Corresponding author:
Rike Sebrianti
Email: [email protected]
Artikel Penelitian
Pelatihan Bedside Handover Dan Conference Meningkatkan Pengetahuan, Kinerja Dan Kepuasan Kerja Perawat
Rike Sebrianti Hamdani1, Achir Yani1, Yustan Adzidin1
1 Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin, Indonesia
Article Info Abstrak
Article History:
Submit: 31 Mei 2022
Accepted: 29 November 2022
Publish: 30 November 2022 Key words:
Bedside handover;
Conference; Knowledge;
Performance; Nurse satisfaction
Bedside handover dan conference merupakan bagian komunikasi efektif keperawatan yang berperan untuk meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan dan pasien safety. Pemahaman bedside handover dan conference yang tepat dapat diperoleh melalui pelatihan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh pelatihan bedside handover dan conference terhadap peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat. Metode penelitian ini adalah pre-post test design with control group. Data diambil sebelum dan sesudah pelatihan Bedside handover dan conference. Menggunakan total sampling, setiap kelompok terdiri dari 32 orang. Penelitian menggunakan kuesioner sebagai instrument dengan univariat dan bivariat analisis. Penelitian menunjukkan Ada pengaruh yang signifikan antara pelatihan bedside handover dan conference terhadap peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat antara sebelum dan sesudah pelatihan pada perawat yang dilatih.
Usia, Jenis kelamin bukan variabel counfounding pada peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan. Namun lama kerja merupakan variabel counfounding pada peningkatan pengetahuan dan kinerja dan bukan variabel counfounding pada kepuasan kerja perawat. Bedside handover dan confererence yang dilakukan konsisten dan tepat terbukti meningkatkan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat serta diyakini mampu meningkatkan kesinambungan asuhan keperawatan dan keselamatan pasien.
PENDAHULUAN
Kontribusi perawat dalam menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan berhubungan erat dengan peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat (Wati, 2018). Jika pengetahuan meningkat maka kinerja meningkat dan kepuasan kerja akan tercapai (Ariani &
Sulistiyani, 2020). Untuk itu dibutuhkan
strategi komunikasi efektif berupa kegiatan operan antar shift (bedside handover) dan conference perawat.
Bedside handover yaitu proses transfer informasi (tanggung jawab dan tanggung gugat) saat pertukaran shift yang dilakukan di samping tempat tidur pasien, untuk memastikan kesinambungan perawatan yang diberikan (Simamora, 2020) Melalui
serah terima bedside handover yang terstruktur terbukti mengurangi kesalahan komunikasi dalam organisasi layanan keperawatan dan dapat meningkatkan keselamatan dan perawatan pasien karena informasi penting yang ditransfer dan ditindaklanjuti lebih akurat (Ghosh et al., 2021). Sedangkan conference merupakan komunikasi efektif dalam tim untuk memastikan kesinambungan asuhan keperawatan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pasien, mengatasi masalah dan meningkatkan keselamatan pasien (Mubarok et al., 2020).
Hasil penelitian (Joint Commission International, 2018) dan (Mubarok et al., 2020) menyatakan kesenjangan komunikasi yang terjadi antar tim dapat mengakibatkan terputusnya kesinambungan asuhan keperawatan, pengobatan yang tidak tepat, keterlambatan transfer pasien kritis, hilangnya informasi, menimbulkan kecemasan dan ketidakpuasan pasien serta dapat menambah biaya dan hari perawatan di rumah sakit.
Penelitian lain oleh (Umberfield et al., 2019) menyatakan 38% penyebab pelayanan keperawatan lambat diterima pasien dikarenakan kegagalan komunikasi, dan 51% disebabkan oleh proses penyampaian informasi yang dilakukan dan 41,6%
disebabkan karena tidak memahami informasi yang diberikan. Selain itu (Galatzan & Carrington, 2018) menyatakan 80 % insiden pada pasien yang terjadi karena proses handover. Kegagalan yang terjadi ini berdampak terhadap keterlambatan pengobatan, kesalahan pemberian obat dan pasien jatuh (Piper, 2017).
Hasil penelitian (Rezkiki et al., 2019) menyatakan Pre dan post conference berpengaruh terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya dalam pembagian tugas dan perencanaan agar asuhan keperawatan yang diberikan dapat tersusun sistematis dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Penerapan kegiatan bedside handover dan conference sesuai standar yang ditetapkan sangat penting karena itu dibutuhkan pelatihan.
