• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - 010 RONIYUS - PUBLIKASI FMIPA UNILA - UNIVERSITAS LAMPUNG 84 355 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAP.COM - 010 RONIYUS - PUBLIKASI FMIPA UNILA - UNIVERSITAS LAMPUNG 84 355 1 PB"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN PEMODELAN KETERGANTUNGAN INDEKS BIAS

LARUTAN TERHADAP KONSENTRASI ZAT TERLARUT

Roniyus M.S.

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung

Jl. S. Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Diterima 4 April 2005, disetujui untuk diterbitkan.24 Juli 2005

ABSTRACT

The dependence of refractive index to the solute concentration has been analyzed and simulated. The apparatus used in this research are refractometer. This research used four solutions as representatives of acid, base, salt and other kind solutions. From this investigation is obtained that the refractive index depends on the solute concentration. Solution has different dependency pattern each other, although the hypothesis is solution has the same dependency pattern, because the equality of concentration does not mean the equality of density, the density of medium has influence to the absolute refractive index of the medium.

Keywords: solution, absolute refractive index, concentration

1. PENDAHULUAN

Ide penelitian ini berawal dari adanya pemikiran mengenai identifikasi konsentrasi zat-zat pencemar yang ada di sumur, sungai, danau dan fasilitas-fasilitas umumnya lainnya yang mengandung air. Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai zat organik, anorganik, radioaktif, asam dan basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Beberapa diantaranya adalah pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs/polychlorinated phenols1.

Berdasarkan pelacakan literatur yang telah dilakukan selama ini, penelitian yang memaparkan tentang ketergantungan indeks bias mutlak larutan terhadap kosentrasi larutannya masih sedikit dan belum diarahkan untuk mendapatkan bentuk umum ketergantungan tersebut untuk semua larutan, beberapa penelitian yang dimaksud seperti studi tentang kenaikan indeks bias poliektrolit dan polimer netral karena kenaikan konsentrasi2 dan pengukuran pada larutan hen-egg-white-lysozyme (HEWL) oleh Yin dkk pada tahun 20033. Hal inilah yang juga mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai hal tersebut.

Bagaimanakah ketergantungan indeks bias mutlak sebuah larutan terhadap konsentrasi zat terlarutnya? Apakah ketergantungan indeks bias mutlak larutan A terhadap konsentrasi zat terlarutnya, sama seperti ketergantungan yang

dimiliki oleh larutan B, C, D dan sebagainya, sehingga dapat dibuat bentuk umum ketergantungan indeks bias mutlak larutan terhadap konsentrasi zat terlarutnya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicoba untuk dicari jawabannya dari penelitian ini.

1.1. Indeks Bias Mutlak

Indeks bias adalah besaran yang menunjukkan perbandingan kelajuan cahaya pada sebuah medium dengan medium lain4, dari definisi ini maka indeks bias merupakan besaran yang tidak memiliki satuan. Indeks bias medium dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif antar medium.

Indeks bias mutlak (n) sebuah medium adalah perbandingan antara kelajuan cahaya di ruang vakum (c) dengan kelajuan cahaya di dalam medium tersebut (v), dengan

v

c

n

=

, (1)

sedangkan yang dimaksud dengan indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2 adalah perbandingan kelajuan cahaya di medium 1 dengan kelajuan cahaya di medium 2,

2 1 12

v

v

n

=

. (2)

(2)

lain, yaitu dengan menggunakan Hukum Snell (Gambar 1) untuk pembiasan5, yaitu

m m v

v

n

n

sin

θ

=

sin

θ

(3)

atau

m v

m v v m

n

n

θ

θ

θ

θ

sin

sin

sin

sin

=

=

, (4)

dengan

nv = indeks bias mutlak ruang vakum = 1, nm = indeks bias mutlak medium,

v

θ

= sudut datang cahaya di ruang vakum,

m

θ

= sudut bias cahaya di dalam medium.

Indeks bias mutlak medium tersebut sangat bergantung pada frekuensi (warna) cahaya yang digunakan.

1.2. Konsentrasi Zat Terlarut

Konsentrasi zat terlarut adalah banyaknya mol zat terlarut dalam 1 (satu) liter zat pelarut6. Satuan konsentrasi adalah molar.

pelarut

volume

ut

zat terlar

mol

=

C

. (5)

Mol zat terlarut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut6:

ut

zat terlar

Mr

Ar /

ut

zat terlar

massa

ut

zat terlar

mol

=

. (6)

2. METODE PENELITIAN

2.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Instrumen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung selama 8 (delapan) bulan.

