• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Reduksi Pupuk NPK Dengan Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Reduksi Pupuk NPK Dengan Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

PADI SAWAH (

Oryza sativa

L.) DI INDRAMAYU,

JAWA BARAT

oleh

ARDOYO

A24070146

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI INDRAMAYU, JAWA BARAT

The Effect of NPK Fertilizer Reduction by Rice Straw in corporation,Organic and Biofertilizer Application on Growth and Yield of Paddy (Oryza sativa L.)

in Indramayu, West Java

ARDOYO A24070146

Abstract

The research aimed to study the Effect of NPK Fertilizer Reduction by Straw in corporation, Organic and Biofertilizer Application on Growth and Yield of Paddy (Oryza sativa L.) in Indramayu, West Java. The experiment was conducted in Sendang village, Karang Ampel district, Indramayu, West Java, from november 2010 to march 2011. This research used randomized completely blok design with 13 treatments and 3 replication, with continue test Dunnet at level 5%. That is P1: without straw + 1 dose NPK, P2: straw + 1 dose NPK, P3: without fertilizer and without straw, P4: straw + 0.5 dose NPK, P5: straw + 0.5 dose NPK + Biofertilizer 1, P6: straw + 0.5 dose NPK + Biofertilizer 1 + decomposer, P7: straw + 0.5 dose NPK + Biofertilizer 1 + Granule Organic fertilizer (POG), P8: straw + 0.5 dose NPK + POG + Liquid Organic fertilizer (POC) + decomposer, P9: straw + 0.5 dose NPK + Biofertilizer 1 + POG + POC + decomposer, P10: straw + 0.5 dose NPK + 1 Biofertilizer 2, P11: without straw + 0.5 dose NPK + 1 dose Biofertilizer 2, P12: without straw + 0.5 dose NPK + 0.5 Biofertilizer 2, P13: straw + 0.5 dose NPK + 0.5 dose Biofertilizer 2. The research straw was hight yield that one dose NPK treatment. Rice straw aplication in corporation can reduce use of NPK fertilizer 50% without reducing yield of paddy.

(3)

RINGKASAN

ARDOYO. Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu, Jawa Barat. (Dibimbing oleh SUGIYANTA).

Pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati

merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha mengurangi

penggunaan pupuk NPK anorganik dan meningkatkan hasil padi. Namun

demikian penelitian teknologi tersebut belum banyak dilakukan sehingga perlu

dilakukan lebih lanjut. Dari penelitian ini diharapkan dapat diketahui pengaruh

pembenaman jerami, penambahan pupuk organik dan pupuk hayati untuk

mengurangi dosis pupuk NPK hingga 50% dari 400 kg/ha menjadi 200 kg/ha pada

padi sawah tanpa menurunkan hasil. Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari

pengaruh reduksi dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik

dan pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah (Oryza sativa L.) yang dilaksanakan di Desa Sendang, Kecamatan Karangampel, Kabupaten

Indramayu pada bulan November 2010 sampai Maret 2011. Penelitian ini

merupakan musim tanam kedua.

Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT)

faktor tunggal dengan tiga belas perlakuan masing-masing diulang sebanyak tiga

kali sehingga terdapat 39 satuan percobaan. Perlakuan yang digunakan yaitu 1

dosisi pupuk NPK (P1), 1 dosis pupuk NPK + jerami (P2), tanpa pupuk dan tanpa

jerami (P3), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami (P4), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami +

pupuk hayati 1 (P5), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 +

dekomposer (P6), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + POG (pupuk organik granul) +

pupuk hayati 1 (P7), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + POG + POC (pupuk

organik cair) + dekomposer (P8), 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1

+ POG + POC + dekomposer (P9), 0.5 dosis pupuk NPK + 1 dosis pupuk hayati 2

+ jerami (P10), 0.5 dosis pupuk NPK + 1 dosis pupuk hayati 2 (P11), 0.5 dosis

(4)

pupuk hayati 2 + jerami (P13). Dosis pupuk NPK penuh adalah 400 kg/ha. Data

diolah ragamnya dengan menggunakan ragam uji F dan apabila menunjukkan

hasil yang nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Dunnett pada taraf 5% dengan

perlakuan satu dosis pupuk NPK sebagai kontrol.

Pengamtan pertumbuhan tanaman dan komponen hasil dilakuan terhadap

10 tanaman contoh pada tiap satuan percobaan. Peubah-peubah yang diamati

meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, warna daun, jumlah anakan produktif,

panjang malai, jumlah gabah/malai, hasil gabah/rumpun, bobot 1000 butir, hasil

gabah ubinan, dugaan hasil/ha, persen gabah isi, dan rendemen gabah.

Hasil percobaan menunjukkan bahwa pembenaman jerami, penambahan

pupuk organik dan pupuk hayati dengan pengurangan 50% dosis pupuk NPK (200

kg NPK/ha) menghasilkan pertumbuhan vegetatif yang tidak berbeda dengan

perlakuan 100% dosis pupuk NPK (400 kg NPK/ha). Perlakuan 100% dosis

pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan tinggi tanaman yang nyata

lebih tinggi dari perlakuan 100% dosis pupuk NPK.

Perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan aplikasi

pupuk hayati 2 menghasilkan panjang malai yang nyata lebih tinggi dari

perlakuan kontrol. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami, perlakuan 0.5 dosis

pupuk NPK + jerami + PH 1 + dekomposer, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK +

jerami + POG + POC + dekomposer, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami +

POG + PH 1 + dekomposer, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + PH 2 + jerami,

perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + PH 2, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5

dosis PH 2, dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 PH 2 + jerami

menghasilkan jumlah gabah/malai yang nyata lebih banyak dengan perlakuan

kontrol. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 dosis PH 2 menghasilkan persen

gabah isi yang nyata lebih tinggi dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.

Perlakuan pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan

pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% menghasilkan jumlah anakan

produktif, bobot 1000 butir, hasil gabah/rumpun, hasil GKG/ubinan, dan dugaan

hasil/ha yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.

Secara agronomis perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + Jerami + PH 1 + POG

(5)

pupuk NPK + Jerami + POC + POG + dekomposer dapat meningkatkan hasil

gabah kering giling 0.9 ton/ha, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + Jerami + PH 2

dapat meningkatkan hasil gabah kering giling 0.6 ton/ha, perlakuan 0.5 dosis

pupuk NPK + PH 2 dapat meningkatkan hasil gabah kering giling 0.5 ton/ha,

perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 PH 2 dapat meningkatkan hasil gabah

kering giling 1.6 ton/ha, dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 0.5 PH 2 + jerami

dapat meningkatkan hasil gabah kering giling 0.3 ton/ha. Perlakuan

pembenaman jerami dengan aplikasi 100% dosis pupuk NPK menigkatkan hasil

2.5 ton GKG/ha (19%) dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK

tanpa jerami. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + PH 1 dan perlakuan 0.5

dosis pupuk NPK + jerami + PH 1 + POG + dekomposer menurunkan hasil gabah

kering giling berturut-turut 0.8 dan 0.2 ton/ha.

Pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk hayati 2 yang mengandung

dekomposer dan mikroba penambat N serta zat pengatur tumbuh dapat mereduksi

penggunaan pupuk NPK hingga 50% dengan produktivitas yang meningkat antara

(6)

PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN

PEMBENAMAN JERAMI, APLIKASI PUPUK ORGANIK DAN

PUPUK HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

PADI SAWAH (

Oryza sativa

L.) DI INDRAMAYU,

JAWA BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ARDOYO

A24070146

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(7)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

: PENGARUH REDUKSI PUPUK NPK DENGAN

PEMBENAMAN

JERAMI,

APLIKASI

PUPUK

ORGANIK DAN PUPUK HAYATI TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI SAWAH

(

Oryza sativa

L.) DI INDRAMAYU, JAWA BARAT

Nama

: ARDOYO

NIM

: A24070146

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si. NIP. 1963015 198811 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Air Bulin, Kecamatan Kelapa, Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung pada tanggal 29 Agustus 1988. Penulis merupakan

anak kelima dari dua belas bersaudara, dari pasangan Bapak Juni dan Ibu Suriana.

