DAHONO et al. : Kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi asiatikosida tanaman pegagan
KOMBINASI PUPUK NPK DAN PUPUK KANDANG DALAM MENINGKATKAN
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI ASIATIKOSIDA TANAMAN PEGAGAN
Dahono1), M. Ghulamahdi 2), S. A. Aziz2) dan Adiwirman2)
1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Jl. Kaharuddin, km 10 Pekanbaru
e-mail ddahono@yahoo.co.id
2) Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB Jl. Meranti, Darmaga, Bogor
mgulamahdi@yahoo.com sandraaziz@yahoo.com adiwirman@yahoo.com
(Diterima Tgl. 28 – 10 – 2010 – Disetujui Tgl. 7 – 6 – 2011) ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pupuk kandang dan NPK terhadap pertumbuhan dan produksi asiatikosida. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Gunung Putri, Cipanas, Kabupaten Cianjur mulai dari bulan Mei 2009 sampai dengan Januari 2010. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua faktor dan diulang 3 kali. Faktor A tanpa , 0,25, 0,50, 0,75 dan 1,00 dosis rekomnedasi NPK (kg/ha). Faktor B tanpa, dan 30 t pupuk kandang/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pupuk NPK 1,00 rekomendasi dan pupuk kandang sebanyak 30 t/ha meningkatkan pertumbuhan dan produksi asiotikosida secara signifikan (5,12 g/m2).
Produksi asiatikosida tersebut tidak berbeda nyata dengan 0,5 dan 0,75 dosis rekomendasi NPK/hatanpa menggunakan pupuk kandang dan 0,5 dosis rekomendasi NPK/ha + pupuk kandang 30 t/ha dan memiliki kandungan asiatikosida (standar >MMI =0,90). Pemupukan maksimum 0,5 dosis rekomendasi NPK/haatau pupuk kandang meningkatkan produksi asiatikosida, akan tetapi pemberian pupuk kandang saja tidak mempe-ngaruhi kandungan asiatikosida. Interaksi antara pupuk NPK dan pupuk kandang secara umum meningkatkan pertumbuhan dan hasil asiatikosida. Keuntungan tertinggi 79,82 and 30,81% (B/C ratio 0,17 dan 0,14) didapatkan dari kombinasi 1,00 dan 0,75 dosis rekomendasi NPK/ha + pupuk kandang sebanyak 30 t/ha.
Kata kunci : Asiatikosida, pegagan, pupuk NPK, pupuk kandang, dataran tinggi
ABSTRACT
Combination NPK Fertilizer and Manure Application to increase growth and Asiaticoside Production of Indian Pennyworth
The aim of the research was to identify the effect of combination of cow manure and NPK fertilizer application on the growth and asiaticoside production of Indian Pennyworth (Centella asiatica L. Urban) of Boyolali CASI 016 accession. The research was conducted from May 2009 until January 2010, at The Institute of Plant Medicine and Aromatic Research Station of Indonesian Medicinal and Aromatic Research Institute in Gunung Putri, Cipanas, Cianjur Residence. The research used randomized complete block design with two factors. The A factor were without NPK, 0.25, 0.50, 0.75 and 1.00 NPK recommendation dosage/ha. The NPK recommendation dosage is 135 kg N/ha, 60 kg P2O5/ha and 132 kg
K2O/ha. The B factors were without cow manure and 30 t cow manure/ha,
with 3 replicates. Research result showed that combination of 1.00 NPK
recommendation dosage/ha and 30 t/ha cow manure significantly increased growth and asiaticoside production (5.12 g/m2). This asiaticoside
production was not different with 0.50 and 0.75 recommendation NPK dosage/ha without cow manure, and 0.50 NPK recommendation dosage/ha + 30 t cow manure/ha, and have high asiaticoside content (>MMI standard = 0.90). NPK fertilizer (maximum at 0.50 recommen-dation NPK dosage/ha) or cow manure increased growth and asiaticoside production, but cow manure did not affect asiaticoside content. Interaction between NPK and cow manure generally increased growth and yield of asiaticoside. High profit 79.82 and 30.81% (B/C ratio 0,17 and 0,14) was found at combinations 1.00 and 0.75 NPK recommendation dosage/ha + cow manure 30 t/ha.
Key words : Asiaticoside, Indian Pennyworth, NPK fertilizer, cow manure, and high altitude
PENDAHULUAN
Tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urb) merupakan salah satu tanaman terna tahunan yang memiliki daerah penyebaran sangat luas terutama di daerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat, sayuran segar, lalapan atau dibuat jus. Berbagai penelitian ilmiah tentang khasiat pegagan telah dilaporkan diantaranya efek anti–neoplastik, efek pelindung tukak lambung, menurunkan tekanan dinding pembuluh, mempercepat penyembuhan luka, analgesik, anti–inflamasi, hepatoprotektor, peningkatan kecerdasan, antisporasis, anti agregasi platelet, dan anti trombosis (BADAN POM, 2007), mengobati lepra, gangguan perut, dan rematik (WAHJOEDI dan PUDJIASTUTI, 2006).
Bagian tanaman pegagan yang berkhasiat obat ada-lah daun, akar, dan batang. Tanaman pegagan biasanya dimanfaatkan sebagai obat tradisional yang diproses dalam bentuk bahan segar, kering maupun yang sudah dalam bentuk ramuan (jamu). Secara empiris pegagan mengan-dung senyawa asiatikosida yang banyak digunakan sebagai bahan simplisia obat. Asiatikosida termasuk dalam golongan triterpenoid turunan alfa amyrin.
Famili Umbelliferaceae (Apiaceae) ini tumbuh secara liar di tempat terbuka pada tanah yang agak lembap dan subur seperti di tegalan, padang rumput, tepi parit, dan pekarangan, namun kualitas yang dihasilkan tidak terjamin dan sangat bervariasi. Untuk menjamin produksi yang berkualitas dan mengandung bahan kimia yang tinggi perlu dilakukan budidaya secara menyeluruh mulai dari aspek varietas, lingkungan, pemupukan, dan proses pasca panen. Beberapa hasil penelitian mengenai pegagan telah dilakukan diantaranya adalah tentang karakterisasi dan evaluasi plasma nutfah tanaman pegagan (BERMAWIE et al., 2006), tanggap pertumbuhan dan produksi asiatikosida beberapa genotipe pegagan pada naungan yang berbeda di dataran rendah dan tinggi (MARTONO et al., 2010), penggunaan pupuk an organik N (NURMAYATI, 2009) P2O5
(AFRIDA et al., 2009) dan K2O (HIDAYATI, 2009) serta
beberapa hasil penelitian tentang manfaat dan kegunaan tanaman pegagan (WAHJOEDI dan PUDJIASTUTI, 2006). Menurut GHULAMAHDI et al. (2008), MARTONO et al. (2010) tanaman pegagan yang ditanam pada ketinggian 1.200 m di atas muka laut (dml) dengan jenis tanah andosol, intensitas cahaya 55%, pemberian pupuk NPK dan pupuk organik menghasilkan kandungan asiatikosida tertinggi (1,8–1,93%) bila dibandingkan dengan tanaman pegagan yang ditanam di dataran rendah.
Produksi asiatikosida merupakan hasil perkalian antara produksi biomasa tanaman dan kandungan asiatikosida dalam jaringan, sehingga peningkatan biomasa tanaman diharapkan akan meningkatkan produksi asiatikosida. Untuk meningkatkan produksi biomasa tanaman pegagan di dataran tinggi membutuhkan hara yang cukup. Menurut GHULAMAHDI et al. (2008), bahwa untuk mencapai produksi pegagan yang optimal membutuh-kan hara N, P dan K sebanyak 135, 60 dan 132 kg/ha karena ketiga unsur tersebut merupakan unsur hara essensial utama bagi tanaman. Menurut SARNO (2009) pemberian pupuk N, P dan K sangat diperlukan karena dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi bobot kering secara konsisten. Penyerapan salah satu unsur ke dalam tubuh tanaman dipengaruhi oleh adanya kecukupan unsur hara lain misalnya amonium yang berasal dari nitrogen dapat meningkatkan penyerapan fosfor (NOVIZAN, 2005), kalium yang tidak tersedia dalam jumlah cukup juga mengakibatkan efisiensi nitrogen dan fosfor menjadi rendah (SUTEJO, 1999).
Penggunaan pupuk anorganik (NPK) secara terus menerus menyebabkan pupuk terakumulasi dalam tanah, sehingga tanah menjadi keras dan sulit diolah (NOVIZAN, 2005). Untuk mengatasi terakumulasinya pupuk ke dalam tanah akibat penggunaan pupuk an organik (NPK) yang terus menerus dapat dilakukan dengan pemupukan organik. Pemberian bahan organik diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, biologi tanah (YANG et al., 2004) dan terjadi efisiensi penggunaan pupuk (WIDOWATI, 2009). Menurut LESTARI et al. (2010) pemberian bahan organik
sebanyak 30 t/ha sudah dapat menghasilkan kandungan asiatikosida sebanyak 5,84% dan bobot kering daun sebanyak lebih dari 3 t/ha. Penelitian tentang budidaya pegagan dengan menggunakan beberapa takaran pupuk NPK dan organik belum ada, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan N, P, K, dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan, produksi tanaman dan asiatikosida dan pengaruh interaksi antara pemupukan N, P, dan K serta pupuk kandang sapi terhadap produksi biomasa dan asiatikosida.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan, , Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO) Gunung Putri, di Cipanas, Kabupaten Cianjur. Jenis tanah Andosol yang berada pada ketinggian 1.500 m dml. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Mei 2009 sampai dengan Januari 2010. Selanjutnya pengamatan kandungan hara tanaman dan senyawa asiatikosida daun dilaksanakan di Laboratorium Balittro, Cimanggu, Bogor. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor diulang 3 kali sehingga diperloleh satuan unit percobaan. Faktor A pupuk N, P2O5, K2O dengan 5 taraf :
pupuk NPK 0,00; 0,25; 0,50; 0,75 dan 1,00 dosis rekomendasi/ha (135 kg N, 60 kg P2O5, dan 132 kg K2O/ha)
dan faktor B pupuk kandang sebanyak 2 taraf (0,00 dan 30,00 t pupuk kandang/ha).
Lahan diolah dengan cangkul sedalam 30 cm, dibuat petakan dengan ukuran 3 m x 3,2 m dengan jarak antar petakan 50 cm, dan jarak antar ulangan 100 cm. Tanaman pegagan aksesi CASI 016 yang berasal dari Boyolali ditanam setelah dilakukan penyemaian dalam polibag selama satu bulan. Jarak Tanam 30 cm x 40 cm, populasi sebanyak 80 tanaman/petak, kemudian dilakukan pemu-pukan sesuai dengan perlakuan. Pupuk kandang sebanyak 30 t/ha diberikan seminggu sebelum tanam (LESTARI, 2010) sesuai dengan perlakuan. Pemupukan N dilaksanakan 3 kali yaitu pada saat tanam, 40 dan 80 hari setelah tanam (HST). Pemupukan P2O5 seluruhnya diberikan pada saat tanam,
sedangkan pupuk K2O diberikan 2 kali yaitu pada saat
tanam dan umur 60 HST. Pemeliharaan tanaman pegagan selama penelitian meliputi penyulaman, penyiraman, penyiangan, dan pengendalian hama/penyakit. Panen dilakukan setelah tanaman berumur 20 MST, dengan cara memotong daun pada luasan 1 m x 1 m, kemudian ditimbang bobot biomasa basah dan kering. Penanganan pasca panen diawali dengan pencucian herba hasil panen sampai bersih kemudian dikeringkan dengan blower selama 7 hari, kadar air sekitar 4 %.
Pengamatan dilakukan terhadap komponen per-tumbuhan (jumlah daun, lebar daun, panjang daun, tebal daun, panjang tangkai daun, diameter tangkai daun, jumlah sulur primer, sekunder, panjang sulur, dan jumlah buku), produksi daun kering, kandungan asiatikosida (Metode HARBORNE, (1987), kandungan hara NPK, produksi asiatikosida (kandungan asiatikosida komposit x bobot daun/ha), serapan hara NPK (kandungan N, P dan K komposit x bobot daun/ha). Pengamatan pertumbuhan dilakukan pada 6 tanaman induk yang dianggap seragam dari tiap petak perlakuan, produksi daun kering dilakukan dengan menimbang daun setelah dikeringkan pada setiap petak ubinan. Analisis usaha budidaya tanaman pegagan diamati berdasarkan data input dan output, serta data asumsi yang berlaku dilokasi penelitian. Data pertumbuhan dan komponen produksi serta produksi asiatikosida yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam (uji F) pada taraf 5% dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dengan program SAS versi 6.12. Untuk mengetahui keuntungan dari masing-masing perlakuan dilakukan analisis finansial sederhana kebu-tuhan, bahan, curahan tenaga kerja, serta keuntungan dari masing-masing perlakuan yang diterapkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah di lokasi penelitian menunjukkan bahwa tanah di KP Gunung Putri, Kabupaten Cianjur memiliki jenis tanah andosol berbahan induk terbentuk dari vulkan yang telah mengalami perkem-bangan. Struktur tanah lapisan atas pada umumnya remah, berukuran sangat halus sampai kasar dengan tingkat perkembangan sedang, pH tanah masam dengan kandungan C organik tinggi, KTK tinggi (Tabel 1).
Kandungan N–total, P tersedia, Ca, Mg, K, Na tergolong rendah dan status hara makro rendah (N, P tersedia dan K), akan tetapi unsur hara mikro tinggi sampai sangat tinggi. Analisis sifat fisik jenis tanah andosol memiliki kandungan liat (24,93%), debu (31,24%), pasir (43,83%) dan tergolong kelas tekstur lempung. Sifat tekstur tanah ini sangat mendukung pertumbuhan tanaman pegagan sementara beberapa sifat kimia tanah yang menyebabkan faktor pembatas seperti kandungan Fe yang sangat tinggi (5.144 ppm/100 g) dan kandungan Mn yang tinggi (197,98 ppm/100 g) (Tabel 1). Tanah-tanah masam pada umumnya mengandung ion- ion Al+3, Fe +3 dan Mn+2 terlarut dan
tertukarkan dalam jumlah yang cukup nyata, ketiga unsur tersebut dapat mengikat P sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman, dan apabila ion-ion terserap oleh tanaman dalam jumlah yang banyak akan dapat meracuni.
Tabel 1. Hasil analisis awal pada tanah Andisol dari Gunung Putri, Cipanas, 2009
Table 1. Preliminary analysis results on the Andisol soil of Gunung Putri, Cipanas 2009
Sifat tanah Soil
Properties
Nilai uji tanah
Value Metode ekstrak Extraction method Satuan Unit pH H2O pH KCl C org N-Total C/N ratio P tersedia Ca Mg K Na Total Al KTK KB Fe Mn Cu Zn Tekstur Pasir Debu Liat 5,27 (M) 4,82 (SM) 4,33 (T) 0,25 (R) 17,32 (T) 0,51 (R) 6,86 (R) 0,54 (R) 0,18 (R) 0,36 (R) 7,94 (T) 0,08 (R) 20,19 (T) 39,33 (T) 5,144(ST) 197,98 (T) 34,98 (S) 55,39 (S) 43,83 31,24 24,93 pH meter pH meter Kurmies Kjeldahl - Bray-1 I N NH4OH Ac pH 7,0 I N NH4OH Ac pH 7,0 I N NH4OH Ac pH 7,0 I N NH4OH Ac pH 7,0 1 N KCl 1 N NHA4OAc pH 7,0 Pipet Pipet Pipet % % ppm me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g me/100 g % % % % % % % % Keterangan : SM = Sangat masam very acid), M = (Masam acid),
Note : R = Rendah low), S = (Sedang medium), T = (Tinggi high)
Sifat kimia tanah yang menjadi faktor pembatas di lokasi penelitian ini adalah pH tanah yang masam menyebabkan terikatnya unsur hara P dan K, dan tanaman tidak dapat menyerap unsur hara yang berada dalam tanah. Unsur Fe, Mn, Cu, dan Zn merupakan unsur mikro yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Untuk itu dibutuh-kan pupuk dibutuh-kandang dengan dibutuh-kandungan bahan organik yang tinggi, sehingga dapat mendukung tanaman yang diusaha-kan.
Kondisi lokasi pertanaman pegagan secara umum selama pelaksanaan penelitian relatif cukup baik. Namun berdasarkan data klimatologi dari KP. Gunung Putri, Kabupaten Cianjur, curah hujan saat penelitian berlangsung adalah 5.657,60 mm/th, rata-rata curah hujan 565,76 mm/ bulan dengan jumlah hari hujan berkisar antara 2-17 hari. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember yaitu 1.208,00 mm dan terendah bulan September 66,50 mm (Gambar 1). Curah hujan selama penelitian ini termasuk ke dalam golongan bulan basah menurut Oldeman yang memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan.
Suhu udara maksimum antara 23,10–24,50oC. Suhu
maksimum terjadi pada bulan Agustus dan maksimum terendah pada bulan Desember. Suhu minimum antara 16,10-16,58oC. Suhu minimum tertinggi pada bulan Mei
dan suhu minimum terendah pada bulan November dan Desember (Gambar 2). Secara visual tidak terjadi gangguan pertumbuhan tanaman pegagan akibat perbedaan suhu dan curah hujan tersebut.
Pengaruh Pupuk NPK dan Pupuk Kandang Produksi Asiatikosida
Produksi asiatikosida dipengaruhi oleh perlakuan kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang. Perlakuan kombinasi 1,00 dosis rekomendasi NPK/ha + 30 t pupuk kandang/ha merupakan perlakuan yang menghasilkan produksi asiatikosida tertinggi (5,12 g /m2) umur 20 MST,
dan terendah pada perlakuan tanpa pemupukan (1,98 g /m2)
pada umur yang sama. Produksi asiatikosida ini tidak berbeda dengan perlakuan 0,50 dosis rekomendasi NPK + 30 t pupuk kandang/ha atau tanpa menggunakan pupuk kandang, dan dengan pemupukan 0,75 dosis rekomendasi NPK/ha tanpa menggunakan pupuk kandang (Tabel 2).
Tingginya produksi asiatikosida pada perlakuan kombinasi 1,00 dosis pupuk NPK + 30 t pupuk kandang sapi/ha dan 0,75 dosis rekomendasi NPK/ha disebabkan oleh tingginya bobot kering daun (Tabel 3) dimana bobot kering daun berkorelasi nyata positif dengan produksi asiatikosida dan nyata negatif dengan tebal daun dan indeks luas daun (Tabel 8). Sedangkan tidak adanya perbedaan produksi asiatikosida dengan pemupukan 0,5 dosis rekomendasi pupuk NPK/ha + 30 t pupuk kandang disebab-kan oleh tingginya disebab-kandungan asiatikosida (Tabel 3).
Gambar 1. Rata-rata jumlah curah hujan selama penelitian berlangsung KP. Gunung Putri, Cipanas, Kabupaten Cianjur 2009
Figure 1. The average of rainfall during the study KP. Gunung Putri, Cipanas, Cianjur regency 2009
Gambar 2. Rata suhu udara bulanan selama penelitian berlangsung di KP. Gunung Putri, Cipanas, Kabupaten Cianjur, 2009
Figure 2. Monthly avarage air temperature during the study in KP. Gunung Putri, Cipanas, Cianjur regency, 2009
Tabel 2. Pengaruh interaksi pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap produksi asiatikosida
Table 2. The interaction effects of manure and NPK fertilizer on production of asiaticoside
Perlakuan NPK/ha
NPK treatment/ha
Produksi asiatikosida Asiaticoside production (g/m2) Pupuk kandang Manure 0,00 t/ha Pupuk kandang Manure 30,00 t/ha 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,98 c 2,96 bc 4,47 ab 4,14 ab 3,20 bc 3,55 b 3,22 bc 3,93 ab 3,11 bc 5,12 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Note : The numbers followed by the same letter in same column are not significantly different at 5% DMRT
Tabel 3. Bobot kering daun dan kandungan asiatikosida tanaman pegagan di KP Gunung Putri, Cipanas
Table 3. Dry weight of leaves and content asiaticosida on Centella asiatica plant in KP. Gunung Putri
Perlakuan Treatment Bobot kering daun* Dry weight of leaf (g/m2) Kandungan Asiatikosida** Asiaticoside content (%) NPK (dosis rekomendasi/ha) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 Pupuk Kandang (/ha)
0,00 30,00 96,88 b 110,05 b 127,19 ab 146,93 a 152,04 a 106,62 b 146,61 a 2,83 2,87 3,35 2,54 2,72 3,12 2,60
Keterangan : * Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
** Sampel komposit, menunjukkan kandungan asiatikosida di atas standar Materia Medika Indonesia (MMI = 0,90%)
Note : * The numbers followed by the same letter in same column not significantly different at 5% DMRT
** Composite sample, indicates that asiaticoside content id
greater than Indonesian Material Medical standard (IMM = 0.90%)
Menurut GHULAMAHDI et al. (2008) di samping kandungan asiatikosida, bobot biomassa kering daun juga dapat meningkatkan produksi asiatikosida.
Bobot Kering Daun dan Kandungan Asiatikosida Perlakuan pupuk NPK secara tunggal mempenga-ruhi, bobot kering daun/m2. Perlakuan pupuk 1,00 dosis
NPK/ha menghasilkan bobot kering tertinggi namun tidak berbeda dengan pemupukan 0,75 dosis NPK/ha dan 0,50 dosis NPK/ha. Tingginya semua peubah pada perlakuan tersebut diduga berkaitan dengan tinggi serapan hara N, P dan K (Tabel 7). Artinya semakin tinggi serapan N, P dan K semakin tinggi peubah-peubah yang diamati.
0 5 10 15 20 25 30 Mare t April Mei Jun i
Juliagust Sept Okt Nov Des
Bulan Suhu uda ra ( oC ) Minimum Maksimum 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 Maret Ap
ril Mei Juni Juli agus t Sept Okt Nov Des Bulan Ju m la h c ur ah huj an (mm/ bu la n)
Perlakuan pupuk kandang secara tunggal mempe-ngaruhi bobot kering daun/m2. Perlakuan pupuk kandang
sapi sebanyak 30 t/ha meningkatkan bobot kering daun nyata tertinggi sebesar 37,51%. Meningkatnya bobot kering daun/m2 pada perlakuan pupuk kandang sapi sebanyak 30 t/
ha disebabkan oleh tingginya serapan hara N, P, dan K (Tabel 7). Menurut INDRIYATI, (2006) yang paling berperan dalam meningkatkan serapan N adalah pupuk urea dan bahan organik.
Selain produksi biomasa kandungan asiatikosida juga merupakan faktor yang mendukung peningkatan produksi asiatikosida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan 0,50 dosis rekomendasi NPK/ha menghasilkan kandungan asiatikosida komposit tanaman pegagan tertinggi pada saat panen (umur 20 MST) sebesar 3,35% (Tabel 3). Kandungan tersebut di atas standar Materia Medika Indonesia (MMI=0,90%). Tingginya kandungan asiatikosida pada perlakuan 0,50 dosis rekomendasi diduga karena pupuk yang diberikan telah menyediakan unsur hara pada batas optimum sehingga bila dilakukan penambahan takaran pupuk NPK cenderung mengakibatkan penurunan kandungan. Hasil penelitian SUTARDI, (2008), menunjukkan bahwa peningkatan pupuk fosfor akan meningkatkan kandungan asiatikosida, dan untuk meningkatkan kan-dungan asiatikosida sebanyak 1,50% dibutuhkan pupuk P sebanyak 108 kg/ha. Menurut LESTARI et al. (2010) untuk meningkatkan kandungan asiatikosida sebanyak 88% dibutuhkan pupuk N, P2 O5, K2O sebanyak 135, 72, dan
360 kg/ha.
Perlakuan pupuk kandang sapi sebanyak 30 t/ha menurunkan kandungan asiatikosida komposit pada umur 20 MST. Rendahnya kandungan asiatikosida pada per-lakuan tersebut berkaitan dengan tingginya serapan N pada daun (Tabel 7) dan meningkatnya komponen pertumbuhan diantaranya: jumlah daun total, jumlah sulur primer, diameter tangkai daun, panjang daun, jumlah bunga, jumlah buku, panjang sulur, ILD dan panjang tangkai daun. Artinya semakin meningkat beberapa peubah pertumbuhan semakin rendah kandungan asiatikosidanya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya korelasi yang sangat nyata negatif dengan tebal daun, ILD, dan hubungan negatif dengan jumlah daun, jumlah sulur primer, diameter tangkai daun, panjang daun, jumlah bunga jumlah buku dan panjang sulur sekunder (Tabel 8).
Indeks Luas Daun (ILD)
Selain produksi asiatikosida, perlakuan kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang mempengaruhi Indeks luas daun (ILD). ILD tertinggi pada takaran kombinasi pupuk
0,50 dosis NPK/ha + pupuk kandang sebanyak 30 t/ha (Tabel 4). Takaran pupuk tersebut menghasilkan ILD 4,18 -143,12%. ILD terendah pada pemupukan 0,25 dosis NPK tanpa pupuk kandang dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pupuk NPK + 30 t pupuk kandang /ha, serta 1 dosis NPK/ha + 30 t pupuk kandang/ha. Pening-katan ILD dipengaruhi oleh peningPening-katan jumlah daun atau panjang dan lebar daun, dimana semakin banyak jumlah daun atau panjang dan lebar daun semakin tinggi indeks luas daun. Menurut MUSYAROFAH, (2006) ILD merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman, hasil dari aktivitas pembelahan dan pemanjangan sel yang dipenga-ruhi oleh ketersediaan unsur hara N, P dan K serta naungan. Pada penelitian ini, ILD antara tanpa pupuk NPK + 30 t pupuk kandang /ha dan 1,00 dosis rekomendasi NPK + 30 t pupuk kandang /ha menghasilkan nilai yang sama. Hal ini diduga bahwa untuk meningkatkan ILD membutuhkan unsur hara sampai batas tertentu (0,5 dosis rekomendasi NPK + 30 t pupuk kandang/ha). Apa bila dilakukan penambahan pupuk (0,75 dosis rekomendasi + 30 t pupuk kandang/ha), maka nilai ILD akan mengalami penurunan. Jumlah, Lebar, Panjang, dan Tebal Daun, serta Panjang dan Diameter Tangkai Daun
Pengaruh tunggal pupuk NPK nyata terhadap jumlah daun tanaman induk dan panjang daun umur 20 MST (Tabel 5). Pemupukan 0,75 NPK/ha meningkatkan jumlah daun sebanyak 23,28 - 70,43% dan panjang daun 2,00-14,40% bila dibandingkan dengan perlakuan lain. Tinggi-nya semua peubah pada perlakuan tersebut diduga berkaitan dengan tinggi serapan hara N, P, dan K (Tabel 7). Artinya semakin tinggi serapan N, P, dan K semakin tinggi nilai peubah-peubah yang diamati.
Tabel 4. Pengaruh Interaksi pupuk kandang dan pupuk NPK terhadap indeks luas daun
Table 4. Interaction effect of manure and NPK fertilizer on leaf area index
Perlakuan NPK/ha NPK treatment/ha ILD LAI(mm2) Pupuk kandang Manure 0,00 t/ha) Pupuk kandang Manure 30,00 t/ha 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 959,20 ab 652,10 b 1010,60 ab 1119,90 ab 1179,80 ab 763,20 b 1521,80 a 1585,40 a 1039,60 ab 763,20 b Keterangan : Angka yang diikuti huruf kecil yang sama pada kolom dan
baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Note : The numbers followed by the same letter in same column are not significantly different at 5% DMRT
Perlakuan pupuk kandang sebanyak 30 t/ha secara tunggal nyata meningkatkan jumlah daun induk, lebar daun, panjang daun, tangkai daun, dan diameter tangkai daun umur 20 MST. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya serapan N akibat pemberian pupuk kandang. Menurut NURMAYATI (2009) unsur N merupakan unsur yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Menurut INDRIYATI (2006) yang paling berperan dalam meningkatkan serapan N adalah pupuk urea dan bahan organik.
Jumlah Sulur Primer dan Sekunder, Panjang Sulur, dan Jumlah Buku
Perlakuan pupuk NPK dan pupuk kandang baik secara kombinasi maupun secara tunggal tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah sulur primer, dan sekunder, panjang sulur dan jumlah buku (Tabel 6).
Tabel 6. Jumlah sulur primer, sekunder, panjang sulur, dan jumlah buku tanaman pegagan
Table6
.
Number ofprimary and secondary shoots, length oftendrils and number ofinternodes of Centella asiaticaplantPerlakuan
Treatment Jumlah sulur primer (buah) Number of primary tendrils Jumlah sulur sekunder (buah) Number of secondary tendrils Panjang sulur (cm) Length of tendrils Jumlah buku (buah) Number of internodes NPK (dosis rekomendasi/ha) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 Pupuk kandang (t/ha)
0,00 30,00 15,67 17,83 21,28 20,94 15,61 16,99 19,53 11,88 11,17 13,56 14,28 13,17 12,91 12,71 84,20 86,78 94,89 87,94 95,22 86,72 92,89 13,45 14,61 14,78 14,17 15,22 14,27 14,62 KK CV (%) 12,61 19,22 10,35 9,67 Keterangan : Angka pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata
pada uji F 5%
Note : The numbers on the same columns and rows same are not significantly different at 5% F
Serapan N, P, dan K
Perlakuan pupuk kandang sapi sebanyak 30 t/ha meningkatkan serapan hara tertinggi dibanding tanpa penggunaan pupuk kandang sapi. Peningkatan tersebut mencapai 50,59% untuk N, 30,86% untuk P, dan 76,30% untuk K (Tabel 7). Tingginya serapan ketiga unsur tersebut diduga karena pupuk kandang sangat berperan dalam memperbaiki sifat fisik, biologi, kimia tanah, dan menyum-bangkan unsur hara seperti N, P, dan K (SARNO, 2009). Analisis Usahatani
Keuntungan tertinggi pada perlakuan pupuk NPK secara tunggal diperoleh pada perlakuan 1,00 dosis rekomendasi NPK/ha (Rp. 1.345.482) dengan B/C rasio 0,17 dan pada perlakuan 0,75 dosis rekomendasi NPK/ha (Rp.1.091.112) dengan B/C rasio 0,14 (Tabel 11).
Tabel 7. Pengaruh antara pupuk NPK dan pupuk kandang terhadap serapan hara jaringan tanaman
Table 7. The effect of NPK fertilizer and manure on the nutrient absorption of plant tissue
Perlakuan
Treatment Serapan Absorption (g/m 2) N P K NPK (dosis rekomendasi/ha) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00
Pupuk kandang (t/ha) 0,00 30,00 165,53 b 201,99 ab 240,27 ab 276,05 ab 293,48 a 187,93 b 283,00 a 12,50 13,13 15,32 16,78 19,14 13,32 b 17,43 a 257,53 296,35 333,42 336,03 381,37 231,95 b 409,93 a Interaksi perlakuan tn tn tn
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Note : The numbers followed by the same letter in same column not significantly different at 5% DMRT
Tabel 5. Panjang, dan lebar daun, panjang tangkai daun, dan panjang sulur
Table 5. The length and width of leaf, the length of petiole and tendrils
Perlakuan
Treatment Jumlah daun (lembar)
Number of leaf (piece) Lebar daun Leaf width (cm) Panjang daun Leaf length (cm) Tebal daun Leaf thickness (mm)
Panjang tangkai daun
Length of petiole
(cm)
Diameter tangkai daun
Diameter of leaf (mm) NPK (dosis rekomendasi/ha) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 Pupuk Kandang (t/ha )
0,00 30,00 34,72 b 37,83 b 41,83 ab 50,28 a 45,11 a 35,33 b 48,58 a 6,62 6,44 7,15 7,30 7,10 6,60 b 7,24 a 3,89 c 4,05 bc 4,32 b 4,45 a 4,36 ab 4,00 b 4,42 a 0,59 0,54 0,57 0,58 0,57 0,55 0,58 9,95 10,80 12,07 14,14 12,65 10,53 b 13,30 a 2,01 2,06 1,95 2,06 2,19 1,99 b 2,11 a KK CV (%) 19,77 8,13 6,59 8,84 20,69 6,48
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%
Tabel 8. Nilai korelasi terhadap produksi asiatikosida tanaman pegagan
Table 8. Correlation value to the asiaticoside production of Centella
asiatica Variabel
Variables Nilai korelasi terhadap produksi asiatikosida Correlation value to the asiaticoside
Korelasi positif
Positive correlation
Korelasi negatif
Negative correlation
Jumlah daun Jumlah sulur primer Diameter tangkai daun Panjang daun Jumlah bunga Jumlah buku Panjang sulur sekunder Bobot kering daun Tebal daun Indeks luas daun
- - - - - - - 0,809** - --0,081 -0,060 -0,020 -0,005 -0,321 -0,077 -0,310 - 0,860** 0,860** Keterangan : * = nyata pada taraf 5%, ** = nyata pada taraf 1%
Note : * = significant at 5 % ** = significant at 1 %
Penggunaan pupuk kandang sebanyak 30 t/ha memberikan keuntungan sebesar Rp. 568.600 dengan B/C 0,07 (Tabel 9), sementara pada perlakuan tanpa mengguna-kan pupuk mengguna-kandang dan NPK mengalami kerugian sebesar Rp.895.800.
Perlakuan pupuk 1,00 dan 0,75 dosis rekomendasi NPK/ha + 30 t pupuk kandang /ha memberikan keuntungan sebesar 79,82 dan 30,81% bila dibandingkan dengan perlakuan 1,00 dan 0,75 dosis rekomendasi pupuk NPK/ha tanpa menggunakan pupuk kandang (Tabel 10). Besarnya perolehan keuntungan pada perlakuan tersebut disebabkan oleh tingginya bobot kering daun yang diperoleh pada perlakuan tersebut.
