426
PENGARUH PUPUK KANDANG BURUNG PUYUH DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
TANAMAN KEDELAI EDAMAME DI TANAH PODSOLIK MERAH KUNING
Rahmawati Lutfiah1), Eddy Santoso2), Maulidi3)
1,2,3)Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas Tanjungpura
Jalan Prof. Dr. Hadari Nawawi Pontianak
1)Email: [email protected]
ABSTRAK
Kedelai Edamame (Glycine max (L.) Merril.) dapat tumbuh dengan baik pada media tumbuh yang subur, unsur hara yang cukup, struktur dan aerasi tanah yang baik. Salah satu media tumbuh yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kedelai edamame adalah tanah podsolik merah kuning yang memiliki beberapa kendala. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan memberikan bahan organik berupa pupuk kandang burung puyuh dan pupuk anorganik NPK yang dikombinasikan dan diberikan secara berimbang. Penggunaan pupuk kandang burung puyuh sebagai bahan organik dapat memperbaiki kendala yang ada pada tanah podsolik merah kuning terutama sifat fisik tanah, dan penambahan NPK yang dapat diserap oleh tanaman secara cepat untuk memenuhi kebutuhan unsur hara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya interaksi antara pupuk kandang burung puyuh dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai edamame di tanah podsolik merah kuning, serta mendapatkan dosis terbaik pupuk kandang burung puyuh dan NPK. Penelitian ini dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Petranian Universitas Tanjungpura pada tanggal 16 Agustus-14 November 2022. Rancangan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu pemberian pupuk kandang burung puyuh (k) dan NPK (p) masing-masing dengan 3 taraf perlakuan yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan, sehingga total keseluruhan ada 108 sampel tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat Interaksi antara dosis pupuk kandang puyuh 40 ton/ha + NPK 200 kg/ha dalam meningkatkan pertumbuhan kedelai edamame pada variabel berat kering tanaman. Pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha merupakan dosis terbaik untuk pertumbuhan kedelai edamame pada variabel jumlah cabang 4 minggu setelah tanam dan hasil kedelai edamame pada variabel bobot segar polong tertinggi serta jumlah polong isi.
Kata Kunci : Kedelai Edamame, NPK, Podsolik Merah Kuning, Pupuk Kandang Burung Puyuh
ABSTRACT
Edamame soybean (Glycine max (L.) Merril.) can grow well on fertile growing media, sufficient nutrients, good soil structure and aeration. One of the growing media that can be utilized for the development of edamame soybeans is red-yellow podzolic soil which has several constraints. Efforts that can be made to overcome this problem are by providing organic materials in the form of quail manure and inorganic NPK fertilizer which are combined and given in a balanced manner. The use of quail manure as organic matter can improve the
427 existing constraints on red-yellow podzolic soil, especially the physical properties of the soil, and the addition of NPK which can be absorbed by plants quickly to meet nutrient needs. This study aims to determine the interaction between quail manure and NPK on the growth and yield of edamame soybeans in red-yellow podzolic soil, and to obtain the best dose of quail manure and NPK. This research was conducted in the research area of the Faculty of Agriculture, University of Tanjungpura on 16 August-14 November 2022. The design used was a Completely Randomized Design (CRD) Factorial which consisted of 2 factors, namely the application of quail manure (k) and NPK (p) respectively each with 3 treatment levels consisting of 9 treatment combinations and 3 replications, bringing a total of 108 plant samples. The results showed that there was an interaction between doses of quail manure 40 tons/ha + NPK 200 kg/ha in increasing the growth of edamame soybeans on plant dry weight variable. Giving quail manure 30 tons/ha is the best dose for the growth of edamame soybeans on the variable number of branches 4 weeks after planting and the yield of edamame soybeans on the highest pod fresh weight variable and the number of filled pods.