Tahun 2000 penulis lulus dari SD Negeri 120 Air Bulin, Kelapa, Bangka.

Tahun 2001-2004, penulis melanjutkan studi ke SMP Muhammadiyah 1 Minggir

Sleman, Yogyakarta dan tahun 2004-2007 ke SMK Negeri 1 Kelapa, Bangka.

Pada tahun 2007 penulis diterima Institut Pertanian Bogor dengan Program Studi

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian melalui jalur Beasiswa Utusan

Daerah (BUD).

Selama menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di

Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA ISBA) dan pernah menjabat menjadi

ketua periode 2009-2010. Selain itu, penulis juga aktif di kepanitian kegiatan

Fakultas maupun kegiatan Departemen. Selama menjalankan studi sampai selesai,

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji sukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberi

hidayah, kesehatan, dan kemudahan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan

dengan baik. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Reduksi Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Aplikasi Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Indramayu, Jawa Barat” yang berlokasi di Desa Sendang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka penyelesaian tugas akhir di Departemen

Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Sugiyanta, MSi sebagai

pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama

kegiatan penulisan proposal dan penelitian ini. Kepada kedua orang tua dan

keluarga yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materil,

penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah

mendukung dalam penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini bisa berguna bagi

diri sendiri, pihak yang memerlukan dalam pengurangan dosis pupuk NPK hingga

50% dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik, dan pupuk hayati.

Bogor, Oktober 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang

atas berkat, rahmat, kasih, dan sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Dalam kesempatan ini, dengan segala kerandahan hati dan segenap

ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta atas segala do’a, kasih sayang, dan dukungan yang tidak terhingga kepada penulis, serta kepada kakak-kakak dan

adik-adik saya atas dukungan dan perhatian yang telah diberikan.

2. Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

memberikan banyak masukan, bimbingan, dan pengarahan selama

penulisan skripsi.

3. Keluara Pak Tio dan bu Sri di Indramayu yang telah banyak membantu

selama penelitian berlangsung.

4. Dr. Ir. Winarso D. Widodo, MS. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan masukan selama selama di Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

5. Ir. Heni Purnamawati, MSc. Agr. Dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, Msi. selaku

dosen penguji yang memberikan masukan dan perbaikan untuk skripsi.

6. Dosen dan Staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian, IPB.

7. Elfa Najata sebagai rekan penelitian yang telah membantu selama

penelitian, Agustiani, Sony, dan Atika Diah rekan seperjuangan Serta

mbak Sabti, Seffa, mbak Rina, kang Irman, kang Amar atas bantuannya

selama penelitian.

8. Sahabat tercinta Evi, Afdhol, Andina dan kembarannya Indin, Havel yang

banyak memberikan inspirasi dan semangat saat penelitian dan penulisan

skripsi.

9. Restiana, Alkosim, dan rekan-rekan ISBA-Bogor lainnya yang tidak bisa

disebut satu persatu atas kebersamaan dan kekeluargaannya.

(11)

11.Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian

maupun penulisan skripsi ini.

Semoga segala dukungan dan bantuan, baik moril maupun materi yang diberikan

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Hipotesis ... 3

TINJAUAN PUSTAKA... 4

Botani Tanaman Padi... 4

Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi ... 4

Pupuk Organik ... 6

Pupuk Hayati. ... 7

Pengaruh Kombinasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi. ... 8

BAHAN DAN METODE ... 9

Tempat dan Waktu ... 9

Alat dan Bahan ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian... 10

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

Hasil. ... 14

Kondisi Umum ... 14

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam ... 15

Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan ... 16

Pertumbuhan ... 17

Komponen Hasil dan Hasil ... 20

Analisis Usaha Tani ... 25

Rendemen Beras Pecah Kulit, Beras Giling, dan Beras Kepala ... 26

Pembahasan ... 27

KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rekapitulasi Sidik Ragam ... 16

2. Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan ... 17

3. Pengaruh Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan. 18

4. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Daun Padi. ... 19

5. Pengaruh Perlakuan terhadap Komponen Hasil . ... 21

6. Pengaruh Perlakuan Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Hasil Gabah/Rumpun dan

Persentase gabah isi. ... 22

7. Hasil Ubinan dan Dugaan Hasil GKG/ha Berbasis Ubinan. ... 23

8. Dugaan Hasil GKG/ha dan Peningkatan Hasil Berbasis Komponen Hasil... 25

9. Analisis Usaha Tani Berbasis Komponen Hasil. ... 26

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Cara Pengendalian Hama Keong Mas pada Awal Tanaman sampai 3 MST. 14

2. Serangan Hama Tikus pada 5 MST. ... 15

3. Tanaman saat Panen Perlakuan P1. ... 36

4. Tanaman saat Panen Perlakuan P2. ... 36

5. Tanaman saat Panen Perlakuan P3. ... 36

6. Tanaman saat Panen Perlakuan P4. ... 36

7. Tanaman saat Panen Perlakuan P5. ... 36

8. Tanaman saat Panen Perlakuan P6. ... 36

9. Tanaman saat Panen Perlakuan P7. ... 36

10. Tanaman saat Panen Perlakuan P8... 36

11. Tanaman saat Panen Perlakuan P9... 37

12. Tanaman saat Panen Perlakuan P10. ... 37

13. Tanaman saat Panen Perlakuan P11. ... 37

14. Tanaman saat Panen Perlakuan P12 ... 37

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Foto-Foto Tanaman saat Panen... 36

2. Deskripsi/Karakteristik Padi Sawah Varietas Ciherang . ... 38

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk Indonesia yang setiap tahunnya terus meningkat

menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan bahan pangan. Pertumbuhan

penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 238 juta jiwa dan tahun 2011

diperkirakan mencapai 242 juta jiwa yaitu meningkat sekitar 4 juta jiwa dari tahun

sebelumnya (BPS, 2010). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009

luas total panen padi Indonesia adalah 12 883 576 ha dengan produksi 64 398 890

ton dan produktivitas padi pada tahun 2009 sebesar 5 ton/ha. Tahun 2011

produksi beras diperkirakan hanya mencapai 65 juta ton/ha. Sesuai data

pertumbuhan penduduk dan produksi padi di atas dikhawatirkan akan terjadi

kekurangan kebutuhan pangan dan akan terjadi kerawanan pangan, sehingga

untuk mengimbangi pertumbuhan penduduk Indonesia produksi padi harus

ditingkatkan.

Menurut Las et al. (1999), untuk menjamin tingkat produksi yang tinggi perlu dilakukan pemupukan yang berimbang baik hara makro maupun hara mikro.

Tingkat kesuburan tanah berbeda antar lokasi sehingga penggunaan pupuk

terutama P dan K harus didasarkan pada status hara P dan K tanah. Selain

meningkatkan efisiensi, penggunaan pupuk berdasarkan status hara tanah

berperan penting dalam pelestarian lingkungan produksi.

Varietas unggul modern responsif terhadap pemupukan sehingga

mendorong petani untuk mengaplikasikan pupuk anorganik yang tinggi. Bila ini

dilakukan secara terus-menerus dan tanpa ada pengembalian bahan organik ke

dalam tanah akan mengakibatkan kesuburan tanah berkurang baik dari segi kimia,

fisika maupun biologi tanah.

Bahan/pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi

pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan,

dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Menurut Simanungkalit et al,. (2006), penggunaan pupuk organik dan pupuk hayati dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat mencegah degradasi lahan.

(17)

fisik dan kandungan kimia/hara yang sangat beragam sehingga pengaruh dari

penggunaan pupuk organik terhadap lahan dan tanaman dapat bervariasi.

Menurut Sutanto (2002), Tanah yang dibenahi dengan pupuk organik

mempunyai struktur yang baik dan tanah yang dicukupi bahan organik

mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar daripada tanah yang bahan

organiknya rendah. Salah satu bahan organik yang tersedia dalam jumlah banyak

di sawah adalah jerami. Jerami merupakan bahan organik yang sangat potensial

ketersediaannya dalam usaha tani. Jerami sebagai limbah hasil panen padi yang

jumlahnya secara nasional mencapai 75-80 juta ton /tahun lebih banyak digunakan

untuk keperluan industri (kertas, karton, media jamur merang), sedangkan di

sawah, jerami lebih banyak dibakar (Pirngadi, 2009). Sebagian besar petani

setelah panen jerami padi tidak dimanfaatkan lagi atau dengan cara membakar

langsung dilahan dengan alasan untuk mempermudah dalam pengolahan lahan

untuk masa tanam berikutnya.

