyawa manusia dan para penonton merasakan sensasi laga pacuan kuda yang meriah.

(5)

Daftar Pustaka

[1] BAPPEDA Kabupaten Aceh Tengah. 2018.

Profil Pembangunan Aceh Tengah. Aceh Tengah: BAPDA dan BPS Kabupaten Aceh Tengah.

[2] BPS Kabupaten Bener Meriah. 2017. Profil Kabupaten Bener Meriah. Bener Meriah:

Badan Perencanaan Dan Pembagunan Bener Meriah.

[3] George, Abraham. 2005. Study Of Architecture Symbolism: Department of Mechanical Engineering, NIT Calicut, University of Calicut.

[4]

Abidin, Zainal. 2002.

Makna Simbolik Warna dan Motif Kerawang Gayo pada Pakaian Adat Masyarakat Gayo: Fakultas

Bahasa dan Seni Universitas Negeri

Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel di atas terdapat sarana perekonomian yang cukup memadai yang disediakan untuk membantu pengembangan wisata minat khusus dan wisata agro mina di arena pacuan

Dilihat dari upaya penanaman isu dengan berpendirian pada sisi sosial sebagai bentuk pemasaran produk pinjaman utang bagi negara-negara yang menjadi anggota untuk berada pada

Penelitian lanjutan tersebut juga bermanfaat untuk mengetahui apakah pola ketergantungan untuk semua larutan asam berbentuk sama dengan pola ketergantungan pada larutan

Robot pemindah balok ini merupakan suatu bentuk robot yang memiliki lengan yang berfungsi untuk memegang atau memindahkan barang (balok) dan memiliki roda untuk menggerakkan

Pertama, pandangan positif tentang Pacuan Kuda yang ada pada masyarakat Gayo merupakan salah satu bentuk untuk melestarikan budaya yang ada pada masyarakat Gayo

3 Museum Tsunami Aceh • Dinding berbentuk oval dibuat dengan material kaca dengan kusen alumunium kemudian dilapisi dengan ACP yang dibentuk menjadi motif geometri berwarna abu- abu dan

Kuda Laut Kuda laut merupakan hewan laut yang memiliki kepala seperti bentuk kepala kuda dan moncong yang panjang.. Ukuran tubuh kuda laut juga bervariasi, bisa mencapai sekitar 35

Kampus Institut Bisnis dan Multimedia asmi memiliki lokasi yang sangat strategis terletak di Jalan Pacuan kuda dan di Jalan Printis Kemerdekaan lokasi yang strategis ini membuat calon