AL BIRRU DALAM AL QURAN
(PERSPEKTIF TAFSIR TEMATIK)
Makalah
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Tematik
Oleh:
NUR HALIM NIM : 01040323007
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. M. Ridlwan Nasir, M.A.
NIP: 2020305
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2023
Pendahuluan
Kata ريخلا , ربلا dan فورعم, ke-tiga kata ini adalah murodif, namun tidak ada kata murodif yang idial, yang tahu idial dan tidaknya adalah penutur asli arab, yang pertama kata فورعم lebih di fokuskan pada berbuat baik untuk orang lain, dengan arti kata, kebaikan tersebut tidak hanya dirasakan oleh orang tersebut, namun juga dirasakan oleh orang lain, dengan adanya pihak lain yang terlibat dalam perbuatan tersebut. فورعم tidak hanya perbuatan, namun فورعم juga merupakan sebuah sifat yang melekat pada sebuah perbuatan atau benda.
Kata ريخلا lebih difokuskan pada kebaikan yang hanya dirasakan oleh pribadi orang yang mengerjakan perbuatan baik tersebut. Ada yang mengatakan bahwa ريخ memiliki makna yang lebih luas dari فورعم. Sedangkan kata ربلا lebih berkonotasi pada akhlakh (moral) yang baik, dalam sebuah hadits dinyatakan:
Hadits dari Nawwas bin Sam’an, dia bertanya pada Rasulullah Saw tentang ربلا dan مثلإا Rasulullah Saw menjawab: ربلا adalah akhlak yang baik مثلإا adalah perbuatan yang mengganjal dalam hatimu, dan kamu tidak mau perbuatan tersebut diketahui orang lain. hadits arbain, Hadits ke- 27:
Dari Nawwas bin Sam’an radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: “Kebaikan itu adalah akhlak yang baik, kejelekan (dosa) itu adalah sesuatu yang meresahkan jiwamu dan engkau benci apabila manusia mengetahuinya.” (HR. Muslim)1
Dari Wabishah bin Ma’bad radhiyallahu ‘anhu dia berkata: ‘Aku mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Engkau
1 - Diriwayatkan oleh Muslim (2553)
datang untuk bertanya tentang kebaikan ?” Aku menjawab: “Ya,” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mintalah fatwa kepada hatimu, karena kebaikan itu adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati merasa tenang, sedangkan kejelekan (dosa) itu adalah sesuatu yang meresahkan jiwa dan membimbangkan dada meskipun manusia telah berulang kali memberi fatwa kepadamu.” (Hadits ini hasan, kami meriwayatkannya dari musnad 2 Imam, yaitu Ahmad bin Hanbal dan Ad Darimi dengan sanad yang hasan)2
al-birr bisa bermakna silaturahim (menjalin hubungan dengan kerabat). Kadang juga bisa bermakna cara bergaul yang baik. Juga al-birr bisa bermakna ketaatan. Semua ini termasuk bagian dari husnul khuluq (akhlak yang mulia). Demikian penjelasan Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 16:101. Al-birr (kebaikan) dimutlakkan untuk setiap perbuatan ketaatan yang lahir maupun yang batin.
Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ah Al-Fatawa (7:165) menyebutkan bahwa al-birr adalah segala bentuk perintah Allah. Al-birr juga bisa dimaknakan dengan lawan dari ‘uquq (durhaka). Sehingga ada istilah birul walidain, berbuat baik kepada kedua orang tua. Al-birr dalam istilah bermakna berbuat baik dan menyambung hubungan dengan kedua orang tua. Al-birr juga kadang dikaitkan dengan takwa. Pada saat ini, al-birr berarti menjalankan konsekuensi keimanan dan berakhlak mulia. Sedangkan takwa berarti menjauhi segala yang Allah larang berupa kekufuran, kefasikan, dan maksiat.3
Uraian diatas menjadi masalah dikarenakan perbedaan makna yang ada pada teks beda dengan yang berada diluar konteks, apalagi akan menjadi sebuah konsep, dalam hal ini kata “ al birru”
yang artinya kebaikan, dan menjadi konsep kebaikan. Menjadikan konsep dari al qur’an maka analisisnya adalah harus tam , yakni istiq’i- nya ( munyeluruh dari surat an-nas sampai surat al- Fatihah)4
Dalam jurnal ini penulis menelusuri ayat pada kalimat Birru dengan metode tafsir dengan beberapa Teknik interprestasi tekstual, interprestasi lunguistik, historis, struktur linguistic guna maendapatkan konsep pesan dari sebuah ayat al-Qur’an.5
MAKNA BIRR DALAM AL-QUR’AN
Al-birr dalam al qur’an dengan berbagai model.