Pemanfaatan jerami dapat mempertahankan kandungan bahan organik di

dalam tanah. Menurut Arafah dan Sirappa (2003), pembenaman jerami ke dalam

tanah yang disertai dengan pengaplikasian pupuk organik akan mengurangi

penggunaan pupuk NPK, sehingga aplikasi pupuk NPK pada lahan sawah lebih

sedikit tanpa menurunkan hasil produksi padi. Setiobudi et al. (2008) menambahkan, beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa jerami berpotensi menggantikan pupuk anorganik. Pemberian jerami dapat meningkatkan jumlah

biji bernas/malai.

Pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati

merupakan suatu alternatif yang perlu dipertimbangkan dalam usaha mengurangi

penggunaan pupuk NPK dan meningkatkan hasil padi. Namun demikian

penelitian teknologi tersebut belum banyak dilakukan sehingga perlu dilakukan

lebih lanjut. Dari penelitian ini diharapkan perlakuan pembenaman jerami,

penambahan pupuk organik dan pupuk hayati dengan mengurangi dosis pupuk

(18)

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh reduksi dosis pupuk

NPK dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati terhadap

pertumbuhan dan hasil padi sawah di Indramayu.

Hipotesis

Pembenaman jerami, dengan aplikasi pupuk hayati dan pupuk organik

dapat mereduksi penggunaan pupuk NPK hingga 50% dosis tanpa menurunkan

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Padi

Tumbuhan padi adalah tumbuhan yang tergolong tanaman air

(waterplant). Sebagai tanaman air bukan berati tanaman padi itu hanya bisa hidup di atas tanah yang selalu digenangi air secara terus-menerus. Tanaman ini juga

bisa tumbuh subur didaerah rawa-rawa maupun daratan atau tanah kering, asalkan

curah hujan mencukupi kebutuhan air bagi tanaman (Siregar, 1981).

Padi merupakan tanaman rumput semusim. Betangnya berbentuk bulat,

berongga, beruas-ruas, dan berakar serabut. Daun terdiri dari helaian daun yang

menyelubungi batang. Bunga membentuk malai yang keluar dari buku atas

dengan jumlah bunga tergantung kultivar yang berkisar antara 50-500 bunga.

Sedangkan buah atau biji padi beragam dalam bentuk, ukuran, dan warnanya

(Vergara and De Datta, 1996).

Padi tumbuh di daerah tropis tapi masih bisa tumbuh di daerah temperate

dengan beberapa faktor pembatas. Di daerah tropis dan subtropis tanaman padi

tumbuh dengan subur bila syarat tumbuhnya terpenuhi. Walaupun demikian,

untuk produksi dan produktivitas tertinggi diperoleh di daerah temperate seperti

Po Valley, Italy, Bagian Utara Honshu, Jepang, Korea, Selandia Baru, dan

Australia (De Datta, 1981).

Pengaruh Pupuk Unsur N, P, dan K bagi Tanaman Padi

Pupuk anorganik merupakan pupuk buatan yang di proses secara kimia

dengan bahan baku yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan

tanaman. Pupuk anorganik dibagi menjadi dua golongan, yaitu pupuk anorganik

majemuk dan pupuk anorganik tunggal. Pupuk anorganik majemuk merupakan

pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara utama seperti NP, NK, dan

NPK. Unsur hara N, P, dan K merupakan unsur hara makro yang diperlukan

dalam jumlah besar oleh tanaman, termasuk padi. Penggunaan pupuk anorganik

dipicu oleh proses penyerapan oleh tanaman lebih cepat dibandingkan dengan

(20)

pemakaiannya sangat praktis dan penyediaannya mudah didapat di pasaran serta

lebih menghemat tenaga kerja dalam pengaplikasianya.

Nitrogen adalah komponen penting dari asam amino, asam nukleat,

nukleotida, dan klorofil. Zat ini memacu pertumbuhan (meningkatkan tinggi

tanaman dan jumlah anakan) meningkatkan luas daun, dan menigkatkan

kandungan protein beras. Peranan utama nitrogen bagi tanaman ialah untuk

merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang,

batang dan daun. Konsentrasi N di daun berhubungan erat dengan laju fotosintesis

dan produksi biomassa. Jika N diaplikasikan cukup ke tanaman, maka kebutuhan

unsur makro lain seperti K dan P meningkat. Tanaman padi yang kekurangan

nitrogen anakannya sedikit dan pertumbuhannya kerdil. Daun berwarna hijau

kekuning-kuningan dan mulai mati dari ujung kemudian menjalar ke tengah helai

daun (Dobermann dan Fairhurst, 2000).

Fungsi utama dari fosfor untuk penyimpanan dan mentransfer energi serta

mempertahankan integritas memberan. Unsur P mobil dalam tanaman dan memicu pembentukan anakan, perkembangan akar, dan mempercepat

pembungaan, dan pemasakan. Kekurangan unsur P menyebabkan tanaman padi

menjadi kerdil dengan warna daun hijau tua, daun tegak dan anakan sedikit. Berat

1000 butir rendah, kualitas gabah rendah karena banyak proporsi gabah hampa

(Dobermann dan Fairhurst, 2000).

Fungsi utama kalium membantu pembentukan protein dan karbohidrat.

Juga berperan memperkuat batang tanaman, akar, daun, bunga, dan buah supaya

tidak mudah gugur, kalium bagi tanaman berperan untuk menghadapi cekaman

kekeringan dan penyakit (Siregar, 1981). Unsur K memperkuat dinding sel

tanaman dan terlibat pada lignifikasi jaringan sklerenkima. Unsur K dapat

meningkatkan luas daun, kandungan klorofil total, dan memperlambat kematian

daun sehingga dapat memberikan kontribusi pada proses fotosintesis dan

pertumbuhan tanaman. Unsur K dapat meningkatkan jumlah gabah per malai,

persentase gabah bernas, dan bobot 1000 butir gabah. Tanaman yang kekurangan

unsur K parah, ujung daun berubah menjadi kekuningan. Gejala mulai tampak

(21)

coklat, dan bila defisiensi tidak diatasi, perubahan warna secara bertahap muncul

pada daun yang lebih muda (Dobermann dan Fairhurst, 2000)

Hara nitrogen, fosfor, dan kalium merupakan faktor pembatas utama untuk

produktivitas padi sawah. Respon padi terhadap nitrogen, fosfor, dan kalium

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah penggunaan bahan organik.

Bahan organik merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas tanah

dan efisiensi pemupukan (Arafah dan Sirappa, 2003).

Pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk

memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di

daerah tropika basah yang tingkat kesuburan tanahnya relatif rendah karena

tingginya tingkat pelapukan dan pencucian hara. Pembatas pertumbuhan tanaman

yang umum dijumpai adalah kandungan hara di dalam tanah, terutama hara makro

N, P, dan K (Setyorini dan Widowati, 2006).

Pupuk Organik

Sumber organik dapat berasal dari kotoran hewan, bahan tanaman dan

limbah, misalkan: pupuk kandang (ternak besar dan ternak kecil), hijauan

rerumputan, semak, perdu dan pohon, limbah pertanaman (jerami padi, batang

jagung, sekam padi dan lain-lain), dan limbah agroindustri. Tanah yang dibenahi

dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang kecukupan

bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar daripada

tanah yang bahan organiknya rendah (Sutanto, 2002).

Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan

tanah, terutama di daerah tropika seperti Indonesia dengan suhu udara dan curah

hujan yang tinggi. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel

tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai

erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertifikasi

(perubahan menjadi padang pasir).

Setiap tahun lebih dari 165 juta ton bahan organik dihasilkan dari limbah

panen tanaman pangan dan hortikultura, namun potensi tersebut pada umumnya

belum terkelola dengan baik. Di lain pihak, kandungan bahan organik di dalam

tanah pertanian saat ini rendah, rata-rata kurang dari 2%. Jerami sebagai limbah

(22)

lebih banyak digunakan untuk keperluan industri (kertas, karton, jamur merang),

sedangkan di sawah, jerami lebih banyak dibakar (Pirngadi, 2009). Alasan dari

pembakaran jerami karena akan menyulitkan petani dalam mengolah tanah, untuk

pakan ternak, dan membuang hama dan penyakit yang terdapat di jerami.