2.2. Bahan dan Alat

2.2.1. Bahan

Larutan HCl 12 M (sampel larutan asam), larutan NaOH 1 M (sampel larutan basa), larutan NaCl 5 M (sampel larutan garam), larutan C6H12O6 5 M (sampel larutan non asam, basa maupun garam), aquades, tissue dan alkohol.

2.2.2. Alat

Refractometer LEICA MARK II, labu 25 ml, gelas reaksi, pengaduk, gelas ukur dan pipet

2.3. Rancangan Penelitian dan Pengambilan Data

Empat buah larutan yaitu larutan HCl 12 M, NaOH 1 M, NaCl 5 M dan C6H12O6 5 M, masing-masing dibuat dalam 10 (sepuluh) variasi molaritas dengan cara pengenceran.

Kemudian secara bergiliran setiap larutan dengan molaritas tertentu diteteskan di tempat sampel pada refractometer, lalu dicatat indeks bias mutlak larutannya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil-hasil penelitian untuk masing-masing larutan ditampilkan pada Gambar 2 sampai dengan Gambar 5 di bawah ini:

Gambar 1. Pembiasan di bidang batas antara medium dan ruang vakum

v

θ

m

θ

ruang vakum

medium cahaya datang

(3)

Larutan HCl

n

m

= 0,0069C + 1,3337

1,32

1,34

1,36

1,38

1,4

1,42

0

5

10

15

C (Molar)

n

m

Gambar 2. Indeks bias mutlak (nm) vs konsentrasi zat terlarut (C) pada larutan HCl

Larutan NaOH

n

m

= 0,0128C + 1,3342

1,33

1,335

1,34

1,345

1,35

0

0,5

1

1,5

C (Molar)

n

m

Gambar 3. Indeks bias mutlak (nm) vs konsentrasi zat terlarut (C) pada larutan NaOH

Larutan NaCl

nm = 0,0083C + 1,3399

1,34 1,35 1,36 1,37 1,38 1,39

0 2 4 6

C (Molar) nm

(4)

Larutan C

6

H

12

O

6

nm = 0,0254C + 1,3258

1,3 1,35 1,4 1,45 1,5

0 2 4 6

C (Molar)

nm

Gambar 5. Indeks bias mutlak (nm) vs konsentrasi za terlarut (C) pada larutan C6H12O6

.

1,32 1,34 1,36 1,38 1,4 1,42 1,44 1,46 1,48

0 5 10 15

C (Molar)

nm

HCl NaCl

C6H12O6 NaOH

Gambar 6. Indeks bias mutlak (nm) versus konsentrasi zat terlarut (C) gabungan semua larutan

.

Dari Gambar 2 sampai dengan Gambar 5 tampak bahwa indeks bias mutlak (nm) larutan HCl, NaOH, NaCl dan C6H12O6 berturut-turut memiliki ketergantungan dengan konsentrasi zat terlarutnya (C) dalam bentuk nm=0,0069C+1,3337 ,

3342 , 1 0128 ,

0 +

= C

nm , nm =0,0083C+1,3399

dan nm =0,0254C+1,3258. Dari hasil penelitian

tersebut tampak bahwa ternyata tidak terdapat kemiripan pola ketergantungan indeks bias mutlak terhadap konsentrasi zat terlarut untuk semua larutan. Bahkan untuk larutan NaCl sekalipun ternyata tidak memiliki kesamaan pola dengan larutan HCl atau NaOH, walaupun NaCl berasal dari larutan HCl dan NaOH.

Ketidaksamaan tersebut semakin tampak dengan jelas pada Gambar 6 yang dihasilkan oleh gabungan data (nm) dan konsentrasi zat terlarut (C) untuk semua larutan.

Ketidaksamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut, konsentrasi zat terlarut menunjukkan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan, untuk larutan-larutan yang molaritasnya sama berarti larutan-larutan tersebut memiliki jumlah

mol yang sama dalam 1 liter larutan. Larutan-larutan yang memiliki jumlah mol yang sama berarti memiliki jumlah molekul yang sama yaitu sebanyak kelipatan dari 23

10 02 ,

6 × buah molekul.

