SALINAN
PRES IOEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2025
TENTANG
PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a.b.
bahwa penyederhanaan perizinan Berusaha
melaluipenerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
perludilakukan reformasi kebijakan secara
berkelanjutandalam mewujudkan kemudahan dalam memulai
dan menjalankan usaha guna mendukung cipta kerja;bahwa penyederhanaan perizinan Berusaha
melaluipenerapan Perizinan Berusaha Berbasis
Risikosebagaimana
telah diatur dalam peraturan
pemerintah Nomor 5 Tahun2o2r
tentang penyelenggaraan perizinanBerusaha Berbasis Risiko yang merupakan
peraturanpelaksanaan
Undang-UndangNomor
1I Tahun
2o2o tentangcipta
Kerja perlu disempurnakanuntuk
semakinmemberikan kepastian hukum kepada pelaku
usahaterutama
mengenai prosesbisnis
danjaminan
kualitas layanan;!1h*" dengan berlakunya Undang-Undang Nomor
6Tahun 2023 tentang
penetapanperaturan
pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 2Tahun
2022 tentangCipta Kerja menjadi Undang-Undang,
peraturanPemerintah Nomor S Tahun ZOZ|
tentangPenyelenggaraan
perizinan Berusaha Berbasis
Risiko perlu diganti;c
d
bahwa berdasarkan
pertimbangandimaksud dalam huruf a, huruf
b,tan
menetapkan Peraturan pemerintah
ten Berusaha Berbasis Risiko;sebagaimana
huruf c,
perlutang
PerizinanMengingat:
Mengingat
Menetapkan
1
2
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-
Pasal
5 ayat
(2) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun
1945;Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi
Undang-Undang
(Lembaran NegaraRepublik Indonesia
Tahun2023
Nomor41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6856);MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah
ini
yang dimaksud dengan:Perizinan Berusaha Berbasis Risiko yang
selanjutnyadisingkat PBBR adalah perizinan berusaha
yang menggunakan pendekatan berbasisrisiko
yang diperoleh dari hasil analisisrisiko
setiap kegiatan usaha.Risiko adalah potensi terjadinya cedera atau kerugian dari
suatu
bahayaatau
kombinasi kemungkinandan
akibat bahaya.Perizinan Berusaha yang selanjutnya disingkat PB adalah
legalitas yang diberikan kepada Pelaku Usaha untuk
memulai dan menjalankan usahadan/atau
kegiatannya.Perizinan
Berusaha Untuk Menunjang
Kegiatan Usahayang selanjutnya disingkat PB UMKU adalah
legalitas yangdiberikan
kepada Pelaku Usahauntuk
menunjang kegiatan usaha.Pemerintah
Pusat adalah
PresidenRepublik
Indonesiayang memegang kekuasaan pemerintahan
negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden danmenteri
sebagaimanadimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun
1945.6.Pemerintah...
1
2
3
4
5
SK
No 251892APRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-3-
6.
Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagaiunsur
penyelenggarapemerintahan daerah yang
memimpinpelaksanaan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah otonom.7.
KawasanEkonomi Khusus yang selanjutnya
disingkatKEK adalah Kawasan Ekonomi Khusus
sebagaimanadiatur dalam peraturan
perundang-undangandi
bidang kawasan ekonomi khusus.8.
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yangselanjutnya disingkat KPBPB adalah
KawasanPerdagangan Bebas
dan
Pelabuhan Bebas sebagaimanadiatur
dalamperaturan
perundang-undangandi
bidang kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.9. Administrator Kawasan Ekonomi Khusus
yangselanjutnya disebut Administrator KEK
adalahAdministrator
KEK sebagaimanadiatur
dalam peraturanperundang-undangan di bidang kawasan
ekonomi khusus.10. Badan
Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas danPelabuhan Bebas yang selanjutnya disebut
Badan Pengusahaan KPBPB adalah Badan Pengusahaan KPBPBsebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan di bidang
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.11. Pelaku Usaha adalah orang
perseoranganatau
badanusaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.L2.
NomorInduk
Berusahayang
selanjutnyadisingkat
NIB adalahbukti
registrasi/pendaftaran Pelaku Usahauntuk melakukan kegiatan usaha dan
sebagaiidentitas
bagi Pelaku Usaha dalam pelaksanaan kegiatan usahanya.13. Sertifikat Standar adalah pernyataan dan/atau bukti
pemenuhan standar pelaksanaan kegiatan usaha.14. Izin adalah persetujuan Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerahuntuk
pelaksanaan kegiatan usahayang wajib dipenuhi oleh Pelaku Usaha
sebelum melaksanakan kegiatan usahanya.15. Surat
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-
15. Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan
danPemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnyadisingkat
SPPLadalah Surat
Pernyataan KesanggupanPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
Hidup sebagaimanadimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.16. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
UpayaPemantauan Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disingkat UKL-UPL adalah Upaya Pengelolaan LingkunganHidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup sebagaimanadimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.L7. Pengawasan adalah upaya untuk
memastikanpelaksanaan kegiatan usaha sesuai dengan
standarpelaksanaan kegiatan usaha yang dilakukan
melalui pendekatan berbasisRisiko dan
kewajibanyang
harus dipenuhi oleh Pelaku Usaha.18.
UsahaMikro dan
Kecil yang selanjutnyadisingkat
UMKadalah Usaha Mikro dan Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.19. Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengahyang
selanjutnya disingkat UMK-M adalah UsahaMikro,
Usaha Kecil, dan Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.20. Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
yang selanjutnyadisingkat
KBLI adalah kodeklasifikasi
yangdiatur oleh
lembagapemerintah
nonkementerian yang melaksanakan tugas pemerintahandi
bidang statistik.21.
Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik(Online Single
Submission)yang selanjutnya
disebutSistem
OSSadalah sistem elektronik terintegrasi
yangdikelola dan
diselenggarakanoleh
lembaga OSSuntuk
penyelenggaraan PBBR.
22. Lembaga Pengelola dan Penyelenggara OSS
yangselanjutnya disebut Lembaga OSS
adalahkementerian/badan yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang investasi dan tugas pemerintahan di bidang koordinasi penanaman modal.23. Penanaman Modal adalah Penanaman
Modalsebagaimana diatur dalam peraturan
perundang- undangandi
bidang penanaman modal.24. Penanaman .
SK
No 251890 APRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-
24.
Penanaman Modal Asing adalah Penanaman Modal Asingsebagaimana diatur dalam peraturan
perundang- undangandi
bidang penanaman modal.25. Dinas
PenanamanModal dan
PelayananTerpadu
SatuPintu yang selanjutnya disingkat
DPMPTSP adalah organisasiperangkat daerah pemerintah provinsi
ataupemerintah kabupatenlkota yang mempunyai
tugasmenyelenggarakan urusan pemerintahan daerah
di bidang Penanaman Modal.26.
Hari adalah hari kerja sesuai dengan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.27. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
yangselanjutnya disingkat
KKPRadalah
kesesuaian antararencana kegiatan
pemanfaatanrllang dengan
rencana tata ruang.28. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut
yang selanjutnyadisingkat
KKPRLadalah
kesesuaian antararencana kegiatan
pemanfaatanruang dengan
rencana tata ruang yang lokasi usahanya berada di laut.29.
