SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMP SWASTA NADAHTUL
ULAMA PALEMBANG
PRAMESTI DEBI SAFIRA 21122026P
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2024
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SMP SWASTA NADAHTUL
ULAMA PALEMBANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
PRAMESTI DEBI SAFIRA 21122026P
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2024
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal skripsi ini diajukan oleh : Nama : Pramesti Debi Safira
NIM : 21122026P
Program Studi : Ilmu Keperawatan Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP Swasta Nahdatul Ulama Palembang
Telah diperiksa dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta disetujui untuk dilakukan proses ujian Komprehensif Tugas Akhir
Palembang, Juli 2024 Pembimbing I
Ayu Dekawaty, M.Kep NBM. 1206341
Pembimbing II
Efroliza, M.Kep NBM. 1206339
Disetujui Ketua Program Studi
Siti Romadoni, S.Kep., Ns., M.Kep NBM. 1043749
iv ABSTRAK
Nama : Pramesti Debi Safira
NIM : 21122026P
Program Studi : Ilmu Keperawatan Fakultas : Ilmu Kesehatan
Judul Skripsi : Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP Swasta Nahdatul Ulama Palembang
Jumlah Halaman :
Latar Belakang: Perilaku bullying adalah perilaku seseorang yang lebih kuat menyakiti secara fisik maupun secara verbal terhadap orang yang lemah. Salah satu faktor penyebab seorang remaja melakukan perilaku bullying adalah pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua adalah interaksi antara orang tua dan anak dalam memberikan kasih sayang, mengajarkan nilai/norma, memelihara, melindungi anak dan membantu perkembangan anak dalam aspek fisik, psikologis dan social.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja di SMP NU Palembang. Metode Penelitian:
Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional dan data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Hasil Penelitian: didapatkan nilai p-value
=0,000 (≤ 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying remaja di SMP NU Palembang. Kesimpulan:.
Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying remaja di SMP NU Palembang.
Kata Kunci : Perilaku bullying, Pola asuh orang tua, Remaja
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP Swasta Nahdatul Ulama Palembang ”. Penulisan proposal skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah Palembang.
Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal skripsi ini, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan proposal skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi, M.Kes selaku Rektor IKesT Muhammadiyah Palembang.
2. Bapak Yudiansyah, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan IKesT Muhammadiyah Palembang.
3. Ibu Siti Romadoni, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.
4. Bapak Fedwin Almuin Halim S.Pd., M.M, M.Si selaku Kepala Sekolah SMP NU Palembang.
5. Ibu Ayu Dekawaty, M.Kep selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan telah banyak memberikan saran, masukan, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan proposal skripsi ini.
6. Ibu Efroliza, M.Kep selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan telah banyak memberikan saran, masukan, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan proposal skripsi ini.
7. Bapak/Ibu Dosen Penguji I dan II yang telah meluangkan waktu dan telah memberikan saran, masukan, bimbingan dan pengarahan dalam penulisan proposal skripsi ini.
vi
8. Para dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan IKesT Muhammadiyah Palembang.
9. Orang Tua dan Keluarga yang saya sayangi dan saya kasihi yang telah mendidik, membesarkan serta selalu memberikan doa serta semangat selama menempuh pendidikan ini.
10. Framudya Fajrin dan teman seperjuangan PSIK Reguler B angkatan 2022 yang telah memberi semangat dalam penyusunan skripsi ini untuk perjalanan menempuh gelar sarjana Di IKesT Muhammadiyah Palembang.
Akhir kata penulis berharap semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Palembang, 14 Mei 2024
Penulis
vii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR BAGAN ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
1.Tujuan Umum ... 6
2.Tujuan Khusus... 6
D. Ruang Lingkup ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 7
1.Manfaat Teoritis ... 7
2.Manfaat Praktis ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Konsep Remaja ... 8
1.Definisi Remaja ... 8
2.Perkembangan Remaja ... 8
3.Tiga Fase Remaja ... 10
4.Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja ... 10
B. Bullying ... 12
1.Pengertian Bullying ... 12
2.Jenis-Jenis Bullying ... 12
3.Faktor Yang Memperngaruhi Perilaku Bullying... 13
4.Dampak Dari Bullying... 14
C. Pola Asuh Orang Tua ... 14
1.Pengertian Pola Asuh ... 14
viii
2.Macam-macam pola asuh ... 15
3.Peran Dan Fungsi Orang Tua Dalam Pengasuhan Pembinaan Anak ... 16
4.Faktor Yang Memperngaruhi Pola Asuh ... 17
D. Kerangka Teori ... 18
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS ... 19
A. Kerangka Konsep ... 19
B. Definsi Operasional ... 19
C. Hipotesis ... 21
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Desain Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 22
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Prosedur Pengumpulan ... 25
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 26
G. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 29
H. Etika Penelitian ... 32
DAFTAR PUSTAKA... 57
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 18 Bagan 3.1 Kerangka Konsep ... 19
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 20
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Pengajuan Tema Skripsi Lampiran 2: Surat Izin Studi Pendahuluan Lampiran 3: Lembar Bimbingan Tugas Akhir
Lampiran 4: Lembar Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 5: Lembar Kuesioner Pola Asuh Orang tua Dan Bullying
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang penuh berbagai dinamika, mulai adanya masa percintaan, menghadapi suatu hal yang baru untuk mengetahui diri sendiri serta solidaritas antar persahabatan. Dengan karakter yang cenderung sensitif dan labil mendorong remaja untuk bertindak, berperilaku tanpa memikirkan resiko yang mungkin akan terjadi kedepannya. Banyak sekali remaja yang mengikuti trend masa kini dari temannya yang juga melakukan trend tersebut. Hal ini terjadi agar mereka menjadi bagian anggota suatu kelompok sosial yang trend pada masa kini (Permata & Nasution, 2022).
Seorang remaja juga sering sekali mencoba untuk menunjukan diri sebagai seorang anggota atau kelompok sosial dalam lingkungannya.
Menurut World Health Organization (WHO, 2020) remaja adalah seseorang pada rentang usia 10-19 tahun yang mengalami perubahan fisik, emosional dan sosial serta mudah terkena masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, perlu adanya pemantauan perkembangan emosi pada anak yang mulai tumbuh remaja. Remaja perlu memiliki kemampuan interaksi sosial maladaptif cenderung sulit menjalin hubungan pertemanan dan lebih suka menyendiri serta tidak banyak memiliki teman.
Pada masa remaja ini mereka sedang dalam tahap pecarian identitas diri sehingga menjadi rentan terhadap timbulnya permasalahan seperti permasalahan dengan orang tua, permasalahan disekolah dan dengan teman sebaya, salah satu permasalahan yang muncul di masa remaja adalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwa. Secara psikologis kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak dan remaja. Sering didapati adanya
2
trauma masa lalu serta perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungan. Sedangkan bentuk kenakalan remaja dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk seperti berkelahi, mencuri, pergaulan bebas, merokok, tidak masuk sekolah dan perilaku bullying (Ramadia & Putri, 2019).