Fenomena yang ditemukan peneliti saat serah terima pasien yaitu kegiatan pelaporan informasi tiap pasien di lakukan di nurse station, pada proses pelaksanaan terjadi interupsi seperti panggilan telpon, Perawat pergi mengantar pasien, bel pasien berbunyi, kedatangan dokter untuk kunjungan pasien, kedatangan keluarga pasien untuk bertanya. Komunikasi saat serah terima belum menggambarkan situasi, latar belakang, penilaian dan rekomendasi. Lebih di fokuskan pada terapi atau instruksi dokter. Pencatatan dokumentasi juga belum lengkap. Hal ini mengakibatkan perawat kurang efektif dalam penyampaian informasi serta kurang fokus dalam menerima informasi sehingga hal ini beresiko menimbulkan kegagalan dalam komunikasi serta beresiko terhadap keselamatan pasien.
Terdapat kesenjangan antara standar prosedur operasional bedside handover Conference yang telah di tetapkan oleh rumah sakit terhadap pelaksanaannya dilapangan. kesenjangan ini ditemukan peneliti sejak terbit Standar Prosedur Operasional metode bedside handover tanggal 9 Januari 2019 sampai dengan 17 April 2021 saat wawancara dengan 10 orang kepala ruang dan 10 orang perawat di Instalasi rawat inap. Oleh karenanya, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini agar hasil penelitian dapat berkontribusi dalam pelayanan keperawatan serta menjadi bahan masukan untuk evaluasi dan revisi standar operasional prosedur yang sudah ada di rumah sakit saat ini. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh pelatihan bedside handover dan conference terhadap peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain Quasi Experiment dan menggunakan pendekatan pretest-posttest with control group design.
Pengambilan data dilakukan sejak tanggal 4 sampai 15 Nopember 2021.
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Tipe B di Kota Balikpapan. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh perawat dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria Inklusi meliputi; 1) Bekerja di Rawat inap AH lantai 4,5,6 dan 7, 2) Tidak sedang cuti kerja ataupun sakit, 3) Bersedia menjadi respoden. Kriteria ekslusi yaitu tidak mengikuti pelatihan ceramah dan praktek.
Tekhnik pengambilan sampel menggunakan Total sampling dan penentuan sampel menggunakan tabel Isaac dan Michael. Sampel penelitian pada kelompok intervensi dan kontrol masing- masing berjumlah 32 orang.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah yang berhubungan dengan variabel dependen dan variabel confounding.
Sedangkan variabel independen dalam bentuk modul pelatihan mengenai bedside handover dan conference.
Instrument penelitian menggunakan kuesioner A (data demografik), Kuesioner B (pengetahuan), kuesioner C (kinerja), dan kuesioner D (kepuasan)
Peneliti membagikan kuesioner Pre test meggunakan google link yang disebarkan pada tanggal 4 dan 5 Nopember 2021.
Peneliti menerapkan prinsip respect of person, dengan memberikan penjelasan secara terbuka dan lengkap, responden dipersilakan menentukan pilihan apakah akan berpartisipasi dalam penelitian atau menolak sebagai responden dengan menandatangani inform consent.
Beneficience-non maleficence, hasil penelitian bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat serta pengembangan lebih luas
dalam praktek keperawatan. Justice peneliti memberikan hak yang sama untuk dipilih dan berkontribusi pada penelitian tanpa memandang suku, agama, etnis dan kelas sosial. Selanjutnya peneliti melakukan pelatihan metode ceramah dan diskusi melalui aplikasi zoom tanggal 6 Nopember 2021 yang diikuti oleh responden kelompok intervensi, selanjutnya dilakukan latihan role play, praktek mandiri dan evaluasi di ruang perawatan yang di selenggarakan dalam kelompok kecil tanggal 6 sampai 10 Nopember 2021, dilanjutkan implementasi mandiri selama 3 hari tanggal 11-13 Nopember 2021 selanjutnya post test selama 2 hari yaitu tanggal 14-15 Nopember 2021. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak dilakukan pelatihan, kelompok kontrol mengikuti pre dan post test dengan jadwal yang sama dengan kelompok intervensi.
Analisis data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat. Peneliti mendeskripsikan masing-masing variabel.
