Tafsir sendiri adalah memahami kitab Allah (al-Qur’an) yang diturunkan kepada Nabi-Nya yakni Nabi Muhammad saw dengan menerangkan maknanya, hukum dan hikmah di dalamnya.1
Penelitian ini mengkaji tokoh dan pemikirannya, sehingga pendekatan yang digunakan penulis meliputi dua pendekatan, yaitu pendekatan biografis dan pendekatan interpretasi (isyari). Pendekatan biografis adalah pendekatan yang mengkaji kehidupan, sosio kultural dan lingkungan yang melatarbelakngi terbentuknya pemikiran al-Qusyairi. Sedangkan pendekatan interpretasi yaitu penulis
Adapun data sekunder yaitu kitab tafsir,
- Al-Baqarah: 165, Hud: 101, orang yang menyembah selain Allah - Al-Maidah: 47, menuruti hawa nafsu dan merugikan orang lain - Al-Kahfi: 35, sifat keangkuhan dan perbuatan kekafirannya
- Al-anbiya: 13, orang zalim itu saat merasakan azab Allah mereka berusaha melarikan diri, lalu orang yang beriman mencemooh mereka dengan menikmati kelezatan hidup
- Al-Ankabut: 46, orang zalim adalah orang yang setelah diberi keterangan dengan cara yang baik, mereka tetap membantah dan membangkang bahkan menyatakan permusuhan.
Macam-macam zalim:
a. Kezaliman yang tidak diampuni Allah, syirik
b. Kezaliman yang bisa diampuni, zalim terhadap diri sendiri dan zalim dalam hubungannya dengan Allah
c. Kezaliman yang tidak dibiarkan Allah, zalim kepada sesama manusia karena dapat dituntut di akhirat kelak.
Seperti dalam ungkapan orang Arab mengenai penyerupaan yaitu barang siapa yang menyerupai ayahnya bukanah zalim.
Zalim dalam kbbi adalah bengis, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, dan kejam. Sedangkan menurut wikipedia, zalim adalah bahasa Indonesia meletakkan sesuatu atau perkara bukan pada tempatnya.
1 Badruddin Muhammad Ibn Abdullah Az-Zarkasyi, Al-Burhan Fi ’Ulum Al-Qur’an (Dar al-Hadis, 2006), h. 22
Dalam Lisaanul Arab disebutkan:
هع ِضوم ريغ يف ءيشلا ع ْض َو :ُمْلّظلا
Artinya : “Azh zhulmu artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya”
Secara istilah, zalim adalah melakukan sesuatu yang keluar dari
kebenaran, baik karena kurang ataupun melebih batas. Selain itu, ada pula beberapa pendapat tentang arti zalim menurut para ulama,
diantaranya:
1. Al Asfahani
اّمإ ؛هب صتخملا هعضوم ريغ يف ءيشلا عضو) :وه هناكم وأ هتقو نع لودعب امإو ؛ةدايزب وأ ناصقنب)
Artinya :“Zalim adalah meletakkan sesuatu bukan pada posisinya yang tepat baginya, baik karena kurang maupun karena adanya tambahan, baik karena tidak sesuai dari segi waktunya ataupun dari segi
tempatnya.” (Mufradat Allafzhil Qur’an Al Asfahani 537, dikutip dari Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah).
2. Al Jurjani
Ada pula yang menyebutkan bahwa perbuatan zalim adalah perbuatan menggunakan milik orang lain tanpa hak. Al Jurjani menerangkan:
وهو لطابلا ىلإ قحلا نع يّدعتلا نع ةرابع وه ةزواجمو ،ريغلا كلم يف ف ّرصتلا وه :ليقو .روجلا دحلا)
Artinya: “Zalim artinya melewati koridor kebenaran hingga masuk pada kebatilan, dan ia adalah maksiat. Disebut oleh sebagian ahli bahasa bahwa zalim adalah menggunakan milik orang lain, dan melebihi
batas.” (At Ta’rifat, 186, dikutip dari Mausu’ah Akhlaq Durarus Saniyyah).
3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
ِنْيَتّن َجْلا اَتْلِك) ىلاعت ا لاق ،صقنلا وه ملظلا نأ ملعاو :فهكلا) (ًائْيَش ُهْنِم ْمِل ْظَت ْمَل َو اَهَلُكُأ ْتَتآ 33
مل ينعي ، (
ام ىلع ؤرجتلاب نوكي نأ امإ صقنلاو ،ًائيش هنم صقنت .هيلع بجي اميف طيرفتلاب امإو ،ناسنلل زوجي ل كرت امإ ،نيرملا نيذه ىلع ملظلا رودي ٍذئنيحو مرحم لعف امإو ،بجاو
Artinya: “Ketahuilah bahwa zalim itu adalah an naqsh (bersikap kurang).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ‘Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu lam tazhlim (tidak kurang) buahnya sedikitpun‘. Maksudnya tidak kurang buahnya sedikit pun.
