• Tidak ada hasil yang ditemukan

19115 56285 1 PB

N/A
N/A
Kamal Bahari

Academic year: 2024

Membagikan "19115 56285 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Analysis of Finansial Feasibility of Freshwater Fish Cultivation in Lapoa Indah Village, West AndooloDistrict, Konawe Selatan Regency

Ikomang Nopa Palaguna1, Nurdiana A2, dan Wa Ode Piliana2

1) Mahasiswa Jurusan/Program Studi Agrobisnis Perikanan FPIK UHO 2) Dosen Jurusan/Program Studi Agrobisnis Perikanan FPIK UHO

E-mail : [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andolo Barat Kabupaten Konawe Selatan selama periode bulan Juli sampai Agustus 2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan finansial usaha budidaya ikan air tawar. Responden dalam penelitian ini sebanyak 20 pembudidaya ikan air tawar dengan menggunakan metode sensus. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan R/C rasio. Usaha budidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usaha diantaranya ada biaya tetap dengan rata-rata Rp26.285/produksi, biaya variabel dengan rata-rata Rp533.900/produksi dan total biaya rata-rata Rp560.185/produksi. Sedangkan rata-rata penerimaan Rp1.050.000/produksi dan rata-rata keuntungan Rp314.315/produksi, dan R/C Rasio dengan rata – rata 1,58. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan usaha budidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan dilihat dari aspek kelayakan finansialnya menguntungkan atau layak untuk dikembangkan dengan perbandingan R/C Ratio tertinggi 1,84 dan terendah 1,29.

Kata Kunci : Desa Lapoa Indah, Ikan Air Tawar, Kelayakan Usaha.

ABSTRACT

This research was conducted in Lapoa Indah Village, West Andolo district, Konawe Selatan District during the period July to August 2019. The purpose of this study was to determine the financial feasibility of freshwater fish farming business. Respondents in this study were 20 freshwater fish farmers with using the census method. The data obtained were analyzed using cost analysis, revenue, profit and R / C ratio analysis. Freshwater fish farming business in Lapoa Indah Village, Andoolo Barat District, Konawe Selatan Regency, Costs incurred to do business include fixed costs with an average of Rp26,285 /production, variable costs with an average of Rp533,900 /production and total average costs Rp.560,185 /production. While the average revenue of Rp1,050,000 /production and average profit of Rp314,315 / production, and R / C ratio with an average of 1.58. From these results it can be concluded that the freshwater fish farming business in Lapoa Indah Village, Andoolo Barat District, South Konawe Regency, from the aspect of financial feasibility that is profitable or feasible to be developed with the highest R / C ratio of 1,84 and the lowest of 1,29.

Keywords: Lapoa Indah village, freshwater fish, business feasibility.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia ialah negara kepulauan yang dikelilingi oleh perairan laut dan perairan tawar yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km² atau meliputi dua pertiga

dari keseluruhan wilayah Indonesia.

Perikanan sebagai salah satu sektor yang memberikan peran cukup besar dalam memajukan kualitas kehidupan masyarakat, memenuhi kebutuhan

(2)

pangan dan gizi, menyediakan bahan baku industri, meningkatkan ekspor dan memperluas lapangan kerja serta kesempatan kerja produktif. Menurut Saragih (1997) menyatakan bahwa sektor perikanan merupakan sektor andalan yang relatif aman dan kuat dalam menghadapi goncangan ekonomi dimana sektor ini tidak tergantung pada bahan baku impor termasuk perikanan.

Provinsi Sulawesi Tenggara melakukan pembangunan sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan pendapatan petani serta pembudidaya melalui upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi berwawasan lingkungan serta peningkatan nilai tambah hasil perikanan. Menurut Yani (2007) budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Budidaya perikanan adalah

usaha pemeliharaan dan

pengembangbiakan ikan atau organisme air lainnya. Perikanan budidaya air tawar ialah perikanan yang terdapat di sawah, sungai, danau, kolam dan rawa.