Mean, median, simpangan baku dan varians dari masing-masing variabel berupa variabel independent (pelatihan bedside handover dan conference) dan variabel dependen (peningkatan pengetahuan, kinerja & kepuasan) dan variabel counfounding (umur, lama kerja dan jenis kelamin).
Analisis bivariat peneliti lakukan untuk mengidentifikasi kesenjangan nilai pengetahuan, kinerja dan kepuasan kelompok intervensi dan kontrol. Sebelum analisis bivariat dilakukan peneliti melakukan uji kesetaraan kedua kelompok, selanjutnya peneliti menguji hipotesis penelitian.
HASIL
Umur dan lama kerja
Rata-rata distribusi umur perawat kelompok intervensi 32,56 tahun dengan standar deviasi 6,455. Umur termuda yaitu 27 tahun dan tertua 52 tahun. Rata-rata lama kerja
8,44 tahun. Lama kerja terendah 2 tahun dan terlama 32 tahun sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata distribusi umur perawat 33,56 tahun dengan standar deviasi 7,758.
Umur termuda yaitu 27 tahun dan tertua 56 tahun dan lama kerja terendah 2 tahun dan terlama 32 tahun.
Jenis Kelamin
Mayoritas jenis kelamin perawat adalah perempuann (87,5%) dengan proporsi yang sama antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Analisis kesetaraan umur dan lama kerja Hasil penelitian menunjukkan p-value umur (0,577 > α 0,05) dan p value lama kerja (0,932 > α 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan umur dan lama kerja yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Perawat pada kelompok intervensi setara dengan kelompok kontrol.
Analisis kesetaraan Perawat berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok kontrol dan intervensi perempuan berjumlah 28 orang dan laki- laki berjumlah 4 p-value (0,000 < α 0,05), berdasarkan Jenis kelamin kedua kelompok setara.
Analisis Pengetahuan, Kinerja dan Kepuasan kerja sebelum Pelatihan Pada hasil penelitian di dapatkan p-value pengetahuan (0,292 ≥ α 0,05) dan p- value kinerja (0,140 ≥ α 0,05) dan p-value kepuasan 0,144 ≥ α 0,05) Maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan pengetahuan, kinerja dan kepuasan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pengetahuan, kinerja, kepuasan perawat pada kelompok intervensi sebelum intervensi pelatihan setara dengan kelompok kontrol.
Perubahan Pengetahuan, Kinerja dan Kepuasan Perawat pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol antara sebelum dan sesudah pelatihan pada kelompok intervensi
Terdapat perubahan yang signifikan pada pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat antara pre dan post test pada kelompok intervensi yang mendapat pelatihan bedside handover dan conference (ρ-value ≤ α 0,05). Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat perubahan yang signifikan pada pengetahuan dan kepuasan kerja antara pre dan post test (ρ- value ≥ α 0,05). Tidak terdapat perubahan kinerja antara pre dan post test pada kelompok kontrol (ρ-value ≥ α 0,05).
Tabel 1
Analisis Perubahan Pengetahuan, Kinerja dan Kepuasan Perawat antara sebelum dan Setelah Pelatihan pada kelompok intervensi dan kontrol Indikator Kelompok
Intervensi Kelompok kontrol Pengetahuan
Pre 48,94 (±15,573) 44,81 (±15,487) Post 90,00 (±8,417) 49,63 (±13,023)
p 0,000 0,204
Kinerja
Pre 71,56 (±9,971) 18,32*
Post 77,59 (±7,611) 12,97*
p 0,000 0,729
Kepuasan
Pre 66,81 (±8,050) 63,28 (±5,402) Post 75,81 (±7,990) 61,84 (±4,341)
p 0,000 0,240
*mean rank
Hubungan Umur, Lama kerja, Jenis kelamin dengan Peningkatan Pengetahuan, kinerja dan Kepuasan Perawat kelompok intervensi dan kontrol Kelompok intervensi
Umur dan jenis kelamin bukan variabel confounding terhadap peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat. Lama kerja bukan variabel confounding terhadap kepuasan (ρ-value ≥ α 0,05). Namun Lama kerja merupakan variabel confounding terhadap peningkatan
pengetahuan dan kinerja perawat (ρ-value ≤ α 0,05).