Menurut Sutanto (2002), dari hasil panen sebanyak 5 ton gabah akan

menyerap unsur hara dalam tanah senyak 150 kg N, 20 kg P, dan 20 kg S.

Abdurachman et al (2002) mengemukakan bahwa pada kondisi pertumbuhan optimal, hara yang terakumulasi dalam biomasa bagian atas tanaman padi adalah

sekitar 15 kg N, 2.6 kg P, dan 15 kg K untuk setiap ton gabah. Dengan estimasi

tersebut, pada tanaman padi yang hasilnya mencapai 6 ton/ha maka dalam

biomassanya akan terakumulasi sekitar 90 kg N, 16 kg P, dan 90 kg K/ha. Hampir

semua unsur K dan sepertiga N, P, dan S tertinggal dalam jerami padi. Jerami padi

merupakan sumber unsur hara makro yang baik. Manfaat atau keuntungan lain

dari pemanfaatan jerami adalah tersedia langsung di lahan usaha tani dan

sekaligus mengurangi masalah limbah.

Pupuk Hayati

Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua

kelompok fungsional mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara

dalam tanah, sehingga dapat tersedia bagi tanaman. Pemakaian istilah ini relatif

baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis pupuk hayati

komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun yang lalu. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif

organisme hidup yang berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi

tersedianya hara dalam tanah bagi tanaman. Memfasilitasi tersedianya hara ini

dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman terhadap hara misalnya

oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat,

maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara

ini berlangsung melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis

berlangsung dengan kelompok tanaman tertentu atau dengan kebanyakan

tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui penyerapan hara hasil

pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan

(23)

terutama meliputi bakteri bintil akar dan cendawan mikoriza (Simanungkalit et al., 2006).

Pengaruh Kombinasi Pupuk Anorganik dan Bahan Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi

Pemberian pupuk terhadap tanaman padi akan membantu dalam

penyediaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Penggunaan pupuk N, P, dan K secara tunggal memberikan pengaruh

yang nyata terhadap pertumbuhan dan beberapa komponen hasil padi (Arafah dan

Sirappa, 2003). Pemberian unsur P berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman,

terutama dalam perkembangan akar tanaman. Semakin banyak perakaran tanaman

maka semakin luas akar tanaman dapat menyerap unsur hara sehingga

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Chairani, 2006)

Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa jerami berpotensi

menggatikan pupuk anorganik. Pemberian jerami dapat meningkatkan jumlah biji

bernas/malai. Penambahan unsur N pada padi sawah akan meningkatkan

persentase gabah isi (Setiobudi et al. 2008).

Penambahan unsur N dan unsur P dengan takaran tinggi tanpa

pengembalian jerami pada lahan sawah intensifikasi secara terus-menerus akan

mempercepat penurunan ketersidiaan hara Zn dan Cu serta hara mikro lainnya,

seperti S, Ca, dan Mg. Terjadinya kahat S, Zn, dan Cu di lahan sawah bersifat

spesifik lokasi, bergantung pada kandungannya dalam bahan induk dan pH tanah,

(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Desa Sendang, Kecamatan Karangampel,

Kabupaten Indramayu. Penelitian dilakukan pada bulan November 2010 – Maret 2011. Penelitian ini merupakan musim tanam kedua. Analisis tanah dilakukan di

Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah Sumber Daya Lahan, Fakultas

Pertanian, IPB. Pengamatan persentase gabah hampa diamati di Laboratorium

Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Pertanian, IPB. Pengujian rendemen beras dilakukan di Balai Benih Padi Muara,

Ciapus, Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu alat budidaya, knapsack sprayer, neraca digital, meteran, bagan warna daun (BWD), oven, kantong plastik, kantong kertas, dan gelas ukur.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi varietas

Ciherang, pupuk majemuk NPK, jerami, pupuk hayati, pupuk organik granul,

pupuk organik cair.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok

lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga belas perlakuan

masing-masing diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 39 satuan percobaan. Satu

satuan percobaan berukuran 12 m x 7.5 m (90m2). Perlakuan yang digunakan

yaitu:

P1 : 1 NPK (400 kg/ha) tanpa jerami

P2 : 1 NPK + jerami (5 ton/ha)

P3 : Tanpa pupuk dan tanpa jerami

P4 : 0.5 NPK + jerami

P5 : 0.5 NPK + jerami + PH 1 (2 l/ha)

(25)

P7 : 0.5 NPK + jerami + PH 1 + POG (pupuk organik granul)

P8 : 0.5 NPK + jerami + POG (1 ton/ha) + POC (pupuk organik cair) +

Dekomposer

P9 : 0.5 NPK + jerami + PH 1 + POG + POC (2 l/ha) + Dekomposer

P10 : 1 dosis PH 2 (2 l/ha) + 0.5 NPK + jerami

P11 : 1 dosis PH 2 + 0.5 NPK + tanpa jerami

P12 : 0.5 dosis PH 2 + 0.5 NPK + tanpa jerami

P13 : 0.5 PH 2 + 0.5 NPK + jerami

Model linier yang digunakan adalah:

Yij= µ + αi+ βj+ εij

Dimana:

Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j

µ = Rataan umum

αi = Pengaruh perlakuan ke-i (i:1, 2, 3,….,13)

βj = Pengaru ulangan ke-j (j:1, 2, 3)

εij =Pengaruh acak pada perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan yang diuji, akan

dilakukan analisis ragam (uji F), jika hasil uji F menunjukkan pengaruh nyata

maka dilakukan uji lanjut dunnett dengan perlakuan P1 sebagai pembanding pada

taraf nyata 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Persemaian

Benih padi direndam dalam air selama 24 jam kemudian benih padi

dihamparkan di lantai dan dilakukan pemeraman dengan karung goni basah

selama 2 hari sampai muncul bintik putih (bakal tumbuh). Benih padi disemai

pada lahan ukuran 90 m2.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum penanaman. Pematang

sawah diperbaiki, dan ditinggikan. Tanah digenangi selama seminggu kemudian

(26)

pengolahan tanah, pembenaman jerami dilakukan di setiap petakan sesuai

perlakuan masing-masing.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan bibit berumur 14 hari setelah semai (HST),

penyulaman dilakukan pada saat 1 minggu setelah tanam (MST) dengan sumber

bibit yang sama.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan perlakuan. Pupuk organik granul

(POG), diaplikasikan pada saat pengolahan tanah. Dekomposer, pupuk hayati 1,

dan pupuk hayati 2 diaplikasikan satu minggu sebelum tanam, satu minggu

setelah tanam (MST), tiga MST, dan lima MST. Aplikasi pupuk NPK dilakukan

pada satu MST. Satu dosis NPK (30-6-8) adalah 400 kg/ha. Dekomposer, pupuk

hayati 1, dan pupuk hayati 2 diaplikasikan dengan cara dilarutkan terlebih dahulu

kemudian disemprotkan menggunakan knapsack spayer, sedangkan pupuk yang lainnya diaplikasikan dengan cara ditebar pada tiap petakan sesuai dosis pada tiap

perlakuan.

Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman

Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma secara manual.

Penyiangan dilakukan pada saat tanaman berumur 28 HST dan 55 HST. Pada

umumnya hama yang menyerang pada tanaman berumur 0-3 MST adalah keong,

ulat, dan belalang. Pengendalian hama keong dilakukan secara manual. Hama

belalang dan ulat tidak terlalu tinggi tingkat serangannya diatasi dengan cara

pengusiran belalang dan pembuangan ulat yang menempel secara manual. Selain

dengan cara manual pengendalian hama dan penyakit juga dilakukan dengan cara

penyemprotan pestisida berbahan aktif BPMC.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan ketika bulir padi sudah menguning 90-95 % (99 hari

(27)

kemudian panen ubinan dengan luasan 6,25 m2. Pemanenan dilakukan dengan

menggunakan sabit dan dengan cara potong bawah.