Menurut Menteri Dalam Negeri (2015) mengatakan bahwa Sulawesi Tenggara memiliki potensi perikanan yang cukup luas sehingga pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perairan dapat memberikan dampak positif yaitu sebagai salah satu faktor yang mendukung meningkatnya perekono- mian di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Salah satu daerah yang melakukan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya perairan khususnya budidaya ikan air tawar adalah Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan. Dalam melakukan

usaha tersebut para pembudidaya menghasilkan output berupa Ikan Lele dan Ikan Nila, serta teknologi yang digunakan masyarakat Desa Lapoa Indah untuk melakukan budidaya mengguna- kan kolam tanah. Dalam melakukan usaha tersebut para pembudidaya kurang memperhatikan biaya yang dikeluarkan sehingga pembudidaya tidak mengetahui apakah usaha yang dijalankan ber- kelanjutan atau tidak. Melihat kondisi tersebut sehingga Penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kelayakan finansial usaha budidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan.

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji proses budidaya Ikan Lele dan Ikan Nila di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Kabupaten Konawe Selatan.

2. Mengkaji kelayakan finansial usaha budidaya Ikan Lele dan Ikan Nila di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Juli sampai Agustus 2019, bertempat di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan.

Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan sebagian masyarakatnya melakukan usaha budidaya ikan air tawar.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Rianse dan Abdi, 2009).

Populasi penelitian ini yaitu semua pembudidaya ikan air tawar yang berada di Desa Lapoa Indah Kecamatan

(3)

Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan sebanyak 20 pembudidaya air tawar. Sampel adalah bagian populasi yang hendak diteliti. Penentuan sampel ditentukan secara sensus. Menurut Sugiyono (2012) sensus adalah cara pengumpulan data apabila seluruh elemen populasi diselidiki satu per satu, sehingga jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 20 pembudidaya ikan air tawar.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi, metode interview atau wawancara, dokumentasi dan kepus- takaan/studi pustaka.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan analisis kelayakan finansial. Tujuan pertama menggunakan analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2017) analisis deskriptip adalah metode untuk menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yg lebih luas. Tujuan kedua menggunakan analisis finansial yang terdiri dari analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan R/C rasio.

Analisis Biaya

Dalam menganalisis biaya terdiri dari 3 yaitu biaya tetap (fixed cost), biaya tidak tetap (variable cost) dan total biaya (total cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi, diantaranya adalah bangunan dan pajak. Dalam mendapatkan biaya tetap dapat dihitung dengan menggunakan rumus penyusutan sebagai berikut : (La Ola, 2014)

* ( ) +………....(1) Dimana :

D = Depresiasi

Pt = Nilai Barang Modal Pada Tahun P0 = Nilai Barang Modal Pada Tahun

Nol

I = Tingkat Bunga Bebas Inflasi t = Umur Ekonomis Barang Modal f = Frekuensi melakukan aktivitas

produksi

Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dipengaruhi oleh jumlah produksi, diantaranya benih dan pakan. Setelah biaya tetap dan biaya tidak tetap diketahui maka dapat menghitung total biaya. Menghitung total biaya menggunakan rumus adalah sebagai berikut : (La Ola, 2014)

TC = TFC + TVC ...(2) Dimana :

TC = Total Cost (Rp)

TVC = Total Variable Cost (Rp) TFC = Total Fixed Cost (Rp) Analisis Penerimaan

Analisis penerimaan digunakan untuk melihat seberapa besar penerimaan yang diperoleh pembudidaya ikan air tawar dari hasil penjualan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

(Soekartawi, 2003).

TR = P.Q ...(3) Dimana :

TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)

P = Harga (Rp) Q = Kuantitas (Unit) Analisis Keuntungan

Keuntungan atau laba adalah penerimaan bersih yang diterima oleh pembudidaya ikan air tawar setelah dikurangi oleh total biaya yang dikeluarkan. Rumus

(4)

keuntungan adalah sebagai berikut : (Soekartawi, 2002)

π = TR – TC ………..(4) Dimana:

π = Keuntungan (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) R/C Rasio

R/C rasio adalah jumlah rasio yang dipakai untuk melihat keuntungan relatif yang nantinya akan diperoleh pada sebuah proyek atau usaha. Rumus R/C Rasio adalah sebagai berikut : (Darsono, 2008)

R/C ratio = TR/TC…………..(5) Dimana :

R/C ratio = return cost ratio TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) Penilaian R/C rasio sebagai berikut:

R/C rasio >1, usaha yang dijalankan layak dikembangkan.

