PENGARUH PUPUK HAYATI DAN PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI EDAMAME
PADA TANAH GAMBUT
Grigorius Krismo Tijar(1), Darussalam(1), Rini Susana(1)
1)Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi Pontianak
Email: [email protected]
ABSTRAK
Edamame (Glycine max (L.) Merill) adalah jenis kedelai kategori sayuran yang memiliki ukuran biji lebih besar, memiliki nilai gizi yang baik untuk kesehatan dan memiliki peluang pasar yang besar. Pemanfaatan tanah gambut sebagai lahan budidaya dihadapkan dengan faktor penghambat yaitu tingkat C-organik yang tinggi dan kandungan hara yang rendah. Masalah tersebut perlu diatasi dengan memberikan pupuk hayati dan pupuk NPK. Mikroba yang terkandung dalam pupuk hayati dapat mempercepat proses perombakan bahan organik tanah gambut, dapat menyediakan hara bagi tanaman dan menghasilkan hormon pertumbuhan. Pupuk NPK merupakan unsur hara makro yang dapat diserap tanaman secara cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi pupuk hayati dan dosis pupuk NPK yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame pada tanah gambut. Penelitian ini berlangsung sejak tanggal 14 Februari sampai 8 Juli 2022, di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu pupuk hayati (p) sebanyak 3 taraf dan faktor kedua yaitu pupuk NPK (n) sebanyak 3 taraf sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan. Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan dan 4 tanaman sampel sehingga terdapat 108 unit tanaman. Perlakuan yang dimaksud yaitu p1 = pupuk hayati 5 ml/l, p2 = pupuk hayati 10 ml/l, p3 = pupuk hayati 15 ml/l, n1 = pupuk NPK 200 kg/ha, n2 = pupuk NPK 300 kg/ha, n3 = pupuk NPK 400 kg/ha. Variabel pengamatan yaitu tinggi tanaman, umur berbunga, volume akar, berat kering tanaman, jumlah polong segar, jumlah polong isi, bobot polong segar dan jumlah bintil akar. Hasil penelitian menunjukan bahwa konsentrasi pupuk hayati dan dosis pupuk NPK memberikan interaksi terhadap variabel volume akar, berat kering tanaman, jumlah polong segar dan jumlah polong isi.
Pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha merupakan perlakuan paling efektif meningkatkan hasil tanaman yaitu jumlah polong segar per tanaman dan jumlah polong isi kedelai edamame yang ditanam pada tanah gambut.
Kata Kunci : Kedelai Edamame, Pupuk Hayati, Pupuk NPK, Tanah Gambut
ABSTRACT
Edamame (Glycine max (L.) Merill) is a type of soybean in the vegetable category which has a larger seed size, has good nutritional value for health and has a large market opportunity.
Utilization of peat soil as cultivated land is faced with inhibiting factors, namely high levels of C-organic and low nutrient content. This problem needs to be overcome by providing biofertilizers and NPK compound. Microbes contained in biofertilizers can accelerate the process of overhauling peat soil organic matter, can provide nutrients for plants and produce growth
hormones. NPK compound is a macro nutrient that can be absorbed by plants quickly. This study aimed to determine the interaction between the concentration of biofertilizers and the best dose of NPK compound on the growth and yield of edamame soybeans on peat soil. This research took place from 14 February to 8 July 2022, in the experimental garden of the Faculty of Agriculture, Tanjungpura University, Pontianak. This study used a completely randomized design (CRD) method with 2 factors. The first factor is biofertilizer (p) with 3 levels and the second factor is NPK compound (n) with 3 levels so that there are 9 treatment combinations. Each treatment had 3 replications and 4 sample plants so there were 108 plant units. The treatments in question are p1 = biofertilizer 5 ml/l, p2 = biofertilizer 10 ml/l, p3 = biofertilizer 15 ml/l, n1 = NPK compound 200 kg/ha, n2 = NPK compound 300 kg/ha, n3 = NPK compound 400 kg/ha. Observation variables were plant height, flowering age, root volume, plant dry weight, number of fresh pods, number of filled pods, weight of fresh pods and number of root nodules. The results showed that the concentration of biofertilizer and dose of NPK compound interacted with the variables of root volume, plant dry weight, number of fresh pods and number of filled pods. Biofertilizer with a concentration of 15 ml/l and a dose of NPK 200 kg/ha was the most effective treatment to increase crop yields, namely the number of fresh pods per plant and number of edamame soybean-filled pods planted on peat soil.