Persetujuan Lingkunganyang selanjutnya disingkat
PLadalah Persetujuan Lingkungan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan di
bidangperlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
30. Persetujuan Bangunan Gedung yang
selanjutnyadisingkat PBG adalah Persetujuan Bangunan
Gedungsebagaimana diatur dalam peraturan
perundang- undangandi
bidang bangunan gedung.31. Bangunan Gedung adalah Bangunan
Gedungsebagaimana diatur dalam peraturan
perundang- undangan di bidang bangunan gedung.32.
Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung yang selanjutnyadisebut SLF adalah Sertifikat Laik Fungsi
Bangunan Gedung sebagaimanadiatur
dalam peraturan perundang- undangandi
bidang bangunan gedung.33.
RencanaTata Ruang yang selanjutnya disingkat
RTRadalah Rencana
Tata
Ruang sebagaimanadiatur
dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang.34.
RencanaDetail Tata
Ruangyang selanjutnya
disingkat RDTRadalah
RencanaDetail Tata
Ruang sebagaimanadiatur dalam peraturan
perundang-undangandi
bidang tata ruang.35.Analisis...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-
35. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
yangselanjutnya disebut Amdal adalah Analisis
MengenaiDampak Lingkungan Hidup
sebagaimanadiatur
dalamperaturan
perundang-undangandi
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.36. Analisis Dampak Lingkungan Hidup yang
selanjutnya disebut Andal adalah Analisis Dampak Lingkungan Hidupsebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.37.
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup yang selanjutnyadisebut RKL adalah
Rencana Pengelolaan LingkunganHidup
sebagaimanadiatur
dalamperaturan
perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.38. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
yangselanjutnya disebut
RPLadalah
Rencana Pemantauan LingkunganHidup
sebagaimanadiatur
dalam peraturanperundang-undangan di bidang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup.39. Tim Uji
KelayakanLingkungan Hidup adalah Tim
Uji Kelayakan LingkunganHidup
sebagaimanadiatur
dalamperaturan
perundang-undangandi
bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.40. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang
selanjutnyadisingkat
PNBP adalah Penerimaan NegaraBukan
Pajaksebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan
di
bidang penerimaan negara bukan pajak.Pasal 2
(1)
Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan penyelenggaraan PBBR.(2) Ruang lingkup
penyelenggaraanPBBR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a.
persyaratan dasar;b.
PB;C.
PB UMKU;d.
norma, standar, prosedur, dan kriteria;e.
layanan Sistem OSS;f.
Pengawasan;g. evaluasi . .
SK
No 251888 APRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-7
-g.
evaluasi dan reformasi kebijakan;h.
pendanaan;i.
penyelesaian permasalahan dan hambatan; danj.
sanksi.Pasal 3
Penyelenggaraan PBBR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
bertujuan untuk meningkatkan ekosistem investasi
dan kegiatan usaha, melalui:a.
pelaksanaanpenerbitan
persyaratandasar, PB, dan
PBUMKU secara lebih efektif dan sederhana; dan
b.
Pengawasanyang transparan, terstruktur, dan
dapatdipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.Pasal 4
(1) Untuk melakukan
kegiatanusaha,
Pelaku Usaha wajibmemiliki
PB.(21
PB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Pelaku Usaha melakukan pemenuhan persyaratan dasarterlebih dahulu, kecuali diatur lain dalam
Peraturan Pemerintah ini.(3) Apabila
PB sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) perlu dilengkapi dengan perizinan berusahauntuk
menunjang kegiatan usaha, Pelaku Usaha wajibmemiliki
PB UMKU.(41
Persyaratan dasardan
PB sebagaimanadimaksud
pada ayat (21serta PB UMKU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diproses secara elektronik melalui Sistem OSS.(5) Sistem OSS sebagaimana dimaksud pada ayat
(4)terintegrasi secara elektronik dengan sistem
di kementerian/lembaga.Pasal 5
(1)
PenyelenggaraanPB sebagaimana dimaksud
dalam Pasal2
ayat (2)huruf
bdan/atau
PB UMKU sebagaimana dimaksud dalam Pasal2
ayat (2)huruf
cmeliputi
sektor:a.
kelautan dan perikanan;b.
pertanian;c. kehutanan .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-
c.
kehutanan;d.
energi dan sumber daya mineral;e.
ketenaganukliran;f.
perindustrian;g.
perdagangan dan metrologi legal;h.
pekerjaan umum dan perumahan ralryat;i.
transportasi;j.
kesehatan, obat, dan makanan;k.
pendidikan dan kebudayaan;l.
pariwisata;m.
keagamaan;n.
pos, telekomunikasi, dan penyiaran; dano.
pertahanan dan keamanan.(21 Selain sektor
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1),penyelenggaraan
PB dan/atau PB UMKU meliputi
pula sektor:a.
ekonomi kreatif;b.
informasi geospasial;c.
ketenagakerjaan;d.
perkoperasian;e.
penanaman modal;f.
penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik; dang.
lingkungan hidup.(3)
PBBR pada masing-masing sektor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21meliputi pengaturan:a. kode KBLIIKBLI terkait, judul KBLI, ruang
lingkupkegiatan, skala usaha, tingkat Risiko, PB, persyaratan,
jangka waktu penerbitan, kewajiban, PB
UMKU, parameter, dan kewenangan bagi PB setiap sektor;b. nomenklatur PB
UMKU, persyaratan,jangka
waktu penerbitan, kewajiban, masa berlaku, parameter, dan kewenangan bagi PB UMKU setiap sektor;c.
metode analisis Risiko; dand. standar kegiatan usaha dan/atau
standarproduk/jasa.
(4)
Kode...
SK
No 251886 APRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
(4) Kode KBLI/KBLI terkait, judul KBLI, ruang
lingkupkegiatan, skala usaha, tingkat Risiko, PB,
persyaratan,jangka waktu penerbitan, kewajiban, PB
UMKU,parameter, dan kewenangan bagi PB setiap
sektor sebagaimanadimaksud
padaayat
(3)huruf a
tercantumdalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.(5) Nomenklatur PB UMKU, persyaratan, jangka
waktupenerbitan, kewajiban, masa berlaku, parameter,
dan kewenanganbagi PB UMKU setiap sektor
sebagaimanadimaksud pada ayat (3) huruf b tercantum
dalamLampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.(6)
Metode analisis Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf
c tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagiantidak
terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.(71 Standar
kegiatanusaha dan/atau standar produk/jasa
sebagaimanadimaksud pada ayat (3) huruf d
danmekanisme penerbitannya diatur dengan
peraturan menteri / kepala lembaga.(8) Standar kegiatan usaha dan/atau standar produk/jasa serta
mekanisme penerbitannya sebagaimana dimaksudpada ayat (71 menjadi pedoman
bagi kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, Administrator KEK, dan Badan Pengusahaan KPBPB.(9) Peraturan menteri/kepala lembaga
sebagaimanadimaksud pada ayat (71 mengacu pada
pedomansebagaimana tercantum dalam Lampiran IV
yangmerupakan bagian tidak terpisahkan dari
PeraturanPemerintah ini.