R/C rasio =1, usaha yang dijalankan tidak untung dan tidak rugi (impas).

R/C rasio <1, usaha yang dijalankan tidak layak dikembangkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Letak dan Batas Wilayah

Desa Lapoa Indah merupakan salah satu desa yang berada dibawah wilayah administrasi Kabupaten Konawe Selatan, tepatnya di Kecamatan Andoolo Barat.

Desa Lapoa Indah ini berada di wilayah bagian Barat Kabupaten Konawe Selatan. Jarak antara Kota Kabupaten Konawe Selatan dengan Desa Lapoa Indah kurang lebih 10 km dengan waktu tempuh perjalanan selama ±30 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor dan jarak antara ibu kota kecamatan kurang lebih 5 km dengan waktu tempuh perjalanan selama ±10 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor. Batas-batas wilayah administratif dari Desa Lapoa Indah ini yaitu sebagai berikut: (BPS, 2017) a. Sebelah Utara berbatasan dengan

Desa Anese

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Puundoho

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wawobende

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tinanggea

Berdasarkan data Desa Lapoa Indah (2016) bahwa Desa Lapoa Indah memiliki luas keseluruhan wilayahnya yaitu ±5,36 km². Dimana desa ini terdiri dari persawahan, perkarangan, perkebunan dan perkolaman.

Jumlah Penduduk

Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal atau berdiam disuatu daerah pada waktu tertentu yang dapat menjadi gambaran potensi kemampuan penduduk dalam menjalankan suatu usaha yang berhubungan dengan kehidupannya. Data jumlah penduduk berdasarkan dusun dapat dilihat pada Tabel

(5)

Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan dusun

No Dusun Laki-Laki (jiwa) Perempuan (jiwa) Jumlah (Jiwa) KK

1 Dusun 1 114 118 232 68

2 Dusun 2 107 112 219 63

3 Dusun 3 110 117 227 65

Jumlah 331 347 678 196

Sumber: Kantor Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat, 2018 Berdasarkan Tabel 1 bahwa jumlah

penduduk yang mendiami wilayah Desa Lapoa Indah yaitu sebanyak 678 jiwa yang terdiri dari 3 dusun dimana jumlah penduduk untuk jenis kelamin laki-laki sebanyak 331 jiwa dan perempuan sebanyak 347 jiwa. Jenis kelamin laki- laki dan perempuan yang banyak terdapat di Dusun 1 sedangkan yang sedikit baik jenis kelamin laki-laki dan perempuan terdapat pada Dusun 2.

Jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Lapoa Indah sebanyak 196 KK.

Penduduk Desa Lapoa Indah sebagian

besar didominasi oleh etnis Jawa dan Bali.

Karakteristik Responden

Umur

Umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah umur responden yang dihitung sejak lahir sampai pada saat penggambilan data dilakukan. Umur tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan usaha budidaya ikan air tawar. Penggolongan umur responden dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Umur pelaku usaha budidaya ikan air tawar

No Umur (Tahun) Jumlah (jiwa) Persebtase (%)

1 15-54 20 100

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 2 bahwa umur pelaku usaha budidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat memiliki umur antara 15-54 tahun yang disebut dengan umur produktif.

Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2014) mengelompokan umur berdasarkan kelompok produktif dan non produktif, umur produktif berkisar antara 15 sampai 54 tahun dan umur diatas 55 tahun termaksud kelompok umur non produktif.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jenjang yang pernah dilalui pelaku usaha

budidaya ikan air tawar mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang pernah dilalui pelaku usaha.

Pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan yang pernah diperoleh dari bangku sekolah sedangkan pendidikan nonformal pendidikan yang diperoleh tanpa sekolah namun dari pelatihan. Jenjang yang pernah dilalui pelaku usaha ikan air tawar adalah pendidikan formal dapat dilihat pada Tabel 3.

(6)

Tabel 3. Umur pelaku usaha budidaya ikan air tawar

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persebtase (%)

1 SD 11 55

2 SLTP 9 45

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 3 bahwa jenjang pendidikan yang dilalui pelaku usaha budidaya ikan air tawar yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP). Tingkat pendidikan yang banyak ditempuh adalah SD sebanyak 11 jiwa dengan persentase sebesar 55% disusul dengan tingkat pendidikan SLTP sebanyak 9 jiwa dengan persentase sebesar 45%.

Tingkat pendidikan tidak mempengaruhi usaha yang dilakukan pelaku usaha budidaya ikan air tawar karena pendidikan sebagai pembentukan pola berpikir dan kepribadian agar menjadi orang yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan Afrida (2003) bahwa pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menambah keterampilan, pengetahuan

maupun pembentukan kepribadian seseorang. Selain itu, Kusnadi (2000) menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan formal dan non formal yang dapat diakses oleh nelayan tidak menjadikan sulitnya mereka menguasai teknik-teknik dalam kegiatan usaha perikanan.

Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan anggota keluarga yang ditanggung oleh kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu jumlah tangungan keluarga < 5 jiwa dan > 5 jiwa lebih jelasnya tentang jumlah tangunggan keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Tanggungan Keluarga

No Jumlah Tanggungan Keluarga (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 <5 17 85

2 >5 3 15

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 4 jumlah tanggungan keluarga pelaku usaha budidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kabupaten Konawe Selatan menunjukan bahwa kebanyakan jumlah tanggungan keluarganya <5 jiwa sebanyak 17 jiwa dan jumlah tanggungan >5 jiwa hanya 3 jiwa. Jumlah tangungan keluarga <5 jiwa disebut dengan tanggungan keluarga kecil dan jumlah tanggungan >5 jiwa disebut dengan tangungan besar. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (2007) menggolongkan jumlah tanggungan keluarga terbagi atas dua yaitu

tanggungan besar, apabila jumlah tanggungan >5 orang dan tanggungan kecil, apabila jumlah tanggungan <5 orang.

Pengalaman Usaha

Pengalaman usaha merupakan lamanya seseorang melakukan usaha mulai dari awal menjalankan usaha sampai pengambilan data penelitian. Pengala- man menjadi salah satu pelajaran terus menerus dalam melakukan usaha budidaya ikan air tawar. Pengalaman

(7)

usaha dibagi menjadi tiga yaitu < 5 tahun, 5-10 tahun, dan > 10 tahun. Lebih

jelasnya pengalaman usaha budidaya ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengalaman usaha budidaya ikan air tawar

No Pengalaman Usaha (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 <5 13 65

2 5-10 7 35

Jumlah 20 100

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 5 bahwa pengalaman usaha pembudidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan yakni

<5 tahun sebanyak 13 jiwa dan pengalaman usaha >5 tahun sebanyak 7 jiwa dengan persentase pembudidaya masing-masing sebesar 65% dan 35%.

Pengalaman usaha <5 tahun disebut dengan kurang berpengalaman dan pengalaman usaha 5-10 tahun disebut cukup berpengalam. Hal ini sejalan dengan pendapat Soehardjo dan Patong (1994) bahwa dalam mengkategorikan pengalaman ada tiga golongan atau kriteria pengalaman dalam berusaha, yaitu kurang berpengalaman (<5 tahun), cukup berpengalaman (5-10 tahun), dan berpengalaman (>10 tahun).

Aspek Kelayakan Finansial

Aspek kelayakan finansial merupakan analisis untuk mengetahui layak atau tidak layaknya suatu usaha. Salah satu usaha budidaya ikan air tawar yang berada di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andolo Barat Kabupaten Konawe Selatan untuk menentukan kelayakan

finansialnya dengan menghitung berapa biaya yang dikeluarkan, penerimaan dan keuntungan yang diterima.