Kelompok kontrol
Umur, jenis kelamin dan lama kerja bukan variabel confounding pada peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat pada kelompok kontrol (ρ-value ≥ α 0,05)
PEMBAHASAN Sebelum Pelatihan
Pengetahuan, kinerja dan kepuasan perawat dalam menerapkan bedside handover dan conference sebelum dilakukan Pelatihan masih kurang baik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian (Fransiska Ekobelawati, 2018) yang menyatakan bahwa pelatihan membuat karyawan memiliki pengetahuan yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja serta meningkatkan kepuasan kerjanya.
Temuan hasil penelitian disebabkan perawat belum memahami secara jelas standar operasional prosedur bedside handover dan conference yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan karena perawat belum pernah mengikuti pelatihan mengenai bedside handover dan conference, serta belum pernah ada pendampingan dan supervisi. Oleh karena itu diperlukan peran dari manager dalam menerapkan fungsi pengorganisasian, perencanaan, pengarahan dan pengawasan melalui penyelenggaraan pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam menyelesaikan berbagai tugas dalam pekerjaannya (Hanafi &
Yohana, 2017).
Setelah pelatihan
Terdapat peningkatan pengetahuan perawat terhadap materi yang diberikan dalam pelatihan meliputi pengertian, tujuan, syarat dan mekanisme pelaksanaan bedside handover dan conference, terdapat peningkatan kinerja perawat pada aspek kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu
serta terdapat peningkatan kepuasan perawat pada aspek perasaan penting, berharga, dibutuhkan, penghargaan, pengaruh positif rekan kerja, respon emosional, pekerjaan, tanggung jawab, supervisi dan hubungan kerja. Hal ini sejalan dengan (Rahmawati et al., 2018) yang menyatakan pelatihan merupakan sarana untuk memperoleh sikap, kemampuan, keahlian, pengetahuan, dan perilaku spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga setelah pelatihan kemampuan karyawan akan bekerja lebih baik terutama dalam hal kecepatan, ketepatan dan kesempurnaan hasil pekerjaanya. Pelatihan membantu pegawai untuk bekerja dan berprilaku baik, membuat keputusan lebih baik, serta meningkatkan kemampuan dan percaya diri dalam menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi dalam pekerjaan (Ariani & Sulistiyani, 2020) karena itu pelatihan hendaknya diselenggarakan berkesinambungan dan adil agar setiap perawat mendapat kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam pelatihan sehingga akan lebih baik dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya serta mampu melaksanakan standar operasional prosedur sesuai ketentuan rumah sakit khususnya dalam pelaksanaan bedside handover dan conference. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan perawat, akan berpengaruh terhadap kinerja (Oktavian et al., 2021). Melalui penerapan bedside handover dan conference yang tepat kesinambungan asuhan keperawatan meningkat sehingga meningkatkan kepuasan perawat, meningkatkan kepuasan pasien serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan pasien safety (Maurissa &
Yuswardi, 2019).
Perubahan pengetahuan, kinerja dan kepuasan perawat dalam menerapkan bedside handover dan conference antara sebelum dan sesudah pelatihan
Hasil penelitian ini menemukan perbedaan hasil berupa peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan perawat antara sebelum dan sesudah pelatihan, hal ini
sesuai dengan penelitian (Putri & Waskito, 2021) menunjukkan ada perbedaan antara nilai rata-rata pre test dan nilai rata-rata post test. Terdapat peningkatan pengetahuan, perilaku dan keterampilan serta berkembangnya keahlian perawat membuktikan bahwa pelatihan telah diselenggarakan efektif karena tujuannya telah tercapai. Didukung hasil penelitian (Sugiarti et al., 2016) yang menyatakan pelatihan terbukti dapat meningkatkan kinerja dan kemampuan karyawan.
Pelatihan yang dilakukan dalam penelitian ini mendapat respon yang baik dari kepala ruang dan perawat yang berpartisipasi sebagai kelompok intervensi karena pelatihan ini dianggap sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan ini meningkatkan pengetahuan khususnya tentang bagaimana memberikan komunikasi yang efektif, akurat, tepat waktu, lengkap, jelas, mudah dipahami oleh perawat dan pasien dengan memperhatikan hak pasien diantaranya memberikan pelayanan yang aman dan bermutu (Nur & Santoso, 2018).
Meningkatkan kinerja, dimana perawat dapat menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
Meningkatan kepuasan karena membuat perawat merasa dianggap penting, berharga dan dibutuhkan dalam pekerjaan.