(10)
PB
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2)memiliki masa berlaku sepanjang Pelaku
Usahamelakukan kegiatan usaha.
(11)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(10)dikecualikan atas PB yang diberikan dalam rangka:
a.
pelaksanaanketentuan/perjanjian
internasional;b.
pemanfaatan sumber daya alam;c.
perdaganganbahan berbahaya dan/atau
beracun;dan/atau
d. perdagangan. . .
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_10_
d. perdagangan barang atau bahan yang
dibatasi peredarannya,yang masa berlakunya diatur dalam
Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, danf atau Peraturan Presiden.(12)
Peraturan menteri/kepala lembaga
sebagaimana dimaksudpada
ayat (71 ditetapkan setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan sinkronisasi dankoordinasi serta pengendalian pelaksanaan
urusankementerian dalam
penyelenggaraanpemerintahan
di bidang perekonomian.Pasal 6
(1)
Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, AdministratorKEK, dan Badan Pengusahaan KPBPB
dilarang menerbitkan persyaratan dasar, PB, dan PB UMKU diluar
yangdiatur
dalam Peraturan Pemerintah ini.(21
Persyaratandasar, PB, dan PB UMKU pada
masing- masing sektor dilakukan pembinaan dan Pengawasan olehmenteri/kepala lembaga, gubernur,
bupatilwali
kota,kepala Administrator KEK, atau kepala
Badan Pengusahaan KPBPB sesuai dengan kewenangan masing- masing.Pasal 7
Untuk melakukan kegiatan usaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal4
ayat (1) dilaksanakan melalui tahapan:a.
memulai usaha; danb.
menjalankan usaha.Pasal 8
(1)
Tahapanmemulai usaha
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal 7huruf
a meliputi:a.
subtahapan pemenuhan legalitas usaha;b. subtahapan pemenuhan persyaratan dasar
berupa KKPR,dan
PLuntuk
usahadan/atau
kegiatan yang tidak wajib Amdal atau UKL-UPL; danc. subtahapan perolehan PB atau pengajuan
PB berdasarkan kegiatan usaha.(2)
Subtahapan...
SK
No 251884 APRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 11-
(2) Subtahapan pemenuhan legalitas usaha
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) huruf a bagi yang
berbentukbadan usaha dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang badan usaha.(3)
Subtahapan pemenuhan persyaratan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf
b berupa:a.
KKPR berupa KKPR di darat atau KKPRLuntuk
lokasi usaha yang beradadi laut;
danb.
PL berupa SPPL bagiusaha danlatau
kegiatan yang tidak wajib Amdal atau UKL-UPL.(41 Setelah melakukan subtahapan pemenuhan
legalitasusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan subtahapan pemenuhan persyaratan dasar sebagaimanadimaksud pada ayat (3), Pelaku Usaha
menyampaikan permohonan perolehanatau
pengajuan PB berdasarkankegiatan usaha
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)huruf
c.Pasal 9
(1)
Setelah memenuhi tahapan memulai usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7huruf
a, Pelaku Usaha memenuhitahapan menjalankan usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7huruf
b.(21 Tahapan menjalankan usaha
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a.
subtahapan persiapan; danb.
subtahapan operasionaldan/atau
komersial.Pasal 10
(1) Subtahapan persiapan
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal9
ayat (2)huruf
aterdiri
atas kegiatan:a.
pengadaan tanah;b.
pemenuhan persyaratan dasar berupa PL bagi usahadan
kegiatanyang wajib Amdal atau
UKL-UPL danPBG bagi Pelaku Usaha yang akan
melakukan pembangunan Bangunan Gedung;c.
pembangunan Bangunan Gedung;d.
pengadaan peralatan atau sarana;e.
pengadaan sumber daya manusia;f.pemenuhan...
FRES tDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t2-
f.
pemenuhan standar usaha;dan/atau
g.
pemenuhan persyaratan PB.(21
Subtahapan operasionaldan/atau
komersial sebagaimanadimaksud dalam
Pasal9 ayat
(21huruf b terdiri
ataskegiatan:
a. produksi barang dan/atau jasa;
b. logistik dan
distribusi
barang dan/atau jasa;c. pemasaran barang dan/atau jasa;
dan/atau
d. kegiatan
lain
dalam rangka operasionaldan/atau
komersial.Pasal 1 1
(1)
Kegiatan pengadaan tanah sebagaimana dimaksud dalamPasal 10 ayat (1) huruf a termasuk
pembersihan atau pembukaan lahan.(2)
Kegiatan pengadaantanah
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) dapatdilakukan
bersamaan dengan pemenuhan PL bagi usaha dan kegiatan yang wajib Amdalatau
UKL- UPLdan
PBG bagi Pelaku Usaha yangakan
melakukan pembangunan Bangunan Gedung.(3) Jika akan melakukan pembangunan
Bangunan Gedung sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 10ayat
(1)huruf c,
Pelaku Usahawajib memiliki
persyaratan dasardalam bentuk PL dan PBG sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.(4) Untuk kegiatan usaha yang mempunyai tingkat
Risiko rendahatau
menengah rendah, setelah memperoleh PB, Pelaku Usaha melakukan kegiatan operasionaldan/atau
komersial.(5) Untuk kegiatan usaha yang mempunyai tingkat
Risikomenengah tinggi atau tinggi, setelah diterbitkan
PB,Pelaku Usaha dapat melakukan kegiatan
operasionaldan/atau
komersial.(6) Jika untuk melakukan kegiatan
operasionaldan/atau
komersial sebagaimana dimaksud pada ayat (4)dan
ayat(5) dipersyaratkan PB UMKU, Pelaku Usaha wajib memiliki PB UMKU.
SK
No 251882 ABAB
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
_13_
BAB II
PERSYARATAN DASAR Bagian Kesatu
Umum Pasal 12
(1)
Persyaratan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) meliputi:a.
KKPR;b.
PL; danc.
PBG dan SLF.(21 Penerbitan persyaratan dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan lokasi kegiatan usaha.(3)
Pelaksanaan penerbitan persyaratandasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (21dilakukan oleh:a.
Lembaga OSS;b.
Lembaga OSS atas nama menteri/kepala lembaga;c.
kepala DPMPTSP provinsi atas nama gubernur; dand. kepala DPMPTSP kabupaten/kota atas
namabupati/wali
kota,sesuai dengan kewenangan masing-masing.