Biaya

Biaya adalah semua pengeluaran untuk melakukan usaha budidaya ikan air tawar mulai dari input-input produksi maupun uang untuk menghasilkan output. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyadi (2012), bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya tersebut meliputi biaya tetap, biaya tidak tetap, dan total biaya.

Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan oleh pembudidaya ikan air tawar yang jumlahnya tetap konstan, tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai dengan tingkat tertentu. Adapun biaya tetap pada usaha budidaya ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Biaya tetap usaha budidaya ikan air tawar

No Kriteria Biaya Tetap (Rp/Produksi)

1 Tertinggi 262.415

2 Rata-Rata 26.285

3 Terendah 9.621

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 6, bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan untuk

usaha budidaya ikan air tawar sebesar Rp26.285/Produksi. Biaya tetap tertinggi

(8)

sebesar Rp262.415/produksi dan terendah sebesar Rp9.621. Biaya tetap diperoleh dari hasil pembagian antara harga beli dengan umur ekonomis pemakaian dari barang. Hal ini sesuai dengan pendapat Ikatan Akuntasi Indonesia (2007) menyatakan bahwa penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya.

Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan pada saat melakukan proses produksi. Biaya variabel pada usaha budidaya ikan air tawar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Biaya variabel usaha budidaya ikan air tawar

No Kriteria Biaya Variabel (Rp/Produksi)

1 Tertinggi 1.215.000

2 Rata-Rata 533.900

3 Terendah 330.000

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 7, biaya variabel yang dikeluarkan perproduksi oleh pembudidaya ikan air tawar dangan rata- rata sebesar Rp533.900 dengan biaya variabel tertinggi sebesar Rp1.215.000/

produksi dan terendah sebesar Rp330.000/produksi sebesar Rp262.415/

produksi dan terendah sebesar Rp9.621.

Perbedaan biaya yang dikeluarkan pada setiap pembudidaya ikan air tawar disebabkan oleh pemakaian setiap bahan

dalam hal ini penggunaan pupuk, pelet, dan dedak serta jumlah dan jenis bibit ikan yang digunakan berbeda-beda pula.

Total biaya

Total biaya adalah biaya tetap ditambah dengan biaya variabel. Total biaya yang dikeluarkan pelaku usaha pembudidaya ikan air tawar perproduksinya di Desa Lapoa Indah dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Total biaya usaha budidaya ikan air tawar

No Kriteria Total Biaya (Rp/Produksi)

1 Tertinggi 1.477.415

2 Rata-Rata 560.185

3 Terendah 342.431

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 8 menunjukan bahwa total biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha budidaya ikan air tawar dengan rata-rata sebesar Rp560.185/produksi.

Total biaya tertinggi sebesar Rp1.477.415/produksi dan terendah sebesar Rp342.431/ produksi. Tinggi rendahnya total biaya yang dikeluarkan tergantung dari seberapa besar biaya tetap dan biaya variabel yang

dikeluarkan. Dalam hal ini biaya yang dikeluarkan berbeda-beda tergantung dari seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing pembudidaya. Hal ini sejalan Siang dan A (2010) bahwa biaya usaha atau produksi dapat diklasifikasikan kedalam biaya tetap (fixed cost/FC), biaya variable (variable cost/VC), dan biaya total (total cost/TC).

Penerimaan

(9)

Penerimaan adalah hasil penjualan yang diterima dari semua kegiatan produksi.

Jumlah Penerimaan pada usaha budidaya

ikan air tawar perproduksi di Desa Lapoa Indah dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penerimaan usaha budidaya ikan air tawar

No Kriteria Penerimaan (Rp/Produksi)

1 Tertinggi 2.340.000

2 Rata-Rata 1.050.000

3 Terendah 540.000

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa rata- rata yang diterima oleh pembudidaya ikan air tawar sebesar Rp1.050.000/

produksi. Dimana penerimaan tertinggi dari usaha budidaya ikan air tawar sebesar Rp2.340.000/produksi dan terendah sebesar Rp540.000/produksi.