Bersikap kurang itu bisa jadi berupa melakukan hal yang tidak
diperbolehkan bagi seseorang, atau melalaikan apa yang diwajibkan baginya. Oleh karena itu zalim berporos pada dua hal ini, baik berupa meninggalkan kewajiban atau melakukan yang haram” (Syarah
Riyadush Shalihin, 2/486).
Jadi, apabila dikatakan “Amr menzalimi Zaid”, berarti Amr melakukan hal yang tidak diperbolehkan terhadap Zaid, atau Amr meninggalkan apa yang wajib ia lakukan terhadap Zaid.
Lawan dari perbuatan orang zalim adalah adil atau al ‘adl. Yang mana adil artinya menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya dan tetap berada dalam kebenaran.
Baca Juga: Doa Orang Terzalimi Lengkap Arab, Latin dan Artinya
Arti zalim dalam Al-Qur’an
Tahukah Anda, dalam Al-Quran kata zalim dan sejenisnya diulang sebanyak 289 kali? Hal ini menandakan bahwa zalim adalah sifat yang sering dimiliki oleh banyak manusia. Setidaknya dalam Al-Quran,
terdapat kata zalim yang memiliki sembilan makna berbeda, yaitu:
1. Zalim adalah kemusyrikan
Makna ini sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Anʻam ayat 82:
ُنْمَ ْلا ُمُهَل َكِئ َٰلوُأ ٍمْلُظِب ْمُهَناَميِإ اوُسِبْلَي ْمَل َو اوُنَمآ َنيِذّلا
َنوُدَتْهُم ْمُه َو
Artinya : "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat
petunjuk."
Kemusyrikan tersebut merupakan makna yang ditafsirkan oleh QS.
Luqman ayat 13:
ۖ ِ ّلاِب ْك ِرْشُت َل ّيَنُب اَي ُهُظِعَي َوُه َو ِهِنْب ِل ُناَمْقُل َلاَق ْذِإ َو
ٌمي ِظَع ٌمْلُظَل َك ْرّشلا ّنِإ
Arti: "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar."
Makna ini juga diperoleh dari QS. Hud ayat 18, dan QS. Al-Insan ayat 31.
2. Berbuat dosa
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Fathir ayat 32:
ٌمِلاَظ ْمُهْنِمَف ۖ اَنِداَبِع ْنِم اَنْيَفَط ْصا َنيِذّلا َباَتِكْلا اَنْث َر ْوَأ ّمُث
ۚ ِ ّا ِنْذِإِب ِتاَرْيَخْلاِب ٌقِباَس ْمُهْنِم َو ٌد ِصَتْقُم ْمُهْنِم َو ِهِسْفَنِل
ُريِبَكْلا ُلْضَفْلا َوُه َكِل َٰذ
Artinya: "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."
Selain itu, makna berbuat dosa ini juga diperoleh dari:
QS al-Thalaq ayat 1
QS al-Baqarah ayat 231
QS al-Baqarah ayat 35
QS al-Anbiya ayat 87
QS al-Naml ayat 44
3. Pembunuhan
Sebagaimana dijelaskan dalam QS al-Isra ayat 33:
َلِتُق ْنَم َو ۗ ّق َحْلاِب ّلِإ ُ ّا َمّرَح يِتّلا َسْفّنلا اوُلُتْقَت َل َو
ۖ ِلْتَقْلا يِف ْف ِرْسُي َلَف اًناَطْلُس ِهّيِل َوِل اَنْلَعَج ْدَقَف اًموُلْظَم ا ًروُصْنَم َناَك ُهّنِإ
Artinya: "Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim, maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan."
Selain itu, juga dijelaskan dalam QS al-Nisa’ ayat 30.
4. Mengurangi
Sebagaimana dijelaskan Allah dalam firmannya QS. Al-Kahfi ayat 33:
اَن ْر ّجَف َو ۚ اًئْيَش ُهْنِم ْمِل ْظَت ْمَل َو اَهَلُكُأ ْتَتآ ِنْيَتّنَجْلا اَتْلِك ا ًرَهَن اَمُهَل َلِخ
Artinya : "Kedua buah kebun itu menghasilkan buahnya, dan kebun itu tiada kurang buahnya sedikitpun, dan Kami alirkan sungai di celah- celah kedua kebun itu,"
Selain itu, juga dijelaskan dalam QS. Maryam ayat 60.
5. Menganiaya orang lain
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Syura ayat 40 dan 42.
ىَلَع ُهُر ْجَأَف َحَل ْصَأ َو اَفَع ْنَمَف ۖ اَهُلْثِم ٌةَئّيَس ٍةَئّيَس ُءا َز َج َو
َنيِمِلاّظلا ّبِحُي َل ُهّنِإ ۚ ِ ّا
Artinya: "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim."