(4)
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud padaayat
(3)huruf b, huruf c, dan huruf d untuk
penerbitan persyaratan dasar:a. dalam hal kegiatan usaha dilakukan pada
wilayahKEK, kewenangan penerbitan persyaratan
dasardilakukan oleh Administrator KEK sesuai
denganketentuan peraturan
perundang-undangandi
bidangkawasan ekonomi khusus; atau
b. dalam hal kegiatan usaha dilakukan pada
wilayah KPBPB, kewenanganpenerbitan persyaratan
dasardilakukan oleh kepala Badan
Pengusahaan KPBPBsesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangandi
bidang kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.(5)
Penerbitan...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t4-
(5) Penerbitan persyaratan dasar untuk proyek
strategisnasional dilakukan
sesuai denganketentuan
peraturan perundang-undangandi
bidang proyek strategis nasional, penyelenggaraanpenataan ruang, kelautan,
wilayahpesisir dan pulau-pulau kecil,
Bangunan Gedung, serta pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup.Pasal 13
Dalam hal
kegiatanusaha dilakukan pada suatu
Bangunan Gedung atau komplek perdagangan/jasa yang dipakai bersama dan pengelolanya telah memiliki KKPR, PL, PBG,dan/atau
SLF,Pelaku Usaha perdagangan/jasa tidak perlu
memenuhi persyaratan dasardan
dapat langsungmelanjutkan ke
tahap permohonan PBdan/atau
PB UMKU melalui Sistem OSS.Pasal 14
Sistem
OSS melaksanakan pemeriksaanlokasi usaha
yang diajukan oleh Pelaku Usahaterdiri
atas:a.
darat;dan/atau
b.
laut.Bagian Kedua
Pemeriksaan Lokasi Usaha
di
Darat Pasal 15(1) Pelaksanaan pemeriksaan lokasi usaha di
darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14huruf
adilakukan
melalui KKPR.(21
KKPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:a.
konfirmasi KKPR; ataub.
persetujuan KKPR.Pasal 16
KKPR
untuk
kegiatan usahayang bersifat
strategis nasionaldilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang tata ruang.SK
No 251880 APasal
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-
Pasal 17
(1)
Konfirmasi KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15ayat (21 huruf a diberikan berdasarkan
kesesuaian rencana lokasi kegiatan pemanfaatan ruang dengan RDTR yang telah terintegrasi dengan Sistem OSS.(21 Persetujuan terhadap permohonan konfirmasi
KKPR sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)diterbitkan
secara otomatis oleh kepala Lembaga OSS melalui Sistem OSS.(3) Penolakan terhadap permohonan konfirmasi
KKPR sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara otomatis.Pasal 18
(1)
Persetujuan KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)huruf
b diberikan dalam hal RDTR belum tersedia.(21
Persetujuan KKPR sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)dilakukan
dengan tahapan:a.
pendaftaran;b.
pemeriksaan dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruang;c. penilaian dokumen usulan kegiatan
pemanfaatan ruang; dand.
penerbitan persetujuan KKPR.Pasal 19
(1) Pendaftaran
sebagaimanadimaksud dalam Pasal
18ayat
(21huruf a diajukan oleh Pelaku Usaha
dengan melengkapi dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang yangterdiri
atas:a.
koordinat lokasi;b.
kebutuhan luas lahan kegiatan pemanfaatan ruang;c.
informasi penguasaan tanah;d.
informasijenis
kegiatan;e.
rencanajumlah lantai
bangunan;f.
rencana luaslantai
bangunan; dang. rencana teknis bangunan danlatau rencana induk
kawasan.
(2) Setelah
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t6-
(21
Setelahdokumen usulan kegiatan
pemanfaatan ruang sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)diterima
lengkap,Sistem OSS menerbitkan surat perintah setor
PNBPpertama sesuai dengan ketentuan
peraturan
perundang- undangan di bidang penerimaan negara bukan pajak.(3)
Pelaku Usaha melakukan pembayaran PNBP dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kalender sejakditerbitkan
surat perintah setor PNBP pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).(41
Apabilajangka waktu
sebagaimanadimaksud
pada ayat (3) terlampaui:a. surat perintah setor PNBP pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (21menjaditidak
berlaku; danb.
Sistem OSSmenerbitkan surat perintah setor
PNBP kedua.(5)
Pelaku Usaha melakukan pembayaran PNBP dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kalender sejakditerbitkan surat perintah
setor PNBP kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (41huruf b.(6)
Apabilajangka waktu
sebagaimanadimaksud
pada ayat (5) terlampaui,surat perintah
setor PNBP kedua menjaditidak berlaku dan permohonan persetujuan
KKPR dianggapditarik
kembali.(7) Dalam hal permohonan persetujuan KKPR
dianggapditarik kembali
sebagaimanadimaksud pada ayat
(6),Pelaku Usaha dapat mengajukan kembali
permohonan pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1).Pasal 2O
(1) Pemeriksaan dokumen usulan kegiatan
pemanfaatan rLrang sebagaimanadimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2)huruf
bdilakukan untuk
memeriksa kebenaran dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang.(21 Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilakukan paling lama 5 (lima) Hari sejak
pembayaran PNBP terpenuhi.SK
No 251878 A(3)
Jika
. .PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-17-
(3) Jika berdasarkan hasil pemeriksaan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dokumen usulan
kegiatanpemanfaatan ruang dinyatakan benar,
permohonandilanjutkan ke tahapan penilaian dokumen
usulankegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)huruf
c.Pasal 2 1
(1)
Penilaian dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimanadimaksud
dalam Pasal 18ayat
(2)huruf
cdilakukan melalui kajian
atas dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruang dengan menggunakan asas berjenjang dan komplementer berdasarkan:a.
RTR wilayah kabupaten/kota;b.
RTR wilayah provinsi;c.
RTR kawasan strategis nasional;d.
RTRpulau/kepulauan; dan/atau
e.
RTR wilayah nasional.(21
Penilaian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pertimbangan teknis pertanahan.(3)
Penilaian dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2)dilakukan paling lama 20 (dua puluh) Hari sejak dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang dinyatakan benar.
Pasal 22
(1) Jika hasil penilaian serta dokumen usulan
kegiatanpemanfaatan
ruang
sesuai denganketentuan
Pasal 21ayat
(1)dan
ayat (21, persetujuan KKPRditerbitkan
dan diberitahukan kepada Pelaku Usaha melalui Sistem OSS.(2) Jika hasil penilaian dokumen usulan
kegiatanpemanfaatan ruang
tidak
sesuai dengan ketentuan Pasal2l
ayat (1)dan
ayat (21, permohonan persetujuan KKPRditolak disertai dengan alasan penolakan
dan diberitahukan kepada Pelaku Usaha melalui Sistem OSS.(3) Apabila . .
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
- 18-
(3) Apabila pertimbangan teknis pertanahan
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal2l
ayat (2)tidak tercakup
dalamhasil penilaian dalam jangka waktu
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal27 ayat (3), persetujuan
KKPRditerbitkan
tanpa pertimbangan teknis pertanahan.Pasal 23
(1) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 18 ayat
(21huruf b
dokumenusulan kegiatan pemanfaatan ruang dinyatakan tidak benar, dokumen usulan kegiatan pemanfaatan rllang dikembalikan kepada Pelaku Usaha disertai
dengancatatan perbaikan dan diberitahukan melalui Sistem OSS.
(2)
Pelaku Usaha menyampaikan perbaikan dokumen usulanpaling lama 5
(lima)Hari
sejak pengembalian dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui Sistem OSS.(3) Berdasarkan
penyampaianperbaikan dokumen
usulansebagaimana dimaksud pada ayat (21, dilakukan
pemeriksaan ulang atas dokumen usulan
kegiatanpemanfaatan ruang paling lama 3 (tiga) Hari
sejakperbaikan dokumen usulan diterima.