Keywords : Biofertilizer, Edamame Soybean, NPK Compound, Peat Soil
PENDAHULUAN
Edamame (Glycine max (L.) Merill) adalah jenis kedelai yang termasuk ke dalam kategori sayuran. Edamame umumnya dipanen dan dikonsumsi saat masih belum matang sepenuhnya. Keunggulan edamame yaitu memiliki ukuran biji lebih besar dari kedelai biasa, rasa lebih manis, dan tekstur lebih biji yang lembut. Biji kedelai edamame berperan sebagai sumber protein nabati yang dibutuhkan dalam meningkatkan gizi masyarakat. Edamame juga memiliki peluang pasar yang besar untuk dikembangkan.
Salah satu jenis tanah yang potensial untuk diusahakan budidaya kedelai edamame adalah tanah gambut. Pemanfaatan tanah gambut sebagai media tanam dihadapkan dengan beberapa faktor pembatas antara lain memiliki kandungan C-organik yang tinggi karena belum terjadi proses dekomposisi secara sempurna, sehingga unsur-unsur hara pada tanah gambut masih terikat. Upaya dalam meningkatkan proses dekomposisi pada gambut perlu penambahan mikroba salah satunya yaitu pupuk hayati. Pemberian pupuk hayati yang banyak mengandung mikroba diharapkan akan terjadi dekomposisi yang lebih cepat sehingga unsur hara dapat tersedia bagi tanaman. Pupuk hayati yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biotogrow, yang mengandung mikroba yaitu Lactobacillus sp, Bacillus sp, Azotobacter sp, Azospirillum sp, Rhizobium sp, Saccharomyces sp, Pseudomonas sp, Streptomyces sp, Mikoriza, Trichoderma, Actinomycetes, Selollutic, Cyptophaga sp, BPF dan ditambah tiga hormon alami seperti auxin, giberelin dan sitokinin.
Kedelai edamame memerlukan unsur hara makro yang besar untuk pertumbuhan dan produksi tanaman, sehingga perlu penambahan pupuk majemuk NPK. Pemberian pupuk hayati dan pupuk NPK diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai edamame.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi pupuk hayati dan dosis NPK yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame pada tanah gambut.
Hasil penelitian yang dilakukan Latif, dkk. (2017) menunjukan bahwa pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 5 ml/l + NPK 50% memberikan nilai tertinggi pada variabel tinggi tanaman dan jumlah cabang, sedangkan konsentrasi 15 ml/l + NPK 50% memberikan nilai tertinggi untuk persentase polong bernas pada tanaman kedelai edamame di tanah latosol.