Keywords : Edamame Soybean, NPK, Quail Manure, Red-Yellow Podzolic Soil
PENDAHULUAN
Edamame (Glycine max (L.) Merril.) merupakan tanaman asli daratan China dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Kedelai edamame berperan sebagai sumber protein nabati yang dibutuhkan masyarakat. Keunggulan lain dari biji edamame ini adalah biji lebih besar, rasa lebih manis, dan tekstur lebih lembut dibanding kacang kedelai biasa. Sehubungan dengan hal tersebut, mengakibatkan permintaan terhadap polong edamame meningkat, terutama di dalam negeri. Kedelai edamame memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena peranannya yang sangat tinggi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2018), produksi kedelai pada tahun 2017 hanya 538,728 ton/tahun atau sekitar 29% dari total kebutuhan nasional. Total kebutuhan kedelai nasional adalah 3.103.475 ton/tahun, sehingga Indonesia harus mengimpor kedelai sebanyak 2.564.747 ton untuk memenuhi 71% kebutuhan kedelai dalam negeri, Jumlah tersebut akan diserap untuk pangan 83,7%, industri kecap, tauco, dan lainnya 14,7 % benih 1,2 % dan untuk pakan 0,4 persen, Impor kedelai terbesar Indonesia berasal dari Amerika Serikat dengan jumlah 1.847.900 ton.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2020), impor kedelai pada tahun 2018-2019 mengalami peningkatan, pada tahun 2018 impor kedelai sebesar 2.585.809 kg dan pada tahun 2019 sebesar 2.670.086 kg. Kedelai edamame memiliki nilai ekspor yang luas dan prospek yang menjanjikan, peluang pasar pada kedelai ini cukup besar dalam negeri maupun luar negeri.
Kebutuhan pasar tersebut memerlukan upaya peningkatan produksi baik kualitas maupun kuantitas sehingga dapat bersaing dengan negara pengekspor lainya terutama China dan Taiwan yang merupakan negara pengekspor terbesar edamame.
Berdasarkan data Pemprov Kalbar, luas areal tanah PMK sekitar 10,5 juta hektar atau 17,28% dari luas daerah yang 14,7 juta hektar. Sehingga dengan luas tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai lahan budidaya kedelai edamame dalam usaha meningkatkan produksi kedelai edamame di Kalimantan Barat. Pemanfaatan tanah PMK untuk budidaya tanaman kedelai edamame dihadapkan pada beberapa masalah yaitu terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi, tanah PMK yang kurang baik sehingga kurang mendukung untuk pertumbuhan dan produksi kedelai edamame secara optimal.
Tanah podsolik merah kuning (PMK) adalah salah satu tanah yang memiliki konsistensi teguh sampai gembur, kejenuhan basa rendah dan bereaksi masam, tanah ini miskin akan kandungan hara dan bahan organik serta berpotensi keracunan Al. Sehingga dapat diketahui
428 bahwa tanah ini tergolong tanah yang tidak subur baik secara fisik maupun kimia, salah satu upaya untuk memperbaiki struktur, tanah ini dapat dilakukan dengan memberikan bahan organik.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki sifat fisik tanah PMK yaitu dengan pemberian bahan organik berupa pupuk kandang. Bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan kandungan hara, menambah daya serap air dan menambah mikroorganisme dalam tanah, salah satu bahan organik yang dapat digunakan adalah pupuk kandang burung puyuh, selain memperbaiki sifat fisik dan biologi pada tanah PMK, perbaikan sifat kimia juga perlu dilakukan dengan memberikan pupuk NPK sebagai sumber unsur hara utama.
Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan kombinasi pemakaian antara bahan organik dan pupuk kimia. Interaksi dari penggunaan secara bersamaan pupuk kandang burung puyuh dengan NPK mampu melarutkan pupuk anorganik secara optimal, meningkatkan produktivitas lahan marginal, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, meningkatkan efisiensi pemupukan dan selanjutnya meningkatkan produktivitas tanaman (Wigati, 2006). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara pupuk kandang burung puyuh dan NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame pada tanah podsolik merah kuning dan mendapatkan dosis terbaik pupuk kandang burung puyuh dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai edamame pada tanah podsolik merah kuning.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi yang terletak di Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 16 Agustus - 14 November 2022. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu pemberian pupuk kandang burung puyuh (k) dan NPK (p) masing-masing dengan 3 taraf perlakuan yang terdiri dari 9 kombinasi perlakuan dan 3 ulangan, sehingga total keseluruhan ada 108 sampel tanaman/polybag. Faktor pertama adalah dosis pupuk kotoran kandang burung puyuh (k) terdiri dari 3 taraf yakni : k1 = 20 ton/ha setara dengan 100 g/polybag, k2 = 30 ton/ha setara dengan 150 g/polybag, k3 = 40 ton/ha setara dengan 200 g/polybag. Faktor ke dua adalah dosis NPK (p) terdiri dari 3 taraf yakni : p1 = 200 kg/ha setara dengan 1 g/polybag, p2 = 300 kg/ha setara dengan 1,5 g/polybag, p3 = 400 kg/ha setara dengan 2 g/polybag. Bahan yang digunkan, benih kedelai edamame, tanah PMK, pupuk kandang puyuh, kapur dolomit, NPK, polybag dan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, parang, pisau, meteran, gembor, gelas ukur, timbangan, oven, ember, pH meter, thermohygrometer, jirigen, corong, gembor, label, alat tulis, alat dokumentasi.
Pelaksanaan dimulai dari persiapan tempat penelitian yang akan digunakan dengan menebas kayu, rerumputan menggunakan parang, dan lainnya. Tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah podsolik merah kuning (PMK) yang diambil dengan kedalaman 0- 20 cm dari permukaan tanah, selanjutnya tanah dibersihkan dari kotoran-kotoran, akar, dan kayu, kemudian dikeringkan dan diayak lolos ayakan ukuran 0,5 mesh agar diperoleh media tanam yang gembur dengan ukuran yang seragam, kemudian tanah ditimbang masing-masing sebanyak 10 kg/ polybag.Tanah PMK dicampurkan merata dengan pupuk kandang burung puyuh (k) sesuai perlakuan yaitu k1 = 20 ton/ha setara dengan 100 g/polybag, k2 = 30 ton/ha setara dengan 150 g/polybag, dan k3 = 40 ton/ha setara dengan 200 g/polybag, dan dolomit, kemudian diinkubasi selama 2 minggu. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan kedalaman 1,5-2 cm, kemudian benih dimasukkan sebanyak 1 biji per lubang tanam, setelah itu ditutup kembali dengan tanah.
429 Pupuk NPK diaplikasikan sesuai dengan perlakuan sebanyak 2 kali, setengah dosis pada saat tanam diberikan dengan dibuat larikan 10 cm lubang tanam dan setengah dosis pada waktu umur 3 MST diberikan dengan dibuat larikan 10 cm tanaman. Pupuk NPK diberikan dengan dibuat larikan, agar pupuk yang diberikan tersebar merata dengan dosis perlakuan yaitu p1 = 200 kg/ha setara dengan 1 g/polybag, p2 = 300 kg/ha setara dengan 1,5 g/polybag dan p3 = 400 kg/ha setara dengan 2 g/polybag.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan yaitu penyiraman, penyiangan gulma, penyulaman, pengendalian hama dan penyakit. Varibel yang di amati yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang, volume akar, berat kering tanaman, jumlah polong isi, bobot polong segar, rata- rata berat polong. Variabel penunjang penelitian meliputi suhu udara harian (oC), kelembaban udara harian (%) dan curah hujan harian (mm). Selanjutnya hasil pengamatan dianalisis secara statistik dan dapat di susun dalam analisis RAL faktorial. Analisis statistik dilakukan pada variabel pengamatan untuk pertumbuhan dan hasil kedelai edamame. Jika hasil sidik ragam berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
Hasil analisis keragaman menunjukkan terjadi interaksi antara pupuk kandang burung puyuh dan NPK pada variabel tinggi tanaman 4 MST dan berat kering tanaman dan berpengaruh tidak nyata pada variabel tinggi tanaman 2, 3 MST, jumlah cabang 2, 3 MST, volume akar dan rata- rata berat polong. Namun berpengaruh nyata pada variabel jumlah cabang 4 MST, bobot polong segar, dan jumlah polong isi.
Tabel 1. Uji BNJ 5% Pengaruh Interaksi Pupuk Kandang Burung Puyuh dan NPK terhadap Tinggi Tanaman 4 MST
Pupuk Kandang puyuh (ton/ha) NPK (kg/ha)
200 300 400
20 37,38 b 32,46 d 34,16 c
30 32,48 d 39,72 a 33,63 cd
40 33,27 cd 39,92 a 33,84 c
BNJ 5% = 1,15
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama berbeda tidak nyata pada Uji BNJ 5%
Tabel 2. Uji BNJ 5% Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Kandang Puyuh dan NPK Pada Berat Kering Tanaman
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji BNJ 5%.
Pupuk Kandang Puyuh (ton/ha) NPK (kg/ha)
200 300 400
20 7,45 b 6,59 bc 8,95 ab
30 5,74 c 7,81 b 7,72 b
40 9,47 a 8,01 ab 7,26 b
BNJ 5% = 16,06
430 Hasil Uji BNJ 5 % pada tabel 1, menunjukkan bahwa tinggi tanaman 4 MST pada pemberian pupuk kandang puyuh dosis 30 ton/ha + NPK dosis 300 gk/ha berbeda nyata terhadap dengan tinggi tanaman 4 mst pupuk kandang puyuh 20 ton/ha + NPK 200 kg/ha, 300 kg/ha, dan 400 kg/ha, pupuk kandang puyuh 30 ton/ha + NPK 200 kg/ha, pupuk kandang puyuh 40 ton/ha + NPK 200 kg/ha, dan NPK 400 gk/ha, Pupuk kandang puyuh 40 ton/ha + NPK 200 kg/ha, dan 400 kg/ha, namun berbeda tidak nyata dengan pupuk kandang puyuh 40 ton/ha + NPK 300 kg/ha.
Hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2, menunjukkan bahwa variabel berat kering tanaman berinteraksi pada pemberian pupuk kandang burung puyuh dosis 40 ton/ha dan NPK dosis 200 kg/ha berbeda nyata dengan variabel berat kering tanaman pada pemberian pupuk kandang burung puyuh 20 ton/ha + NPK 200 kg/ha, dan 300 ton/ha, pupuk kandang burung puyuh 30 ton/ha + NPK 200 kg/ha, 300 kg/ha dan 400 kg/ha, pupuk kandang burung puyuh 40 ton/ha + NPK 400 kg/ha, namun berbeda tidak nyata dengan berat kering tanaman pada pemberian pupuk kandang puyuh 40 ton/ha + NPK 200 kg/ha dan pupuk kandang puyuh 20 ton/ha + NPK 400 kg/ha. Sehingga pemberian pupuk kandang puyuh 40 ton/ha dan NPK 200 kg/ha sudah mampu memberikan pertumbuhan yang baik pada variabel berat kering tanaman kedelai edamame.
Tabel 3. Uji BNJ 5% Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Puyuh Pada Jumlah Cabang 4 MST, Bobot Polong Segar, Jumlah Polong Isi
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada Uji BNJ 5%.
Hasil Uji BNJ 5% pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pada variabel jumlah cabang 4 MST pada perlakuan pupuk kandang puyuh 40 ton/ha berbeda nyata dengan jumlah cabang 4 MST pada perlakuan pupuk kandang puyuh 20 ton/ha, namun berbeda tidak nyata dengan jumlah cabang 4 MST pada perlakuan pupuk kandang puyuh 30 ton/ha. Sehingga pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha dan 300 kg/ha sudah mampu memberikan pertumbuhan yang baik pada variabel tinggi tanaman 4 MST.
Hasil Uji BNJ 5% pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pada variabel bobot polong segar pada pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha berbeda nyata dengan bobot polong segar pada pemberian pupuk kandang puyuh 20 ton/ha, namun berbeda tidak nyata dengan bobot polong segar pada pemberian pupuk kandang puyuh 40 ton/ha.
Hasil Uji BNJ 5% pada Tabel 3, menunjukan bahwa pada variabel jumlah polong isi pada pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha berbeda nyata dengan pupuk kandang puyuh 20 ton/ha, namun berbeda tidak nyata dengan jumlah polong isi pada pemberian pupuk kandang puyuh 40 ton/ha.
Pupuk Kandang Puyuh (Ton/Ha)
Jumlah Cabang 4
MST Bobot Polong Segar Jumlah Polong isi
20 6,9 b 81,45 b 27,96 b
30 7,87 ab 95,57 a 33,92 a
40 7,89 a 91,72 ab 31,37 ab
BNJ 5% 0,65 13,51 4,76
431
Gambar 1. Nilai Rerata Tinggi Tanaman Pada Umur 2, 3 MST
Berdasarkan Gambar 1, bahwa pemberian pupuk kandang puyuh dan NPK menunjukkan hasil pada variabel rerata tinggi tanaman umur 2 MST berkisar antara 15,31 cm – 16,51 cm, umur 3 MST berkisar antara 26,01 cm – 27,58 cm.
Gambar 2. Nilai Rerata Jumlah Cabang Pada Umur 2, 3 MST
Berdasarkan Gambar 2, bahwa pemberian pupuk kandang puyuh dan NPK menunjukkan hasil pada variabel jumlah cabang umur 2 MST berkisar antara 2,17 cabang – 2,75 cabang, pada umur 3 MST berkisar antara 3,58 cabang – 4,50 cabang.
16.06 16.17 16.36 15.78 15.31 15.87 16.03 16.51 16.31 26.01 26.58 27.51 27.58 27.25 28.02 26.08 27.27 26.17
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
Rerata Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan Pupuk kandang Puyuh (ton/ha) + NPK (Kg/ha)
2 MST 3 MST
2.75
2.33 2.67 2.58 2.67
2.17 2.33 2.42 2.50 4.25 4.00 4.00 3.92
4.50 4.24
3.92 3.58 4.08
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00
Rerata Jumlah Cabang
Perlakuan Pupuk Kandang Puyuh (ton/ha) + NPK (kg/ha)
2 MST 3 MST
432
Gambar 3. Nilai Rerata Volume Akar (m3)
Berdasarkan Gambar 3, bahwa pemberian pupuk kandang puyuh dan NPK menunjukkan bahwa nilai rerata volume akar berkisar antara 14,00 cm3 – 20,00 cm3.
Gambar 4. Nilai Rerata Berat Polong (g)
Berdasarkan Gambar 4, bahwa pemberian pupuk kandang puyuh dan NPK menunjukkan bahwa nilai rata-rata berat polong berkisar antara 2,56 g – 3,31 g.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Tabel 1, menunjukkan bahwa terdapat interaksi pada variabel tinggi tanaman 4 MST, antara pupuk kandang puyuh dan NPK. Tabel 1 menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang puyuh dosis 30 ton/ha dan NPK 300 kg/ha merupakan perlakuan terbaik pada variabel tinggi tanaman 4 MST tertinggi 39,72 cm. Tinggi tanaman tersebut tergolong sesuai jika dibandingkan dengan tinggi tanaman pada deskripsi yang mencapai 35-50 cm. Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha sudah cukup optimal jika di bandingkan dengan pemberian dosis 40 ton/ha pertumbuhan tinggi tanaman 4 MST 39,92 cm dan dosis NPK 300 kg/ha sudah cukup meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman kedelai edamame, jika dibandingkan dengan pemberian dosis NPK 400 kg/ha yang hanya mampu menghasilkan rerata pertumbuhan tinggi tanaman 4 MST 33,88 cm.
19.33
17.33 18.67 15.33
20.00
18.67 18.67 19.33 14.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00
Rerata Volume Akar (cm3)
Perlakuan Pupuk Kandang Puyuh (ton/ha) dan NPK (kg/ha)
2.69 3.31
2.80 2.89 3.08
2.56 2.77
3.20 3.02
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Rerata Berat Polong (gram)
Perlakuan Pupuk Kandang Puyuh (ton/ha) dan NPK (kg/ha)
433 Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman meskipun bukan merupakan indikator utama, pertumbuhan tinggi tanaman merupakan adanya proses pembelahan dan pembesaran sel pada meristem pucuk dari hasil fotosintat tanaman (Taiz dan Zeiger, 1991). Pemberian berbagai dosis pupuk meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, tersedianya unsur N yang cukup bagi tanaman dapat memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Lakitan, (2002) unsur N merupakan salah satu unsur pembentuk klorofil yang di gunakan sebagai absorben cahaya matahari dalam proses fotosintesis. Supriono, (2000) menyatakan bahwa pemberian NPK dosis rendah ternyata mampu meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah cabang.
Pemberian pupuk kandang puyuh terbukti mampu memperbaiki sifat fisik tanah sehingga kondisi tanah menjadi lebih baik, gembur, dan perakaran serta pertumbuhan kedelai edamame mampu berkembang dengan baik dapat menyerap unsur hara yang diberikan.
Pemberian pupuk kandang puyuh dosis 30 ton/ha mampu menyumbangkan unsur N, P dan K yang cukup bagi tanaman kedelai edamame dan dapat mengefisiensi penggunaan pupuk anorganik, serta mampu menyumbangkan hara lainnya bagi tanaman yang dibantu dengan pemberian NPK yang tidak banyak, namun seimbang dengan pemberian bahan organik, sehingga tanaman mampu melakukan proses fotosintesis dengan baik dan menghasilkan fotosintat yang akan ditransfer ke seluruh bagian tanaman sehingga berpengaruh pada tinggi tanaman 4 MST.
Hasil analisis keragaman pada Tabel 1, menunjukkan bahwa terjadi interaksi pada variabel berat kering tanaman antara pupuk kandang puyuh dan NPK. Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang puyuh dosis 40 ton/ha dan NPK dosis 200 kg/ha merupakan perlakuan terbaik yang mampu menghasilkan berat kering tertinggi yaitu 9,47 g. Pemberian pupuk kandang puyuh terbukti mampu memperbaiki sifat fisik tanah sehingga kondisi tanah menjadi lebih baik, gembur, dan perakaran kedelai edamame mampu berkembang dengan baik serta dapat menyerap unsur hara yang diberikan. Pemberian pupuk kandang puyuh dosis 40 ton/ha mampu menyumbangkan unsur N, P, dan K yang cukup bagi tanaman kedelai edamame dan dapat mengefisiensi penggunaan pupuk anorganik, serta mampu menyumbangkan hara lainnya bagi tanaman yang dibantu dengan pemberian NPK yang tidak banyak, namun seimbang dengan pemberian bahan organik, sehingga tanaman mampu melakukan proses fotosintesis dengan baik dan menghasilkan fotosintat yang akan ditransfer ke seluruh bagian tanaman sehingga berpengaruh pada berat kering tanaman.
Laju fotosintesis dipengaruhi oleh kadar klorofil dan unsur hara yang mempengaruhinya adalah unsur (N), nitrogen merupakan salah satu penyusun utama klorofil (Taiz dan Zeiger, 1991). Penyerapan energi matahari pada semua dosis pupuk kandang puyuh dan NPK mempengaruhi proses fisiologis tanaman terutama proses fotosintesis akan menjadi meningkat.
Hal ini berpengaruh terhadap fotosintat yang dihasilkan dari proses fotosintesis yang ditunjukkan. Menurut Paelongan, dkk. (2004) berat kering tanaman merupakan parameter untuk mengetahui hasil proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman. Keefektifan proses fotosintesis pada suatu tanaman dapat diketahui melalui pengukuran berat kering yang terbentuk selama pertumbuhan, karena 94 % berat kering tanaman berasal dari fotosintat.
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Tabel 2, menunjukkan bahwa pupuk kandang puyuh secara mandiri berpengaruh nyata pada variabel jumlah cabang 4 MST. Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian Pupuk kandang puyuh dosis 40 ton/ha dengan menghasilkan jumlah cabang 4 MST tertinggi 7,89 cm. Pupuk kandang puyuh mampu berkontribusi menyumbangkan unsur hara dan memperbaiki sifat fisik tanah pada saat pertumbuhan jumlah cabang. Pemberian pupuk kandang puyuh dosis 30 ton/ha mampu memberikan hasil yang baik pada variabel jumlah cabang 4 MST sebesar 7,87 ruas, tergolong tinggi jika dibandingkan dengan deskripsi yang sebesar 1-5 cabang.
434 Hal ini diduga pembentukan cabang dipengaruhi oleh unsur hara yang diserap tanaman kemudian di translokasian ke organ tanaman dalam pembentukan bunga dan buah.
Ketersediaan unsur hara dan cahaya matahari yang diterima dapat mendorong pertumbuhan batang dan cabang tanaman, jika pertumbuhan batang dan cabang sudah sesuai, maka dapat mempengaruhi potensi hasil tanaman.
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pupuk kandang puyuh secara mandiri berpengaruh nyata pada variabel bobot polong segar per tanaman. Tabel 3 menunjukkan perlakuan Pupuk kandang puyuh 30 ton/ha merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan 95,57 g. Hal ini diduga bahwa pemberian dosis pupuk kandang puyuh yang sedang sudah cukup meningkatkan bobot polong segar kedelai edamame, jika dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk kandang puyuh 40 ton/ha yang hanya mampu menghasilkan rerata bobot polong segar per tanaman sebesar 91,72 g.
Diduga pemberian pupuk kandang puyuh mampu menyumbangkan unsur hara yang cukup bagi tanaman kedelai edamame dan dapat mengefisiensi penggunaan pupuk anorganik, serta berkontribusi menyumbangkan unsur hara N, P dan K serta memperbaiki sifat fisik tanah pada saat pengisian polong. Ketersediaan unsur hara N, P dan K dalam jumlah yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil. Penyerapan unsur hara terutama unsur K digunakan untuk pertumbuhan buah (polong). Hal ini sejalan dengan pendapat Novizan, (2003) menyatakan bahwa salah satu fungsi K yaitu untuk meningkatkan kualitas buah. Semakin banyak asimilat yang tersedia di jaringan hasil tanaman, maka jumlah buah yang dihasilkan semakin banyak dan semakin berat (Hakim, 2013).
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada Tabel 3, menunjukkan bahwa pupuk kandang puyuh secara mandiri berpengaruh nyata pada jumlah polong isi. Tabel 3 menunjukkan pemberian Pupuk kandang puyuh 30 ton/ha merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan jumlah polong isi tertinggi 33,92 g. Hal ini diduga bahwa pemberian dosis pupuk kandang puyuh yang sedang sudah cukup meningkatkan jumlah polong isi kedelai edamame, jika dibandingkan dengan pemberian dosis pupuk kandang puyuh 40 ton/ha yang hanya mampu menghasilkan jumlah polong 31,37 g.
Diduga pemberian pupuk kandang puyuh mampu menyumbangkan unsur hara yang cukup bagi tanaman kedelai edamame, dan dapat mengefisiensi penggunaan pupuk anorganik, serta berkontribusi menyumbangkan unsur hara N, P dan K serta memperbaiki sifat fisik tanah sehingga porositas semakin meningkat. Pada saat pengisian polong Ketersediaan unsur hara N, P dan K dalam jumlah yang cukup dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil. Penyerapan unsur hara terutama unsur K digunakan untuk pertumbuhan buah (polong). Hal ini sejalan dengan pendapat Novizan, (2003) menyatakan bahwa salah satu fungsi K yaitu untuk meningkatkan kualitas buah, Semakin banyak asimilat yang tersedia di jaringan hasil tanaman, maka jumlah buah yang dihasilkan semakin banyak dan semakin berat (Hakim, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pada variabel bobot polong segar yang dihasilkan dari pemberian pupuk kandang puyuh 20, 30 dan 40 ton/ha + NPK 200, 300 kg/ha dan 400 kg/ha berkisar antara 75,46 g – 108,52 g menghasilkan rerata bobot polong segar per tanaman sebesar 89,58 g/polybag atau berkisar antara 12,07 ton/ha – 17,37 ton/ha. Jika dibandingkan dengan deskripsi yang mencapai 8-9 ton, bobot polong segar per tanaman melebihi deskripsi. Diduga adanya perbedaan antara jumlah polong dan bobot polong segar yang dihasilkan tanaman membuat potensi hasil dalam ton/ha pada penelitian ini melebihi deskripsi tanaman.
Pada saat proses pengisian biji pada polong unsur hara N, P dan K sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pemberian pupuk kandang puyuh dan NPK dengan dosis tersebut sudah mampu meningkatkan bobot polong segar per tanaman kedelai edamame. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainal dkk., (2014) bahwa pemberian pupuk organik dan menambah pupuk NPK pada
435 berbagai dosis berperan efektif dalam menambah kandungan unsur hara di dalam tanah, terutama unsur P dan K. Selain pemberian pupuk faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. suhu, kelembaban, dan curah hujan yang baik menjadi syarat pertumbuhan bagi tanaman kedelai edamame. Syarat tumbuh tanaman kedelai edamame yaitu pada suhu 26°C - 30°C kelembaban 75% - 90% dan curah hujan kurang dari 200 mm/bulan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramdhani, dkk. (2016) menjelaskan bahwa banyaknya jumlah polong per tanaman ditentukan dari segi genetik, tetapi faktor lingkungan pun mempengaruhi dalam proses pembentukan polong. Jika tidak terjadi curah hujan yang tinggi maka hasil produksi tanaman akan menjadi baik.
Berdasarkan hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara pupuk kandang puyuh dan NPK. Faktor pupuk kandang puyuh dan NPK secara mandiri berpengaruh tidak nyata pada variabel tinggi tanaman, jumlah cabang 2 dan 3 MST, volume akar dan rata-rata berat polong. Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha dan NPK 300 kg/ha merupakan nilai tertinggi pada variabel tinggi tanaman 2 MST, pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha dan NPK 200 kg/ha merupakan nilai tertinggi pada variabel tinggi tanaman 3 MST. Tabel 1 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha dan NPK 300 kg/ha merupakan nilai tertinggi pada variabel jumlah cabang 2 MST dan 3 MST. Gambar 3 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kandang puyuh 30 ton/ha dan NPK 300 kg/ha merupakan nilai tertinggi pada variabel volume akar. Gambar 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang puyuh 20 ton/ha dan NPK 300 kg/ha merupakan nilai tertinggi pada variabel rata-rata berat polong. Keempat variabel ini menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang burung puyuh dan NPK berpengaruh tidak nyata, hal ini diduga bahwa pada fase vegetatif tanaman lebih membutuhkan unsur hara N yang tinggi dibandingkan unsur hara P dan K.
Berdasarkan hasil analisis pH awal tanah PMK yaitu 4,45 dan setelah diinkubasi naik menjadi 6,52. Diduga pemberian pupuk kandang puyuh pada penelitian ini membuat pH tanah yang awalnya masam dapat mendekati netral, sehingga mudah menyerap unsur hara. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno, (2002) bahwa pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Selain itu N menjadi lebih tinggi sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksinya.
Menurut Prihatman, (2000) tanaman edamame tumbuh dengan baik pada pH 5,8 - 7,0.
Kondisi pH tanah yang ideal sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara. Penggunaan pupuk kandang puyuh dapat memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik.
Selain faktor pupuk kandang puyuh dan NPK yang digunakan, pertumbuhan dan hasil kedelai edamame dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan curah hujan. Suhu pada saat penelitian berkisar antara 24,8 – 27,0 oC, sedangkan syarat tumbuh kedelai edamame pada perkecambahan kurang lebih 30 oC. Kelembapan pada saat penelitian berkisar antara 83 – 88%
sedangkan pada syarat tumbuh kedelai edamame 75 - 90%. Tetapi curah hujan yang tinggi pada saat penelitian kurang mendukung untuk pertumbuhan benih kedelai edamame yang mengakibatkan beberapa benih busuk dan timbulnya jamur, tinggi curah hujan pada saat penelitian sedangkan pada syarat tumbuh kedelai edamame curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan kedelai edamame kurang dari 200 mm.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
436 1. Terjadi interaksi antara pemberian pupuk kandang puyuh dosis 30 ton/ha + NPK dosis 200 kg/ha yang menghasilkan variabel tinggi tanaman 4 MST tertinggi yaitu 39,72 cm. Dan dosis pupuk kandang puyuh 40 ton/ha + 200 kg/ha NPK yang menghasilkan berat kering tanaman tertinggi yaitu 9,47 g.
2. Hasil penelitian pemberian pupuk kandang puyuh 30 ton/ha merupakan dosis terbaik untuk hasil kedelai edamame pada variabel bobot polong segar tertinggi 95,57 g dan jumlah polong isi tertinggi 33,92 buah. Dosis pupuk NPK 300 kg/ha merupakan dosis terbaik untuk pertumbuhan kedelai edamame pada variabel jumlah cabang 4 MST tertinggi 7,97 cm dan tinggi tanaman 4 MST tertinggi 37,36 cm.
DAFTAR PUSTAKA
Aep, W. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai (Glycine Max (L.) Merill). Tesis. Bandung.
Universitas Padjajaran.
Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. 2020. Kalimantan Barat Dalam Angka. Pontianak:
Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Barat.
https://kalbar.bps.go.id/publication/2020/04/27/frovinsi-kalimantan-barat-dalam- angka-2020.html.
Badan Pusat Statistik. 2018. Data Produksi Kedelai Lokal. Jakarta.Data Pemprov Kalbar.
Gambaran Umum Aspek Geografis Kalimantan Barat.
Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis, A.M., Nugroho, S.G., Diha, M.A., Hong. G.B.,Bailey, H.H.
1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung. Jurnal penelitian pertanian terapan 13(1): 8-12.
Hardjowigeno, S. 2002. Ilmu Tanah. Cetakan ke 5. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Novizan. 2003. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Prihatman, K. 2000. Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jakarta: Kantor Deputi Menegristek : Bidang Pendayagunaan IImu dan Teknologi.
Ramdhani, M., Silvina, dan Armaini. 2016. Pemberian Pupuk Kandang dan Volume Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Edamame (Glycine max (L) Merril). Jurnal Faperta 3 (1).
Supriono. 2000. Pengaruh Dosis Urea Tablet dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai Kultivar Sindoro. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Taiz, L dan Zeiger, E. 1991. Plant Phisiology. Redwood City, Calipornia: The Benjamin. 5 (3),100-119.
Zainal, M., A. Nugroho, dan N. E. Suminarti. 2014. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merill) Pada Berbagai Tingkat Pemupukan N dan Pupuk Kandang Ayam. Jurnal Produksi Tanaman. 2 (6), 484-490.