(41 Jika
berdasarkanhasil
pemeriksaanulang
sebagaimanadimaksud pada ayat (3) dokumen usulan
kegiatan pemanfaatanrLlang dinyatakan tidak benar,
dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang dikembalikan kepadaPelaku Usaha disertai dengan catatan perbaikan
dan diberitahukan melalui Sistem OSS.(5)
Pelaku Usaha menyampaikan perbaikan kedua dokumenusulan paling lama 5 (lima) Hari sejak
pengembaliandokumen
sebagaimanadimaksud pada ayat
(41 melalui Sistem OSS.(6) Berdasarkan penyampaian perbaikan kedua
dokumenusulan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(5),dilakukan
pemeriksaan ulang kedua atas dokumenusulan
kegiatanpemanfaatan ruang paling lama 2 (dua) Hari
sejakperbaikan dokumen usulan diterima.
(71 Apabila Pelaku Usaha tidak
menyampaikan perbaikandalam jangka waktu yang ditentukan
sebagaimanadimaksud pada
ayat (21atau ayat
(5)atau
berdasarkan hasil pemeriksaan dokumen usulan kegiatan pemanfaatanrLlang
sebagaimanadimaksud pada ayat (6)
dokumenusulan
dinyatakantidak
benar, permohonan persetujuanKKPR ditolak disertai dengan alasan penolakan
dan diberitahukan kepada Pelaku Usaha melalui Sistem OSS.(8)
Berdasarkan...
SK
No 251876 APRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-
(8)
Berdasarkanhasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksudpada ayat (3) atau ayat (6) dokumen usulan
kegiatanpemanfaatan ruang dinyatakan benar,
permohonandilanjutkan ke tahapan penilaian dokumen
usulan kegiatan pemanfaatan ruang.Pasal24 Ketentuan mengenai:
a. penilaian dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal2l;
danb. penerbitan persetujuan KKPR
sebagaimana dimaksud dalamPasal22,
berlaku secara
mutatis
mutandis terhadap penilaian dokumendan
penerbitanpersetujuan
KKPRhasil perbaikan
dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang.Pasal 25
(1)
Dalamhal
kegiatan usaha yangseluruh
lokasi usahanyaberada di
dalam delineasi RDTR yang belum terintegrasidengan sistem OSS, penerbitan persetujuan
KKPRdilakukan melalui kajian
berdasarkan RTR sebagaimana dimaksud dalam Pasal2l
ayat(l).
(21
Penilaian dokumenuntuk
persetujuan KKPR sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan
denganmempertimbangkan RDTR.
(3) Penerbitan persetujuan KKPR
sebagaimana dimaksudpada ayat (1) dilakukan tanpa melalui
pertimbangan teknis pertanahan.(41
Persetujuan KKPR sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:a.
pendaftaran;b.
pemeriksaan dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruang;c. penilaian dokumen usulan kegiatan
pemanfaatan ruang; dand.
penerbitan persetujuan KKPR.(5)
Ketentuanmengenai:a. pendaftaran persetujuan KKPR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19; danb. pemeriksaan. . .
PRES !DEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-
b.
pemeriksaan dokumenusulan
kegiatan pemanfaatanruang
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal20
dan Pasal 23,berlaku
secaramutatis mutandis terhadap
pendaftaran sebagaimanadimaksud pada ayat (41 huruf a
danpemeriksaan dokumen usulan kegiatan
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (4)huruf
b.(6)
Penilaian dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimanadimaksud pada
ayat (41huruf c
dilakukan paling lama 20 (duapuluh)
Hari.(71 Jika
berdasarkanhasil
penilaian sebagaimana dimaksudpada ayat (6) dokumen usulan kegiatan
pemanfaatanruang telah
sesuai dengan RTR sebagaimana dimaksudpada ayat (1), persetujuan KKPR diterbitkan
dandiberitahukan kepada Pelaku Usaha melalui Sistem OSS.
(8) Jika
berdasarkanhasil
penilaian sebagaimana dimaksudpada ayat (6) dokumen usulan kegiatan
pemanfaatanruang tidak
sesuai dengan RTR sebagaimana dimaksudpada ayat (1), persetujuan KKPR dinyatakan
ditolakdisertai dengan alasan penolakan dan
diberitahukan kepada Pelaku Usaha melalui Sistem OSS.Pasal 26
Menteri/kepala badan yang menyelenggarakan
urusan pemerintahandi bidang agraria dan tata ruang serta
tugaspemerintahan di bidang pertanahan, gubernur,
danbupati/wali kota
sesuai dengan kewenangan masing-masingmelakukan pemeriksaan dokumen usulan
kegiatanpemanfaatan
ruang
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 20 dan Pasal23 ayat (3) atau ayat (6) serta Pasal25
ayat (5)huruf
b, penilaian dokumen usulan kegiatan
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal2l
dan Pasal24
!;ruruf aserta Pasal
25
ayat (6),dan
pertimbanganteknis
pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal2l
ayat (21.Pasal 27
(1)
Persetujuan KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15ayat (21 huruf b dapat diterbitkan tanpa dilakukan penilaian
dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruanguntuk
kondisi tertentu.(21 Kondisi tertentu
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) meliputi:a.
lokasi...
SK
No 251874AFRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t-
a.
lokasi usahadan/atau
kegiatan terletak di lokasi KEKatau kawasan industri yang poligon
koordinatlokasinya telah terdaftar dalam Sistem OSS
dan terdapatbukti
bahwa Pelaku Usaha dapat melakukan kegiatan usahadi
KEK atau kawasanindustri;
b. lokasi usaha dan/atau
kegiatanterletak di
kawasanyang dikelola oleh otorita atau badan
penyelenggara pengembangan suatu kawasan yang poligon koordinatlokasinya telah terdaftar dalam Sistem OSS
dan terdapatbukti
bahwa Pelaku Usaha dapat melakukan kegiatan usahadi
kawasan tersebut;c. lokasi usaha dan/atau kegiatan
beradapada
tanahyang sudah dikuasai oleh Pelaku Usaha lain yang telah
mendapatkan KKPR dan dialihkan kepada
PelakuUsaha yang baru dengan KBLI dan jenis
kegiatan usaha yang sama, serta luasan yang sama;d. lokasi usaha dan/atau kegiatan
beradapada
tanahyang sudah dikuasai seluruhnya oleh
Pelaku Usahalain yang telah
mendapatkan KKPRdan
disewakan atau pinjam pakai kepada Pelaku Usaha dengan KBLI dan jenis kegiatan usaha yang sama, serta luasan yang sama;e. lokasi
usahadan/atau
kegiatanterkait hulu
minyak dan gas bumi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah;f. lokasi usaha dan/atau kegiatan diperlukan untuk
perluasan usaha yang sudah berjalan dan terintegrasi, dengan luasan yanglebih kecil dari
luasan eksisting,letak tanahnya berbatasan dengan lokasi
usaha eksisting, dan pada pola ruang yang sama;dan/atau
g. lokasi usaha dan/atau kegiatan diperlukan untuk
pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan luasantidak
lebih dari 5 (lima) hektare dan sesuai dengan RTR.(3)
Persetujuan KKPRuntuk kondisi tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat(2) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:a.
pendaftaran;b.
pemeriksaan dokumenusulan
kegiatan pemanfaatan ruang; danc.
penerbitan persetujuan KKPR.(4)
Sistem...