tertinggi pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah akar dan bobot kering akar tanaman kedelai edamame. Sasongko, dkk. (2019) menunjukan dosis pupuk majemuk NPK 300 kg/ha memberikan nilai tertinggi pada variabel pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah tunas dan akar, berat kering tunas dan akar dan panjang akar, serta paling efektif dalam penyerapan fosfor tanaman kedelai di lahan gambut. Fajrin, dkk. (2015), pemberian pupuk NPK Phonska 250 kg/ha memberikan nilai rata-rata tertinggi pada parameter pertumbuhan seperti tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah daun, bobot basah, bobot kering brangkasan dan produksi kedelai edamame pada tanah latosol. Anggraini, dkk. (2017), memperlihatkan bahwa pemberian pupuk NPK pada budidaya kedelai di media gambut dengan dosis 300 kg/ha memberikan hasil terbaik pada parameter tinggi tanaman, umur tanaman mulai berbunga berat kering akar per tanaman, berat kering brangkasan per tanaman dan bobot biji kering per tanaman. Rosi, dkk. (2018), menunjukan bahwa pemberian dosis pupuk NPK 300 kg/ha pada kedelai memberikan nilai tertinggi pada variabel cabang produktif, bobot kering brangkasan, jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot biji per tanaman, bobot 100 biji dan hasil panen.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak dengan ketinggian tempat 1,5 m di atas permukaan laut, yang berlangsung sejak tanggal 14 Februari sampai dengan 8 Juli 2022. Alat yang digunakan yaitu cangkul, parang, karung, meteran, gembor, timbangan, sprayer, thermohygrometer, pH meter, alat tulis, oven, alat dokumentasi, gelas ukur, kertas label dan polybag dan alat pendukung lainnya. Bahan yang digunakan yaitu benih kedelai edamame, tanah gambut, pupuk hayati, pupuk NPK, pukan sapi, kapur dolomit dan legin Rhizobium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu pupuk hayati (p) dan faktor kedua yaitu pupuk NPK (n), setiap terdapat 3 taraf sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan.
Setiap perlakuan memiliki 3 ulangan dan 4 tanaman sampel sehingga terdapat 108 unit tanaman.
Faktor pertama yaitu p1 = Pupuk hayati 5 ml/l, p2 = Pupuk hayati 10 ml/l, p3 = Pupuk hayati 15 ml/l. Faktor kedua yaitu pupuk NPK, n1 = pupuk NPK 200 kg/ha, n2 = pupuk NPK 300 kg/ha, n3 = pupuk NPK 400 kg/ha.
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan membersihkan tempat penelitian, kemudian persiapan media tanam yaitu tanah gambut. Tanah gambut dikering anginkan selama 3 hari.
Selanjutnya, ditimbang sebanyak 6,5 kg/polybag dan ditambahkan pukan sebanyak 160 g/polybag dan kapur dolomit 123 g/polybag yang dicampurkan secara merata dan diinkubasi selama 1 bulan. Hasil analisis pH setelah inkubasi yaitu 5,2. Sebelum penanaman dilakukan seleksi benih. Setelah itu, inokulasi benih dengan bakteri Rhizobium (legin) dengan takaran 5 g untuk 1 kg benih kedelai edamame. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang, kemudian masukan 2 biji benih/lubang setelah itu tutup kembali dengan tanah. Setelah tanaman berumur 1 minggu, dilakukan penjarangan dan penyulaman. Pemberian pupuk hayati dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu saat inkubasi, 14 HST, 21 HST, 28 HST dan 35 HST. Pupuk NPK diaplikasikan 1 kali yaitu 10 HST. Perawatan tanaman meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pengendalian hama ulat daun dan belalang menggunakan insektisida kontak.
Pemanenan dilakukan saat tanaman berumur 71 HST, dengan kriteria yaitu memiliki polong berisi penuh dan berwarna hijau tua.
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah tinggi tanaman (cm), umur berbunga (hari), berat kering tanaman (g), volume akar (cm3), jumlah polong segar per tanaman (buah), bobot polong segar per tanaman (g), jumlah polong isi (buah), jumlah bintil akar (buah).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman pada umur 2 MST, umur 4 MST, berat kering tanaman, jumlah polong segar, jumlah polong isi dan bobot polong segar, namun berpengaruh tidak nyata pada variabel tinggi tanaman pada umur 3 MST, umur berbunga, volume akar dan jumlah bintil akar.
Pemberian pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman pada umur 3 MST, umur 4 MST, volume akar dan berat kering tanaman, namun berpengaruh tidak nyata pada variabel umur 2 MST, umur berbunga, jumlah polong segar, jumlah polong isi, bobot polong segar dan jumlah bintil akar. Interaksi antara kedua jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap volume akar dan berat kering tanaman, jumlah polong segar dan jumlah polong isi, namun berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 2, 3, dan 4 MST, umur berbunga, bobot polong segar dan jumlah bintil akar.