Pengamatan

Pengamatan analisis tanah dilakukan dengan menganalisis petak

percobaan sebelum penanaman dan sesudah panen. Analisis tanah dilakukan

untuk mendeteksi kandungan pH, N total, C-organik, P, dan K sebelum dan

sesudah percobaan.

Pengamatan Vegetatif

Peubah vegetatif diamati pada saat padi berumur 3 MST sampai dengan

keluar malai. Pengamatan dilakukan pada sepuluh tanaman contoh per petak.

Peubah vegetatif yang diamati yaitu:

1. Tinggi tanaman : diamati setiap dua minggu dari 3 MST sampai dengan

keluar malai dari sepuluh tanaman contoh secara acak. Pengamatan tinggi

tanaman dilakukan dengan meteran yang diletakkan diatas permukaan

tanah sampai dengan daun tertinggi.

2. Jumlah Anakan : diamati setiap dua minggu dari 3 MST sampai dengan

keluar malai dan saat panen.

3. Warna Daun: Pengamatan dilakukan dengan menggunakan bagan warna

daun dengan membandingkan warna pada BWD dengan daun teratas padi

yang telah membuka sempurna.

Pengamatan Hasil dan Komponen Hasil

Pengamatan hasil dan komponen hasil dimulai pada saat panen.

1. Panjang malai, diukur dari ruas terakhir malai sampai dengan ujung

malai.

2. Jumlah gabah/malai, dilakukan dengan menghitung jumlah gabah dari

sepuluh malai.

3. Jumlah anakan produktif/rumpun, dilakukan dengan menghitung jumlah

anakan yang bermalai.

4. Hasil gabah/rumpun (g), diperoleh dengan menimbang seluruh gabah

(28)

5. Bobot 1000 butir gabah, bobot ini diperoleh dengan menimbang 1000

gabah isi.

6. Hasil gabah ubinan, diperoleh dari panen ubinan ukuran 2.5m x 2.5m.

7. Dugaan hasil/ha, dihitung dari konversi hasil ubinan dan berbasis

komponen hasil.

8. Persen gabah isi, dihitung berdasarkan persen bobot dari 100 gram

gabah.

9. Penentuan mutu giling gabah yang dihitung berupa persen rendemen

beras pecah, rendemen beras giling, dan rendemen beras kepala.

Analisis data

Hasil data pertumbuhan, komponen hasil, dan hasil dianalisis dengan uji F

(29)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Kondisi Umum

Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas

(Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang masih muda yang menyebabkan tanaman tidak bisa

tumbuh. Upaya pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan

memberi makanan umpan seperti pelepah pisang, daun singkong, dan daun

pepaya dipingir-pinggir pematang sawah sehingga keong mas menggerombol

disekitar makanan tersebut (Gambar 1) dan memungut keong dan telurnya dari

lahan sawah. Selain hal tersebut dilakukan penyulaman tanaman yang terserang

dengan sumber bibit yang sama.

Gambar 1. Cara Pengendalian Hama Keong Mas pada Awal Tanam sampai 3 MST

Hama tikus sawah (Rattus argentiventer) menyerang padi pada stadium vegetatif akhir dan awal stadium generatif. Tikus menyerang padi pada malam

hari, pada siang hari tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul

irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah perkampungan dekat sawah. Serangan

hama tikus pada percobaan terjadi saat tanaman berumur 5 MST (Gambar 2).

Tingkat serangan hama tersebut masih tergolong rendah yaitu di bawah 10%,

tetapi bila dibiarkan akan menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman

dan akan berdampak terhadap hasil penelitian. Upaya pengendalian dilakukan

(30)

Membersihkan lahan dan pematang dari gulma karena tikus suka daerah yang

rimbun dan subur akan tumbuhan. Penggenangan lahan dengan ketinggian

tertentu (10-20 cm) sehingga tikus tidak bisa masuk ke areal pertanaman.

Gambar 2. Serangan Hama Tikus pada 5 MST

Hama lain yang menyerang pertanaman yaitu belalang (Valanga nigricornis). Hama ini menyerang pada saat transplanting sampai panen. Bagian yang diserang adalah daun padi yang menyebabkan terganggunya proses

fotosintesis. Upaya pengendalian dengan cara membunuh langsung dan mengusir

dari daerah pertanaman.

Pengendalian hama pada percobaan ini dilakukan dengan cara manual dan

penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida (bahan aktif BPMC) dilakukan

pada tanaman yang terserang hama kutu putih palsu dan hama sundep pada saat

umur tanaman 6 MST dengan dosis anjuran.

Rekapitulasi Hasil Analisis Sidik Ragam

Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap

peubah yang diamati (Tabel 1). Hasil sidik ragam terhadap berbagai peubah yang

diamati menunjukan bahwa perlakuan pengaruh reduksi NPK dengan aplikasi

pupuk organik dan hayati terhadap pertumbuhan tanaman berpengaruh nyata,

kecuali terhadap tinggi tanaman pada 3 dan 5 MST tidak berpengaruh nyata dari

pada perlakuan satu dosis pupuk NPK.

Perlakuan reduksi dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman

jerami, aplikasi pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan panjang malai dan

jumlah gabah/malai yang berpengaruh sangat nyata dan persentase gabah isi

berpengaruh nyata dibandingkan perlakuan satu dosis pupuk NPK. Perlakuan

(31)

anakan produktif, bobot 1000 butir, bobot gabah kering/tanaman, bobot gabah

kering giling ubinan, dan dugaan gabah kering giling/ha yang tidak berpengaruh

nyata dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.

Menurut Gomez dan Gomez (1995) nilai koefisien keragaman

menunjukan ketepatan dalam suatu percobaan dan menunjukan pengaruh

lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam suatu percobaan.

Nilai koefisien keragaman analisis masih bisa ditolerir jika masih dibawah 20%.

Nilai koefisien keragaman pada percobaan ini berkisar antara 1.96 - 15.25% dan

tergolong normal pada kondisi lapang.

Tabel 1. Rekapitulasi Sidik Ragam

Peubah Pengamatan Perlakuan Koefisien Keragaman (%)

Pertumbuhan Tanaman

Tinggi Tanaman

3 MST tn 2.24

5 MST tn 3.48

7 MST * 2.63

Jumlah Anakan

3 MST * 7.80

5 MST * 2.62

7 MST * 6.77

Bagan Warna Daun

3 MST ** 1.96

5 MST * 5.47

7 MST * 3.92

Hasil dan Komponen Hasil

Jumlah Anakan Produktif tn 8.93

Panjang Malai ** 12.63

Jumlah Gabah Per Malai ** 8.93

Bobot 1000 Butir tn 3.20

Bobot Gabah Kering per Tanaman tn 12.76

Persentase Gabah Isi * 15.25

Bobot Gabah Kering Giling Ubinan tn 10.73

Bobot Gabah Kering Panen per ha tn 8.89

Bobot Gabah Kering Giling per ha tn 10.36

Ket: tanda * = nyata pada taraf 5%; tanda ** = nyata pada taraf 10%; tn = tidak nyata

Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan

Berdasarkan hasil analisis tanah sebelum percobaan diketahui pH tanah

(32)

hara N dalam tanah tergolong rendah, kandungan hara P rendah, dan hara K

sangat rendah. Berdasarkan hasil analisis tanah tersebut, status kesuburan tanah

tergolong rendah (Pusat Penelitian Tanah, 1980). Hasil analisis setelah percobaan

terlihat bahwa, terjadi penurunan pada pH tanah, unsur N tanah dan unsur K tanah

dan terjadi peningkatan pada C-organik serta hasil yang bervariatif terjadi

peningkatan dan penurunan pada unsur P (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Analisis Tanah Sebelum dan Sesudah Percobaan

Perlakuan pH C Organik

(%) N Total (%) K (me/100g) P (ppm)

Sebelum Percobaan 5.9 1.93 0.18 1.2 5.7

1 Dosis NPK 4.7 2.39 0.14 0.61 3.5

1 Dosis NPK + Jerami 4.7 2.52 0.16 0.76 4.1

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 4.6 2.64 0.15 0.79 6.4

0.5 Dosis NPK + Jerami 4.6 2.60 0.17 0.81 6.2

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 4.7 2.47 0.15 0.64 3.9

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1

+ Dekomposer 4.8 2.60 0.18 0.69 4.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1

+ POG 4.7 2.88 0.17 0.74 5.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG +

POC + Dekomposer 4.8 2.76 0.17 0.76 6.2

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1

+ POG + Dekomposer 4.7 2.42 0.16 0.79 6.6

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2

+ Jerami 4.8 2.60 0.14 0.59 3.7

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 4.8 2.52 0.15 0.64 4.6

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati

2 4.7 2.56 0.17 0.67 7.1

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2

+ Jerami 4.8 2.47 0.16 0.68 6.7

Pertumbuhan

Hasil pengamatan dan analisis statistik menunjukkan bahwa secara umum

pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan

pengurangan 50% dosis pupuk NPK tidak memberikan hasil yang berbeda nyata

terhadap pertumbuhan tanaman baik tinggi tanaman dan jumlah anakan.