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA
-22-
(41
Sistem OSS mengalirkan permohonan persetujuan KKPRuntuk
kondisitertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada menteri/kepala badan yang menyelenggarakanurusan
pemerintahandi bidang agraria dan tata rllang
serta tugas pemerintahan di bidang
pertanahan,gubernur, bupati, atau wali kota sesuai
dengan kewenangan masing-masing.Pasal 28
(1) Ketentuan
pendaftaranpersetujuan
KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) berlaku secara mutatismutandis terhadap
pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal27
ayat (3)huruf
a.(2) Selain dokumen pendaftaran
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 19 ayat (1) diperlukan juga
kelengkapandokumen usulan kegiatan
pemanfaatanruang
lainnyauntuk kondisi tertentu
sebagaimanadimaksud
dalam Pasal 27 ayat (21.Pasal 29
(1) Pemeriksaan dokumen usulan kegiatan
pemanfaatanruang
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal27 ayat
(31huruf
bdilakukan untuk
memeriksa kebenaran dokumen usulan kegiatan pemanfaatan ruang.(21 Pemeriksaan dokumen usulan kegiatan
pemanfaatanrllang
sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
dilakukanpaling lama 5
(lima)Hari
sejak diterimanya pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1).(3)
Berdasarkanhasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksudpada ayat
(21dokumen usulan kegiatan
pemanfaatanruang dinyatakan benar, permohonan dilanjutkan
ketahapan penerbitan persetujuan KKPR
sebagaimana dimaksud dalam Pasal27
ayat (3)huruf
c.(41 Jika berdasarkan hasil pemeriksaan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dokumen usulan
kegiatan pemanfaatan ruang dinyatakantidak
benar, permohonanpersetujuan
KKPRdinyatakan ditolak disertai
denganalasan penolakan dan diberitahukan kepada
Pelaku Usaha melalui Sistem OSS.(5) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1)dilakukan
oleh kepala Lembaga OSS.Pasal.
. .SK
No 251872 APRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-23-
Pasal 30
(1) Apabila lokasi usaha dan/atau kegiatan berada
di kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal27
ayat (21huruf a
dantelah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan masing- masing, pengelola kawasan menyampaikan rencanainduk
kawasan kepada kepala Lembaga OSS.(2) Kepala Lembaga OSS memasukkan rencana induk
kawasan sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)ke
dalam Sistem OSS sebagai dasar penerbitan KKPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal27
ayat(ll.
Pasal 31
Penerbitan persetujuan KKPR sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal27
ayat (3)huruf
cdilakukan
oleh kepala Lembaga OSSmelalui Sistem OSS.
Pasal 32
Jika
Pelaku Usaha merupakan usahamikro
dan Risiko usaharendah,
KKPRatas lokasi usaha diterbitkan melalui
Sistem OSS berupa pernyataan mandiridari
Pelaku Usaha.Pasal 33
(1) Dalam hal pernyataan mandiri dari Pelaku
Usahasebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 telah diterbitkan, Sistem OSS mengalirkan data pernyataan mandiri kepada
menteri/kepala badan yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang serta tugaspemerintahan di bidang pertanahan, gubernur,
bupati, atau wali kota sesuai dengan lokasi penerbitan KKPR.(21 Menteri/kepala badan yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria dan tata rLlang serta tugaspemerintahan di bidang pertanahan, gubernur,
bupati, atau wali kota sesuai dengan kewenangan masing-masingmelakukan penilaian kesesuaian pemanfaatan
ruang denganusaha dan/atau kegiatan
sebagaimana termuatdalam pernyataan mandiri dengan RTR dalam
jangkawaktu
paling lama 10 (sepuluh) Hari.(3) Dalam hal berdasarkan hasil penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (21ditemukan ketidaksesuaian antarausaha dan/atau kegiatan dengan
RTR, menteri/kepala badanyang
menyelenggarakanurusan
pemerintahan di bidang agraria dan tata ruang serta tugas pemerintahan di bidang pertanahan, gubernur, bupati, atau wali kota:a.menyampaikan...
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-
a.
menyampaikan surat keterangan ketidaksesuaian RTRmelalui Sistem OSS; dan
b.
melakukan pembinaan kepada Pelaku Usaha.Bagian Ketiga
Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang di Pulau-Pulau Kecil dengan Luas di Bawah Seratus Kilometer Persegi
Pasal 34
(1)
Apabila telah tersedia RDTR yang telah terintegrasi denganSistem OSS, ketentuan
sebagaimanadimaksud
dalamPasal 17 berlaku secara mutatis mutandis untuk
penerbitan konfirmasi KKPRdi pulau-pulau
kecil dengan luas di bawah 10O km2 (seratus kilometer persegi).(2)
Apabila RTR selain RDTR telah tersedia dan telah memuat pengaturan zonasiterkait
pemanfaatanruang di
pulau-pulau kecil dengan luas di bawah
1OOkm2
(seratuskilometer persegi), ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 sampai dengan Pasal25 berlaku
secaramutatis
mutandisuntuk
penerbitan persetujuan KKPR di pulau-pulau kecil dengan luas di bawah 100 km2 (seratus kilometer persegi).(3) RTR yang telah memuat pengaturan zonasi terkait
pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (21 harus memenuhi standar teknis pemanfaatan ruang yangditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan.(4)
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat(Ll,
ayat (2),dan ayat
(3)berlaku
secaramutatis mutandis
terhadap pemanfaatanruang di pulau-pulau kecil
denganluas
0 (nol) sampai dengan 2.OO0 km2 (dua ribu kilometer persegi)oleh
PenanamanModal Asing dalam bentuk
perseroan terbatas.Pasal 35
(1)
Apabila:a.
belum tersedia RDTR;b.
telah tersedia RDTR namun belum terintegrasi dengan Sistem OSS;c. RTR belum memuat pengaturan zonasi terkait
pemanfaatan ruangdi pulau-pulau
kecil dengan luasdi
bawah 100 km2 (seratus kilometer persegi); ataud. tidak...
SK
No 251870 APRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-25-
d. tidak termasuk dalam kondisi tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27,penerbitan persetujuan KKPR di pulau-pulau
kecil dengan luas di bawah 100 km2 (seratus kilometer persegi)wajib terlebih dahulu memperoleh
rekomendasi pemanfaatan pulau-pulau kecil dengan luas di bawah 10Okm2 (seratus kilometer persegi) dari menteri
yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan.(21
Rekomendasi pemanfaatan pulau-pulau kecil dengan luas di bawah 100 km2 (seratus kilometer persegi) sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)diberikan
berdasarkan penilaian secaraadministrasi dan teknis paling lama 14
(empat belas)Hari
sejak dokumenusulan
kegiatan pemanfaatanruang
sebagaimanadimaksud dalam Pasal 19 ayat
(1)diterima secara lengkap.