Nilai rerata pada variabel umur berbunga dan jumlah bintil akar dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi pupuk hayati dan dosis NPK menghasilkan rerata umur berbunga berkisar 27,25-29,58 hari setelah tanam. Jumlah bintil akar pada pemberian konsentrasi pupuk hayati dan dosis NPK menghasilkan rerata berkisar 133-147 buah.
Selanjutnya dilakukan uji BNJ 5% untuk mengetahui interaksi antara perlakuan pupuk hayati dan pupuk NPK pada variabel pengamatan volume akar, berat kering tanaman, jumlah polong segar dan jumlah polong isi.
Tabel 1. Hasil Uji BNJ Interaksi Pupuk Hayati dan Pupuk NPK terhadap Variabel Volume Akar.
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%
Tabel 1 menunjukkan pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 5 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha berbeda nyata dengan volume akar jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha dan 300
Pupuk Hayati (ml/l) Pupuk NPK (kg/ha)
Rerata
200 300 400
5 9,3b 9,3b 19a 12,53
10 8,4b 9b 14,6a 10,66
15 7b 11,6b 13,8ab 10,8
Rerata 8,23 9,96 15,8 11,33
BNJ 5% 5,4
Gambar 1. Data Rerata Umur Berbunga dan Jumlah Bintil Akar pada Pemberian Pupuk Hayati dan Pupuk NPK.
akar jika ditambah dosis NPK 300 kg/ha. Pemberian pupuk hayati 10 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha berbeda nyata dengan volume akar jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha dan 300 kg/ha, namun konsentrasi 10 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha berbeda tidak nyata dengan volume akar jika ditambah dosis NPK 300 kg/ha. Konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha memberikan hasil berbeda tidak nyata dengan volume akar jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha dan 300 kg/ha. Pemberian konsentrasi 5 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha menghasilkan nilai tertinggi pada volume akar yaitu 19 cm3.
Tabel 2. Hasil Uji BNJ Interaksi Pupuk Hayati dan Pupuk NPK terhadap Variabel Berat Kering Tanaman.
Pupuk Hayati (ml/l) Pupuk NPK (kg/ha)
Rerata
200 300 400
5 4,45b 7,09b 6,49b 6,01
10 5,49b 5,43b 11,3a 7,4
15 6,14b 8,83ab 9,75a 8,24
Rerata 5,36 7,11 9,18 7,21
BNJ 5% 3,13
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%
Tabel 2 menunjukkan berat kering tanaman dengan konsentrasi 5 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 400 kg/ha memberikan hasil berbeda tidak nyata. Berat kering tanaman dengan konsentrasi 10 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha berbeda nyata dengan dosis NPK 200 kg/ha dan 300 kg/ha, namun konsentrasi 10 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha berbeda tidak nyata dengan berat kering tanaman jika ditambah dosis NPK 300 kg/ha. Berat kering tanaman pada konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha berbeda nyata dengan dosis NPK 200 kg/ha, namun berbeda tidak nyata dengan berat kering tanaman jika ditambah dosis NPK 300 kg/ha.
Pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 300 kg/ha merupakan pemberian paling efektif terhadap berat kering tanaman.
Tabel 3. Hasil Uji BNJ interaksi Pupuk Hayati dan Pupuk NPK terhadap Variabel Jumlah Polong Segar.
Pupuk Hayati (ml/l) Pupuk NPK (kg/ha)
Rerata
200 300 400
5 38,44b 43b 38,22b 39,88
10 37b 49,44ab 39,55b 41,99
15 50ab 45,66ab 59,89a 51,85
Rerata 41,81 46,03 45,88 44,57
BNJ 5% 15,55
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%.
Tabel 3 menunjukkan pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 5 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha berbeda tidak nyata terhadap jumlah polong segar jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha dan 300 kg/ha. Pemberian konsentrasi 10 ml/l memberikan hasil berbeda tidak nyata terhadap jumlah polong segar jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 400 kg/ha berbeda tidak nyata. Jumlah polong segar dengan pemberian konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 400 kg/ha memberikan hasil berbeda tidak nyata. Pupuk hayati
dengan konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha merupakan pemberian yang paling efektif terhadap jumlah polong segar.