1- Q.S. Al-Baqarah: 177
2 - Diriwayatkan ahmad (4/227) dan Ad Darimi (2/246)
3 - https://rumaysho.com/21822-hadits-arbain-27-minta-fatwa-pada-hati-tentang-kebaikan-dan-dosa.html
4 - Ismaîl al-Hasanî, Nadhariyat al-Maqâshid ‘Inda Imâm T̟ahîr Ibn ‘Âsyur, (Virginia: Ma’hâd al-Islâmi li al-Fikr Islâmi,1995), h. 354
5- Abd. Muin Salim, metodologi Tafsir sebuah rekonstruksi Epistimologis, Mematapkan keberadaan ilmu Tafsir sebagai ilmu (ujung Pandang: IAIN Alaudin , 1999), hal. 34- 35
3
َنَماَء ْنَم َّ ربِْل ٱ َّنركَٰ َلَو ربررْغَمْل ٱَو رقر ْشَْمْل ٱ َلَبرق ْ ُكَُهوُجُو ۟اوُّلَوُت نَٱ َّ ربِْل ٱ َسْيَّل رررخاَءْل ٱ رمْوَيْل ٱَو ر َّللَّ ٱرب
ركَٰ َسَمْل ٱَو ٰىَمَٰ َتَيْل ٱَو َٰبَ ْرُقْل ٱ ىروَذ ۦرهريبُح َٰلََع َلاَمْل ٱ َتَاَءَو َنۦري ربَّنل ٱَو ربَٰ َتركْل ٱَو رةَكرئََٰٰٓ َلَمْل ٱَو رليرب َّسل ٱ َنْب ٱَو َين
ٰوَكَّزل ٱ َتَاَءَو َةٰوَل َّصل ٱ َماَقَٱَو رباَقريرل ٱ رفَِو َينرلرئَٰٓاَّسل ٱَو رءَٰٓا َسْٱَبْل ٱ رفِ َنير ربَِٰ َّصل ٱَو ۖ ۟اوُدَهَٰ َع اَذ ا ْ رهِردْهَعرب َنوُفوُمْل ٱَو َة ِ
َنوُقَّتُمْل ٱ ُُهِ َكرئََٰٰٓ َل۟وُٱَو ۖ ۟اوُقَد َص َنيرَّلَّ ٱ َكرئََٰٰٓ َل۟وُٱ ۗ رسْٱَبْل ٱ َينرحَو رءَٰٓاَّ َّضَّل ٱَو
Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat- malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang- orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang- orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang- orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
2- Surat Al-Maidah, ayat 1-2
.
ْ ُكُْيَلَع َلَْتُي اَم َّلَّ ا رماَعْنَ ْلْا ُةَيمرَبَ ْ ُكَُل ْتَّلرحُٱ ردوُقُعْل ربِ اوُفْوَٱ اوُنَمَٰٓٱ َنير َّلَّا اَ ُّيَُّٱ َيَ ِ ُديررُي اَم ُ ُكُْ َيَ َ َّللَّا َّن ا ٌمُرُح ْ ُتُْنَٱَو ردْي َّصلا ريلّرحُم َ ْيَْغ ِ
( َدرئ َلََقْلا َلَّ َو َي ْدَهْلا َلََّو َماَرَحْلا َرْه َّشلا َلََّو ر َّللَّا َررئاَع َش اوُّلر ُتُ َلَّ اوُنَمَٰٓٱ َنير َّلَّا اَ ُّيَُّٱ َيَ ) 1 َف َنوُغَتْبَي َماَرَحْلا َتْيَبْلا َينريمَٰٓٱ َلَّ َو
الَ ْض
ْسَمْلا رنَع ْ ُكُوُّد َص ْنَٱ ٍمْوَق ُنَٰٓٱَن َ ش ْ ُكَُّنَمررْ َيَ َلََّو اوُدا َط ْصاَف ْ ُتُْلَلَح اَذ
ِ اَو انًاَو ْضررَو ْمر ريبََر ْنرم ري ربِْلا َلََع اوُنَواَعَتَو اوُدَتْعَت ْنَٱ رماَرَحْلا ردرج
َو رناَو ْدُعْلاَو ر ْثْ ِ ْلَّا َلََع اوُنَواَعَت َلََّو ىَوْقَّتلاَو ( رباَقرعْلا ُديرد َش َ َّللَّا َّن ا َ َّللَّا اوُقَّتا ِ
2 )
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagi kalian binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepada kalian. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kalian sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang hadya dan binatang-binatang galaid, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridaan dari Tuhannya; dan apabila kalian telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan jangan sekali-kali kebencian (kalian) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kalian dari Mesjidil Haram, mendorong kalian berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya.