Masa remaja ini sering terjadi permasalah emosi, perilaku dan kognitif. Salah satu diantaranya adalah perilaku bullying. Bullying adalah perilaku yang bersifat agresif yang berulang, disengaja dan memiliki tujuan yang menyakitkan seperti menyakiti secara verbal, fisik atau mengucilkan orang lain. Verbal yaitu tindakan mengejek, mengolok-olokan nama panggilan, menakuti sedangkan tindakan secara fisik yaitu memukul, menendang dan mendorong. Bullying itu merupakan tindakan yang bersifat kekerasan atau pemaksaan untuk mengintimidasi atau menyalahgunakan orang lain (Permata & Nasution, 2022).
Perilaku bullying memang rentan sekali terjadi pada masa individu remaja karena mereka sedang memasuki proses untuk mencari jati diri pada lingkungan. Menurut (Permata & Nasution, 2022) bullying yang terjadi pada kalangan remaja bukan merupakan suatu hal yang baru. Dari waktu ke waktu perilaku bullying tidak pernah habis di bahas, perilaku bullying ini telah menjadi sorotan semua hingga mengkhawatirkan.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perilaku bullying yaitu faktor dari remaja itu sendiri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu krisis identitas diri, kontrol diri yang lemah dan rasa trauma akan masa lalu. Sedangkan faktor eksternal terjadinya perilaku bullying adalah pola asuh orang tua yang salah, keluarga yang tidak rukun, situasi sekolah ynag tidak harmonis, melihat dan menonton tayangan kekerasan.
Salah satu faktor eksternal perilaku bullying tertuju pada keluarga yang menggalami perselisihan yang bisa memicu perilaku negatif pada remaja (Ramadia & Putri, 2019).
Bentuk pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kepribadian anak dimasa depan. Hal ini karena disebabkan oleh kepribadian anak yang di didik sejak dini. Maka dari itu pola asuh dilakukan oleh orang tua akan
3
memperngaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian serta perilaku anak. Jika pola asuh yang di lakukan oleh orang tua kurang baik pada anak, maka perilaku anak akan menjadi tidak baik juga (Akbar & Fatah, 2022).
Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak yang bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola asuh orang tua merupakan gambaran seorang anak tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, komunikasi selama pengasuhan (Ramadia & Putri, 2019).
Beberapa tipe pola asuh orang tua dalam mendidik anak yaitu, pola asuh otoriter adalah pola asuh yang berperan sebagai arsitek, cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat diktator, menunjukan wibawa dan menghendaki ketaatan mutlak. Anak harus tunduk dan patuh terhadap kemauan orang tua. Kemudian pola asuh permisif yang merupakan pola asuh yang cenderung menghindari konflik dengan anak, sehingga orang tua membiarkan saja apa yang dilakukan anaknya. Dan yang terakhir yaitu, pola asuh demokratis merupakan orang tua yang cenderung menganggap sederajat hak dan kewajiban anak dibanding dirinya. Pola asuh ini menggunakan musyawarah sebagai pilar dalam memecahkan masalah atau persoalan anak dan medukung sepenuh nya dengan kesadaran dan komunikasi yang baik (Saputri, 2022).
Maka dari itu, perlu adanya pemantauan perkembangan emosi pada anak yang mulai tumbuh remaja. Remaja yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang maladaptif sulit untuk menjalin hubungan pertemanan, lebih suka menyendiri dan cenderung tidak memiliki banyak teman. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa pada remaja perempuan rata- rata 37% dan remaja laki-laki 42% menjadi korban bullying. Jenis perilaku bullying yang terjadi yaitu seksual, pertengkaran fisik dan perundungan (WHO, 2020). Dampak lain dari bullying yaitu adanya rasa tidak percaya diri, menarik diri, harga diri rendah. Saat ini bullying di sekolah berkembang pesat sehingga sering memberikan masukan negatif terhadap siswa, contohnya memberikan hukuman yang tidak membangun seperti hukuman
4
fisik yang berlebihan serta mengeluarkan kata-kata kasar (Agisyaputri et al., 2023).
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), prevalensi kejadiaan bullying di bidang pendidikan yaitu 1567 kasus.
Terdapat 76 kasus anak sebagai korban bullying dan 12 kasus anak sebagai pelaku bullying di sekolah (KPAI, 2021). Kekerasan yang terjadi dengan kategori tertinggi yaitu kekerasan psikologis berupa pengucilan, peringkat kedua adalah kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul).
Tingkat bullying terhadap 2.777 anak muda Indonesia berusia 14-24 tahun menemukan bahwa 45% dari mereka pernah mengalami perundungan (bullying). Tingkat pelaporan dari anak laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (49% dibandingkan dengan 41%) (UNICEF, 2020).
Perilaku kekerasan di Sumatera Selatan pada tahun 2020 sebanyak 314 kasus. Menurut catatan Badan Pusat Statistik(BPS) Jumlah ini berkurang 6,58% dibanding tahun sebelumnya. Jika dilihat dari kabupaten/kota, kota Palembang menjadi wilayah di Sumatera Selatan yang paling banyak memiliki kasus kekerasan. bentuk kekerasan yang paling sering terjadi adalah kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Mayoritas bentuk kekerasan di Sumsel merupakan bentuk kekerasan pada fisik sebanyak 184 kasus. Disusul kekerasan seksual 161 kasus dan kekerasan psikis 139 kasus. Korban kasus kekerasan terbesar adalah perempuan yang terbilang remaja yaitu 165 kasus.
Sementara itu kasus kekerasan pada perempuan dewasa menjadi yang terbesar kedua yaitu 121 kasus (Badan Pusat Statistik, 2022).
Seorang umat islam tentu kita tau bahwa terdapat ayat yang berisi larangan untuk mengolok-olok, menghina, apalagi menyakiti secara fisik kepada sesama. Seperti yang terdapat pada surat Al-Hujurat ayat 11.
5 Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Pencegahan terjadinya bullying dengan intervensi pemulihan sosial (rehabilitasi). Ini merupakan proses intervensi yang memberikan gambaran jelas pada pelaku perundungan bahwa tindakanya tidak bisa dibiarkan. Bisa dilakukan dengan membicarakan pada anak seputar apa yang mereka anggap sebagai perilaku baik dan buruk di sekolah, lingkungan sekitar maupun media sosial. Dan orang tua mampu berkomunikasi terbuka dengan anak agar mereka merasa nyaman memberi tahu apa pun yang terjadi dalam hidupnya.
Dampak bullying terhadap individu bisa mempersepsikan dirinya sebagai orang yang lemah, tidak berdaya dan selalu terancam oleh bullying.
Individu juga mengalami kesehatan mental, merasa takut dan menarik diri dari lingkungan pergaulan. Hal ini dapat menjadi faktor resiko depresi pada remaja karna salah satunya seperti perubahan pikiran seperti adanya ide utuk bunuh diri (Ahmed et al., 2023).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Januari 2024 dengan melakukan wawancara langsung di SMP Swasta Nadatul Ulama Palembang terhadap 15 siswa. Terdapat 3 siswa dari kelas 7, 5 siswa dari kelas 8 dan 7 siswa dari kelas 9 yang mengalami korban bullying secara verbal dan non verbal yang disebabkan oleh faktor fisik dan ekonomi. Sedangkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 35 Palembang sebanyak 15 siswa. Terdapat 2 siswa dari kelas 7, 2 siswa dari kelas 8, 3 siswa dari kelas 9 yang mengalami korban bullying secara verbal dan non verbal yang disebabkan oleh faktor ekonomi.