Tabel 4. Hasil Uji BNJ Interaksi Pupuk Hayati dan Pupuk NPK terhadap Variabel Jumlah Polong Isi.
Pupuk Hayati (ml/l) Pupuk NPK (kg/ha)
Rerata
200 300 400
5 37,88b 42,78b 37,66b 39,44
10 36,77b 49,11ab 39,44b 41,77
15 49,67ab 45,44ab 59,33a 51,48
Rerata 41,44 45,77 45,47 44,22
BNJ 5% 15,4
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%
Tabel 4 menunjukkan pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 5 ml/l dan dosis NPK 400 kg/ha berbeda tidak nyata terhadap jumlah polong isi jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha dan 300 kg/ha. Pupuk hayati dengan konsentrasi 10 ml/l memberikan hasil berbeda tidak nyata terhadap jumlah polong isi jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 400 kg/ha.
Pemberian konsentrasi pupuk hayati 15 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 400 kg/ha memberikan hasil berbeda tidak nyata terhadap jumlah polong isi. Pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha merupakan pemberian yang paling efektif terhadap jumlah polong isi.
Tabel 5. Hasil Uji BNJ Pupuk Hayati terhadap Variabel Tinggi Tanaman Umur 2 MST, Umur 4 MST dan Bobot Polong Segar.
Pupuk Hayati (ml/l) TT 2 MST TT 4 MST BPS
5 13,9ab 27,3b 99,67ab
10 13,7b 27,4ab 104,49a
15 15,3a 29,8a 51,47b
Rerata 14,3 28,16 85,21
BNJ 5% 1,5 2,1 12,88
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%
Tabel 5 menunjukkan bahwa variabel tinggi tanaman umur 2 MST dengan pemberian pupuk hayati 15 ml/l berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada konsentrasi 10 ml/l, namun konsentrasi 15 ml/l berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman jika ditambah konsentrasi 5 ml/l.
Tinggi tanaman umur 4 MST dengan pemberian konsentrasi 15 ml/l berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada konsentrasi 5 ml/l, namun konsentrasi 15 ml/l berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman jika ditambah konsentrasi 10 ml/l. Bobot polong segar dengan pemberian konsentrasi 10 ml/l berbeda nyata dengan konsentrasi 15 ml/l, namun konsentrasi 10 ml/l berbeda tidak nyata dengan bobot polong segar jika ditambah konsentrasi 5 ml/l.
Tabel 6. Hasil Uji BNJ pupuk NPK terhadap Variabel Tinggi Tanaman Umur 3 MST, 4 MST.
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan Uji BNJ 5%
Tabel 6 menunjukkan bahwa tinggi tanaman pada pemberian dosis NPK 300 kg/ha berbeda nyata dengan tinggi tanaman umur 3 MST jika ditambah dosis NPK 200 kg/ha dan 400 kg/ha, namun dosis NPK 200 kg/ha berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman yang ditambah dosis NPK 400 kg/ha. Pada umur 4 MST pemberian dosis NPK 300 kg/ha berbeda nyata dengan tinggi tanaman pada dosis 200 kg/ha, namun dosis NPK 200 kg/ha berbeda tidak nyata dengan tinggi tanaman yang ditambah dosis NPK 400 kg/ha.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan interaksi antara pupuk hayati dan pupuk NPK berpengaruh tidak nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Faktor tunggal pupuk hayati dengan konsentrasi 5 ml/l dan 10 ml/l merupakan pemberian paling efektif pada variabel tinggi tanaman umur 2 MST dan 4 MST. Leveau dan Lindow (2002), menyebutkan bahwa kelompok bakteri yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman secara langsung adalah kelompok bakteri yang mampu menghasilkan hormon tumbuhan seperti auksin, sitokinin dan giberalin. Pupuk hayati yang digunakan saat penelitian mengandung kelompok bakteri seperti Azotobacter sp, Rhizobium sp dan Saccharomyces sp dan BPF. Menurut Ristiati (2017), kelompok bakteri tersebut mampu memproduksi hormom pertumbuhan seperti IAA, kitenin dan giberelin yang dibutuhkan tanaman kedelai edamame untuk melangsungkan proses pertumbuhan.