6. Membahayakan
Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 57:
اوُلُك ۖ ٰى َوْلّسلا َو ّنَمْلا ُمُكْيَلَع اَنْل َزْنَأ َو َماَمَغْلا ُمُكْيَلَع اَنْلّلَظ َو
ْمُهَسُفْنَأ اوُناَك ْنِك َٰل َو اَنوُمَلَظ اَم َو ۖ ْمُكاَنْق َز َر اَم ِتاَبّيَط ْنِم
َنوُمِل ْظَي
Artinya: "Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik- baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka
menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
Selain itu, juga dijelaskan dalam QS. Al-Aʻraf ayat 160.
7. Ketidakadilan
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Zukhruf ayat 72 dan Q.S Ali Imran ayat 182.
8. Mengingkari al-Quran, Taurat dan mukjizat Allah
Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Aʻraf ayat 9, Q.S Al-Anʻam ayat 103 dan Q.S Al-Isra ayat 59.
9. Pencuri
Sebagaimana dijelaskan pada QS. Yusuf ayat 75, yang mana menceritakan jawaban para saudara Nabi Yusuf:
َكِل َٰذَك ۚ ُه ُؤا َز َج َوُهَف ِهِل ْح َر يِف َدِج ُو ْنَم ُه ُؤاَزَج اوُلاَق
َنيِمِلاّظلا ي ِز ْجَن
Artinya: Mereka menjawab: "Balasannya, ialah pada siapa diketemukan (barang yang hilang) dalam karungnya, maka dia sendirilah balasannya
(tebusannya)". Demikianlah kami memberi pembalasan kepada orang- orang yang zalim.
Begitu juga dijelaskan dalam QS. Al-Maidah ayat 39, maka orang yang bertaubat setelah kedzaliman (pencuriannya) dan berbuat baik.
Baca Juga:
1. Sifat Sombong Dalam Islam
2. Azab Bagi Orang Berzina di Dunia, Anak Ikut Tanggung Aib Orangtua Hingga Siksa Pedih di Akhirat
Apakah zalim adalah syirik?
Seperti yang dilansir dari laman muslimah.or, syirik adalah dosa paling besar, kezaliman yang paling zalim, dan dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah SWT, dan pelakunya diharamkan untuk masuk surga serta seluruh amal ibadah yang pernah dilakukannya selama di dunia akan hangus dan sia-sia.
Allah SWT berfirman dalam Q.S An-Nisa' ayat 116:
ْنَمِل َكِل َٰذ َنوُد اَم ُرِف ْغَي َو ِهِب َكَرْشُي ْنَأ ُرِفْغَي َل َ ّا ّنِإ اًديِعَب ًل َلَض ّلَض ْدَقَف ِ ّلاِب ْك ِرْشُي ْنَم َو ۚ ُءاَشَي
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya."
Jadi bisa dibilang, syirik adalah tingkatan zalim yang paling akhir, yang mana perbuatan ini hingga menyekutukan Allah SWT.
Sebagai umat muslim sudah sepatutnya kita menjauhi perbuatan zalim dan memperbanyak amal ibadah kepada Allah SWT, karena
sesungguhnya balasan dari zalim amatlah pedih.
2
Kata sufi belum dikenal pada masa awal Islam, dan mulai dikenal setelah abad ketiga hijriyah. Kata sufi diambil dari asal kata yang beragam menurut berbagai pendapat, diantaranya: 1) ahl al-suffah yang dinisbahkan pada sahabat muhajirin yang miskin dan tinggal di masjid Nabawi dengan menggunakan suffah (pelana) sebagai bantal guna menadapat ilmu dari Nabi. Namun pendapat ini kurang sesuai, karena turunan kata suffah akan menjadi suffiy ((2 .ّيّفص) saf (barisan dalam shalat), mereka adalah orang-orang yang selalu menempati barisan terdepan dalam shalat. Apabila dinisbahkan pada kata ini, maka turunan katanya adalah safi (3 .(يفاص) safa’ (suci), disebut suci karena senantiasa mendekatkan diri kepada Allah sehingga hatinya bersih dan murni. 3 4) safwah (pilihan Allah), yaitu orang-orang yang dipilih Allah untuk mendapat ilmu dari-Nya. Namun kata ini kurang tepat karena turunannya menjadi safawy (54.(يوفصص) Suf (kain wol kasar), para sufi gemar memakai kain ini sebagai pakaian yang mempresentasikan kesederhanaan sufi. Dari sekian asal kata di atas, asal kata suf banyak mendapat dukungan karena dinilai paling tepat sebagai asal usul dari sufi.
2Al-Alusi.
3Qusyairī, h. 6
4 Sholeh Fauzan, Hakikat Sufi: Membedah Sikap Kaum Sufi Terhadap Prinsip Agama (Maktabah Ummu Salma al-Atsariyah, 2007).