Bimbingan pada pelaksanaan bedside handover menimbulkan kesadaran tanggung jawab dan tanggung gugat semua perawat, bedside handover dilaksanakan tepat waktu, terdapat proses diskusi dan klarifikasi, pendekatan proses keperawatan mulai timbul, orientasi rencana perawatan dan intervensi keperawatan mulai mengacu kepada masalah keperawatan. Perawat mulai menyadari pentingnya memahami dan lebih mendalami kondisi setiap pasien yang manjadi tanggung jawab dan otonomi tindakan keperawatan untuk pasiennya saat memvalidasi data kepasien saat proses bedside handover berlangsung.
Pelaksanaan kegiatan diskusi conference selama penelitian memperlihatkan suasana diskusi ilmiah diruangan, terdapat proses perubahan dimana individu mulai menyadari perlunya membaca artikel keperawatan terbaru untuk mendukung, mempertahankan serta meningkatkan kemampuan pengetahuan keperawatan dan berpikir kritis saat conference dan saat memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Hal ini terjadi karena tumbuhnya motivasi perawat untuk berperan aktif dalam diskusi dan mempunyai kesempatan menyampaikan gagasan dan ide serta pertanyaan, selain itu perawat juga mulai menyadari pentingnya mempelajari asuhan keperawatan berdasarkan standar 3 S, SDKI, SIKI, SLKI agar asuhan keperawatan lebih optimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
Pelatihan bedside handover dan conference terbukti berkontribusi meningkatan pengetahuan, menumbuhkan motivasi lebih baik dalam bekerja, menimbulkan perasaan perawat dianggap penting, berharga dan dibutuhkan dalam pekerjaan sehingga perawat lebih bertanggung jawab dalam menjaga kelangsungan asuhan keperawatan yang berkesinambungan selama 24 jam. Kegiatan komunikasi efektif juga meningkatkan hubungan kerja professional dengan sesama anggota tim, meningkatkan kondisi kerja yang kondusif, dan memperoleh penghargaan yang adil serta meningkatkan keselamatan pasien (Borhani et al., 2016).
Pengaruh umur, lama kerja, jenis kelamin terhadap peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja
Umur terhadap peningkatan pengetahuan
Hasil temuan penelitian ini menyatakan tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian (Suwarno & Aprianto, 2019) yang menyatakan Ada hubungan yang
signifikan antara umur dengan pengetahuan.
Rata-rata usia responden kelompok intervensi berada pada rentang 30-34 tahun dan pada kelompok kontrol berada pada rentang 30-36 tahun. Ini berarti responden berada pada usia dewasa muda, dimana pada usia ini seseorang telah matang dalam berfikir dan bekerja, dan pada usia ini responden memiliki daya tangkap dan daya pikir yang baik sehingga seharusnya pengetahuannya juga akan semakin baik, beberapa faktor yang dapat menghambat seseorang dalam belajar bukan usia melainkan gangguan penglihatan, gangguan pendengaran yang akan menjadi hambatan dalam belajar.
Umur terhadap Kinerja
Hasil penelitian menyatakan umur tidak mempengaruhi kinerja. Hal ini di dukung oleh (Aprilyanti, 2017) yang menyatakan tidak terdapat pengaruh antara umur dengan kinerja karyawan. Hasil penelitian bertentangan dengan (Sudarso Widya Prakoso Joyo Widakdo et al., 2021) yang menyatakan terdapat pengaruh yang positif antara usia dengan kinerja dan hasil penelitian (Hasudungan, 2017) yang menyatakan umur secara simultan berpengaruh terhadap kinerja. Umur responden pada penelitian ini berada pada usia produktif dimana seseorang mampu bekerja dengan baik untuk mencapai target dan mampu menyelesaikan permasalahan yang dialami. Kinerja merupakan hasil dan perilaku kerja seseorang dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam waktu tertentu. Artinya mampu atau tidaknya seseorang dalam melaksanakan pekerjaan inilah yang menentukan kinerja bukan usia.
Umur terhadap kepuasan
Hasil penelitian menyatakan tidak terdapat hubungan antara usia dengan kepuasan kerja perawat. Didukung oleh hasil penelitian (Aprilyanti, 2017) dan
(Purnamasari et al., 2019) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kepuasan kerja pada karyawan berdasarkan usia. Hal ini dikarenakan pada dasarnya setiap orang baik muda maupun tua memiliki pengharapan yang sama terhadap pekerjaannya. Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu gaji, pekerjaan, rekan kerja, atasan, promosi, pengawasan.
