e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN NORMAL
Meita Hipson1, Erik Kusmira Anggraini2
Program Studi DIII Kebidanan, STIKES ‘Aisyiyah Palembang1,2 [email protected]1
erik [email protected]2
ABSTRAK
Latar Belakang: Persalinan normal adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. Faktor risiko yang diperkirakan berhubungan dengan persalinan normal adalah usia ibu, paritas, usia kehamilan, dan jarak kehamilan.Tujuan: Untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan normal di BPM Mitra Mulya Banyuasin Tahun 2018-2019. Metode: Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal di BPM Mitra Mulya Banyuasin Tahun 2018-2019 berjumlah 104 responden dan sampelnya berjumlah 83 orang yang diambil dengan teknik simple random sampling. Penelitian dilakukan pada November 2020-Januari 2021. Data diolah secara analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis data menggunakan uji statistik parametrik dengan menggunakan korelasi pearson product moment. Hasil:
Diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy)sebesar 0,000 dan nilai p 0,001 < α 0,05. Hubungan usia ibu dengan persalinan normal menunjukkan hubungan yang lemah dan berpola positif yang artinya usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun akan mengalami risiko tinggi dalam persalinan.
Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara persalinan normal dengan usia ibu. Saran: Diharapkan petugas kesehatan dapat melibatkan keluarga/suami untuk mendampingi ibu pada saat proses persalinan.
Kata Kunci: Usia, Paritas, Umur Kehamilan, Jarak Kehamilan, Persalinan Normal
ABSTRACT
Background: Normal birth is an extended pregnancy that occurs in fairly monthly pregnancies (37-42 weeks), born spontaneously with a 18 hour presentation behind the head, ask the combination of borh the mother and the fetus. The risk factors that are thought to be associated with normal delivery are maternal age, parity, gestational age, and gestational spacing. Purpose: To analyze the factors related to normal delivery at BPM Mitra Mulya Banyuasin in 2018-2019. Method: This study uses an analytical method with a retrospective approach. The population in this study were all mothers who gave birth normally at BPM Mitra Mulya Banyuasin in 2018-2019 totaling 104 respondents and the sample was 83 people who were taken using a simple random sampling technique. The study was conducted in November 2020-January 2021. The data were processed by univariate and bivariate analysis. Data analysis used parametric statistical test using pearson product moment correlation.
Results: The correlation coefficient value (rxy) is 0,000 and the p value is 0,00 1 < α 0,05. The relationship between maternal age and normal delivery shows a weak relationship and has a positive pattern, which means that mothers aged < 20 years and > 35 years will experience a high risk of childbirth. The results of statistical tests showed that there was a significant relationship between normal delivery and maternal age. Suggestions: It is hoped that health workers can involve their family/ husband to accompany the mother during the delivery process.
Keyword: Age, Parity, Pregnancny Age, Pregnancy Distance, Normal Birth
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362 PENDAHULUAN
Persalinan adalah pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Saifudin, 2010). World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan.
Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa usia melahirkan dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun memiliki risiko kematian maternal (saat persalinan) lebih tinggi dibanding kelompok usia lainnya.
Hal ini disebabkan oleh karena organ reproduksi pada ibu hamil yang masih belum matangdi usia kurang dari 20 tahun, dan pada usia lebih dari 35 tahun mempunyaikeluhan lebih banyak,misalnya cepat lelah, dan hal tersebut dapat mempengaruhi otot-otot dalam uterus menjadi lebih lunak sehingga mempengaruhi kekuatan uterus untuk berkontraksi (Ariesta, 2018).
Menurut Feriwati dan Marjuni (2020) dari hasil uji chi square menunjukkan nilai p (0,377) > α (0,05), dengan demikian tidak ada hubungan paritas dengan kejadian ruptur perineum
pada ibu setelah persalinan. Hal ini bisa terjadi karena setiap ibu mempunyai tingkat elastisitas perineum yang berbeda- beda. Semakin elastis perineum maka kemungkinan tidak akan terjadi ruptur perineum dan juga sebagian karena berat badan bayi baru lahir, kerapuhan perineum, asuhan sayang ibu yang kurang baik sehingga proses persalinan kurang terkendali seperti ibu kelelahan, mengejan sebelum waktunya sehingga partus menjadi macet / lambat.
Penelitian Yohanna (2013) ada hubungan antara usia dengan kejadian persalinan lama dengan nilai p = 0.003 ≤ α 0.05. Derajat keeratan hubungan variabel usia dengan persalinan lama dilihat dari nilai OR = 2,106, yang artinya ibu yang usia berisiko mempunyai risiko 2,106 kali lebih besar untuk mengalami kejadian persalinan lama dibandingkan dengan responden yang mempunyai usia tidak berisiko.
Umur kehamilan dihitung dari periode pembuahan sampai bayi lahir, dan jarak kehamilan yang ideal adalah lebih dari 2 tahun dan kurang dari 10 tahun, oleh karena ibu hamil dengan jarak kehamilan anak kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahimnya masih butuh cukup istirahat, begitu juga dengan jarak kehamilan yang kurang dari 10 tahun.
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
Ibu bersalin normal di Indonesia sebanyak 67,7%, provinsi terendah di Maluku 44,0% dan yang tertinggi di Nusa Tenggara Barat sebanyak 74,2%
(Riskesdas, 2018). Berdasarkan data profil kesehatan Sumatera Selatan (2018) jumlah ibu bersalin normal di Kota Palembang sebesar 71,4%, dan Ibu bersalin normal di banyuasin sebanyak 83,16% . Berdasarkan data dari BPM mitra mulya banyuasin tahun 2019 total ibu bersalin sebanyak 110 orang .
Berdasarkan latar belakang tersebut menimbulkan minat peneliti dalam melakukan penelitian tentang “Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan normal di Bidan Praktik Mandiri Mitra Mulya Banyuasin Tahun 2018-2019.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan retrospektif. Penelitian ini dilaksanakan dengan mendapatkan perizinan dari BPM Mitra Mulya Banyuasin sebagai tempat yang akan dijadikan tempat penelitian.
Populasi dan sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah semua ibu bersalin normal di BPM Mitra Mulya Banyuasin Tahun 2018-2019 berjumlah 104 orang dan sampel ibu bersalin normal
ada 83 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara random dengan teknik simple random sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan dengan secara acak sederhana. Penelitian dibagi dua tahap yaitu dilaksanakan pada bulan November-Desember 2020 (tahap roposal), sedangkan pengambilan data dilakukan dari bulan Desember 2020-Januari 2021 di Bidan Praktik Mandiri Mitra Mulya Banyuasin. Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah usia ibu, paritas, umur kehamilan, dan jarak kehamilan, dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari rekam medik. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi pearson dengan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%, dan tingkat kesalahan 5%.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari variabel dependen (persalinan normal) dan variabel independen (usia ibu, paritas, umur kehamilan, jarak kehamilan) di BPM Mitra Mulya Banyuasin Tahun 2019.
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
Tabel 1.
Statistik Deskriptif Persalinan Normal, Usia Ibu, Paritas, Umur Kehamilan, dan Jarak Kehamilan
N Minimum Maximum Mean Median Std. Deviation
Usia ibu 83 17 45 27,22 26,00 6,147
Paritas 83 1 5 2,12 2,00 0,955
Umur kehamilan 83 35 42 0,118 39,00 1,071
Jarak Kehamilan 83 58 57 8,76 5,00 12,537
Berdasarkan tabel 1 didapatkan dari 83 responden rata-rata usia ibu 27,22 tahun, median 26 tahun dengan standar deviasi 6,147 tahun. Usia ibu termuda 17 tahun dan usia ibu tertua 45 tahun. Rata- rata responden mempunyai paritas 2,12 anak, median 2 anak dengan standar deviasi 0,955 anak. Paritas paling sedikit 1 anak dan paritas paling banyak 5 anak.
Rata-rata umur kehamilan responden 0,118 minggu, median 39 minggu dengan standar deviasi 1,071 minggu. Umur kehamilan termuda 35 minggu dan umur kehamilan tertua 42 minggu. Rata-rata jarak kehamilan responden 8,76 tahun, median 5 tahun dengan standar deviasi 12,537 tahun.
Jarak kehamilan terdekat 58 dan jarak kehamilan terjauh 57.
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Persalinan Normal, Usia Ibu, Paritas, Umur Kehamilan, dan Jarak Kehamilan
No. Variabel Frekuensi Persentase
1 Persalinan Normal
Normal 65 78,3%
Dengan Tindakan 18 21,7%
2 Usia Ibu
Usia < 20 Tahun 13 15,6%
Usia 20-35 Tahun 64 77,1%
Usia > 35 Tahun 6 7,2%
3 Paritas
< 1-3 anak 78 93,9%
> 3 anak 5 6,0 %
4 Umur kehamilan
Prematur < 37 Minggu 15 18,0%
Aterm > 37-42 Minggu 68 81,9%
5 Jarak Kehamilan
< 2 Tahun 27 32,5%
≥ 2-4 Tahun 43 51,8%
≤ 5 Tahun 13 15,2%
Total 83 100%
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa dari 83 responden terdapat 65 responden (78,3%) yang bersalin normal, 64 responden (77,1%) yang usia ibu dalam rentang 20-35 tahun, 78 responden (93,9%) yang jumlah paritas < 1-3 anak, 68 responden (81,9%) yang umur kehamilannya aterm > 37-42 minggu, dan 43 responden (51,8%) yang jarak kehamilannya pada rentang > 2-4 tahun.
Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara risiko kehamilan dengan usia ibu, paritas, umur
kehamilan, jarak kehamilan ibu bersalin normal di BPM Mitra Mulya Banyuasin Tahun 2018-2019. Jika nilai p ≤ α (0,05) berarti terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel persalinan normal dan usia ibu, paritas, umur kehamilan, dan jarak kehamilan. Jika nilai p > α (0,05) berarti tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel antara persalinan normal dengan usia ibu, paritas, umur kehamilan, dan jarak kehamilan.
Tabel 3.
Hubungan Usia Ibu dengan Paritas
Persalinan Normal
Usia Ibu
r 0,000
p 0,001
N 83
Berdasarkan tabel 3 diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,000 dan nilai p 0,001 < α 0,05. Hubungan usia ibu dengan persalinan normal menunjukkan hubungan yang lemah dan berpola positif yang artinya usia ibu < 20 tahun dan > 35 tahun akan mengalami risiko tinggi dalam persalinan. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara persalinan normal dengan usia ibu.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis univariat didapatkan dari 83 responden terdapat 65 responden (78,3%) yang bersalin normal, 64 responden (77,1%) yang usia ibu dalam rentang 20-35 tahun, 78 responden (93,9%) yang jumlah paritas < 1-3 anak, 68 responden (81,9%) yang umur kehamilannya aterm > 37-42 minggu, dan 43 responden (51,8%) yang jarak kehamilannya pada rentang > 2-4 tahun.
Diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy)sebesar 1 dan nilai p 0,000 < α 0,05. Hubungan
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
usia ibu dengan persalinan normal menunjukkan hubungan yang sangat kuat dan berpola positif yang artinya usia ibu <
20 tahun dan > 35 tahun akan mengalami risiko tinggi dalam persalinan. Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang signifikan antara persalinan normal dengan usia ibu.
Penelitian Yohanna (2016) menunjukkan bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian persalinan lama, dengan hasil uji chi square diperoleh p value= 0.003 yang berarti (p value ≤ 0.05).
Derajat keeratan hubungan variabel usia dengan persalinan lama dilihat dari nilai OR = 2,106, yang artinya ibu yang usia berisiko mempunyai risiko 2,106 kali lebih besar untuk mengalami kejadian persalinan lama dibandingkan dengan responden yang mempunyai usia tidak berisiko.
Berbagai bukti ilmiah menunjukkan bahwa usia melahirkan dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun memiliki risiko kematian maternal (saat persalinan) lebih tinggi dibanding kelompok usia lainnya.