ASBABUN NUZUL
Menurut Jalal al-Din al-Suyuti, Surat Al Maidah ayat 2 diturunkan oleh Allah sebagai jawaban atas suatu peristiwa yang tengah terjadi.
Ketika Rasulullah SAW bersama para sahabatnya berada di Hudaibiyah, mereka dicegah untuk tidak pergi ke Baitullah oleh kaum kafir Quraisy. Kemudian lewat sekumpulan orang musyrik dari Timur yang hendak pergi berumrah ke Baitullah. Para sahabat Nabi SAW berkata : “Kita cegah mereka (orang-orang musyrik dari Timur) sebagaimana mereka (kaum kafir Quraisy) mencegah kita untuk pergi ke Baitullah”.
Ayat tersebut kemudian turun untuk menegaskan bahwa para sahabat tidak diperkenankan untuk melakukan pembalasan dengan landasan permusuhan belaka.
3- Surat Al-Mumtahanah Ayat 8
ُمُكٰىَهْنَي الَّ
ُاللّٱ ِنَع ٱ َنيِذال ىِف ْمُكوُلِتَٰقُي ْمَل ِنيِ دلٱ
انِإ ۚ ْمِهْيَلِإ ۟ا ٓوُطِسْقُت َو ْمُهو ُّرَبَت نَأ ْمُك ِرَٰيِد نِ م مُكوُج ِرْخُي ْمَل َو َاللّٱ
ُّب ِحُي َني ِطِسْقُمْلٱ
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang- orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
ْمُهو ُّرَبَت نَأ (untuk berbuat baik)
Yakni melakukan kebaikan kepada mereka, seperti melakukan silaturrahim, menghormati tetangga, dan menjamu tamu.
ْمِهْيَلِإ ۟ا ٓوُطِسْقُت َو ( dan berlaku adil)
Yakni berbuat adil antara kalian dan mereka dengan menunaikan hak mereka, seperti menepati janji, dan menyampaikan amanat, memenuhi pembayaran dengan sempurna jika memberi dari mereka.
َنيِطِسْقُمْلا ُّب ِحُي َالله انِإ(Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil)
Makna ayat ini adalah Allah tidak melarang kalian dari orang-orang yang kafir yang memiliki perjanjian dengan orang-orang beriman untuk tidak saling berperang dan tidak membantu
orang kafir lain dalam memerangi mereka. Dan Allah tidak melarang untuk berinteraksi dengan mereka secara adil.6
Asbabun Nuzul Surat Al-Mumtahanah Ayat 8
Ipar Nabi, Asma’ binti Abu Bakr, mempertanyakan bolehnya ia menerima kunjungan ibunya yang saat itu masih kafir. Allah lalu menurunkan ayat ini untuk menjawab pertanyaannya.
ْتَلاَق اَمُ ْنَْع الله َ رضِ َر ٍرْكَب ربَِٱ رتْنرب رءاَ ْسَْٱ ْنَع َّنلا ُتْلَٱ َسَف لمسو هيلع الله لَص ري ربَّنلا ردْهَع رفِ اةَبرغاَر يريمُٱ رنِْتَتَٱ :
َّ رب
:َلاَق ؟اَهُل رصَٰٓٱ لمسو هيلع الله لَص
"
ْمَعَن
".
اَيهرف َلَاَعَت ُ َّللَّا َلَزْنَٱَف َةَنْيَيُع ُنْبا َلاَق ْ ُكُوُلرتاَقُي ْمَل َنير َّلَّا رنَع ُ َّللَّا ُ ُكُاَ ْنَْي َلَّ (
رنيريلا رفِ
Asma’ binti Abu Bakr ra, berkata, “Ketika Nabi masih hidup, ibuku (yang masih kafir) datang ke rumahku karena rindu padaku. Aku lalu bertanya kepada beliau,
‘Bolehkah aku menerima kunjungannya?’ ‘Boleh,’ jawab Nabi.
Ibnu ‘Uyainah perawi hadis ini berkata, ‘Allah lalu menurunkan firman-Nya,
4- Maryam ayat 14
اًّي ِصَع ا ًراابَج نُكَي ْمَل َو ِهْيَدِل َٰوِب ا ًًّّۢرَب َو
Artinya: Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka.
ِهْيَدِل ٰوِب ا ًًّّۢرَب َو (dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya)
Ayat ini menjelaskan sifat Nabi Yahya yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya, karena berbakti kepada mereka itu dijadikan amal kebajikan
«هبرل ايصاع »ايصع« اربكتم »ارابج نكي ملو« امهيلإ انسحم :يأ »هيدلاوب ا ربو.
(Dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya) yaitu selalu berbuat baik kepada keduanya (dan bukanlah ia orang yang sombong) takabur (lagi bukan pula ia orang yang durhaka) terhadap Rabbnya.
هلوقو : ( يتدلاوب اربو نلأ ; هبر الله ةعاط دعب هركذ ، يتدلاو ربب ينرمأو : يأ )
رملأا نيب نرقي ام اريثك ىلاعت الله
ىلاعت لاق امك ، نيدلاولا ةعاطو هتدابعب : (
اناسحإ نيدلاولابو هايإ لَّإ اودبعت لَّأ كبر ىضقو ) [
: ءارسلإا 23
لاقو ] نأ(
ريصملا يلإ كيدلاولو يل ركشا [
: نامقل)
714 .
Dan perkataannya: (Dan berbuat baik kepada ibuku) artinya: Dia memerintahkan aku untuk berbuat baik kepada ibuku, Dia menyebutkannya setelah menaati Allah, Rabbnya. Karena
6 - https://tafsirweb.com/10854-surat-al-mumtahanah-ayat-8.html
7 - http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura19-aya32.html#kathee
Allah SWT sering mengaitkan perintah beribadah kepada-Nya dengan ketaatan kepada orang tua, sebagaimana difirmankan Allah SWT: (Dan Tuhanmu telah menetapkan bahwa kamu tidak boleh beribadah kecuali kepada-Nya dan berbuat baik kepada orang tua) [Al-Isra: 23]
dan firmannya yang lain” bersyukur kepada-Ku dan kepada orang tuamu kepada-Nya kembali [Luqman: 14].
Keterangan dalam Tafsir Ibnu Katsiir
Firman Allah ﷻ: dan seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (Maryam: 14) Allah ﷻmenyebutkan tentang ketaatan Yahya kepada Tuhannya, dan bahkan Allah menciptakannya dengan menganugerahinya rasa kasih sayang, kesucian dari dosa dan bertakwa. Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan bahwa selain itu Yahya adalah seorang yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya serta menjauhi hal-hal yang menyakitkan kedua orang tuanya, baik secara ucapan maupun perbuatan; perintah dan larangan kedua orang tuanya selalu ditaati. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka. (Maryam: 14) Setelah menyebutkan semua sifatnya yang terpuji, maka Allah membalasnya dengan balasan yang disebutkan oleh firman berikutnya: Kesejahteraan atas dirinya pada hari ia dilahirkan, dan pada hari ia meninggal dan pada hari ia dibangkitkan hidup kembali. (Maryam: 15) Yakni dia dalam keadaan aman pada tiga keadaan tersebut. Sufyan ibnu Uyaynah mengatakan bahwa hal yang paling mengerikan bagi seseorang ialah di tiga keadaan, yaitu: saat dia dilahirkan, karena dia melihat dirinya keluar dari tempat pertamanya.8
5- At Thur 28
ُمْي ِح ارلا ُّرَبْلا َوُه ٗهانِا ُُۗه ْوُعْدَن ُلْبَق ْنِم اانُك اانِا
٢٨
Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Sesungguhnya hanya Dialah Yang Mahaluas kebajikan-Nya lagi Maha Penyayang.”
6- Ali Imran 193
َل ْرِفْغاَف اَناب َرۖ اانَمٰاَف ْمُكِ ب َرِب ا ْوُنِمٰا ْنَا ِناَمْيِ ْلِْل ْيِداَنُّي اًيِداَنُم اَنْعِمَس اَنانِا ٓاَناب َر ِۚرا َرْبَ ْلَّا َعَم اَناف َوَت َو اَنِتٰاِ يَس اانَع ْرِ فَك َو اَنَب ْوُنُذ اَن
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar orang yang menyeru kepada iman, (yaitu), “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu,” maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami,
8 - https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-19-maryam/ayat-14
ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan kami, dan matikanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.
7- Ali Imran 198
ْنِع ْنِ م ًلَّ ُزُن اَهْيِف َنْيِدِل ٰخ ُر ٰهْنَ ْلَّا اَهِتْحَت ْنِم ْي ِرْجَت ٌتّٰنَج ْمُهَل ْمُهاب َر ا ْوَقاتا َنْيِذالا ِنِكٰل ِرا َرْبَ ْلْ ِل ٌرْيَخ ِ ّٰاللّٰ َدْنِع اَم َو ُۗ ِ ّٰاللّٰ ِد
Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya, mereka akan mendapat surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya sebagai karunia dari Allah. Dan apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti.
8- Al insan ayat 5
ا ًر اوُفاَك اَهُجا َزِم َناَك ٍسااَك انِم َن اوُب َر اشَي َرا َرابَ الَّا انِا
ۚ
Sungguh, orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur.
9- Al infithor : 13
َّنِإ َراَرأبَ ألْٱ ميِعَن ىِفَل
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan,
ٍميِعَن يِفَل َرا َرْبَ ْلأا انِإSesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam kenikmatan,” Ini adalah penjelasan tentang akhir dan balasan َرا َرْبَ ْلأا انِإ Adalah Bentuk jamak dari رَب [Barr] Mereka adalah orang-orang yang banyak berbuat baik, dan yang menjauhi perbuatan buruk ٍميِعَن يِفَل Maknanya: Kenikmatan di hati, dan kenikmatan di tubuh, karenanya anda tidak akan mendapatkan seorang pun yang lebih baik hatinya, lebih tenang pikirannya dari orang-orang yang gemar berbuar baik, sehingga sebagian salaf mengatakan:
“ Andai saja para raja, dan anak-anak raja tahu yang kita rasakan pasti mereka akan menghukum kita dengan pedang ” Kenikmatan yang diperoleh ini terdapat di dunia dan di akhirat. Sedangkan di akhirat adalah surga, sedangkan didunia adalah kenikmatan tenang dan tentramnya hati, dan kerelaannya terhadap ketetapan Allah dan takdir-Nya. Inilah kenikmatan hakiki, bukan dengan kepuasan badan semata (dengan syahwat) namun kenikmatan sejati adalah kenikmatan dalam hati.9
10- Al Baqarah ayat 44
9 - https://tafsirweb.com/12227-surat-al-infitar-ayat-13.html
َبٰتركۡلا َن ۡوُلۡتَت ۡ ُتُۡنَاَو ۡ ُكُ َسُفۡنَا َن ۡو َسۡنَتَو ري ربِۡل ربِ َساَّنلا َن ۡو ُرُمۡ َتََا َن ۡوُلرقۡعَت َلََفَا ؕ
Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab (Taurat)? Tidakkah kamu mengerti?
ASBABUN NUZUL
Latar belakang ayat ini menurut Ibnu 'Abbas adalah di antara orang-orang Yahudi di Madinah ada yang memberi nasihat kepada keluarga dan kerabat dekatnya yang sudah masuk Islam supaya tetap memeluk agama Islam. Yang diperintahkan orang ini adalah benar yaitu menyuruh orang lain untuk berbuat benar tetapi mereka sendiri tidak mengamalkannya,
“kabura maqtan ‘indallah” . Maka pada ayat ini Allah mencela tingkah laku dan perbuatan mereka yang tidak baik dan membawa kepada kesesatan. Di antara kesesatan-kesesatan yang telah dilakukan bangsa Yahudi ialah mereka menyatakan beriman kepada kitab suci mereka yaitu Taurat, tetapi ternyata mereka tidak membacanya dengan baik.
Dalam ayat ini disebutkan bahwa mereka "melupakan" diri mereka. Maksudnya ialah
"membiarkan" diri mereka rugi, sebab biasanya manusia tidak pernah melupakan dirinya untuk memperoleh keuntungan, dan dia tak rela apabila orang lain mendahuluinya mendapat kebahagiaan. Ungkapan "melupakan" itu menunjukkan betapa mereka melalaikan dan tidak mempedulikan apa yang sepatutnya mereka lakukan, seakan-akan Allah berfirman, "Jika benar-benar kamu yakin kepada Allah bahwa Dia akan memberikan pahala atas perbuatan yang baik, dan mengancam akan mengazab orang-orang yang meninggalkan perbuatan- perbuatan yang baik itu, mengapakah kamu melupakan kepentingan dirimu sendiri?"
Cukup jelas bahwa susunan kalimat ini mengandung celaan yang tak ada taranya, karena barang siapa menyuruh orang lain untuk melakukan perbuatan kebajikan tetapi dia sendiri tidak melakukannya, berarti dia telah menyalahi ucapannya sendiri. Para pendeta yang selalu membacakan kitab suci kepada orang-orang lain, tentu lebih mengetahui isi kitab itu daripada orang-orang yang mereka suruh untuk mengikutinya. Besar sekali perbedaan antara orang yang melakukan suatu perbuatan padahal dia belum mengetahui benar faedah dari perbuatan itu, dengan orang yang meninggalkan perbuatan itu padahal dia mengetahui benar faedah dari perbuatan yang ditinggalkannya itu. Oleh sebab itu, Allah memandang bahwa mereka seolah-olah tidak berakal, sebab orang yang berakal, betapapun lemahnya, tentu akan mengamalkan ilmu pengetahuannya.
Firman Allah ini, walaupun ditujukan kepada Bani Israil, namun menjadi pelajaran pula bagi yang lain. Setiap bangsa, baik perseorangan maupun keseluruhannya, hendaklah memperhatikan keadaan dirinya, dan berusaha untuk menjauhkan diri dari keadaan dan sifat-
sifa sifat- sifat seperti yang terdapat pada bangsa Yahudi yang dikritik dalam ayat tersebut di atas, agar tidak menemui akibat seperti yang mereka alami.10
MUNASABAH AYAT DAN SURAT
Menurut bahasa Munasabah berarti persesuaian atau hubungan atau relevansi. Yaitu hubungan persesuaian antara ayat dan surat yang satu dengan ayat atau surat yang sebelum atau sesudahnya. dalam hal ini, ilmu munasabah berarti ilmu yang menerangkan hubungan antara ayat atau surat yang satu dengan ayat atau surat yang lain. Menurut istilah ilmu munasabah atau Ilmu Tanasubi Ayati Was Suwari ialah ilmu untuk mengetahui alasan-alsan penertiban dari bagian-bagian al Qur’an yang mulia.11
Munasabah dalam Rangkaian ayat yang ada pada surat al Baqoroh 42-47 selalu membicarakan tentang tingkah laku Bani Israil, sedangkan pada ayat 44-46 di dalamnya mengandung sebuah peringatan bagi Bani israil tentang perilaku mereka serta terdapat unsur celaan dan cercaan terhadap mereka, atas apa yang sudah mereka lakukan berupa hal-hal yang tidak baik. Mereka selalu memerintahkan orang lain untuk berbuat baik, sedangkan mereka sendiri menghiraukannya. Dan mereka juga memberikan pelajaran dan petunjuk pada manusia, sedangkan mereka sendiri tidak pernah mau melakukan apa yang mereka ajarkan kepada orang lain.12
11- al Maidah ayat 2
12 َدرئ َلََقْلا َلَّ َو َي ْدَهْلا َلََّو َماَرَحْلا َرْه َّشلا َلََّو ر َّللَّا َررئاَع َش اوُّلر ُتُ َلَّ اوُنَمَٰٓٱ َنير َّلَّا اَ ُّيَُّٱ َيَ - َلَّ َو
َنوُغَتْبَي َماَرَحْلا َتْيَبْلا َينيرمَٰٓٱ
رنَع ْ ُكُوُّد َص ْنَٱ ٍمْوَق ُنَٰٓٱَن َ ش ْ ُكَُّنَمررْ َيَ َلََّو اوُدا َط ْصاَف ْ ُتُْلَلَح اَذ
ِ اَو انًاَو ْضررَو ْمريربََر ْنرم الَ ْضَف او ُدَتْعَت ْنَٱ رماَرَحْلا ردرج ْسَمْلا
َت َلَّ َو ىَوْقَّتلاَو ير ربِْلا َلََع اوُنَواَعَتَو ( . رباَقرعْلا ُديرد َش َ َّللَّا َّن ا َ َّللَّا اوُقَّتاَو رناَو ْدُعْلاَو ر ْثْ ِ ِ ْلَّا َلََع اوُنَواَع
:ةدئالما ةروس 2
)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa- Nya.(QS : al- Maidah ayat :2)
10 - https://kalam.sindonews.com/ayat/44/2/al-baqarah-ayat-44 11- Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hlm. 154 12 - Muh. Ali as Shobuni, Shofwatut Tafasir, Juz 1, (Jeddah: Dar al Qolam), hlm55
AL BIRRU PANDANGAN PARA MUFASSIR 1- Dalam Tafsir al- Qurtubi
Dalam tafsir Qurthubiy al Birru dimaknai dengan amal sholih dan al fu’ad (hati nurani). 13Selain itu bisa diartikan juga dengan suatu ajakan untuk malakukan suatu kebaikan serta ajakan untuk mempercayai apa saja yang disampaikan oleh Muhammad SAW.14
2- Dalam Tafsir al -Baidhowiy
Pada kata al Birru (kebaikan) diartikan dengan suatu anugerah yang mencakup segala bentuk kebaikan, dalam hal ini mencakup tiga aspek, yaitu: kebaikan di dalam mengabdi kepada Allah, kebaikan di dalam menjaga hak-hak kekerabatan, dan kebaikan di dalam menjalin mu’amalah antar sesama.15 Dalam redaksi lain al Birru juga bisa diartikan dengan suatu ketaatan.16
3- Quraisy Shihab , Tafsir al Misbah
Al-birr adalah kebaikan yang luas, menyeluruh, sempurna, yakni beriman kepada Allah dan hari akhir dengan sebenar-benarnya iman sehingga meresap ke dalam jiwa dan membuahkan amal-amal sholeh yang berpengaruh baik dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar sehingga yang mampu melaksanakan makna al-birr ini hanya seorang yang beriman. al-birr tak terbatas pada satu hal, namun benar-benar menyeluruh dalam segi kehidupan.17
4- Al mawardi
al Birr sebagai sebuah konsep kunci dalam etika qur'an, merupakan permasalahan yang dibahas secara panjang lebar. Al Birr adalah elemen dasar dalam kecintaan dan solidaritas, yang menyebabkan hati terikat cinta dan kasih sayang. Ia juga merupakan elemen dalam karunia yang berkaitan dengan manusia, karena hal ini Allah dan rosulNya memerintahkan manusia untuk melakukan al Birr. Menurut al Mawardi, merupakan salah satu faktor utama penyebab terjadinya kelembutan (al ulfah), maka ia terikat erat dengan hati dalam berbagai tindakan
13 - Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al Anshoriy, Al Qurthubi, al Jami’ Li Ahkamil Qur’an, ((Bairot-Libanon: Dar al Ma’rifat, 2003 M, Juz 1), hlm. 309 14- Muhammad Ali as Shobuniy, Shofwatut Tafasir, hlm.55
15 - al Qodhi Nashiruddin abi Said Abdillah, Tafsir al Baidhowiy, hlm. 59 16 - Imam Abi Muhammad al Husain bin Mas’ud, Tafsir al Baghowiy, hlm. 37 17 - M. Quraish Shihab, Tafsir al-Lubab, hal 241
yang dilakukan oleh manusia dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Term al Birr hampir disejajarkan dengan taqwa.