Penerimaan usaha budidaya ikan air tawar ini sangat bervariasi, hal ini disebabkan dari masing-masing jumlah produksi yang berbeda-beda setiap pembudidaya dengan harga jual yang sama setiap jenis ikannya. Hal ini sesuai dengan Febriansyah dan Fathoni (2018) yang menyatakan bahwa harga jual dan

jumlah produksi merupakan indikator penentu dalam memperoleh penerimaan, semakin tinggi harga jual dan produksi yang dihasilkan maka penerimaan yang diperoleh juga besar.

Keuntungan

Keuntungan merupakan total penerimaan yang diperoleh dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan. Keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan air tawar yang berada di Desa Lapoa Indah dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Keuntungan usaha budidaya ikan air tawar

No Kriteria Biaya Tetap (Rp/Produksi)

1 Tertinggi 862.585

2 Rata-Rata 314.315

3 Terendah 170.320

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 10 menunjukan bahwa bahwa keuntungan tertinggi diperoleh pembudidaya ikan air tawar sebesar Rp562.585/produksi dan terendah sebesar Rp170.320/produksi serta rata-rata sebesar Rp314.315/

produksi. Hal ini dikarenakan jumlah penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan berbeda-beda, ada yang biayanya kecil dan ada biaya besar.

Keuntungan usaha budidaya ikan air tawar ini merupakan hasil dari total penerimaan dikurangi total biaya. Hal ini sejalan dengan Heriyanto dkk. (2017)

bahwa keuntungan merupakan hasil dari penerimaan yang telah dikurangi dengan total biaya yang diperoleh dari seluruh penerimaan oleh masing-masing pembudidaya tersebut.

R/C Rasio (Revenue Cost Ratio)

Kelayakan usaha budidaya ikan air tawar yang berada di Desa Lapoa Indah dianalisis dengan R/C rasio atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan total biaya

(10)

Tabel 11. R/C rasio pada usaha budidaya ikan air tawar

No Kriteria R/C Rasio

1 Tertinggi 1,84

2 Rata-Rata 1,58

3 Terendah 1,29

Sumber: Data primer setelah diolah, 2019 Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa R/C rasio yang tertinggi diperoleh pembudidaya ikan air tawar sebesar 1,84 dan terendah sebesar 1,29 dengan rata- rata sebesar 1,58. Hal ini sejalan dengan Roslina (2014) bahwa nilai rasio penerimaan dengan biaya atau (R/C) dalam USAha budidaya lele diperoleh sebesar 1,78. Waktu pengembalian investasi atau Payback Period (PP) selama 0,53 tahun, BEP produksi ikan lele pada tahun pertama 844 kg, Penjualan ikan lele pada tahun kedua sampai dengan tahun kelima akan mencapai BEP sebesar 1.012kg/tahun.

Nilai NPV sebesar Rp 33,482,143,00 dan nilai IRR sebesar 62 %. maka dapat disimpulkan bahwa usaha budidaya ikan air tawar yang berada di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andolo Barat Kabupaten Konawe Selatan menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Proses budidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andolo Barat Kabupaten Konawe Selatan di lakukan secara tradisional.

2. Budidaya ikan air tawar di Desa Lapoa Indah Kecamatan Andoolo Barat Kabupaten Konawe Selatan dilihat dari aspek kelayakan finansialnya menguntungkan atau layak untuk dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Dunia, F dan Abdullah, W.

2012. Akuntansi Biaya. Salemba Empat. Jakarta.

Ahmadi, A. 2007. Psikoligo Sosial. Raja Grafindo. Jakarta.

Afrida, B.R. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia.

Jakarta.

Candra, S., Hari D.U dan Budi, H. 2012.

Analisis Ekonomi Usaha Ayam Petelur CV. Santoso Farm di Desa Kerjen Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar (Economic Analysis Of Layer At CV.

“Santoso Farm” In Kerjen Village Srengat Subdistrict Blitar Regency), Faculty of Animal Husbandry. University of Brawijaya.Brawijaya.