(5)

Ketidaksamaan pola tersebut mengakibatkan tidak adanya pola umum ketergantungan indeks bias mutlak larutan terhadap konsentrasi zat terlarutnya. Walaupun demikian, terdapat hal yang cukup menarik dibalik ketidaksamaan tersebut, yaitu gradien perubahan indeks bias mutlak terhadap perubahan konsentrasi zat terlarut atau dnm dC

untuk keempat larutan memiliki pola berupa

[

dnm dC

]

HCl <

[

dnm dC

]

NaCl <

[

dnm dC

]

NaOH <

semua larutan garam yang dibentuk oleh pasangan asam-basa yang terkait? Secara umum, apakah

[

dnm dC

]

asam <

[

dnm dC

]

garam <

[

dnm dC

]

basa <

[

dnm dC

]

jenislain? Pertanyaan tersebut belum dapat

dijawab disini, karena yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu contoh dari larutan asam, basa, garam dan larutan jenis lain. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan contoh larutan asam, basa, garam dan jenis lain yang lebih banyak lagi variasinya. Penelitian lanjutan tersebut juga bermanfaat untuk mengetahui apakah pola ketergantungan untuk semua larutan asam berbentuk sama dengan pola ketergantungan pada larutan HCl yang digunakan dalam penelitian ini, begitu pula halnya pada larutan basa, garam dan jenis lain.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut

1. Indeks bias mutlak larutan memiliki ketergantungan terhadap konsentrasi zat terlarutnya.

2. Bentuk ketergantungan indeks bias mutlak (nm) larutan terhadap konsentrasi zat 3. Tidak adanya ketergantungan indeks bias

mutlak larutan (nm) terhadap konsentrasi larutan (C) untuk semua larutan.

4. Gradien perubahan indeks bias mutlak terhadap perubahan konsentrasi atau

dC

Adapun saran-saran untuk penelitian selanjutnya adalah

1. Perlunya dilakukan penelitian mengenai ketergantungan indeks bias mutlak larutan terhadap massa jenis larutan atau persentase padatan zat terlarutnya.

2. Memperbanyak contoh-contoh larutan untuk lebih memperkuat hasil penelitian ini.

3. Perlunya dilakukan variasi suhu untuk menguji ketergantungan indeks bias mutlak larutan terhadap variasi suhu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik berkat bantuan dana dari Proyek Pengembagan Diri (PPD) HEDS Tahun Anggaran 2004. Untuk itu, melalui tulisan ini, peneliti bermaksud mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan PPD HEDS Project atas segala bantuan yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suara Pembaruan. 2004. Pencemar Air, Tanggal 10 Maret 2004.

2. Hery, K., dan Norwood, D.P. 1998. Study of the Refractive Index Increment of Polyelectrolytes and Neutral Polymers, OSCAR Journal Volume 1.

3. Yin, D.C., Inatomi, Y., Wakayama, N.I., dan Huang, W. D. 2003. Measurement of temperature and concentration dependences of refractive index of hen-egg-white lysozyme solution, Cryst. Res. Technol. 38, 785.

4. Guenther, R. D. 1990. Modern Optics, John Wiley and Sons, New York, USA.

5. Halliday, D. dan Resnick, R. 1978. Physics Part II 3rd Edition, John Wiley & Sons, Inc.

6. Brady, J. E. 1990. General Chemistry Principles and Structure, John Wiley & Sons, Singapore.

Gambar

Gambar 5 di bawah ini:
Gambar 2. Indeks bias mutlak (nm) vs konsentrasi zat terlarut (C) pada larutan HCl
Gambar 5 . Indeks bias mutlak (nm) vs konsentrasi za terlarut (C) pada larutan C6H12O6

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun secara fungsional rahim wanita dinyatakan sudah berfungsi sejak mengalami menstruasi (9-15 tahun), namun kesiapan total umumnya baru tercapai pada usia

Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang

Dari hasil penelaahan ini, dapat dibuat suatu ringkasan yang dapat ditindak lanjuti, sehingga UPT Hujan Buatan dapat melaksanakan kegiatan Hujan Buatan dengan efektif dan efisien.

[r]

Kadin Indonesia perlu lebih proaktif menyelesaikan masalah regulasi yang berkaitan dengan layanan jasa perposan yang kini seakan-akan terjadi hubungan perbenturan antara PT

Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Bantaeng. Masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana perbandingan strategi pembelajaran generatif dengan strategi pembelajaran

Desain yang sudah ada dari Apartemen One East akan diganti dengan struktur desain baru menggunakan precast dual sistem dimana seluruh bagian apartemen menggunakan beton

Dua orang petugas kebersihan Adil dan Badul diberi tugas untuk mengecat sebuah rumah.. Jika dilakukan oleh Badul sendiri, pekerjaan itu akan selesai dalam