Faktor tunggal pupuk NPK dengan dosis 300 kg/ha merupakan pemberian paling efektif pada variabel tinggi tanaman umur 3 MST dan 4 MST. Unsur N berperan dalam pertumbuhan tanaman yaitu merangsang pertumbuhan batang, akar dan daun. Selain itu, unsur N berperan dalam pembentukan protein dan klorofil daun yang sangat penting untuk melakukan proses fotosintesis. Hasil penelitian Rosi, dkk., (2018), mengatakan bahwa fungsi N pada pupuk NPK dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman sehingga dosis pupuk NPK 300 kg/ha memberikan hasil tertinggi.
Kondisi lingkungan yang optimal menyebabkan kedelai edamame dapat tumbuh dengan tinggi mencapai 30-100 cm (Pambudi, 2013). Hasil penelitian menunjukkan tinggi tanaman hanya mampu mencapai tinggi rata-rata yaitu 24,5-31 cm. Hal ini terjadi karena pengaruh faktor lingkungan yang tidak sesuai dengan syarat tumbuh kedelai edamame yang menghendaki tinggi lahan minimal 200 m di atas permukaan laut, curah hujan kurang dari 200 mm/bulan dan jumlah hari hujan berkisar 7-11 hari/bulan (Pambudi, 2013). Lahan penelitian yang digunakan hanya memiliki ketinggian yaitu 1,5 m di atas permukaan laut, rata-rata curah hujan yaitu 250,6-408,1 mm/bulan, serta jumlah hari hujan 11-18 hari selama penelitian berlangsung.
Faktor pupuk hayati dan pupuk NPK memberikan pengaruh tidak nyata terhadap umur berbunga. Rata-rata kedelai edamame mengeluarkan bunga yaitu 27,25-29,58 HST. Hasil tersebut lebih lama jika dibandingkan dengan deskripsi tanaman yang mampu mengeluarkan bunga pada umur 23 hari setelah tanam. Hal ini karena pada kondisi lingkungan yang umumnya
Pupuk NPK (kg/ha) TT 3 MST TT 4 MST
200 19,7b 26,7b
300 21,7a 29,5a
400 20,2b 28,4ab
Rerata 20,53 28,2
BNJ 5% 1,6 2,14
memiliki intensitas cahaya, suhu dan kelembapan udara yang relatif sama selama penelitian menyebabkan pertumbuhan tanaman akan seragam. Suhu yang optimal untuk proses pembungaan edamame yaitu 24-25 0C, sedangkan rata-rata suhu saat penelitian yaitu 27,7-28,9
0C. Selain itu, sifat genetik dari tanaman kedelai edamame yang memiliki tipe pertumbuhan determinate yaitu sistem pembungaan yang serentak. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Anggaini, dkk., (2017), yang mengatakan bahwa penggunaan varietas yang sama dan faktor lingkungan seperti intensitas cahaya dan suhu yang relatif homogen maka proses pembungaan tanaman kedelai cenderung sama.
Interaksi terjadi pada perlakuan pupuk hayati dengan konsentrasi 5 ml/l yang diberi dosis pupuk NPK 400 kg/ha, memberikan hasil tertinggi pada variabel volume akar. Pemberian pupuk hayati belum mampu menurunkan dosis pupuk NPK. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Sasongko (2017), yang mengatakan bahwa semakin tinggi dosis pupuk NPK yang diberikan maka semakin tinggi serapan unsur fosfor dan pertumbuhan tanaman kedelai.