Perlakuan 100% pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan tinggi

tanaman yang nyata lebih tinggi dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK pada 7

(33)
[image:33.595.107.516.309.611.2]

dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati dapat dilihat pada

Tabel 3.

Perlakuan reduksi pupuk NPK sebesar 50% dari dosis anjuran dengan

pembenaman jerami ditambah atau tidak ditambah pupuk organik atau pupuk

hayati secara umum menghasilkan tinggi tanaman yang tidak berbeda dengan

perlakuan 1 dosis pupuk NPK dan cenderung lebih rendah. Rata-rata tinggi

tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan P2, yaitu 100% dosis pupuk NPK +

jerami (107.6 cm) dan rata-rata tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan

P3, yaitu tanpa pupuk dan tanpa jerami (96.03 cm).

Tabel 3. Pengaruh Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Tinggi Tanaman dan Jumlah Anakan Perlakuan Pertumbuhan Tanaman Tinggi Tanaman 5 MST (cm) Tinggi Tanaman 7 MST (cm) Jumlah Anakan 5 MST Jumlah Anakan 7 MST

1 Dosis NPK 81.40 102.47 35 35

1 Dosis NPK + Jerami 81.30 107.60* 35 28

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 75.03 96.03 28 30

0.5 Dosis NPK + Jerami 78.10 100.67 31 30

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 76.17 97.17 32 28

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 77.67 98.57 33 29

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 79.10 101.83 34 32

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 79.63 100.73 31 29

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 82.30 102.47 35 29

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 77.53 100.50 38 31

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 77.53 98.07 37 28

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 79.87 97.17 38 32

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 79.93 99.77 35 31

Ket: nilai pada kolom yang diikuti tanda (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK berdasarkan uji t-dunnett pada taraf 5%

Perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati

dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% menghasilkan jumlah anakan

tidak berbeda dan cenderung lebih sedikit dari pada perlakuan 100% dosis pupuk

NPK. Berdasakan hasil pengamatan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + 1 dosis

(34)

perlakuan 0.5 Pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2 menghasilkan jumlah

anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 1 dosis pupuk NPK

pada 5 MST. Hal ini menunjukan bahwa perlakuan pengurangan dosis pupuk

NPK hingga 50% dan penambahan pupuk hayati2 dengan pembenaman jerami

atau tidak dapat memberikan respon yang positif terhadap pembentukan jumlah

anakan. Jumlah anakan pada 7 MST terjadi penurunan terutama pada petakan

perlakuan dan lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan perlakuan kontrol.

Hal ini diduga karena adanya serangan hama tikus di beberapa petak perlakuan.

Pengukuran menggunakan alat berupa bagan warna daun ini berkaitan

dengan penentuan dalam pemupukan terutama dalam penyedian unsur nitrogen.

Tanaman padi yang memiliki kecukupan hara N akan berwarna hijau gelap. Nilai

kritis warna daun adalah 4, bila warna daun di bawah skala 4 maka tanaman

tersebut harus segera diberi pupuk N. Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + Jerami +

POG + POC + Dekomposer menghasilkan warna daun 4.0 pada 7 MST. Hal ini

menunjukan bahwa pada perlakuan tersebut tidak perlu penambahan unsur N,

karena sudah tercukupi. Unsur N tersebut diduga dapat dipenuhi dari

pembenaman jerami dengan aplikasi pupuk organik dan dekomposer. Pengaruh

perlakuan terhadap warna daun padi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Daun Padi

Perlakuan Umur Tanaman (MST)

3 5 7

1 Dosis NPK Tanpa Jerami 3.90 3.63 3.77

1 Dosis NPK + Jerami 3.63 3.75 3.67

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 3.03 3.27 3.63

0.5 Dosis + Jerami 4.00 4.00 3.60

(35)

Perlakuan lain pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan

pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan

warna daun yang tidak berbeda dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK.

Perlakuan pupuk hayati atau aplikasi dekomposer dengan pembenaman jerami

terlihat dapat memberikan kecukupan unsur N yang tidak berbeda dengan aplikasi

1 dosis pupuk NPK.

Komponen Hasil dan Hasil

Komponen Hasil

Pengurangan hingga setengah dosis pupuk NPK dengan pembenaman

jerami, pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan jumlah anakan produktif

(22.9 – 27 anakan/rumpun) yang tidak berbeda dengan perlakuan pupuk NPK dosis penuh (28.5 anakan/rumpun) dan menghasilkan jumlah anakan produktif

lebih sedikit (Tabel 5).

Pengaruh pengurangan 50% dosis pupuk NPK ditambah pupuk hayati 2

manghasilkan panjang malai yang lebih panjang dari perlakuan 1 dosis pupuk

NPK. Perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami,

pupuk organik, dan pupuk hayati pada taraf yang lain menghasilkan panjang malai

yang tidak berbeda dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh.

Perlakuan reduksi dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman

jerami, pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan jumlah gabah/malai yang

nyata lebih banyak dibandingkan dengan 1 dosis pupuk NPK, kecuali perlakuan 1

dosis pupuk NPK + jerami, perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk

hayati 1, dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG

menghasilkan jumlah gabah/malai yang tidak berbeda dibandingkan dengan

perlakuan 1 dosis pupuk NPK. Jumlah gabah/malai tertinggi diperoleh pada

perlakuan 50% dosis pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati 2 (180/malai).

Perlakuan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan

pengurangan 50% dosis pupuk NPK menghasilkan jumlah gabah rata-rata

(36)

Peningkatan jumlah gabah/malai akan berdampak positif terhadap produksi padi

dan akan meningkatkan hasil.

Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami,

pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan bobot 1000 butir gabah basah yang

tidak berbeda dibandingkan dengan perlakuan dosis pupuk NPK penuh. Perlakuan

pengurangan dosis pupuk hingga 50% dengan kombinasinya menghasilkan bobot

1000 butir rata-rata 33.78 g sedangkan perlakuan 100% dosis pupuk NPK

menghasilkan bobot 1000 butir 34.31 g. Perlakuan 50% dosis pupuk NPK +

pupuk hayati + jerami menghasilkan bobot 1000 butir tertinggi (35.95 g).

Percobaan ini menghasilkan bobot 1000 butir yang lebih tinggi dari deskripsi

varietas ciherang. Berdasarkan deskripsi varietas ciherang bobot 1000 butir padi

varietas ciherang berkisar antara 27 sampai 28 g.

Tabel 5. Pengaruh Perlakuan terhadap Komponen Hasil

Perlakuan Jumlah Anakan Produktif Panjang Malai (cm) Jumlah Gabah/Malai Bobot 1000 Butir (g)

1 Dosis NPK 28.5 25.9 115 34.31

1 Dosis NPK + Jerami 25.5 25.3 132 34.89

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 24.6 26.3 148* 35.00

0.5 Dosis NPK + Jerami 23.3 26.4 148* 34.40

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 24.3 25.9 131 34.44

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 + Dekomposer 24.5 26.4 147* 33.68

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 + POG 24.4 27.1 135 33.81

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG +

POC + Dekomposer 23.5 26.9 160* 35.11

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati

1 + POG + Dekomposer 24.5 26.2 149* 34.94

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2

+ Jerami 27.0 26.7 156* 35.95

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 25.4 27.2 144* 32.33

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati

2 24.7 27.3* 180* 32.92

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati

2 + Jerami 22.9 26.7 160* 29.03

Ket: nilai pada kolom yang diikuti tanda (*) berbeda nyata dengan perlakuan 1 dosis NPK berdasarkan uji t-dunnett pada taraf 5%

Pembenaman jerami, penambahan pupuk organik, dan pupuk hayati

(37)

anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah/malai, dan bobot 1000 butir yang

tidak berbeda atau lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 100% dosis pupuk

NPK. Hal ini menunjukan bahwa pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50%

tidak menurunkan komponen hasil.