(3) Apabila berdasarkan penilaian administrasi dan
teknis sebagaimanadimaksud pada
ayat (2) permohonan yangdiajukan
oleh Pelaku Usahatidak
memenuhi persyaratanmaka permohonan rekomendasi dinyatakan
ditolak disertai dengan alasan penolakan.(4) Apabila permohonan rekomendasi dinyatakan
ditolaksebagaimana dimaksud pada ayat (3),
permohonanpersetujuan
KKPRdi pulau-pulau kecil
denganluas
dibawah 100 km2
(seratuskilometer
persegi) dinyatakan ditolak disertai dengan alasan penolakan.(5) Apabila berdasarkan penilaian administrasi dan
teknis sebagaimanadimaksud pada
ayat (21 permohonan yang diajukan oleh Pelaku Usaha memenuhi persyaratan maka rekomendasi diterbitkan.(6)
Apabila rekomendasiditerbitkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Sistem OSS menerbitkan:a. surat perintah setor
PNBPsecara otomatis untuk
pembayaran pelayanan penerbitan rekomendasi; danb. surat perintah setor
PNBPsecara otomatis untuk pembayaran pelayanan permohonan
persetujuan KKPR,sesuai dengan ketentuan peraturan perLlndang-undangan di bidang penerimaan negara bukan pajak.
(71
Pelaku Usaha melakukan pembayaran PNBP sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dalam jangka waktu palinglamaT
(tujuh) hari kalender sejak diterbitkan surat perintah setor PNBP.(8)
Apabila...
(8)
(e)
(10)
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-26-
Apabila
jangka waktu
sebagaimanadimaksud
pada ayat (7)terlampaui, surat perintah
setor PNBP menjaditidak
berlaku serta:a.
rekomendasi dinyatakantidak
berlaku; danb. permohonan persetujuan KKPR dinyatakan ditarik
kembali.Pemeriksaan
dan penilaian dokumen usulan
kegiatanpemanfaatan ruang dalam rangka penerbitan
KKPRdilakukan
setelah Pelaku Usaha melakukan pembayaran PNBP.Ketentuan pemeriksaan
dan penilaian dokumen
usulan kegiatan pemanfaatan ruang serta penerbitan persetujuan KKPR sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20
sampaidengan Pasal 25
berlaku
secaramutatis mutandis untuk
penerbitan persetujuan KKPR di pulau-pulau kecil dengan luas di bawah 100 km2 (seratus kilometer persegi).Pasal 36
(1) Apabila rekomendasi tidak diterbitkan dalam
jangkawaktu
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal35 ayat
(2),proses persetujuan KKPR
dilanjutkan
tanpa rekomendasi pemanfaatan pulau-pulau kecil dengan luas di bawah lOO km2 (seratus kilometer persegi).(21 Ketentuan mengenai persetujuan KKPR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku secaramutatis
mutandis terhadap pemanfaatan ruangdi pulau-pulau
kecil dengan luas0
(nol) sampai dengan 2.000 Lrnz (duaribu
kilometer persegi)oleh
PenanamanModal Asing dalam
bentuk perseroan terbatas.Bagian Keempat
Persetujuan Kawasan Hutan Paragraf 1
Umum Pasal 37
(1) Dalam hal kegiatan usaha yang berlokasi di
kawasan hutan, pelaksanaan pemeriksaan lokasi usaha di kawasanhutan dilakukan
melalui:a.
persetujuan penggunaan kawasan hutan;b.
persetujuan komitmen pemanfaatan hutan;SK
No 251868 Ac. persetujuan
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-27
-c.
persetujuanprinsip
pemanfaatanjasa lingkungan
di kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, dan tamanburu;
dand.
persetujuan pelepasan kawasan hutan.(2) Kewenangan penerbitan persetujuan
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1) dilaksanakan oleh menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kehutanan.(3)
Dalamhal
kegiatan usahadilakukan di wilayah
KpBpB,kewenangan penerbitan persetujuan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh kepala
Badan Pengusahaan KPBPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangandi bidang kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.Paragraf 2
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan Pasal 38
(1) Persetujuan
penggunaankawasan hutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)huruf
a diberikanuntuk
kegiatan usaha yang:a. dilaksanakan dalam rangka kegiatan usaha di luar
sektor kehutanan; dan
b. berada di dalam kawasan hutan produksi
atau kawasan hutan lindung.(21 Persetujuan
penggunaankawasan hutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tahapan:a.
pendaftaran;b.
penelaahan kesesuaiandokumen dan
persyaratan;dan
c.
penelaahandan
penerbitan persetujuan penggunaan kawasan hutan.Pasal 39
Pendaftaran sebagaimana
dimaksud
dalam pasal38 ayat
(2)huruf a diajukan oleh Pelaku Usaha melalui sistem oss
dengan melengkapi persyaratan:
a.
administrasi; danb.
teknis.Pasal.
. .PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-28-
Pasal 40
(1) Jika persyaratan pendaftaran
sebagaimana dimaksuddalam Pasal 39 telah lengkap, menteri
yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidangkehutanan melakukan
penelaahan kesesuaian dokumendan persyaratan paling lama 5 (lima) Hari
sejakditerimanya permohonan persetujuan
penggunaan kawasan hutan.(2)
Dalamhal
berdasarkan penelaahan kesesuaian dokumendan persyaratan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) dokumen permohonan persetujuan penggunaan kawasanhutan masih perlu diperbaiki,
permohonan persetujuan penggunaan kawasan hutan disampaikan kembali kepada Pelaku Usaha disertai dengan catatan perbaikan melalui Sistem OSS.(3) Pelaku Usaha melakukan perbaikan
permohonanpersetujuan
penggunaan kawasanhutan
dalam jangkawaktu
paling lama 5 (lima) Hari sejak diterimanya catatan perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).(41
Menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan dibidang kehutanan melakukan penelaahan
ulang kesesuaian dokumen dan persyaratan paling lama 3 (tiga)Hari sejak diterimanya perbaikan
persetujuan penggunaan kawasanhutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3).(5)
Apabila berdasarkanhasil
penelaahanulang
kesesuaian dokumendan
persyaratan sebagaimanadimaksud
padaayat (4) dokumen permohonan persetujuan penggunaan
kawasan hutan dinyatakan masih perlu
diperbaiki, dokumen permohonan persetujuan penggunaan kawasan hutan dikembalikan kepada Pelaku Usaha disertai dengan catatan perbaikan dan diberitahukan melalui Sistem OSS.(6) Pelaku Usaha melakukan perbaikan kembali
dokumenpermohonan persetujuan penggunaan kawasan hutan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) Hari
sejakditerimanya catatan perbaikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5).(7)
Menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan dibidang kehutanan melakukan penelaahan
ulang kesesuaian dokumen dan persyaratan paling lama 2 (dua)Hari sejak diterimanya perbaikan kembali
persetujuan penggunaan kawasanhutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6).(8)
Dalam...
SK
No 251866APRES IDEN
REPUELIK INDONESIA
-29-
(8)
Dalamhal
berdasarkan penelaahan kesesuaian dokumendan
persyaratan sebagaimanadimaksud pada ayat
(1),atau penelaahan ulang dokumen dan
persyaratan sebagaimanadimaksud pada ayat
(41atau ayat
(7l.,dokumen permohonan persetujuan penggunaan kawasan
hutan dinyatakan telah
memenuhi kesesuaian dokumendan persyaratan,
permohonandilanjutkan ke
tahapanpenelaahan dan penerbitan persetujuan
penggunaan kawasanhutan
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 38ayat (21huruf c.
(9)
Dalamhal
berdasarkan penelaahan kesesuaian dokumendan persyaratan
sebagaimanadimaksud pada ayat
(71 dokumen permohonan persetujuan penggunaan kawasanhutan
dinyatakantidak
memenuhi kesesuaian dokumendan persyaratan, permohonan ditolak disertai
dengan alasan penolakan melalui Sistem OSS dan diberitahukan kepada Pelaku Usaha melalui Sistem OSS.Pasal 41
(1) Penelaahan dan penerbitan persetujuan
penggunaan kawasanhutan
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 38 ayat (21huruf c dilakukan paling
lama47
(ernpatpuluh
tujuh) Hari sejak dokumen permohonan
persetujuan penggunaan kawasanhutan
dinyatakan telah memenuhikesesuaian dokumen dan persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal40
ayat (8) oleh kementerian yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidangkehutanan.
(21 Dalam hal berdasarkan penelaahan
sebagaimanadimaksud pada ayat (1) permohonan tidak
memenuhiketentuan peraturan perundang-undangan di
bidangkehutanan, menteri yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang kehutanan
menyampaikannotifikasi penolakan permohonan
persetujuan penggunaan kawasanhutan
disertai alasan penolakan ke Sistem OSS.(3) Dalam hal berdasarkan penelaahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) permohonan memenuhi ketentuanperaturan
perundang-undangandi bidang
kehutanan, menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan dibidang kehutanan menyampaikan notifikasi
berupa keputusan persetujuan penggunaan kawasanhutan
dan peta lampiran ke Sistem OSS.Pasal.
. .PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-30-
Pasal 42
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
persetujuanpenggunaan kawasan hutan diatur dalam
peraturanperundang-undangan di bidang kehutanan.
Paragraf 3
Persetujuan Komitmen Pemanfaatan Hutan Pasal 43
(1)
Persetujuankomitmen
pemanfaatanhutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)huruf
b diberikanuntuk
kegiatan usaha pemanfaatanhutan
pada kawasanhutan
lindung danhutan
produksi.(2)
Persetujuan komitmen pemanfaatan hutan diberikan padaareal
kawasanhutan lindung dan hutan produksi
yang belum digunakan oleh Pelaku Usahalain
mengacu padapeta arahan
pemanfaatanhutan yang ditetapkan
oleh menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan di bidang kehutanan.(3)
Persetujuan komitmen pemanfaatanhutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan
dengan tahapan:a.
pendaftaran;b.
verifikasi administrasi;c.
telaahan teknis; dand.
penerbitan persetujuan komitmen pemanfaatan hutan.Pasal 44
(1) Pendaftaran permohonan persetujuan
komitmenpemanfaatan hutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal43
ayat (3)huruf a diajukan melalui
Sistem OSSyang dilengkapi dengan dokumen
persyaratan permohonan yang meliputi:a.
pernyataan komitmen; danb.
persyaratan teknis.(2)
Pernyataankomitmen
sebagaimanadimaksud
pada ayat (1)huruf
a meliputi:a. pembuatan berita acara hasil pembuatan
koordinat geografis batas areal yang dimohon;b. penyusunan.
SK
No 251864AFRES IDEN REPUBLIK INDONESIA
- 31 -
b.
penyusunan dokumen lingkungan; danc.
pelunasaniuran
PB pemanfaatan hutan.(3)
Persyaratanteknis
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)huruf
b meliputi:a.
surat permohonan;b. peta
permohonandan disertai
dengan berkas digital dalam format shapeTtle (shp);c.
proposal teknis;d.
pakta integritas; dane.
pertimbangan teknis atau rekomendasi teknis dan petapertimbangan teknis dari gubernur kepada
menteriyang
menyelenggarakanurusan pemerintahan
di bidang kehutanan.(41
Dalamhal
pertimbanganteknis atau
rekomendasi teknis dari gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)huruf e tidak diterbitkan
dalamjangka waktu paling lama
10(sepuluh)
Hari
sejak diterima permohonan, Lembaga OSSmemproses permohonan persetujuan
komitmen pemanfaatan hutan.(5)
Ketentuan lebihlanjut
mengenai pendaftaran permohonanpersetujuan komitmen
pemanfaatanhutan,
pernyataankomitmen, dan persyaratan teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur
dalamperaturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kehutanan.Pasal 45
(1)
Menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan dibidang kehutanan melakukan verifikasi
administrasi sebagaimanadimaksud
dalam Pasal43
ayat (3)huruf
b paling lama7
(tujuh)Hari
sejak diterimanya permohonan persetujuan komitmen pemanfaatan hutan melalui Sistem OSS.(2)
Hasil verifikasi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:a. permohonan tidak memenuhi
kelengkapanpersyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; ataub. permohonan telah memenuhi
kelengkapanpersyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.Pasal.
. .FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-32-
Pasal 46
(1) Apabila permohonan tidak memenuhi
kelengkapanpersyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan sebagaimana dimaksud
dalamPasal 45 ayat
(21huruf a, permohonan
persetujuan komitmen pemanfaatanhutan
dinyatakanditolak
disertai dengan alasan penolakan.(21 Apabila permohonan dinyatakan telah
memenuhikelengkapan persyaratan sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (2)huruf
b, menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang kehutanan
melakukan telaahanteknis
sebagaimanadimaksud dalam
Pasal 43 ayat (3)huruf
c paling lama 25 (duapuluh
lima) Hari.(3)
Berdasarkan hasil telaahan teknis sebagaimana dimaksudpada ayat (21 dokumen dinyatakan telah
memenuhipersyaratan, permohonan persetujuan
komitmen pemanfaatanhutan dilanjutkan ke tahapan
penerbitan persetujuan komitmen pemanfaatanhutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal43
ayat (3)huruf
d.Pasal 47
(1) Apabila berdasarkan telaahan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal46
ayat (2) dokumen permohonanpersetujuan komitmen
pemanfaatanhutan masih
perludiperbaiki, permohonan persetujuan
komitmen pemanfaatanhutan
disampaikan kembali kepada Pelaku Usaha disertai dengan catatan perbaikanmelalui
Sistem OSS.(21
Perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanpaling
banyak2
(dua)kali
secaraberturut-turut
denganjangka waktu
masing-masingpaling lama 10
(sepuluh)Hari sejak permohonan disampaikan kembali
kepada Pelaku Usaha.(3) Apabila Pelaku Usaha tidak
menyampaikan perbaikan dalam jangkawaktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)atau berdasarkan hasil telaahan teknis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2) permohonan dinyatakantidak memenuhi persyaratan,
permohonan persetujuankomitmen pemanfaatan hutan ditolak disertai
dengan alasan penolakan melalui Sistem OSS.(4)
Penolakan...
SK
No 2518624PRESIDEN
REPUBLIK