Menurut Taiz dan Zeiger (1991), mikroorganisme dalam pupuk hayati dapat menghasilkan hormon pertumbuhan seperti sitokinin. Hormon sitokinin berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar. Lingga dan Marsono (2007), unsur fosfor bagi tanaman berguna untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Pemberian pupuk hayati dan pupuk NPK mampu memperbaiki sifat biologi dan sifat kimia tanah, sehingga perakaran tanaman mampu menyerap air dan unsur hara dengan baik.
Berat kering tanaman pada pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml/l yang diberi dosis pupuk NPK sebanyak 300 kg/ha memberikan pengaruh paling efektif dari pada perlakuan lainnya. Taiz dan Zeiger (1991), mengatakan berat kering tanaman adalah akumulasi bahan organik hasil dari fotosintesis yang diangkut melalui floem dari daun, semakin banyak bahan organik tersimpan maka berat kering semakin tinggi. Setyati (2004), pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan bertambahnya ukuran berat kering yang mencerminkan bertambahnya protoplasma yang terjadi karena bertambahnya ukuran dan jumlah sel dalam tubuh tanaman.
Interaksi antara perlakuan pupuk hayati 15 ml/l yang diberi dosis pupuk NPK 200 kg/ha menunjukan pengaruh paling efektif pada variabel jumlah polong per tanaman dan jumlah polong isi. Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata jumlah polong yaitu 37-59,9 buah dan rerata jumlah polong isi yaitu 36,8-59,3 buah. Hasil jumlah polong segar lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Latif, dkk., (2017) dengan nilai 31,5-34,39 buah per tanaman.
Pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi tinggi mampu meningkatkan aktivitas mikroba pelarut P dalam tanah sehingga dapat mengurangi pemberian pupuk NPK (Pambudi, 2013).
Faktor tunggal pupuk hayati memberikan pengaruh nyata terhadap variabel bobot polong segar. Pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 10 ml/l merupakan pemberian yang paling efektif. Menurut Pambudi (2013), mikroba dalam pupuk hayati berperan dalam menghidrolisis fosfolipida dengan enzim fosfatase sehingga senyawa fosfor menjadi tersedia bagi tanaman. Marlina, dkk., (2015), mengatakan semakin banyak unsur fosfor tersedia bagi tanaman, maka semakin banyak pula yang dapat diserap tanaman, sehingga fotosintesis akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan berat biji per tanaman. Rata-rata berat polong yaitu 92,6-133,2 g, nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian Latif, dkk., (2017) yang memiliki rata-rata berat polong yaitu 35,09-40,72 g per tanaman.
Menurut Suprapto (2004), bahwa unsur hara P diperlukan tanaman sepanjang masa pertumbuhannya dan periode terbesar penggunaan P dimulai pada masa pembentukan buah dan pengisian biji. Menurut Pambudi (2013), pemberian Pupuk hayati didalamnya mengandung mikroba yang dapat meningkatkan penyerapan fosfat di dalam tanah, serta diimbangi dengan pemberian NPK yang mengandung unsur fosfor dan kalium dapat meningkatkan hasil kedelai.
Jumlah bintil akar pada perlakuan pupuk hayati dan pupuk NPK berpengaruh tidak
jumlah bintil akar tidak dipengaruhi oleh dosis pupuk hayati, pupuk NPK, maupun interaksi keduanya. Pembentukan bintil akar juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti kelembapan, suhu dan tingkat kemasaman tanah yang memadai untuk pertumbuhan bakteri.
Hamid, dkk., (2017), mengatakan bahwa pH yang optimum bagi bakteri Rhizobium agar dapat berkembang dengan baik adalah sekitar 5,5-7,0. Sedangkan hasil analisis pH tanah setelah inkubasi yaitu 5,2. Rerata jumlah bintil akar yaitu 133-147 buah. Hasil penelitian Siburian (2018), menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah bintil akar atau semakin banyak bintil akar yang terbentuk di dalam tanah, maka akan semakin besar nitrogen yang ditambat.