Lama kerja terhadap Pengetahuan Hasil penelitian menemukan bahwa lama kerja berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian (Kurniatri et al., 2016) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan pengetahuan Bidan Desa.
Lama kerja identik dengan pengalaman.
Semakin lama bekerja pengalaman akan semakin bertambah, hal ini akan meningkatkan pengetahuannya karena pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman termasuk motivasinya untuk belajar. Semakin lama bekerja maka akan semakin banyak pengalaman sehingga pengetahuan, keterampilan dan kecakapan seseorang akan lebih matang dikarena kan pengalaman sebelumnya.
Lama kerja terhadap kinerja
Hasil penelitian menemukan bahwa lama kerja berpengaruh terhadap kinerja perawat hal ini didukung dengan hasil penelitian (Sabirin & Ilham, 2020) yang menyatakan terdapat hubungan signifikan antara lama kerja dengan kinerja pengawas.
Perawat dengan masa kerja yang lebih lama memiliki lebih banyak pengalaman dalam bekerja sehingga cenderung lebih cekatan dan lebih baik dalam mengerjakan pekerjaan dan tugas rutin lainnya, Perawat juga lebih terampil dan efektif dalam menggunakan peralatan dan fasilitas saat melaksanakan tugas. Perawat lebih cakap, mahir, tanggap dan lebih peka merespon terhadap kejadian atau menduga akan timbulnya permasalahan yang mungkin
terjadi serta lebih mampu untuk menghadapinya, lebih tenang dan lebih luwes dalam penyelesaian masalah khususnya dalam pengambilan keputusan serta mampu berinteraksi lebih baik dan lebih siap dalam penyelesaian masalah yang timbul dari pekerjaan.
Lama kerja terhadap kepuasan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa lama kerja tidak berpengaruh terhadap kepuasan, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Aprilyanti, 2017) menyatakan bahwa ada hubungan masa kerja dengan kepuasan perawat, Beberapa penelitian menyatakan kepuasan kerja relative meningkat pada awal kerja berangsur-angsur menurun pada masa kerja 5-10 tahun kemudian meningkat perlahan-lahan dan mencapai puncaknya setelah 20 tahun kerja. (Manabung et al., 2018) juga menyatakan karyawan dengan masa kerja 5 tahun memiliki kepuasan yang lebih rendah sedangkan pada masa kerja diatas 10 tahun justru kepuasan kerja lebih tinggi. Sedangkan rata-rata lama kerja perawat responden penelitian adalah delapan tahun.
Jenis Kelamin terhadap pengetahuan Hasil penelitian menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan pengetahuan. Hal ini didukung oleh (Sianturi
& Aprianingsih, 2021) yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan pengetahuan. Responden penelitian ini di dominasi oleh jenis kelamin perempuan. Peningkatan pengetahuan responden erat kaitannya dengan Pendidikan. Semakin tinggi pendidikannya maka semakin tinggi pula pengetahuannya (Nurul Aula, 2020). Sebaliknya Pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan pengetahuan seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
Jenis kelamin terhadap kinerja
Hasil penelitian menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kinerja. Penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian (Sa’adah et al., 2021) yang menyatakan terdapat perbedaan kinerja yang signifikan antara jenis kelamin laki- laki dan perempuan. Kinerja merupakan hasil kerja karyawan yang dilihat baik secara kualitas maupun kuantitas yang karyawan miliki untuk menyelesaikan segala pekerjaan dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Kinerja seseorang bukan karakteristik individu melainkan perwujudan dari bakat dan kemampuannya oleh karena itu berhasil atau tidaknya suatu organisasi dalam melaksankan aktivitasnya berkaitan dengan kapasitas pegawai tersebut (Senen et al., 2017) dan kemampuan karyawan dalam menjalankan pekerjaanya bukan berdasarkan jenis kelaminnya.
Jenis kelamin terhadap kepuasan kerja Hasil penelitian menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja. Hasil penelitian ini didukung oleh (Purnamasari et al., 2019) menyatakan tidak terdapat kepuasan kerja antara jenis kelamin dengan kepuasan kerja. Penelitian ini didominasi oleh responden perawat berjenis kelamin perempuan. Walaupun demikian perawat laki-laki dan perempuan memiliki harapan yang sama yaitu ingin mendapatkan kesejahteraan (reward, pengembangan karier, lingkungan kerja dan promosi) dalam bekerja untuk kebutuhan keluarga mereka dan mendapatkan perlakukan yang sama dalam pelaksanaan bedside handover dan conference.