PERBEDAAN DARI PARA MUFASSIR
1- al- Qurtubi : amal sholih dengan dasar perinta dari Nabi Muhammad 2- al -Baidhowiy : kebaikan Hablum minallah dan hablum minan nass
3- Quraisy Shihab : menyangkut semua dalm bentuk kebaikan bahkan kepada non muslimpun harus berbuat baik
4- Al mawardi : Elemen dasar dalam kecintaan dan solidaritas, yang menyebabkan hati terikat cinta dan kasih sayang.
Penulis berbendapat
1- Kebaikan atau berbuat baik berdasarkan niat Ikhlas karena mencari Ridha Allah
2- Kebaikan atau berbuat baik berdasarkan rasa cita dan kasih sayang
Kesimpulan
Dari uraian dan analisis tentang pengertian dan kontekstualisasi al-birr dalam Alquran, maka dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Kata al-birr mengandung arti taat berbakti pada, bersikap baik, benar, banyak berbuat baik. Menurut istilah syariah, al-birr berarti setiap sesuatu yang dijadikan sebagai sarana untuk mendekat kepada Allah yakni iman, amal shaleh, dan akhlak mulia. Al-birr (رِبِا) dalam Alquran disebutkan sebanyak dengan berbagai modelnya.
Masing-masing dari beberapa ayat ini memiliki model juga cara kebaikan dan berbaktinya sendiri. Maka pengertian al-birr adalah bisa ketaatan, kesalehan, kebaikan, belas kasih, kebenaran, hal banyak berbuat kebajikan, kedermawanan, surga, hati, menerima, diterima.
2. Kontekstualisasi al-birr berkisar pada 3 kebaikan:
a). Kebaikan akidah, fondasi dan neraca kebaikan akidah berada pada rukun iman.
Sebab mayoritas akidah merupakan kepercayaan kepada hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh indra manusia biasa. Maka kekuatan keimananlah yang bisa
membimbing seseorang menjadi lebih baik dalam akidahnya. Dalil naqli menentukan baik buruknya adalah petunjuk wahyu. Keterbatasan akal dan indra manusia pada hal yang ghaib ini juga merupakan alasan petunjuk wahyu sangat dibutuhkan. Akar konteks dalam pembahasan ini, berada pada QS. Al-Baqarah: 177, sebab pada ayat inilah al-birr akidah banyak disebutkan bahwa kebaikan akidah menjadi pijakan utama kebaikan sosial dan karakter.
b). Kebaikan sosial, kepada sesama muslim dan maupun kepada non-muslim, atas nama kemanusiaan. sikap keterhubungan dengan kemanusiaan pada umumnya, sebuah empati bagi setiap anggota komunitas manusia. unsur kemanusiaan ini sangat dijunjung dalam Alquran. Seperti ayat-ayat yang sudah disebutkan di atas.
c). Kebaikan karakter, merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Kebaikan (al-birr) pada karakter ini dapat dilihat contoh konkritnya pada QS. Al- Baqarah: 44, dimana Allah swt., mengajarkan agar manusia sebagai contoh yang baik, harus pula melakukan yang baik. Bukan hanya bisa bicara tanpa melakukannya.
Maka Allah swt., membuat permisalan dari kebanyakan perbuatan dan karakter dari Bani Israel yang mengajak orang untuk berbuat baik, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya
DAFTAR PUSTAKA
- Ismaîl al-Hasanî, Nadhariyat al-Maqâshid ‘Inda Imâm T̟ahîr Ibn ‘Âsyur, (Virginia: Ma’hâd al- Islâmi li al-Fikr Islâmi,1995
- Abd. Muin Salim, metodologi Tafsir sebuah rekonstruksi Epistimologis, Mematapkan keberadaan ilmu Tafsir sebagai ilmu (ujung Pandang: IAIN Alaudin , 1999
- Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al Anshoriy, Al Qurthubi, al Jami’ Li Ahkamil Qur’an, ((Bairot-Libanon: Dar al Ma’rifat, 2003 M, Juz 1)
Ringkasan tafsir ibu katsir/ Muhammad Nasib ar- Rifa’i: Penerjemah, syihabuddin . Jakarta : Gema Insani Press,200
3