6
Berdasarkan uraian latar belakang diatas. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah menengah pertama dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bulying Pada Remaja Di SMP NU Palembang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa fenomena perilaku bullying remaja bisa menyebabkan masalah mental pada remaja. Maka dari itu penulis ingin mengetahui adanya tidak Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP NU Palembang.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk diketahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja di SMP NU Palembang.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi pola asuh orang tua pada remaja.
b. Diketahui distribusi frekuensi perilaku bullying pada remaja.
c. Diketahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja.
D. Ruang Lingkup
Penelitian ini termasuk kedalam bidang keperawatan jiwa, untuk mengetahui adakah hubungan pola asuh orang tua pada remaja dalam upaya pencegahan bullying pada remaja. Variable independent dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua dan variabel dependen adalah perilaku bullying pada remaja. Penelitian ini menggunakan kuesioner individu.
7
E.
Manfaat Penelitian 1. Manfaat TeoritisSecara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumber informasi di ilmu bidang keperawatan jiwa untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pengembangan keilmuan keperawatan jiwa dan wawasan bagi peserta didik atau mahasiswa tentang hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja.
b. Bagi tempat penelitian
Untuk sekolah menengah pertama, hasil penelitian ini sebagai informasi mengenai perilaku bullying dan dampaknya sehingga bisa mengendalikan dengan baik dan menghindari perilaku bullying.
c. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Remaja 1. Definisi Remaja
Menurut World Health Organization (WHO, 2020) menyatakan bahwa seseorang remaja dinyatakan remaja ketika rentang di usia 10-19 tahun yang sedang mengalami perubahan secara fisik, emosional dan sosial.
Maka dari itu perlu adanya pemantauan perkembangan emosi pda anak yang mulai tumbuh remaja.
Remaja adalah kelompok usia 10 tahun sampai sebelum berusia 18 tahun. Upaya kesehtan remaja memiliki tujuan untuk mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang sehat, cerdas, berkualitas, dan produktif berperan dalam menjaga serta meningkatkan kesehatan dirinya (Kemenkes, 2020).
Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa mencakup untuk kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Dimana remaja mempunyai rasa kaingin tahuan yang besar dan sedang mengalami proses perkembangan sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
2. Perkembangan Remaja a. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik lebih cepat terjadi pada remaja. Pertumbuhan fisik yang terjadi pada remaja yang terjadi dalam pertumbuhan remaja.
Perubahan ini seperti ukuran tubuh, kematangan ciri kelamin pria/wanita. Perkembangan fisik dapat diukur dan dilihat, seperti bertambah berat badan, tinggi dan perubahan fisik lainnya.
Perkembangan fisik juga dipengaruhi oleh faktor keuturunan contohnya anak terlahir dari orang tua yang tinggi maka kelak anaka akan
9
berbadan tinggi karena telah diwarisi sifat tinggi dari salah satu orang tuanya (Octavia, 2020).
b. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Perkembangan psikis remaja adalah perubahan yang terjadi pada jiwa, pikiran, dan emosi seseorang menjadi lebih matang atau dewasa dalam menghadapi kehidupan yang berbeda dengan ketika masa kanak-kanak.
Perkembangan psikis tidak bisa diatur maupun dilihat secara langsung tapi dapat dilihat dari tingkah laku dan kemampuan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan psikis adalah kecerdasan emosional dan spiritual individu masing-masing. Kecerdasan emosional berkaitan degan emosi, perasaan, pikiran. Sedangkan kecerdasan spiritual berhubungan dengan keyakinan dan agama (Octavia, 2020).
c. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berfikir dan bahasa. Menurut teori perkembangan kognitif dalam Deny Pratama dan Yanti Puspita Sari.
Santrock adalah remaja yang mulai berfikir secara logis. Mereka menyusun rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji solusinya (Pratama & Sari, 2021).
d. Perkembangan psikososial
Psikososial merupakan suatu istilah yang berkaitan dengan kesehatan mental seseorang atau emosional dan kondisi sosial seseorang. Dengan kata lain perkembangan psikologi dan perkembangan sosial seorang remaja merasa takut, marah, senang dan gembira. Perkembangan psikososial remaja adalah kemampuan remaja untuk mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri. Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh remaja (Aulia et al., 2022).
10 3. Tiga Fase Remaja
Menurut (rahmah, 2021) mengenai tiga fase remaja utama berdasarkan tahap perkembangan usianya.
a. Fase remaja awal
Seorang remaja pada fase ini, usia 10-13 tahun, selama fase ini anak- anak seringkali mulai tumbuh lebih cepat dan mengalami tahap awal pubertas. Baik laki-laki maupun perempuan akan mengalami pertumbuhan fisik yang signifitan. Secara kognitif, remaja tahap ini sudah mulai mengalami peningkatan minat intelektual. Seperti mulai mencari kebenaran dari suatu hal, baik dan buruk nya.
b. Fase remaja pertengahan
Tahap ini berusia 14-17 tahun, pada tahap ini remaja juga mulai cenderung lebih banyak menghabiskan waktu kepada temannya dan lebih sedikit waktu dengan keluarganya. Perkembangan kognitif anak di fase remaja pertengahan ini juga semakin matang, tetapi cara berfikir mereka masih belum sematang pemikiran orang dewasa. Remaja menengah lebih mampu berfikir abstrak dan mempertimbangkan pemikirannya, tetapi mungkin masih kurang mampu menerapkannya.
c. Fase remaja akhir
Fase ini 18-24 tahun merupakan fase remaja akhir yang pada umunya fisik telah berkembang secara maksimal. Selain itu pola fikir nya lebih matang di bandingan remaja menengah. Dalam hal persahabatan, hubungan keluarga dan percintaan biasanya remaja akhir akan lebih stabil.
4. Tugas-Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan diartikan sebagai suatu tugas yang timbul pada suatu periode tertentu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.
11
Menurut Havighurst, dalam (Octavia, 2020) ada sepuluh tugas perkembangan remaja yang harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya yaitu:
a. Mampu menerima keadaan fisik
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang lain d. Mencapai kemandirian emasional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan perasa anggora masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa
i. Memperispakan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
Pada masa remaja ini merupakan remaja yang mengalami perubahan pada perkembangannya kognitif. Remaja banyak sekali mempunyai ide dan pola pikir dalam memecahkan masalah yang kompleks dan abstrak.
Sehingga remaja berkembang sedemikian untuk mendapatkan banyak jalan alternative dalam pemecahan masalah beserta akibat atau hasil.
Proses perkembangannya akan berlangsung sepanjang kehidupan manusia, sedangkan pertumbuhan seringkali akan berhenti jika seseorang telah mencapai kematangannya. Secara logis mereka mampu berpikir seperti ilmuan dan akan memproses pemikirannya mereka sendiri sehingga remaja memiliki kepuasan sendiri ketika melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.
12 B. Bullying
1. Pengertian Bullying
Perundungan atau bullying adalah tindakan negatif yang harus diintervensi dikarenakan lingkungan tersebut mampu memperngaruhi kepribaadian seseorang di masa depan. Dampak dari perundungan ini untuk mencegah korban memiliki perasaan yang negatif atau tindakan buruk lainnya dimasa depan (Saputri, 2022).
Bullying merupakan tindakan yang bersifat kekerasan atau pemaksaan untuk mengintimidasi atau menyalhgunakaan orang lain.
Perilaku bullying juga bersifat agresif dengan serius, bullying dikatakan sebagai perilaku yang besifat menyakiti orang lain secara berulang-ulang.
Perilaku ini seperti menyerang secara verbal atau fisik dan mengucilkan orang lain (Permata & Nasution, 2022).
Bullying adalah perilaku agresif dan negatif seseorang atau sekelompok orang secara berulang kali yang menyalahgunakan ketidakseimbangan kekuatan dengan tujuan untuk menyakiti targetnya secara mental atau fisk dan menciptakan resiko kesehatan psikologis (Ramadia & Putri, 2019).
Perilaku adalah tindakan yang dibuat oleh individu yang muncul dalam dirinya sendiri atau lingkungannya. Perilaku juga tindakan seseorang dalam melakukan respon terhadap sesuatu dan kemudian dijadikannya kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini (Utama, 2020).
2. Jenis-Jenis Bullying
Menurut (Calıskan et al., 2019) bullying terdiri dari tiga jenis yaitu bullying fisik, bullying verbal dan bullying relasi (sosial).
a. Bullying Fisik
Bullying fisik biasanya berupa tindakan kekerasan fisik terhadap korban seperti memukul, mendorong, menjambak dan bentuk kekerasan fisik lainnya.
13 b. Bullying Verbal
Bullying verbal adalah tindakan yang disengaja dalam menyakiti perasaan seseorang dengan kata yang kasar seperti menghina, merendahkan, menjelekkan nama dan lainnya.
3. Faktor Yang Memperngaruhi Perilaku Bullying
Menurut (Saputri, 2022) ada tiga faktor yang dapat menyebabkan perilaku bullying yaitu keluarga, teman sebaya dan lingkungan sekolah.
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang diperoleh anak dalam kehidupannya. Dilingkungan keluarga seorang anak pertama kalinyan mengenal berbagai hal, selain itu juga keluarga memberi pendidikan tinggi yang bersifat nonformal yang secara langsung maupun tidak secara langsung. Hal ini berpengaruh bagi pertembuhan, perkembangan dan perilaku anak.
b. Teman sebaya
Teman sebaya ini merupakan lingkungan kedua setelah keluarga.
Teman sebaya dapat mempengaruhi perilaku temannya hanya saja kembali ke individu masing-masing. Sehingga sikap dan perilaku dapat terpengaruh dari tekanan teman sebaya yang merupakan suatu dorongan individu untuk melakukan tindakan yang memaksa, baik itu memiliki kesamaan baik dari psikologis dan perilaku.
c. Lingkungan Sekolah
Lingkungan dimana individu bisa melakukan kekerasan maupun perbuatan yang melanggar norma lainnya yang mendukungseseorang menjadi pelaku bullying. Maka dari itu pendidikan yang baik tidak hanya berorientasi pada tujuan menghasilkan pribadi yang cerdas secara intelektual saja, melainkan juga untuk menghasilkan pribadi yang mempunyai kecerdasan secara emosional yang mampu berempati dan mempunyai akhlak baik.
14 4. Dampak Dari Bullying
Dampak dari bullying yaitu individu menjadi tidak percaya diri, menarik diri, harga diri rendah, merasa diasingkan dan tidak mau melajutkan sekolah bahkan dapak yang lebih lanjut adalah bisa menyebabkan kematian. Dampak lain dari bullying yaitu kesehatan mental pada anak menjadi buruk seperti cemas yang tinggi bahkan menyebabkan depresi. Depresi pada remaja dapat berdampak buruk seperti salah satunya perubahan pikiran yang bisa menyebabkan hal-hal yang tidak dinginkan.
Karena perilaku bullying merupakan salah satu perilaku yang dilakukan terus menerus, maka korban sangat mudah dalam tekanan (Agisyaputri et al., 2023).
C. Pola Asuh Orang Tua 1. Pengertian Pola Asuh
Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pola berarti corak, model, sistem, cara kerja, struktur yang tetap. Sedangkan kata asuh dapat berarti menjaga, merawat, melatih, membimbing dan memimpin satu badan atau lembanga. Sedangkan menurut (Arisandy, 2020) pola asuh adalah model pengembangan atau sikap perlakuan yang dimiliki dan diterapkan orang tua dalam pengasuhan terhadap anak sejak usia kandungan hingga dewasa.
Pola asuh adalah cara orang tua menjalankan perannya terutama dalam mendidik anaknya, mulai dari membuat aturan, mengajarkan nilai/norma dan kasih sayang. Salah satunya yang dapat memperngaruhi pola asuh adalah lingkungan tempat tinggal. Dalam setiap budaya pola asuh yang diterapkan berbeda-beda, misalnya ketika disuatu budaya anak diperkenankan beragumen tentang aturan-aturan yang ditetapkan orang tua, tetapi hal tersebut tidak berlaku untuk semua budaya (Syukri, 2020).
Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara orang tua dan anak dalam berkomunikasi, mendidik, mengasuh dan terus berkelanjutan dari waktu ke waktu. Dengan pola asuh yang diterapkan orang tua anak dapat
15
berinteraksi dengan lingkungan serta mengenal pergaulan hidup. Dengan demikian pola asuh orang tua upaya yang konsisten dan persisisten dalam menjaga serta membimbing anak sejak di lahirkan hingga remaja.
2.
Macam-macam pola asuhPola asuh orang tua itu merupakan pola interaksi anatar anak dan orang tua. Menurut (Saputri, 2022) pola asuh orang tua dibagi menjadi tiga tipe yaitu:
a. Pola asuh otoriter
Pola asuh otoriter (tidak punya hak bersuara) merupakan pola asuh orang tua yang berperan sebagai arsitek, cenderung menggunakan pendekatan yang bersifat diktator, menonjolkan wibawa, menghendaki ketaatan mutlak yang harus diikuti anak tanpa persetujuan dan tanpa memperhatikan keadaan atau kemampuan anak. Anak harus tuduk dan patuh terhadap kemauan orang tua. Dalam komunikasi yang terjadi yaitu satu arah saja, yang berarti anak harus melakukan tugas dan aturan yang dibikin orang tua tanpa adanya pertimbangan. Perintah dari tugas orang tua harus dilaksanakan hal tersebut akan berdampak pada sikap anak yang hanya takut pada orang tua dan hanya melaksanakan perintahnya tanpa tahu secara sadar apa saja yang dikerjakan akan memberi manfaat bagi kehidupannya sendiri.