Pemberian pupuk hayati merupakan upaya mendukung program pertanian berkelanjutan dan mengurangi biaya produksi untuk pembelian pupuk anorganik. Rekomendasi dosis pupuk NPK untuk tanaman kedelai yaitu 250 kg/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha mampu meningkatkan hasil tanaman kedelai. Sehingga pemberian pupuk hayati sangat efektif untuk mengurangi dosis pupuk NPK majemuk dalam budidaya kedelai edamame pada tanah gambut yaitu sebesar 20%.
SIMPULAN
1. Konsentrasi pupuk hayati dan dosis pupuk NPK memberikan interaksi terhadap variabel volume akar, berat kering tanaman, jumlah polong segar dan jumlah polong isi.
2. Pupuk hayati dengan konsentrasi 15 ml/l dan dosis NPK 200 kg/ha merupakan perlakuan paling efektif meningkatkan hasil tanaman yaitu jumlah polong segar per tanaman dan jumlah polong isi kedelai edamame yang ditanam di tanah gambut.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, U. D., Islan dan Syafrinal. 2017. Respon Pertumbuhan Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Terhadap Tinggi Muka Air dan Pemberian Dosis Pupuk Majemuk di Media Gambut. JOM Faperta 4(2): 1-14.
Fahmi, L., Rahayu, A., dan Mulyaningsih, Y. 2017. Pengaruh Pupuk Hayati Majemuk Cair dan Pupuk Sintetik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Edamame (Glycine max (L.) Merr).
Jurnal Agronida, 3(2): 53-61.
Fajrin, A., Suryawati, S., dan Sucipto. 2015. Respon Tanaman Kedelai Sayur Edamame Terhadap Perbedaan Jenis Pupuk dan Ukuran Jarak Tanam. Agrovigor, 8(2): 57-62.
Hamid, I., Priatna, S., and Hermawan, A. 2017. Karakteristik Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Lahan Bekas Tambang Timah: J. Penelit, Sains.
Latif, M. F., Elfarisna, dan Sudirman. 2017. Efektifitas Pengurangan Pupuk NPK Dengan Pemberian Pupuk Hayati Provibio Terhadap Budidaya Tanaman Kedelai Edamame.
Jurnal Agrosains dan Teknologi, 2(2): 105-120.
Leveau, J. H. J. dan S. E. Lindow. 2002. Predictive and Interpretive Simulation of Green Fluorescent Protein Expression in Reporter Bacteria. J. Bacteriol, 183 (23): 6752-6762.
Lingga, P., dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya.
Marlina, E., Anom, E., dan Yoseva, S. 2015, Pengaruh Pemberian Pupuk Npk Organik Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merril). Jom Faperta, l2(1):1-13.
Pambudi, S. 2013. Budidaya dan Khasiat Kedelai Edamame Camilan Sehat dan Lezat Multi Manfaat. Yogyakarta: Pustaka Baru. Press.
Ristiati, N., P. 2017. Mikrobiologi Terapan. Depok: Rajawali Pers.
Rosi, A., Roviq, M., dan Nihayati, E. 2018. Pengaruh Dosis Pupuk NPK pada Pertumbuhan dan Hasil Tiga Varietas Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). Jurnal Produksi Tanaman, 6(10): 2445-2452.
Sasongko, S. R., Utami, S. N. H., dan Purwanto, B. H. 2019. Pengaruh NPK dan Mikoriza terhadap Pertumbuhan, Serapan P Kedelai dan Kimia Tanah di Lahan Gambut, Pelalawan, Riau. Dalam: Ilmu Bumi dan Lingkungan. IOP, (1-10). 15-19 November 2019. Riau: Seminar dan Kongres Internasional Masyarakat Ilmu Tanah Indonesia, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Setyati, S. 2004. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia
Siburian, F. V. 2018. Potensi Berbagai Komposisi Pupuk Hayati Terhadap Produksi Tanaman Kedelai Varietas Grobogan (Glycine max (L.) Merill) Tanah Inceptisol. Medan: Tesis Program Magister Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Suprapto. 2004. Bertanam Kedelai. Jakarta: Penebar Swadaya.
Taiz, L., dan Zeiger, E. 1991. Plant Physiology. California: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc.