TAENIASIS
SOP
No. Dokumen : /SOP/VII/2022 No. Revisi : 000
Tanggal Terbit : 30 JULI 2022
Halaman : 1/3
UPTD PUSKESMAS SIKARAKARA
Kepala UPTD Puskesmas
Sikarakara
Winni Wahyuni, SKM
NIP : 198611012010012009
1. Pengertian Taeniasis adalah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan oleh cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia (Taenia saginata, Taenia solium, dan Taenia asiatica) pada manusia
2. Tujuan Agar dapat mendiagnosis dan memberikan terapeutik pada pasien taeniasis
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sikarakara Nomor /SK/VII/2022 Tentang Pelayanan Klinis di UPTD Puskesmas Sikarakara
4. Referensi PERMENKES No.5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer 5. Alat dan
Bahan
Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan darah dan feses.
6. Prosedur 1. Persiapan operator memakai APD level 1 2. Tanyakan keluhan pasien
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak khas. Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatis). Gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain:
a. Rasa tidak enak pada lambung b. Mual
c. Badan lemah
d. Berat badan menurun
e. Nafsu makan menurun f. Sakit kepala
g. Konstipasi h. Pusing i. Pruritus ani j. Diare 3. Faktor Risiko
a. Mengkonsumsi daging yang dimasak setengah
matang/mentah, dan mengandung larva sistiserkosis.
b. Higiene yang rendah dalam pengolahan makanan bersumber daging.
c. Ternak yang tidak dijaga kebersihan kandang dan makanannya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan tanda vital.
b. Pemeriksaan generalis: nyeri ulu hati, ileus juga dapat terjadi jika strobila cacing membuat obstruksi usus.
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium mikroskopik dengan menemukan telur dalam spesimen tinja segar.
b. Secara makroskopik dengan menemukan proglotid pada tinja c. Pemeriksaan laboratorium darah tepi: dapat ditemukan
eosinofilia, leukositosis, LED meningkat.
6. Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
7. Penatalaksanaan
a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan, antara lain:
1) Mengolah daging sampai matang dan menjaga kebersihan hewan ternak.
2) Menggunakan jamban keluarga.
b. Farmakologi:
1) Pemberian albendazol menjadi terapi pilihan saat ini dengan dosis 400 mg, 1-2 x sehari, selama 3 hari, atau
2) Mebendazol 100 mg, 3 x sehari, selama 2 atau 4 minggu.
8. Konseling dan Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga mengenai pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu antara lain:
a. Mengolah daging sampai matang dan menjaga kebersihan hewan ternak
b. Sebaiknya setiap keluarga memiliki jamban keluarga.
9. Kriteria Rujukan
Bila ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada sistiserkosis
7. Diagram Alir
8. Unit Terkait
Poli umum Laboratorium Apotek
9. Dokumen
Terkait Rekam Medis
10. Rekaman Historis Perubahan
No. Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai diberlakukan