Pengaruh pada anak terhadap perilakunya bisa menyebabkan anak akan sangat bergantung pada orang tuanya, selalu binggung untuk mengambil keputusan, bimbang dengan pilihan cita-citanya dan memiliki pribadi yang lemah.
b. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif (memberikan kebebasan terhadap anak tanpa adanya batasan) merupakan pola asuh yang memperlihatkan bahwa orang tua cenderung menghindari konflik pada anak, sehingga orang tua banyak bersikap membiarkan saja. Pola asuh ini kebalikannya dari
16
makna pola asuh otoriter. Pola asuh permisif ini memberi kebebasan pada anak tanpa ada batasan untuk melakukan segala hal, seperti anak yang belum bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk serta mana yang benar dan mana yang salah.
c. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demokratis merupakan orang tua yang cenderung menganggap sederajat hak dan kewajiban anak dibanding dirinya. Pola asuh ini menepatkan musyawarah sebagai pilar dalam memecahkan persoalan anak, mendukung sepenuh kesadaran dan komunikasi dengan baik. Orang tua sepenuhnya menghormati anak sebagai suatu individu yang untun dan tidak memaksa anak untuk menyukai suatu perintah yang diberinya serta memiliki alasan yang kuat untuk menolaknya. Dimana orang tua membimbing dan mengarahkan anak untuk memiliki sifat yang mandiri dan dewasa dalam mengambil keputusan.
3. Peran Dan Fungsi Orang Tua Dalam Pengasuhan Pembinaan Anak Menurut (Amaruddin, 2020) ada beberapa peran dan fungsi orang tua dalam mengasuh anak
a. Peran orang tua dalam membentuk sopan santun anak yang harus di lakukan dalam suasana yang mengenangkan
b. Adanya pemberian penghargaan dan hukuman dalam membentuk pembinaan anak
c. Faktor sosial dan budaya orang tua dalam mengajarkan anak d. Keseimbangan orang tua untuk tumbuh kembang anak
e. Harus ada keseimbangan antara karir orang tua dan pola asuh anak f. Peran orang tua ialah guru pertama dan utama dalam mendidik anak g. Orang tua memberi perlindungan dan kenyamanan pada anak
17
4.
Faktor Yang Memperngaruhi Pola AsuhMenurut (Syukri, 2020) ada tiga faktor utama yang mempengaruhi pola asuh adalah:
a. Budaya dimana perbedaan latar belakang budaya orang tua tidak lagi memperhatikan nilai dan norma budaya yang baik, maka pola asuh yang di terapkan banyak berpengaruh negative bagi perkembangan anak.
b. Pendidikan orang tua, semakin tinggi pendidikan orang tua seharunya akan semakin memperkaya wawasannya dalam memberikan pola asuh yang terbaik bagi anaknya.
c. Status sosial ekonomi keluarga juga menjadi adil besar bagaimana pola asuh yang diberikan, beban ekonomi berkepanjangan sangat berpeluang terjadinya pola asuh yang salah terhadap anak.
18 D. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau untuk mendeskripsikan kerangka referensi teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan.
Keterangan :
: Tidak Diteliti
: Diteliti : Hubungan
Bagan 2.1 Kerangka Teori Sumber : (Astuti et al., 2019) Pola Asuh Orang Tua
1. Pola Asuh Otoriter 2. Pola Asuh Permisif 3. Pola Asuh Demokratis
Remaja
Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik.
Perilaku Bullying 1. Bullying Verbal 2. Bullying fisik
Dampak Perilaku Bullying Dampak dari perilaku bullying sulit percaya orang lain, masalah psikologis, pikiran bunuh diri dan menarik diri dari lingkungannya.
19
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini untuk menghubungkan dua variable yaitu variabel independen dan variable dependen. Penelitian akan dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja.
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 3.1 Kerangka Konsep B. Definsi Operasional
Definsi operasional adalah makna yang dimaksudkan dari sebuh konsep yang berkaitan dengan studi tertentu dan memberikan kriteria untuk mengukur sebuah variabel.
POLA ASUH ORANG TUA
PERILAKU BULLYING
20
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Opersional
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
1 Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua adalah bagaimana
orang tua
memperlakukan anak dengan cara mendidik,
membimbing, serta mendisiplinkan dan menlindungi anak (Adawiyah, 2017).
Wawancara Mengisi kuesioner
1. Pola Asuh Otoriter 0-25 2. Pola Asuh
Permisif 25- 55
3. Pola Asuh Demokratis jika skor 55- 60
Ordinal
2 Perilaku bullying
Perilaku bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh seseorang atau sekelompok , dengan tujuan untuk menyakiti secara terus menerus (Arisandi, 2020).
Wawancara Mengisi kuesioner
Kuesioner di kategorikan 1. Ringan Jika
Skor 0-25 2. Sedang Jika
25-50 3. Berat Jika
50-88
Ordinal
21 C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya melalui penelitian. Berdasaran uraian definsi dari beberapa ahli, bisa menyusun kesimpulan bahwa dalam hipotesis terdapat beberapa diuji komponen penting yakni dugaan sementara, hubungan antar variabel dan uji kebenaran (Yam &
Taufik, 2021).
1. Ha : Ada hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku bullying pada remaja di SMP NU Palembang
22
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dimana peneliti melaksanakan pengukuran ataupun observasi data variabel dependen dan independen pada waktu yang sama.
Diharapkan setelah melakukan kuesioner tersebut dapat berpengaruh bagi remaja dan lebih mengetahui tentang perilaku bullying (Supratiknya, 2015).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya.
Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII (Delapan) di SMP NU Palembang dengan jumlah sebagai berikut:
Kelas Jumlah
8.1 32
8.2 32
8.3 32
8.4 32
8.5 32
8.6 32
Total = 192
2. Sampel
Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus nilai populasi yang sudah diketahui. Adapun rumus ini digunakan apabila anggota populasi lebih dari 30 sehingga perlu dihitung jumlah sampel minimal yang dapat mewakili total populasinya.
23
Sampel yang digunakan penelitian ini adalah remaja di SMP NU Palembang. Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Dahlan, 2010).
n = Keterangan :
n : besar sampel N : besar populasi
Zɑ² : nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan (TK), jika TK 90% = 1,64, TK 95% = 1,96 dan
TK 99% = 2,57.
P : proporsi kejadian, jika tidak diketahui dianjurkan = 0,5 d : besar penyimpangan; 0,1, 0,05 dan 0,01
Dengan menggunakan rumus di atas, maka diketahui : Zɑ² : 1,96 (Tingkat kepercayaan yang dipilih 95%) P : 0,5 (Karena tidak tahu proporsi kejadiannya)
d : 0,1 (Karena besar penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 10%)
Jadi : n = n = n =
n = 96,04 dibulatkan menjadi = 96 sampel Zɑ² x P x Q
ɗ ²
(1,96)² x 0,5 (1-0,5)) (0,1)²
3,8416 x 0,25 0,01 185,35
0,01
24
Teknik samping yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling adalah pengambilan sampel yang berdasarkan suatu pertimbangan tertentu seperti sifat populasi atau ciri yang sudah diketahui sebelumnya. Adapun penentual sampel akan dilakukan secara screening responden terhadap populasi tersebut, dengan pertanyaan apakah responden pernah terlibat dalam kasus bullying verbal maupun non verbal baik sebagai Korban/saksi/pelaku.