Hasil per Tanaman

Perlakuan reduksi dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami, pupuk

organik dan pupuk hayati di berbagai taraf dosis menghasilkan bobot gabah

kering/tanaman yang tidak berbeda dibandingkan 1 dosis pupuk NPK (Tabel 6).

Perlakuan 100% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan

gabah kering/rumpun yang paling tinggi yaitu 106 g, sedangkan perlakuan 100%

dosis pupuk NPK menghasilkan gabah kering/rumpun hanya 89.1 g. Berdasarkan

pengamatan, pengurangan 50% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami,

penambahan pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan gabah kering

giling/rumpun berkisar antara 83.3 g sampai 106 g., sedangkan perlakuan 100%

dosis pupuk NPK menghasilkan 89.1 g gabah kering giling/rumpun.

Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Reduksi Dosis Pupuk NPK dengan Pembenaman Jerami, Pupuk Organik dan Pupuk Hayati terhadap Hasil Gabah/Rumpun dan Persentase Gabah Isi

Perlakuan Hasil Gabah

Kering/rumpun (g) Gabah Isi (%)

1 Dosis NPK 89.1 94.1

1 Dosis NPK + Jerami 106.0 95.3

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 88.7 94.5

0.5 Dosis NPK + Jerami 89.5 95.2

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 83.3 95.3

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + Dekomposer 89.0 95.8

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 92.3 95.5

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 95.4 95.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 87.8 95.1

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 92.8 95.6

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 92.3 95.8

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 100.3 95.9*

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 91.3 94.6

(38)

Secara statistik, perlakuan 50% dosis pupuk NPK + 0.5 dosis pupuk hayati

2 menghasilkan gabah isi yang nyata lebih tinggi (1.8%) dengan perlakuan pupuk

NPK dosis penuh. Beberapa perlakuan pembenaman jerami dan penambahan

pupuk organik atau penambahan pupuk hayati menghasilkan persentase gabah

bernas yang tidak berbeda dengan perlakuan pupuk NPK dosis penuh dan lebih

tinggi.

Hasil Ubinan dan Dugaan Hasil per Ha

Pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dengan

pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% menghasilkan gabah kering

giling/ubinan tidak berbeda nyata dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK.

Dugaan hasil GKG/ha dapat dihasilkan dari beberapa cara menghitung, yaitu

berbasis hasil ubinan atau komponen hasil. Perhitungan dari hasil ubinan

menunjukan perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% pada semua

taraf menghasilkan gabah kering giling (GKG)/ha yang tidak berbeda

dibandingkan dengan perlakuan satu dosis pupuk NPK (Tabel 7).

Tabel 7. Hasil Ubinan dan Dugaan Hasil GKG/ha Berbasis Ubinan

Perlakuan Hasil GKG/Ubinan Hasil GKG/ha

...kg...ton...

1 Dosis NPK 5.0 8.1

1 Dosis NPK + Jerami 4.8 7.7

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 4.8 7.6

0.5 Dosis NPK + Jerami 4.4 7.0

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 4.6 7.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + Dekomposer 4.7 7.5

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 4.4 7.1

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC + Dekomposer 4.2 6.8

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG + Dekomposer 4.8 7.7

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 4.8 7.8

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 4.2 6.7

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 4.8 7.7

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 3.9 6.2

Hasil perlakuan reduksi pupuk NPK terlihat cenderung lebih rendah

dibandingkan satu dosis pupuk NPK. Hal ini diduga disebabkan percobaan ini

(39)

pembenaman jerami baru terlihat pengaruhnya terhadap produksi pada tahun

ketiga. Selain hal tersebut adanya serangan hama tikus menyebabkan beberapa

petak percobaan memiliki hasil yang rendah dari kondisi normal. Berdasarkan

hasil gabah kering/rumpun menunjukan bahwa beberapa perlakuan pengurangan

dosis pupuk NPK terjadi peningkatan hasil, oleh karena itu dilakukan perhitungan

dugaan hasil GKG/ha berbasis komponen hasil.

Perhitungan dugaan hasil/ha berbasis komponen hasil, terlihat bahwa

pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami aplikasi

pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan gabah kering giling/ha tidak

berbeda dengan perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Perlakuan 100% dosis pupuk

NPK dengan pembenaman jerami menghasilkan GKG tertinggi yaitu 15.3 ton/ha.

Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan kombinasinya GKG

cenderung lebih tinggi dari pada perlakuan 100% dosis pupuk NPK, kecuali

perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 dan perlakuan 0.5 dosis

pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG + dekomposer menghasilkan

GKG/ha berturut-turut 12 ton dan 12.6 ton. Perlakuan satu dosis pupuk NPK

menghasilkan 12.8 ton GKG/ha (Tabel 8). Hal tersebut menunjukan bahwa secara

umum, perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan

pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dapat meningkatkan

hasil.

Secara agronomis pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan

pembenaman jerami dan aplikasi pupuk hayati atau pupuk organik terjadi

peningkatan hasil (Tabel 8). Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk

hayati1 dan perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG +

dekomposer terjadi penurunan hasil, berturut-turut menurun 0.8 ton GKG/ha

(6.4%) dan 0.2 ton GKG/ha (1.4%). Peningkatan hasil yang tertinggi adalah

perlakuan 100% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami yaitu 19% atau

meningkat 2.5 ton GKG/ha.

(40)

Tabel 8. Dugaan Hasil GKG/ha dan Peningkatan Hasil Berbasis Komponen Hasil

Perlakuan Hasil GKG/ha

(ton) Peningkatan kg GKG/ha (ton) Peningkatan Hasil (%)

1 Dosis NPK 12.8 0 0

1 Dosis NPK + Jerami 15.3 2.5 19

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 12.8 0 0

0.5 Dosis NPK + Jerami 12.9 0.1 0.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 12.0 -0.8 -6.4

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 12.8 0 0

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 13.3 0.5 3.6

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 13.7 0.9 7.1

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 12.6 -0.2 -1.4

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 13.4 0.6 4.2

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 13.3 0.5 3.7

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 14.4 1.6 12.6

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 13.1 0.3 2.5

Analisis Usaha Tani

Secara umum perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50%

dengan pembenaman jerami aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati dapat

meningkatkan keuntungan dibandingkan perlakuan pupuk NPK dosis penuh.

Perlakuan 0.5 dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 dan perlakuan 0.5

dosis pupuk NPK + jerami + pupuk hayati 1 + POG + dekomposer yang

menurunkan keuntungan dibandingkan satu dosis pupuk NPK. Sebagian besar

perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% komponen biaya yang

dikeluarkan lebih kecil dari pada perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Hal ini

membuktikan bahwa dengan pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dapat

mengurangi komponen biaya yang dikeluarkan. Perlakuan yang menggunakan

pupuk organik granul membutuhkan biaya yang lebih besar. Hal ini disebabkan

harga pupuk organik granul yang tinggi dan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan

lebih besar.

Perlakuan 100% dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami

menghasilkan keuntungan yang paling tinggi yaitu Rp24 649 166,- dengan R/C

(41)

memperoleh R/C ratio tertinggi yaitu 1.9 dengan keuntungan Rp23 476 666,- dan

lebih besar dari perlakuan 100% dosis pupuk NPK. Perlakuan satu dosis pupuk

NPK menghasilkan keuntungan Rp22 144 167dengan R/C ratio 1.4. Berdasarkan

hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa secara ekonomi pengurangan dosis

pupuk NPK dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan atau pupuk

hayati dapat menguntungkan dan dapat meningkatkan pendapatan. Hasil analisis

usaha tani dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis Usaha Tani Berbasis Komponen Hasil

Perlakuan Biaya (Rp) Penerimaan

(Rp)

Keuntungan (Rp)

R/C Ratio (%)

1 Dosis NPK 13 395 833 32 065 000 18 669 166 1.4

1 Dosis NPK + Jerami 13 520 833 38 170 000 24 649 166 1.8

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 11 995 833 31 920 000 19 924 166 1.7

0.5 Dosis NPK + Jerami 12 820 833 32 202 500 19 381 666 1.5

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 12 850 833 30 002 500 17 151 666 1.3

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 12 930 833 32 050 000 19 119 166 1.5

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

POG 14 370 833 33 230 000 18 859 166 1.3

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG +

POC + Dekomposer 14 665 833 34 357 500 19 691 666 1.3

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

POG + Dekomposer 14 550 833 31 612 500 17 061 666 1.2

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 +

Jerami 12 840 833 33 410 000 20 569 166 1.6

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 12 715 833 33 237 500 20 521 666 1.6

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 12 630 833 36 107 500 23 476 666 1.9

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2

+ Jerami 12 755 833 32 852 500 20 096 666 1.6

Rendemen Beras Pecah Kulit, Beras Giling, dan Beras Kepala

Hasil analisis rendemen beras pada perlakuan reduksi dosis pupuk NPK

dengan pembenaman jerami, pupuk organik dan pupuk hayati menghasilkan beras

pecah kulit, dan beras giling yang tidak berbeda dibandingkan perlakuan 1 dosis

pupuk NPK (Tabel 10). Pengukuran rendemen beras kepala diambil dari 100g

beras giling.

Pengurangan dosis pupuk NPK hingga 50% dengan pembenaman jerami,

pupuk organik dan pupuk hayati memberikan pengaruh yang positif terhadap

(42)

Perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK dengan pembenaman jerami dan pupuk

organik atau pupuk hayati menghasilkan persentase beras kepala rata-rata 81%,

sedangkan persentase beras kepala pada perlakuan 1 dosis pupuk NPK rata-rata

hanya 65%. Selisih persentase beras kepala antara perlakuan reduksi dosis pupuk

NPK hingga 50% dan kombinasinya dengan perlakuan 1 dosis pupuk NPK yaitu

16%.

Tabel 10. Rata-rata Rendemen Beras Pecah Kulit, Beras Giling, dan Beras Kepala Perlakuan Rendemen (%) Beras Pecah Kulit Beras Giling Beras

Kepala Mutu

1 Dosis NPK 78 65 65 V

1 Dosis NPK + Jerami 80 68 90 II

Tanpa Pupuk dan Tanpa Jerami 80 68 84 III

0.5 Dosis NPK + Jerami 80 68 91 II

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 77 67 71 V

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 +

Dekomposer 79 66 68 V

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG 80 67 90 II

0.5 Dosis NPK + Jerami + POG + POC +

Dekomposer 81 64 70 V

0.5 Dosis NPK + Jerami + Hayati 1 + POG +

Dekomposer 80 68 79 IV

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 + Jerami 79 65 84 III

0.5 Dosis NPK + 1 Dosis Hayati 2 80 66 80 III

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 79 66 78 III

0.5 Dosis NPK + 0.5 Dosis Hayati 2 + Jerami 81 68 88 III

Sumber: Balai Besar Padi Muara, Ciapus, Bogor (2011)

Pembahasan

Banyak penelitian penggunaan bahan organik pada lahan sawah tidak

memberikan respon yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman, namun

bukan berarti bahan organik tidak penting. Hal tersebut karena pengaruh bahan

organik baru terlihat dalam waktu pemberian yang lama, tergantung bahan

organik dan jenis tanahnya.

Penambahan pupuk organik dan pupuk hayati terlihat penting untuk

mendukung kecukupan hara dalam pengurangan 50% dosis NPK dengan

pembenaman jerami. Pupuk hayati juga dapat menambat N dan melarutkan unsur

(43)

2008). Aplikasi pupuk organik dengan pupuk hayati dapat berdampak positif bagi

pertumbuhan tanaman padi, sehingga dengan pertumbuhan vegetatif yang

maksimal akan berdampak pada hasil dan komponen hasil padi. Menurut

Pramono (2004), pemberian bahan organik dapat memberi pengaruh positif

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal tersebut pada penelitian ini terlihat

pada tinggi tanaman, panjang malai, jumlah gabah/malai, dan persentase gabah isi

yang lebih tinggi dari perlakuan dosis pupuk NPK penuh.

Cho dan Kobata (2002), menyatakan bahwa jerami padi merupakan

sumber bahan organik utama yang dapat menigkatkan unsur N selama

dekomposisi dan melepas kembali secara perlahan. Pembenaman jerami, pupuk

organik, dan pupuk hayati secara konsisten meningkatkan nilai BWD. Saat

tanaman berumur 7 MST, perlakuan pengurangan dosis pupuk NPK dengan

pembenaman jerami, pupuk organik, dan pupuk hayati menghasilkan nilai BWD

yang tidak berbeda dari 1 dosis pupuk NPK. Hal ini menunjukan bahwa pada

minggu selanjutnya pada semua perlakuan mengalami peningkatan ketersediaan

unsur nitrogen sedangkan pada perlakuan 1 dosis NPK terjadi penurunan.

Perlakuan yang menunjukan skor 4 berarti bahwa tanaman tersebut tidak

memerlukan asupan Nitrogen. Aplikasi pupuk NPK bersamaan dengan aplikasi

pupuk hayati dan dekomposer dapat mengurangi imobilisasi N selama proses

dekomposisi. Hal ini sesuai dengan Sugiyanta et al (2008) menyatakan bahwa, aplikasi dekomposer dan pupuk hayati efektif dapat meniadakan imobilisasi unsur

N.

Jumlah anakan produktif merupakan jumlah anakan dalam satu rumpun

yang menghasilkan malai. Pengurangan hingga setengah dosis pupuk NPK

dengan pembenaman jerami, aplikasi pupuk organik dan pupuk hayati

menghasilkan jumlah anakan produktif (22.9 – 27 anakan/rumpun) yang tidak berbeda dengan perlakuan pupuk NPK dosis penuh (28.5 anakan/rumpun) dan

menghasilkan jumlah anakan produktif lebih sedikit. Jumlah anakan pada fase

vegetatif umumnya tidak semua akan terbentuk menjadi anakan produktif. Hal ini

dikarenakan pada masa generatif terjadi keterlambatan pengisian malai dan

(44)

Gambar

Gambar 1. Cara Pengendalian Hama Keong Mas pada Awal Tanam sampai 3
Tabel 3.  Perlakuan reduksi pupuk NPK sebesar 50% dari dosis anjuran dengan
Gambar 3. Perlakuan P1
Gambar 11. Perlakuan P9
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mencapai Akuntanbilitas Laporan Keuangan yang dihasilkan perusahaanlaporan yang dihasilkan oleh perusahaan haruslah memiliki nilai informasi yang baik dengan bentuk

Rizobakteri memiliki daya antagonisme terhadap mikroba antagonis melalui produksi side rofor, β -1,3-glukanase, dan kitinase (Soesanto, 2008). Rizobakteri dapat

Hasil penilaian ahli praktisi dikategorikan sangat layak jika X > 80%; layak jika 60,01% < X ≤ 80%; cukup layak jika 40,01% < X ≤ 60%; kurang layak jika 20,01% <

Work-Family Conflict terjadi karena peran seseorang dalam keluarga menyebabkan susah untuk berpartisipasi pada perannya di tempat kerja dan dapat mempengaruhi

Masukan atau input dari sistem informasi barang yang masuk yang nantinya akan menghasilkan berupa laporan data barang masuk yang ada di gudang, langkah

Heckhausen (dalam Martaniah, 1982:31) mengatakan bahwa motif berprestasi adalah motif yang mendorong individu untuk berpacu dengan ukuran keunggulan yang didapat

Hal ini sependapat dengan pendapat Agustia (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan managerial tidak bisa membatasi terjadinya manajemen laba dengan manajer yang memiliki

Skripsi berjudul Efek Pemberian Ekstrak Daun Sirih ( Piper Betle L. ) Pada Laju Endap Darah (LED) Model Hewan Coba Tikus Wistar Jantan Yang Dipapar Candida Albicans