Hal ini bisa disebabkan oleh karena organ reproduksi pada ibu hamil yang masih belum matang di usia kurang dari 20 tahun, dan pada usia lebih dari 35 tahun mempunyai keluhan lebih banyak, misalnya cepat lelah, dan hal tersebut dapat mempengaruhi otot-otot dalam uterus menjadi lebih lunak sehingga
mempengaruhi kekuatan uterus untuk berkontraksi (Ariesta, 2018).
Usia reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah 20-35 tahun, dibawah dan diatas umur tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan. Pertambahan usia diikuti oleh perubahan perkembangan organ-organ dalam rongga pelvis. Organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan pada wanita usia muda dan kejiwaan belum siap menjadi seorang ibumaka kehamilan dapat berakhir dengan suatu keguguran, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan dapat disertai dengan persalinan macet. Usia bersalin pertama yang ideal bagi seorang wanita adalah 20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim wanita sudah siap menerima kehamilan (Manuaba, 2012). Persalinan pada usia kurang dari 20 tahun memicu terjadinya anemia, keguguran, prematuritas dan berat bayi lahir rendah serta komplikasi kehamilan lainnya (Manuaba, 2012).
Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Kehamilan di usia < 20 tahun sangat berbahaya untuk kesehatan organ reproduksi yang belum kuat untuk berhubungan intim dan melahirkan, sehingga gadis di usia < 20 tahun memiliki risiko 4 kali lipat mengalami luka serius dan meninggal akibat melahirkan (Ayu,
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
2016). Menurut Wiknjosastro (2009) kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun 2- 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.
Kehamilan di usia < 20 tahun sangat berbahaya untuk kesehatan organ reproduksi yang belum kuat untuk berhubungan intim dan melahirkan, sehingga gadis diusia < 20 tahun memiliki risiko 4 kali lipat mengalami luka serius dan meninggal akibat melahirkan (Ayu, 2016).
Usia ibu terlalu muda (< 20 tahun) dan terlalu tua (> 35 tahun) mempunyai risiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini dikarenakan pada umur dibawah 20 tahun, dari segi biologis fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, mental, dan emosional, sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau degenerasi dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan
postpartum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi daripada perdarahan post partum yang terjadi pada umur 20-29 tahun. Perdarahan post partum meningkat kembali setelah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2009).
Subiyanto (2012) yang menyebutkan ada beberapa risiko kehamilan di usia 35 tahun atau lebih, yaitu jumlah seltelur yang tinggal sedikit karena wanita tersebut menjelang usia menopause kesulitan mengalami ovulasi. Sel-sel yang sudah tua mengalami penurunan kemampuan untuk dibuahi dan kehilangan kemampuan untuk menghasilkan hormon, terutama estrogen dan progesteron.
ketidakseimbangan hormon mengakibatkan rahim tidak dapat menjaga kehamilan sebagaima mestinya sehingga kondisi rahim tidak akan menjadi subur dan menjadi relaksasi sehingga rahim akan menjadi ber-kontraksi dan tidak optimal dalam mengalirkan nutrisi dan oksigen secara uteroplasenter.
Prognosa persalinan sangat ditentukan oleh usia seseorang. Umur yang terlalu muda atau kurang dari 17 tahun dan umur yang terlalu lanjut lebih dari 34 tahun merupakan kehamilan risiko tinggi.
Persalinan pada usia muda merupakan faktor risiko hal ini disebabkan belum
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
matangnya organ reproduksi untuk hamil (endometrium belum sempurna) sedangkan pada umur diatas 35 tahun endometrium yang kurang subur serta memperbesar kemungkinan untuk menderita kelainan kongenital, sehingga dapat berakibat terhadap kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang sedang dikandung (Faradilla,dkk, 2016). Persalinan pada usia ibu < 20 tahun secara biologis belum optimal sehingga emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami guncangan yang mengkibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya, sedangkan pada usia > 34 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa pada usia ini (Faradilla,dkk, 2016).
Paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami ibu baik lahir hidup maupun mati. Paritas 2 atau 3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Ibu dengan paritas lebih dari 3 memiliki angka materrnal yang tinggi karena dapat terjadi gangguan endometrium. Penyebab gangguan endometrium tersebut dikarenakan kehamilan berulang, sedangkan pada paritas pertama berisiko karena rahim baru pertama kali menerima
hasil konsepsidan keluwesan otot rahim masih terbatas untuk pertumbuhan janin.
Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti dalam kesehatan ibu dan anak, dikatakannya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang berparitas rendah lebih baik daripada yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu yang berkaitan dengan kehamilan (Notoatmodjo, 2005). Jumlah paritas merupakan salah satu komponen dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-A, dimana G menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan A menyatakan jumlah abortus, sebagai contoh, seorang perempuan dengan status paritas G3P1A1, berarti perempuan tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali paritas dan satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga kalinya. Klasifikasi jumlah paritas berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat dibedakan menjadi: 1) nullipara, adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak sama sekali, 2) primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar, 3) multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua hingga empat kali, 4) grande multipara, adalah perempuan yang
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2012).
Paritas yang terlalu banyak dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam kehamilan, menghambat proses persalinan, menyebabkan perdarahan dan dapat menambah beban ekonomi keluarga (Barus, 2018). Ibu yang pernah mengalami persalinan sebanyak 4 kali atau lebih, komplikasi yang mungkin terjadi seperti anemia, kurang gizi, dan kekendoran pada dinding rahim. Keadaan tersebut dapat menyebabkan kelainan letak janin, persalinan lama, perdarahan pasca persalinan, dan rahim robek pada kelainan letak lintang.
Menurut Subiyanto (2012), walaupun usia 20-35 tahun aman untuk hamil dan melahirkan bukan berarti perempuan bisa hamil setiap tahunnya, karena jarak antara kehamilan yang ideal adalah antara 2-4 tahun. Ada studi yang menunjukkan angka kesakitan ibu dan anak yang jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun lebih besar dibandingkan dengan anak yang jarak kehamilannya 2 tahun.
Perhitungan jarak kehamilan yang ideal tidak kurang dari 2 tahun atas dasar pertimbangan kembalinya organ-organ reproduksi ke keadaan semula, sehingga dikenal istilah masa nifas, yaitu masa
organ-organ reproduksi kembali ke masa sebelum hamil, setelah melahirkan, direkomendasikan untuk mempersiapkan kehamilan berikutnya sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 24 bulan untuk mengurangi risiko yang merugikan pada ibu, perinatal, dan bayi. Kehamilan dengan jarak kehamilan < 2 tahun dapat mengakibatkan abortus, berat badan bayi lahir rendah, nutrisi kurang, dan waktu/
lama menyusui berkurang untuk anak sebelumnya.
Salah satu bahaya yang dapat terjadi pada ibu yang pernah hamil/
melahirkan anak 4 kali atau lebih adalah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
Rata-rata jarak kelahiran anak adalah 4,7 tahun. Hasil ini termasuk dalam rentang jarak kelahiran ideal, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa jarak kelahiran yang ideal adalah lebih dari 2 tahun dan kurang dari/ sama dengan 10 tahun, oleh karena ibu hamil dengan jarak kelahiran anak kurang dari2 tahun, kesehatan fisik dan rahimnya masih butuh cukup istirahat, begitu juga dengan jarak kelahiran yang lebih dari/ sama dengan10 tahun. Ibu dengan kondisi seperti ini seolah–olah menghadapi kehamilan/
persalinan yang pertama lagi. Salah satu akibat dari risiko tinggi kehamilan adalah perdarahan pada ibu bersalin, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
oleh Ariesta (2018) didapatkan hasil bahwa berdasarkan uji statistik Product Moment didapatkan nilai r hitung 0,562 sedangkan nilai r tabel pada taraf signifikansi 0,05 adalah 0,532. Oleh karena r hitung > r tabel (0,562 > 0,532) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara jarak kelahiran dengan jumlah perdarahan pada ibu bersalin di Bidan Praktik Mandiri Istiqomah tahun 2018.
Selain itu, ibu dengan jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun atau lebih dari/sama dengan10 tahun termasuk dalam kategori ibu hamil dengan risiko tinggi, yang berpotensi untuk mengalami risiko atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan, bila dibandingkan dengan ibu hamil normal (Amelia, 2019).
Penelitian Feriwati dan Marjuni (2020) bahwa dari 36 responden, mayoritas responden merupakan multipara yaitu sebanyak 27 responden (75%), primipara sebanyak 6 responden (17%) dan grandemultipara sebanyak 3 responden (8%). Berdasarkan uji silang menunjukkan bahwa dari 36 responden, mayoritas responden multipara yaitu sebanyak 27 responden (75%), yang terdiri dari ibu yang mengalami ruptur perineum sebanyak 21 responden (58%) dan yang tidak mengalami ruptur perineum sebanyak 6 responden (16%). Hasil uji chi square
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) hasil perhitungan menunjukkan nilai p (0,377) > α (0,05) berarti Ho diterima dan Ha ditolak, dengan demikian tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian ruptur perineum pada ibu setelah persalinan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Hasil analisis univariat diperoleh dari 83 responden terdapat 65 responden (78,3%) yang bersalin normal, 64 responden (77,1%) yang usia ibu dalam rentang 20-35 tahun, 78 responden (93,9%) yang jumlah paritas < 1-3 anak, 68 responden (81,9%) yang umur kehamilannya aterm > 37-42 minggu, dan 43 responden (51,8%) yang jarak kehamilannya pada rentang > 2-4 tahun.
2. Terdapat korelasi yang bermakna atau ada hubungan antara persalinan normal dengan usia ibu di BPM Mitra Mulya Banyuasin Tahun 2018-2019 dengan p value (0,001) dan terdapat korelasi positif signifikan antara usia ibu dengan persalinan normal sebesar 0,000 kekuatan korelasi lemah.
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362 Saran
1. Bagi STIKES ‘Aisyiyah Palembang Penelitian ini diharapkan akan dapat menambah wawasan kepustakaan dan informasi ilmiah tentang analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan normal di Bidan Praktik Mandiri Mitra Mulya Banyuasin tahun 2018-2019.
2. Bagi Bidan Praktik Mandiri Mitra Mulya
Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi yang baru dan menambah wawasan mengenai
pentingnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan normal di Bidan Praktik Mandiri Mitra Mulya Banyuasin tahun 2018-2019.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dalam melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor- faktor yang berhubungan dengan persalinan normal.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia., dan Sylvi, Wafda N. (2019). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal dan Neonatal. Yogjakarta: Pustaka Baru Press
Ariesta. (2018). Hubungan antara Umur dan Paritas dengan Kejadian Preeklamsi. Jurnal Obstretika Scientia, 6 (1)
Ayu, Gusti Mandriwati., dkk. (2016). Asuhan Kebidanan Kehamilan Berbasis Kompetensi.
Jakarta: EGC
Data dari Riskedas. (2018). Data Ibu Bersalin Normal di Sumatera Selatan.
Ferinawati., dan Marjuani. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ruptur Perenium pada Persalinan Normal di BPM Hj. Rosdiana, S.SIT Kecamatan Jeunib Bireuen. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 6 (2)
Manuaba, I.B.G. (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.
Jakarta: EGC
Mutmainnah, Annisa UI., dkk. (2017). Asuhan Persalinan Normal dan Bayi Baru Lahir.
Yogjakarta: Andi
Notoadmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta Profil Kesehatan Sumatera Selatan. (2018). Ibu Bersalin Normal di Palembang Sumatera
Selatan
e-ISSN 2622-6200 | p-ISSN 2087-8362
Rosalina. (2018). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Post Partum. Bogor
Riskesdas. (2018). Profil Ibu Bersalin Normal di Indonesia. Jakarta
Saifudin, Abdul Bari., dkk. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Subiyanto, Vera Puspita. (2012). Cara Sehat dan Aman Menghadapi Kehamilan Diatas Usia 35 Tahun. Klaten: Cable Book
Winkjosastro, Hanifa. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Yohanna, Wike Sri. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persalinan
Lama. Lampung: Stikes Aisyah Pringsewu
(https://media.neliti.com/media/publications/195276-ID-analisis-faktor-faktor-yang- berhubungan.pdf)