C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP NU Palembang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja di SMP NU Palembang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2024. Peneliti ingin mengetahui adanya hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja di SMP NU Palembang.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data yang langsung diperoleh dari responden. Data primer diambil secara langsung melalui kuesioner pada remaja di SMP NU Palembang kelas VIII.
2. Data Sekunder
Data Sekunder pada penelitian ini diperoleh dari SMP NU Palembang.
25 E. Prosedur Pengumpulan
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti menyiapkan surat izin studi pendahuluan kepada Kepala Sekolah SMP NU Palembang dari institusi peneliti untuk melakukan izin pengambilan data awal mengenai jumlah seluruh siswa kelas IX di SMP NU Palembang.
b. Peneliti menyesuaikan waktu dalam proses penelitian yang dilaksanakan dan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk memperoleh info sesuai waktu yang telah peneliti tentukan.
c. Peneliti melakukan pada bulan juni 2024.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti memilih responden sesuai kriteria inklusi
b. Penelitian dilakukan pada bulan juni 2024 pukul 08.00-10.00 WIB peneliti melakukan penelitian di ruang kelas .
c. Peneliti menemui responden dan menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian dan proses penelitian.
d. Peneliti memberikan lembar informed consent kepada responden, setuju atau tidak untuk dijadikan responden penelitian
e. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa akan dilakukan pengisian angket untuk mengetahui adakah hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja melalui kuesioner..
f. Membagikan angket yang berisi pola asuh orang tua dan perilaku bullying yang dikerjakan selama 15 menit.
g. Peneliti melakukan sesi tanya jawab dengan responden selama 10 menit serta mengevaluasi kegiatan.
h. Peneliti menyimpulkan materi yang telah disampaikan, mengucapkan terima kasih dan mengucapkan salam.
26 3. Tahap Penyelesaian
a. Peneliti memeriksa jumlah kuesioner dan kelengkapan data yang diisi oleh responden setelah diberikan angket.
b. Peneliti membuat laporan hasil penelitian.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari responden. Pada variabel independen yaitu pola asuh orang tua dan variabel dependen yaitu perilaku bullying, digunakan instrumen berupa:
1. Instrumen Kuesioner Pola Asuh Orang Tua
Alat ukur PSDQ sudah pernah diadaptasi di Indonesia dengan menggunakan teknik confirmatory factor analysis, dan dalam hasil penelitian tersebut diperolah adanya perubahan faktor. Awal mulanya, PSDQ terdiri dari 3 faktor yang yaitu pola asuh permissive, authoritarian, dan authoritative.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
(a) informasi tertulis penelitian, (b) pernyataan kesediaan untuk berpartisipasi (informed consent), (c) lembar identitas subyek, (d) kuesioner PSDQ yang sudah diadaptasi oleh (Risnawaty et al., 2021). Parenting Styles and Dimension Questionnaire (PSDQ) memiliki 3 dimensi dengan total 32 butir, dan Setiap item pertanyaan dinilai menggunakan skala Likert dengan rentang skala 1-5. Petunjuk skor skala yang digunakan : 1 = tidak pernah, 2
= sesekali 3 = hampir separuh waktu, 4 = sering kali, 5 = selalu.
Dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa proses adaptasi alat ukur PSDQ yang telah dilakukan menunjukkan bahwa alat ukur PSDQ telah terbukti valid dalam hal konten dan reliabel untuk ketiga dimensinya, dengan jumlah total butir beruban menjadi 32 butir (Risnawaty et al., 2021).
Rumus Skala Likert: T x Pn
27 Keterangan:
T : Total jumlah responden yang memilih Pn : Pilihan angka skor likert
Adapun kisi-kisi pembagian kuisioner adalah sebagai berikut :
Konsep Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Pola Asuh
Orang tua
Mendidik Memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
1,2 3,4,5,6,7 7
Mendisi- plinkan
Mengarahkan si kap individu yang terbentuk melalui
rangkaian
perilaku yang menunjukkan nilai kepatuhan
8,9,10 11,12,13,14,15 ,16,17
10
Membim- bing
kegiatan
menuntun anak dalam
perkembanganny a dengan jalan memberikan lingkungan dan arahan yang sesuai dengan tujuan
18,19 20,21,22 5
Melindu- ngi
Kegiatan untuk menjamin
dan melindungi anak dan hak- haknya agar dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan
23,24 25,26,27,28,29 ,30,31,32
10
28 martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi 2. Instrumen Kuesioner Perilaku Bullying
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Delaware Bullying Questionnaire yang diadaptasi oleh Josheph III Beau Biden (2006) berdasarkan teori Olweus (1993) dan sudah dimodifikasi oleh penulis.
Kuesioner terdiri dari 30 pernyataan dengan dengan skor terendah 1 dan tertinggi 4. Alternatif jawaban responden adalah Sangat Setuju “SS” skor 4, Setuju “S” skor 3, Tidak Setuju “TS” skor 2, dan Sangat Tidak Setuju “STS”
skor 1, untuk pertanyaan favourable, lalu untuk pertanyaan unfavourable Sangat Setuju “SS” skor 1, Setuju “S” skor 2, Tidak Setuju “TS” skor 3, dan Sangat Tidak Setuju “STS” skor 4. Jawaban pada setiap butir soal dijumlahkan kemudian dibandingkan dengan jumlah butir dikalikan 100%
(Limey, 2017). Hasil berupa persentase untuk menilai tingkat perilaku bullying dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P = Persentase
X = Jumlah alternatif jawaban N = Jumlah seluruh butir pertanyaan
Jumlah persentase di atas untuk mengetahui tingkat perilaku bullying yaitu berat, sedang, dan ringan, kemudian hasilnya dimasukkan ke dalam kategori kualitatif yaitu:
1) Ringan : 66-100%
2) Sedang : 36-65%
3) Berat : <36%
29
Adapun kisi-kisi pembagian kuisioner adalah sebagai berikut :
Konsep Aspek Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Bullying di
Sekolah
Aspek Fisik
Bullying dengan menyakit korban secara jasmaniah yaitu dengan memukul,
menendang, merebut benda orang lain, dan menjahili korban secara fisik.
1,2 3,4,5,6,7,8,9, 10
10
Aspek Verbal
Bullying dengan cara mengucapkan kata-kata yang membuat korban sakit hatiya itu memfitnah, menggosip, dan memberi nama julukan.
11 12,13,14,15,16
,17,18,19,20
10
Aspek relasional/
mental
Bullying dengan menimbulkan rasa terancam dan tidak aman secara psikologis pada korbannya, yang menyebabkan korban menjadi cemas, takut, dan merasa
terintimidasi yaitu dengan menteror, mem-permalukan di depan umum
dan tidak
mempedulikan korban.
21,22,23 24,25,26,27,28 ,29,30
10
G. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, terlebih dahulu dilakukan uji coba (try out) guna pembakuannya, yaitu dengan melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, uji coba dilakukan pada 30 subjek. Subjek uji coba penelitian ini adalah siswa kelas 8.1 dan 8.2 di SMP NU Palembang jadi subjek
30
uji coba instrumen tidak termasuk subjek penelitian, sehingga tidak terjadi subjek uji coba yang juga berperan sebagai subjek penelitian. Menurut Sugiyono (2010) bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan ≥ 0,3 maka faktor tersebut memiliki construct yang kuat dan memiliki validitas yang baik.
Sebaliknya apabila korelasi tiap faktor tersebut ≤ 0,30 maka butir instrument itu tidak valid. Pada skala pola asuh oran tua diperoleh diperoleh 30 item valid dari 32 item yang diuji cobakan, sedangkan pada skala Bullying diperoleh 28 item valid dari 30 item yang diuji.
H. Pengolahan Data dan Analisa Data 1. Pengolahan Data
Menurut (Swarjana, 2015), adapun langkah-langkah dalam proses pengolahan data sebagai berikut:
a. Penyuntingan (Editing)
Merupakan tahap awal yang berbentuk pemeriksaan atau penyuntingan data yang telah disusun dengan upaya pemeriksaan kelengkapan dan kesalahan dalam tahap pengisian data.
b. Pengolahan (Cording)
Pengolahan data dengan meletakkan symbol berupa angka di tiap jawaban responden sesuai variebel dan instrumen yang diteliti
c. Entry Data
Merupakan kegiatan memasukkan data melalui data base computer atau aplikasi komputer. Langkah selanjutnya adalah memproses data agar yang sudah dientri bisa di analisis. Proses data dilakukan menggunakan cara mengentri data dari kuesioner ke program computer yang kemudian diolah menggunakan SPSS 22
d. Tabulating
Melakukan data entry menyususn serta menghitung data yang sudah dikodekan dalam table.
31 e. Pembersihan Data (Cleanning)
Setelah memasukkan semua data masing-masing responden, perlu dilakukan pengecekan dengan teliti untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan atau tidak.
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah penelitian dengan jumlah variabel yang dianalisis hanya satu macam atau disebut analisa univariat karena proses pengumpulan data awal masih acak dan abstrak, kemudian data diolah menjadi informasi yang informatif (Utari, 2018). Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menganalisis masing-masing variabel.
Kemudian akan disajikan hasil penelitian dengan presentase yaitu hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja di SMP NU Palembang.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah penelitian dengan variabel yang dianalisis terdiri dari dua macam yaitu variabel independen dan dependen (Utari, 2018). Analisa bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menghubungkan antara dua variabel yaitu independe (pola asuh orang tua) dan dependen (perilaku bullying) yang di analisis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui apakah ada hubungan pola asuh orang tua dengan perilaku bullying pada remaja di SMP NU Palembang. Chi- square (χ²) adalah sebuah uji statistik yang digunakan untuk menentukan apakah ada perbedaan yang signifikan antara distribusi frekuensi yang diamati dalam suatu kategori dengan distribusi frekuensi yang diharapkan. Uji ini sering digunakan dalam analisis data kategori, terutama untuk menguji hipotesis independensi atau kecocokan. Uji chi- square hanya bisa digunakan untuk data yang berbentuk kategori atau nominal. Data ini harus dikategorikan dalam tabel kontingensi. Untuk
32
hasil yang valid, setiap sel dalam tabel kontingensi harus memiliki frekuensi harapan (expected frequency) setidaknya 5. Jika ada terlalu banyak sel dengan frekuensi harapan kurang dari 5, hasil uji chi-square mungkin tidak akurat.
I. Etika Penelitian
1. Lembar Persetujuan (Informent Consent)
Lembar persetujuan (informent consent) merupakan lembar persetujuan antara peneliti dengan responden. Informent consert diberikan kepada responden sebelum penelitian dilaksanakan, tujuannya agar responden paham maksud dan tujuan penelitian. Apabila responden bersedia maka responden wajib menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia mengisi lembar kuesioner yang sudah disediakan dan apabila responden menolak untuk dilakukan penelitian maka peneliti harus menghormati hak responden (Haryani & Setyobroto, 2022).
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Tanpa nama (anonimity) merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan menjaga kerahasiaan responden, dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur hanya kode dengan pemberian nomor urut pada setiap bandel kuesioner. Penerapan prinsip ini yaitu peneliti tidak mencantumkan secara lengkap nama calon responden, tetapi hanya berisi kode atau nomor responden (Haryani & Setyobroto, 2022).
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan (confidentiality) merupakan etika dalam penelitian untuk menjaga kerahasiaan informasi hasil penelitian, hanya jenis data tertentu yang dapat dilaporkan pada hasil penelitian. Penerapan prinsip ini yaitu peneliti menjamin kerahasiaan data atau identitas calon responden dengan tidak menyebarkannya kepada siapapun karena hanya peneliti yang dapat mengakses data tersebut (Nasrullah, 2019).
33 4. Keadilan (Justice)
Keadilan (justice) merupakan prinsip keterbukaan serta keadilan, dimana peneliti harus cermat, tepat, hati-hati dan profesional serta memberi keadilan kepada semua responden. Prinsip etik keadilan mengacu pada kewajiban etik untuk memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi otonom) sama dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya.
Penerapan prinsip ini yaitu memperlakukan secara adil kepada yang bukan menjadi calon responden tetapi berada di kelas yang sama, di akhir penelitian peneliti memberikan video sebagai bentuk kesetaraan atau keadilan (Haryani
& Setyobroto, 2022).
5. Kemanfaatan (Benefience)
Kemanfaatan (benefience) merupakan etika dalam penelitian yang bermanfaat bagi responden guna menambah informasi dan menjauhkan responden dari hal yang merugikan. Prinsip etik berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian minimal. Subjek manusia diikutsertakan dalam penelitian kesehatan dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan penelitian kesehatan yang tepat untuk diaplikasikan kepada manusia.
Prinsip etik berbuat baik menyaratkan hal sebagai berikut:
a. Risiko penelitian harus wajar (reasonable) jika dibandingkan dengan manfaat yang diharapkan;
b. Desain penelitian harus memenuhi persyaratan ilmiah
c. Para peneliti mampu melaksanakan penelitian dan sekaligus mampu menjaga kesejahteraan subjek penelitian (Haryani & Setyobroto, 2022).
6. Tidak merugikan (Non malafiencent)
Prinsip tidak merugikan adalah jika tidak dapat melakukan hal yang bermanfaat, sebaiknya jangan merugikan orang lain. Prinsip tidak merugikan bertujuan agar subjek penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana dan memberikan pelindungan terhadap tindakan penyalahgunaan.
Penerapan prinsip ini yaitu peneliti menjamin penelitian yang dilakukan tidak merugikan, karena tidak ada intervensi secara fisiologi dan merusak
34
kognitif calon responden (Haryani & Setyobroto, 2022).
7. Menghormati Martabat Manusia (Respect For Human Dignity)
Merupakan pertimbangan hak-hak subjek penelitian untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti melakukan penelitian tersebut dan peneliti perlu mempersiapkan formulir persetujuan subjek.
Penerapan prinsip ini yaitu peneliti menghormati hak atau keputusan calon responden dengan memberikan kebebesan dalam menentukan pilihan pada kegiatan penelitian (Haryani & Setyobroto, 2022).