Tabel 10. Analisis usaha tani budidaya tanaman pegagan pada perlakuan pupuk kandang secara tunggal (1000 m2)
Table 10. Farm analysis of Centella asiatica cultivation on manure treatment in a single cage (1000 m2)
Uraian
Details
Perlakuan pupuk kandang (t/ha)
Manure treatment 0,00 30,00 Hasil (kg/1000 m2) 1.066.200 1.466.100 Penerimaan (Rp.) 6.397.200 8.796.600 Biaya (Rp.) Sewa lahan Pengolahan tanah Pembibitan Pengapuran Pemupukan organik penyiangan Penyiraman 600.000 1.250.000 850.000 50.000 - 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 Biaya pupuk kandang
Biaya kapur dolomit 100.000 - 600.000 100.000 Panen, memetik dan mengangkut
Pengeringan 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 Jumlah (Rp.) 6.630.000 7.480.000
Lain-lain 10% dari biaya seluruhnya
663.000 748.000
Total Biaya 7.293.000 8.228.000
Keuntungan -895.800 568.600
B/C ratio -0,12 0.07
Keterangan.: Harga jual daun kering Rp.60.000/kg, upah Rp.25.000/ HOK), sewa lahan Rp.600/m2/tahun, harga pupuk kandang
Rp150/kg), harga kapur dolomit Rp500/ kg,
Note : The selling price of dried leaf Rp.60.000/kg, wages Rp.25.000/HOK), land rent Rp.600/m2/ year, the price of
manure Rp. 150/kg), the price of dolomite lime Rp. 500/kg
Tabel 9. Analisis usaha tani budidaya tanaman pegagan pada perlakuan pupuk NPK secara tunggal (1000 m2) Table 9. Farm analysis of the Centella asiatica cultivation in the NPK fertilizer single treatment (1000 m2)
Uraian Perlakuan NPK/ha NPK Treatment/ha
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 Hasil (kg 1000/m2) 96,880 1.100,50 1.271,90 1.469,30 1.520,40 Penerimaan (Rp.) 5.812.800 6.603.000 7.631.400 8.815.800 9.122.400 Biaya (Rp.) Sewa lahan Pengolahan tanah Pembibitan pengapuran
Pemupukan anorganik, organik Penyiangan Penyiraman 600.000 1.250.000 850.000 50.000 - 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 Kapur dolomit Pupuk urea Pupuk SP18 Pupuk KCl 100.000 - - - 100.000 11.250 20.831 15.400 100.000 22.500 41.663 30.800 100.000 33.750 62.494 46.200 100.000 45.000 83.325 61.600 Panen, memetik dan mengangkut Pengeringan 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 Jumlah (Rp) 6.630.000 6.927.481 6.974.963 7.022.444 7.069.925
Lain-lain 10 % dari Jumlah (Rp.) 663.000 692.748 697.496 702.244 706.993
Total Biaya (Rp.) 7.293.000 7.620.229 7.672.459 7.724.688 7.776.918
Keuntungan (Rp.) -1.480.200 -1.017.229 -41.059 1.091.112 1.345.482
B/C ratio (%) -0,20 -0,13 -0,08 0,14 0,17
Keterangan : Harga jual produksi daun kering Rp. 60.000/kg, upah Rp. 25.000/HOK), sewa lahan Rp. 600/m2/tahun, harga kapur dolomit Rp 500/kg, harga
pupuk urea Rp.1.500/kg, SP 18 Rp.2.500/kg, KCl Rp.2.800/kg
Note : The selling price of dried leaf production Rp.60,000/kg, wage Rp.25,000/HOK ), land rent Rp.600/m/year, the price of dolomite lime Rp. 500/kg, urea prices Rp. 1,500/kg, SP 18 Rp.2,500/kg and KCl price Rp. 2,800/kg
KESIMPULAN DAN SARAN
Interaksi pupuk NPK dan pupuk kandang mening-katkan produksi asiatikosida. Produksi asiatikosida tertinggi (5,12 g/m2) umur 20 MST terdapat pada kombinasi 1,00
dosis rekomendasi NPK/ha + pupuk kandang sebanyak 30 t/ha. Produksi asiatikosida ini tidak berbeda dengan perlakuan 0,5 dan 0,75 dosis rekomendasi pupuk NPK/ha tanpa menggunakan pupuk kandang serta 0,5 dosis rekomendasi pupuk NPK/ha + 30 t pupuk kandang/ha.
Kandungan asiatikosida pada semua perlakuan pemupukan telah memenuhi standar Materia Medika Indonesia (>standar MMI=0,90 %).
Bobot kering daun tertinggi pada perlakuan kombinasi 1,00 dan 0,75 dosis rekomendasi NPK + 30 t pupuk kandang/ha masing-masing adalah 152,04 dan 146,93 g/m2
Keuntungan tertinggi sebesar 79,82 dan 30,81% (B/C ratio 0,17 dan 0,14) terdapat pada perlakuan kombinasi 1,00 dan 0,75 dosis rekomendasi NPK + 30 t pupuk kandang/ha bila dibandingkan dengan perlakuan tanpa mengunakan pupuk kandang.
Secara ekonomi keuntungan yang diperoleh dari penggunaan kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang lebih tinggi dibandingkan dari penggunaan pupuk NPK tanpa pupuk kandang, sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam budidaya tanaman pegagan.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih dan penghargaan disampaikan kepada Badan Litbang Pertanian yang telah membiayai Penelitian melalui Proyek KKP3T (Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi), ucapan yang sama diucapkan kepada karyawan dan Staf Kebun Percobaan Gunung Putri atas bantuannya dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
AFRIDA A, M GHULAMAHDI dan S. A. AZIZ. 2009. Indian Penny wort (Centella asiatica L. urban) growth and production to phosphorus fertilization on high altitude. Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah. Perhimpunan Hortikultura Indonesia. p.305-314. BADAN POM. 2007. Pegagan. Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisionil, Kosmetik, dan Produk Komplemen. Direktorat Obat Asli Indonesia. 19p.
BERMAWIE N, S PURWIYANTI, dan MARDIANA. 2006. Keragaan sifat morfologi, hasil dan mutu plasma nutfah pegagan (Centella asiatica L. urban). Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. XIX(1): 1-17.
Tabel 11. Analisis usaha tani tanaman pegagan dengan pemupukan NPK+ 30 t pupuk kandang/ha
Table 11. Form analysis of Centella asiatica cultivation with fertilizer NPK + 30 t manure/ha
Uraian Perlakuan NPK (Dosis rekomendasi/ha) NPK treatment (recommended dosage/ha)
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 Hasil (kg/1000 /m2) 122,2532 128,4094 137,93 163,5334 180,9384 Penerimaan (Rp.) 7.335.180 7.704.600 8.275.800 9.811.980 10.856.304 Biaya (Rp.) Sewa lahan Pengolahan tanah Pembibitan Pengapuran
Pemupukan an organik, organik Penyiangan Penyiraman 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 600.000 1.250.000 850.000 50.000 250.000 1.200.000 900.000 Pupuk kandang Kapur dolomit Pupuk urea Pupuk SP18 Pupuk KCl 600.000 100.000 - - 600.000 100.000 11.250 20.831 15.400 600.000 100.000 22.500 41.663 30.800 600.000 100.000 33.750 62.494 46.200 600.000 100.000 45.000 83.325 61.600 Panen, memetik dan mengangkut
Pengeringan 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000 1.500.000 180.000
Jumlah (Rp) 7.480.000 7.527.481 7.574.963 7.622.444 7.669.925
Lain-lain 10 % dari Jumlah (Rp.) 648.000 752.748 757.496 762.244 766.993
Total Biaya (Rp.) 8.228.000 8.280.229 8.332.459 8.384.688 8.436.918
Keuntungan (Rp.) -892.820 -575.629 -56.659 1.427.292 2.419.386
B/C ratio (%) -0,11 -0.07 -0,007 0,17 0,29
Keterangan.: Harga jual produksi daun kering Rp.60.000/kg, upah Rp.25.000/HOK), sewa lahan Rp.600/m2/tahun, harga pupuk kandang Rp150/kg), harga
kapur dolomit Rp500/kg, harga pupuk urea Rp. 1.500/kg, SP 18 Rp.2.500/kg, KCl Rp.2.800/kg
Note : The selling price of dried leaf production Rp.60.000/kg, wage Rp.25.000/HOK), land rent Rp.600/m2/ year, the price of dolomite lime
GHULAMAHDI M, S A AZIZ, N BERMAWIE, dan O TRISILAWATI. 2008. Study Penyiapan Standar Operasional Prosedur Budidaya untuk Produksi Bioaktif mendukung Standarisasi Mutu Pegagan. Laporan Hasil Penelitian. IPB kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian. 70p.
HARBORNE JB. 1987. Metode Fitokima. Bandung : Institut Teknologi Bandung. 345p.
HIDAYATI, F. 2009. Pengaruh Pemupukan Kalium terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. urban) di Dataran Tinggi (Skripsi). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 60p.
LESTARI, IP, M. GHULAMAHDI dan S. A. AZIZ. 2010. Studi Kecukupan hara NPK Organik terhadap Pertumbuhan Asiatikosida Pegagan (Centella
asiatica L. urban) di Dataran Tinggi. Makalah
Seminar Sekolah Pasca sarjana IPB. Tanggal 10 Juni 2010. 10p.
MARTONO B, M GHULAMAHDI, L K DARUSMAN, S A AZIZ dan N. BERMAWIE. 2010. Tanggap Pertumbuhan dan Produksi Asiatikosida Beberapa Genotipe Pegagan (Centella asiatica L. urban) Pada Naungan yang Berbeda di Dataran Tinggi. Makalah Seminar Sekolah Pasca sarjana IPB. 10p.
MUSYAROFAH N, S. SUSANTO, S.A. AZIZ dan S. KARTO-SOEWARNO. 2007. Respon tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urban) terhadap pemberian pupuk alami di bawah naungan. Bul. Agron. 35(3): 217 - 224.
NOVIZAN. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Cet 1. Jakarta: Agro Media Pustaka. Jakarta. 229p.
NURMAYATI, I. 2009. Pengaruh Pemupukan Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) di Dataran Tinggi. (Skripsi). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor 58p.
SARNO. 2009. Pengaruh kombinasi NPK dan pupuk kandang terhadap sifat tanah dan pertumbuhan serta produksi tanaman caisim. J. Tanah Tropika. 14(3): 211-219.
SUTARDI. 2008. Kajian Waktu Panen dan Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Asiatikosida Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) di Dataran Tinggi. (Tesis). Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. 82p.
SUTEJO, M. M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 177p.
WAHJOEDI dan PUDJIASTUTI. 2006. Review hasil penelitian Pegagan (Centella asiatica L. urban). Prosiding Seminar Nasional dan Pameran Tumbuhan Obat Indonesia XXVIII. Bogor. 15-16 September 2006. WIDOWATI, L R. 2009. Peranan pupuk organik terhadap
efisiensi pemupukan dan tingkat kebutuhannya untuk tanaman sayuran pada tanah inseptisols Ciherang, Bogor. J. Tanah Trop. 2009. 14(3): 221-228.
YANG, S.M., F.M. LI, S.S. MALHI, P. WANG, D.R. SUO, and J.G. WANG. 2004. Long-term fertilization effects on crop yield and nitrate-N accumulation of organic manure and fertilizers on crop yield and nitrate-N accumulation in soil in Northwestern China. J Agron. 96: 1039-1049.