Darsono. 2008. Hubungan Perceived Service Quality dan Loyalitas (Peran Trust dan Statisfaction Sebagai Mediator). The National Conference UKWMS. Surabaya.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. 2008. Buku Statistik Perikanan Tangkap Jawa Barat Tahun 2008. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Febriansyah, E., Sri, D.N. dan Fathoni, Z. 2018. Pengaruh Program Desa Mandiri Pangan dalam Meningkatkan Pendapatan Usahatani. Jurnal Ilmiah Sosio- Ekonomi Bisnis, 21(1):1-9.

(11)

Heriyanto, Yusuf, S dan A, N. 2017.

Analisis Keuntungan Usaha Tambak Ikan Bnadeng (Chanos chanos) di Desa Porara Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Sosial Ekonimi Perikanan FPIK UHO, 2(2):80- 92.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007.

Standar Akuntansi Keuangan.

Edisi 2007. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Menteri Dalam Negeri. 2015. Daftar Luas 17 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Informasi Pedia. Jakarta

Mulyadi. 2012. Akuntsi Biaya. Edisi ke- 5. Cetakan Keseblas. STIM YKPN. Yogyakarta.

La Ola, L.O. 2014. Efisiensi Biaya Produksi dan Daya Saing Komoditi Perikanan Laut di Pasar Lokal dan Pasar Exspor.

Jurnal Bisnis Perikanan, 1(1): 39- 50.

Menteri Dalam Negeri. 2015. Daftar Luas 17 Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara. Informasi Pedia. Jakarta.

Rianse, U dan Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi (Teori dan Aplikasi). CV.

Alfabeta. Bandung.

Roslina, D. 2014. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Lele di KolamTerpal di Desa Namang Kabupaten Bangka Tengah.

Jurnal Maspari, 6(1):20-24.

Saragih, Bungaran. 1997. Pembangunan Sektor Agribisnis Dalam Kerangka Pembangunan

Ekonomi Indonesia,

BAPPENAS, Jakarta.

Siang, R.D, dan A, N. 2015. Struktur Biaya dan Profabilitas Usaha Miniplant Rajungan (Portunus

Pelagicus). Jurnal Bisnis Perikanan, 2(1): 91-100.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Alfabet. Bandung.

. 2104. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. CV. Alfa Beta. Bandung.

Soeharjo dan Patong, D. 1994. Ekonomi pertanian Indonesia. Angkasa.

Bandung.

Soekartawi, 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Perikanan. Rajawali Pres Yogyakarta.

, 2003. Konsep Agribisnis Metode Penelitian Bisnis.

Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Yani, A. 2007.Geografi.Grafindo.

Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani responden paling besar adalah usaha pengomprongan yang menggunakan bahan

Sistem budidaya ikan air tawar sebenarnya bukan merupakan hal yang baru bagi sebagian besar peternak budidaya ikan di Jawa Barat termasuk bagi para peternak

Keuntungan usaha dalam usaha budidaya perikanan air tawar di Kabupaten Kampar, khususnya usaha budidaya ikan patin kolam di Kecamatan XIII Koto Kampar dan ikan keramba

Dilihat perkembangan budidaya ikan di provinsi Riau tepatnya kota Pekanbaru sangat berkembang pesat. Semakin banyaknya pembukaan usaha untuk budidaya ikan air

Lingkup penelitian ini adalah mengkaji kelayakan usaha budidaya ikan dan merumuskan strategi yang tepat untuk pengembangan usaha budidaya ikan konsumsi air tawar

Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Usaha Penangkapan ikan/udang dengan jaring arad perikanan skala kecil sebesar Rp 30.936,69 per trip atau per hari.. Biaya tetap tersebut mencakup

Total Rata – Rata Biaya Tetap yang di Keluarkan Petanni Nilam di Desa Lere Kecamatan Basala Kabupaten Konawe Selatan No Uraian Jumlah Rp 1 Penyusutan Alat 3.008.266 Pajak Lahan

Biaya produksi Biaya produksi pada usaha ikan air tawar di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.Biaya variabel yang dihitung pada