35
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil SMP NU Palembang
SMP Nu Palembang adalah sebuah lembaga sekolah SMP swasta yang alamatnya di Jalan A. Yani, Kota Palembang. SMP swasta ini berdiri sejak 1972. Pada waktu ini SMP Nu Palembang memakai panduan kurikulum belajar SMP 2013. SMP Nu Palembang dikepalai oleh seorang kepala sekolah bernama Ahmad Dailami, SMP Nu Palembang terakreditasi grade A (akreditasi tahun 2016) dari BAN-S/M (Badan Akreditasi Nasional) Sekolah/Madrasah.
SMP Nu Palembang memiliki 24 buah ruang kelas, 1 perpustakaan, 1 laboratorium IPA, 0 laboratorium bahasa, 0 laboratorium komputer dan 0 laboratorium IPS. Saat ini SMP Nu Palembang yang memiliki akreditasi A Tidak Ada untuk koneksi internet, menggunakan daya listrik 11,000 watt dari dari PLN & Diesel.
2. Visi, Misi dan tujuan SMP NU Palembang
SMA NU Palembang sebagai lembaga pendidikan menengah ke atas yang berciri khas Islami perlu mempertimbangkan harapan siswa, dan orang tua siswa dengan merumuskan visi, misi dan tujuannya. Berikut merupakan visi, misi dan tujuan SMA NU Palembang.
Adapun visi, misi, dan tujuan umum dari sekolah SMA NU Palembang adalah sebagai berikut:
36 Visi :
Beriman, berilmu, berakhlak dan berprestasi Misi :
a. Menanamkan keimanan melalui pengamalan ajaran islam menurut haluan Ahlusunnah Wal Jama’ah.
b. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.
c. Mengembangkan pengetahuan dibidang IPTEK.
d. Mengembangkan bakat dan minat potensi dibidang olahraga, seni danbudaya.
e. Membiasakan berakhlakul karimah dalam berinteraksi sesama.
f. Membina prestasi dibidang akademik dan non akademik.
Tujuan:
a. Mengamalkan ajaran islam berhaluan Ahlusunnah Wal Jama’ah dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Mengembangkan bakat dan minat dibidang bahasa, olahraga dan seni budaya.
37 B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP NU Palembang pada tanggal 21 Juni 2024, data yang dikumpulkan berjumlah 97 responden. Dari hasil penelitian disajikan didapatkan data karakteristik responden antara lain sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik responden
1. Karakteristik responden berdasarkan Usia
Data frekuensi berdasarkan usia siswa di SMP NU Palembang Palembang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia siswa SMP NU Palembang
Karakteristik Mean SD Minimal Maximal
Usia 15,35 0,846 14 17
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata rata usia responden yaitu 15,35 tahun dengan standar deviasi 0,846 responden paling banyak berusia 15 tahun.
2. Karakteristik responden berdasarkan Jenis kelamin
Data frekuensi berdasarkan jenis kelamin siswa di SMP NU Palembang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin siswa SMP NU Palembang
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki laki 44 45,8
Perempuan 52 54,2
Total 96 100
38
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diinterpretasikan bahwa siswa berjenis kelamin laki laki sebanyak 44 responden (45,8%) dan siswa bejenis kelamin perempuan sebanyak 52 responden (54,2%).
3. Pola asuh orang tua
Data frekuensi berdasarkan pola asuh orang tua siswa di SMP NU Palembang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan pola asuh orang tua siswa SMP NU Palembang
Pola asuh orang tua Frekuensi Persentase (%)
Pola asuh otoriter 19 19,8
Pola asuh permisif 31 32,3
Pola asuh demokratis 46 47,9
Total 96 100
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa pola asuh orang tua siswa didapatkan hasil bahwa pola asuh dengan kategori otoriter sebanyak 19 responden (19,8%), pola asuh dengan kategori permisif sebanyak 31 responden ( 32,3%), dan pola asuh dengan kategori demokratis sebanyak 46 responden (47,9%).
4. Perilaku Bullying
Data frekuensi berdasarkan perilaku Bullying siswa di SMP NU Palembang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan perilaku Bullying siswa SMP NU Palembang
Perilaku Bullying Frekuensi Persentase (%)
Ringan 50 52,1
Sedang 32 33,3
Berat 14 14,6
Total 96 100
39
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa perilaku Bullying siswa didapatkan hasil bahwa perilaku Bullying dengan kategori ringan sebanyak 50 responden (52,1%), perilaku Bullying dengan kategori sedang sebanyak 32 responden ( 33,3%), dan perilaku bullyinh dengan kategori berat sebanyak 14 responden (14,6%).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini menganalisa Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja. Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini yakni uji chi square dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05), dengan ketentuan apabila p value ≤ 0,05 terdapat hubungan yang bermakna dan apabila p value > 0,05 maka tidak terdapat hubungan.
Pada penelitian ini menggunakan uji chi square tabel 3 x 3 dengan melihat nilai expected count (harapan), apabila terdapat nilai expected count (harapan) < 5, maka digunakan uji Fisher Exact Test dan apabila tidak terdapat nilai expected count (harapan) < 5, maka uji yang digunakan yakni Continuity Correction. Pada penelitian ini tidak terdapat expected count (harapan) < 5, maka uji yang digunakan adalah Continuity Correction dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 dan nilai hasil dikatakan bermakna jika p value ≤ 0,05. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP NU Palembang.
Tabel 5.5
Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP NU Palembang
Pola Asuh Orang tua Perilaku Bullying P value Ringan Sedang Berat total
N % N % N % N %
Pola asuh otoriter 5 9,9 1 6,3 13 2,8 19 19,0 0,000 Pola asuh permisif 22 16,1 8 10,3 1 4,5 31 31.0
Pola asuh demokratis 23 24,0 23 15,3 0 6,7 46 46,0 Total 50 50,0 32 32,0 14 14,0 96 96,0
40
Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan hasil analisa Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja diperoleh bahwa terdapat 5 responden (9,9%) dari 19 responden yang pola asuh orang tua otoriter dan Perilaku bullying dengan kategori ringan, pola asuh orang tua kategori otoriter sebanyak 1 responden (6,3%) dengan kategori sedang dan pola asuh orang tua otoriter sebanyak 13 responden (2,8%) dengan kategori berat. Terdapat 22 responden (16,1%) dari 31 responden yang pola asuh orang tua Permisif dengan Perilaku bullying dengan kategori ringan, pola asuh orang tua kategori permisif sebanyak 8 responden (10,3%) dengan kategori sedang dan pola asuh orang tua permisif sebanyak 1 responden (4,5%) dengan kategori berat, Terdapat 23 responden (24%) dari 46 responden yang pola asuh orang tua Demokratis dan Perilaku bullying dengan kategori ringan, pola asuh orang tua kategori demokraktis sebanyak 23 responden (15,3%) dengan kategori sedang.
Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi square didapat p value = 0,000 (p value ≤ 0,05), hal ini berarti dapat dinyatakan Ha diterima yang bermakna ada hubungan yang signifikan antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Bullying Pada Remaja Di SMP NU Palembang.