SIMPULAN
Terdapat perubahan yang signifikan terhadap peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja bagi perawat yang dilatih bedside handover dan conference antara sebelum dan setelah pelatihan di RS
Kota Balikpapan. Umur, jenis kelamin tidak mempengaruhi peningkatan pengetahuan, kinerja dan kepuasan kerja perawat. Lama kerja tidak mempengaruhi kepuasan kerja perawat. Sedangkan lama kerja berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan dan kinerja perawat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan berpartisipasi dalam penelitian ini.
REFERENSI
Aprilyanti, S. (2017). Pengaruh Usia dan Masa Kerja.
Jurnal Sistem Dan Manajemen Industri, 1(2), 68–72.
Ariani, W., & Sulistiyani, E. (2020). Studi mengenai pengaruh lingkungan kerja pada kepuasan kerja. Orbith, 16(1), 56–65.
Borhani, F., Arbabisarjou, A., Kianian, T., & Saber, S.
(2016). Assessment of Predictable Productivity of Nurses Working in Kerman University of Medical Sciences’ Teaching Hospitals via the Dimensions of Quality of Work Life. Global Journal of Health Science, 8(10), 65.
https://doi.org/10.5539/gjhs.v8n10p65 Fransiska Ekobelawati. (2018). Pengaruh
Knowledge Management Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi STIEP, 3(2), 20–23.
https://doi.org/10.54526/jes.v3i2.4
Galatzan, B. J., & Carrington, J. M. (2018). Exploring the State of the Science of the Nursing Hand-off Communication. CIN - Computers Informatics
Nursing, 36(10), 484–493.
https://doi.org/10.1097/CIN.000000000000 0461
Ghosh, S., Ramamoorthy, L., & pottakat, B. (2021).
Impact of Structured Clinical Handover Protocol on Communication and Patient Satisfaction. Journal of Patient Experience, 8, 1–
6. https://doi.org/10.1177/2374373521997733 Hanafi, B. D., & Yohana, C. (2017). Pengaruh Motivasi, Dan Lingkungan Kerja, Terhadap Kinerja Karyawan, Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Mediasi Pada Pt Bni Lifeinsurance.
Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis (JPEB),
5(1), 73–89.
https://doi.org/10.21009/jpeb.005.1.6 Hasudungan, L. (2017). Pengaruh Faktor Pendidikan,
Umur Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Aparatur Sipil Negara (Asn) Pada Dinas
Pekerjaan Umum Penata Ruang, Perumahan Dan Kawasan Permukiman Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Bisnis, 3(3), 301–310.
https://doi.org/10.35972/jieb.v3i3.130 Joint Commission International. (2018).
Communicating Clearly and Effectively to Patients How to Overcome Common Communication Challenges in Health Care. 11.
Kurniatri, M. I., Noviardhi, A., & Setiadi, Y. (2016).
Hubungan Lama Bekerja, Motivasi dan Pengetahuan dengan Kemampuan Bidan Desa dalam Menginterpretasikan Hasil Penimbangan (N dan T) di Kabupaten Blora.
Riset Gizi, 4(2), 1–7.
Manabung, A. R., Suoth, L. F., & Warouw, F. (2018).
Hubungan Antara Masa Kerja dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja pada Tenaga Kerja Di PT.
Pertamina TBBM Bitung. Kesmas, 7(5), 1–10.
Maurissa, A., & Yuswardi. (2019). Pelaksanaan Bedside Handover Oleh Perawat Di Ruang Rawat Rumah Sakit Banda Aceh. Idea Nursing Journal, 10(1), 63–68.
Mubarok, F., Koesoemo, G. S., & Wiyono, S. (2020).
Optimalisasi Ketepatan Pemberian Obat dengan Penerapan Prosedur dan Komunikasi SBAR dalam Pelaksanaan Clinical Handover Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Depok Periode Juli 2019. Seminar Nasional Riset Kedokteran, 1(1), 2020.
Nur, H. A., & Santoso, A. (2018). Komunikasi Interprofesional Dalam Peningkatan Keselamatan Pasien: Systematic Review. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan,
1(1), 28.
https://doi.org/10.32584/jkmk.v1i1.77 Nurul Aula, S. K. (2020). Peran Tokoh Agama Dalam
Memutus Rantai Pandemi Covid-19 Di Media Online Indonesia. Living Islam: Journal of Islamic Discourses, 3(1), 125.
https://doi.org/10.14421/lijid.v3i1.2224 Oktavian, A., Prasetia, A., Masnun, M., & Widoro, W.
(2021). Pengaruh Pelatihan dan Berbagi Pengetahuan Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Pengetahuan Manajemen. MASTER:
Jurnal Manajemen Strategik Kewirausahaan,
1(1), 69–78.
https://doi.org/10.37366/master.v1i1.132 Piper, K. (2017). Scaffolding Clinical Reasoning and
Decision Making : Clinical Handover. December, 11–13.
Purnamasari, S. M. C., Tewal, B., Lumintang, G. G., Komparatif, A., Kerja, K., Badan, P., &
Lumintang, G. G. (2019). Daerah Provinsi Sulawesi Utara Ditinjau Berdasarkan Karakteristik Individu Comparatve Analysis Of
Employee Satisfaction In Regional Income Agency Of North Sulawesi Province Based On Individual Characteristic. 7(4), 6057–6065.
Putri, A. R., & Waskito, M. (2021). Pengaruh Kompensai dan Kepuasan Kerja Terhadap Turnovet Intention Pada Karyawan Office PT.
Cipta Nugraha Contrindo. KINERJA Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, Vol 4 No 1, 111–122.
Rahmawati, C., Zain, H., Studi, P., Sipil, T., Studi, P., Pembangunan, E., Abulyatama, U., & Besar, A.
(2018). Pelatihan software mendeley dalam peningkatan kualitas. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 8(1), 30–36.
Rezkiki, F., Febrina, W., & Anggraini, D. (2019).
Pengaruh Pelaksanaan Pre Dan Post Conference Terhadap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Real in Nursing Journal,
2(1), 21.
https://doi.org/10.32883/rnj.v2i1.485 Sa’adah, L., Martadani, L., & Taqiyuddin, A. (2021).
Analisis Perbedaan Kinerja Karyawan Pada Pt Surya Indah Food Multirasa Jombang. Jurnal Inovasi Penelitian, 2(2), 515.
Sabirin, S., & Ilham, I. (2020). Disiplin Kerja, Pengalaman Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Pengawas. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 21(2), 123–135.
https://doi.org/10.30596/jimb.v21i2.4295 Senen, S. H., Sumiyati, S., & Masharyono, M. (2017).
Employee Performance Assessment System Design Based on Competence. Innovation of Vocational Technology Education, 13(2), 68–70.
https://doi.org/10.17509/invotec.v13i2.8268 Sianturi, S. R., & Aprianingsih, Y. (2021). Hubungan
Karakteristik Individu Dengan Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Hiv/Aids Di Bekasi. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10(3), 210. https://doi.org/10.31596/jcu.v10i3.422 Simamora, R. H. (2020). Learning of patient
identification in patient safety programs through clinical preceptor models. Medico- Legal Update, 20(3), 419–422.
https://doi.org/10.37506/mlu.v20i3.1457 Sudarso Widya Prakoso Joyo Widakdo, D., Holik, A.,
& Nur Iska, L. (2021). Efek Usia dan Tingkat Pendidikan terhadap Kinerja Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian. Jurnal Penyuluhan, 17(1), 52–59.
https://doi.org/10.25015/17202131614 Sugiarti, Hartati, T., & Amir, H. (2016). Pengaruh
Pelatihan Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Padma Ardya Aktuaria Jakarta. Jurnal Epigram Vol. 13 No. 1 April, 13(1), 2–8.
Suwarno, & Aprianto, R. (2019). Pengaruh pengalaman kerja dan pengembangan karir terhadap karyawan pada PT sinar niaga sejahtera kota lubuklinggau. Jurnal Ilmiah Ekonomi Bisnis, vol 24 no, 58–76.
Umberfield, E., Ghaferi, A. A., Krein, S. L., &
Manojlovich, M. (2019). Using Incident Reports to Assess Communication Failures and Patient Outcomes. Joint Commission Journal on Quality and Patient Safety, 45(6), 406–413.
https://doi.org/10.1016/j.jcjq.2019.02.006 Wati, F. E. (2018). Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja
Perawat Inap Rsud Ra Basoeni Mojokerto.
Undergraduate Thesis, Stikes Insan Cendekia Medika Jombang.