• Tidak ada hasil yang ditemukan

313-Article Text-902-1-10-20220826

N/A
N/A
Antika Nabila

Academic year: 2023

Membagikan "313-Article Text-902-1-10-20220826"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|98 Hubungan Beban Kerja Dan Stres Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada

Perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2019

Afnina1, Ulgia Nehra 2

1Dosen Program Studi Administrasi Rumah Sakit STIKes Bustanul Ulum Langsa

2Mahasiswa STIKes Bustanul Ulum Langsa

Abstrak

Setiap tahun jumlah pasien Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa mengalami peningkatan.

Hal ini membuat beban kerja perawat semakin bertambah, jika tidak adanya keseimbangan beban kerja dengan kemampuan fisik akan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dan jika hal ini terus berlanjut akan terjadi penurunan produktivitas kerja dan dapat memicu terjadinya stres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study, penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu beban kerja dan stres kerja serta menggunakan variabel dependen yaitu kelelahan kerja. Menggunakan data primer dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petugas instalasi bedah sentral Rumah sakit Umum Daerah Kota Langsa yang berjumlah 27 responden menggunakan teknik sampling jenuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Diperoleh nilai P-Value = 0,000 (p<0,05), ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa. Diperoleh nilai P-Value = 0,001 (p<0,05), ada hubungan Stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

Kata kunci : Kelelahan Kerja, Beban Kerja, Stres Kerja.

Relationship Of Work Loads And Stress Of Working With Employment Weaknesses In Nurses In Installation Central Surgery Regional

General Hospital Langsa City In 2019

Abstract

Every year the number of patients in the Langsa City Regional General Hospital has increased.

This makes the workload of nurses increase, if there is no balance of workload with physical abilities can cause fatigue and if this continues there will be a decrease in work productivity and can lead to work stress. This study aims to determine the relationship of workload and work stress with work fatigue in nurses at the Langsa City Regional General Hospital. This type of research is analytic with cross sectional study design, this study uses independent variables namely workload and work stress and uses the dependent variable namely work fatigue. Using primary data and samples in this study were all central surgical installation officers of the Langsa City Regional General Hospital totaling 27 respondents using saturated sampling techniques. The results of this study indicate that there is a relationship between workload and work stress with work fatigue in nurses at the central surgical installation in the Langsa City Regional General Hospital. Obtained P-Value = 0,000 (p <0.05), there is a relationship between workload and work fatigue of nurses in the Langsa City Regional General Hospital. Obtained P-Value = 0.001 (p <0.05), there is a relationship between work stress and work fatigue in nurses at the central surgical installation in the Langsa City Regional General Hospital.

Keyword : Work Fatigue, Workload, Work Stress.

(2)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|99 Pendahuluan

Data World Health Organization (2009) menunjukkan bahwa lebih dari satu abad keperawatan perioperatif telah menjadi bagian penting dari perawatan kesehatan di dunia. Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta operasi utama dilakukan di seluruh dunia, atau 1 tindakan operasi setiap 25 orang hidup.

Perawat kamar bedah menjadi bagian penting dari keberhasilan operasi terhadap pasien [1].

Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI (2015) melaporkan jumlah rumah sakit pada tahun 2014 sebanyak 2.406 dengan jumlah tenaga kesehatan terbanyak pada posisi perawat 122.689 orang yang bertugas dirumah sakit. Perawat merupakan tenaga medis yang memiliki kontak langsung paling sering dengan pasien sehingga rentan terhadap kelelahan [2].

Kelelahan kerja merupakan ancaman besar terhadap keselamatan pasien. The Joint Comission (TJC) pada tahun 2008 melaporkan 300% lebih perawat membuat kesalahan karena kelelahan dan berujung kepada kematian pasien. Sebuah studi dari perawat menunjukkan risiko seorang perawat membuat kesalahan meningkat secara signifikan ketika shift perawat melebihi 12 jam, ketika lembur atau ketika jam kerja lebih dari 40 jam per minggu [3].

Pada tahun 2011 the USA Joint Commission mengeluarkan peringatan peristiwa sentinel mengenai kelelahan pekerja kesehatan dan keselamatan pasien dari beberapa penelitian yang menghubungkan kelelahan dengan kejadian yang merugikan pasien serta meningkatkan resiko terhadap

keselamatan dan kesejahteraan pekerja [4].

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat para simpatis). Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan subjektif biasanya diakhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi rata – rata 30 – 40% dari tenaga aerobik maksimal [5].

Beban kerja terbanyak yang dilakukan oleh perawat yaitu kegiatan pelaporan rutin perawat kepada kepala ruangan terkait jumlah pasien, kondisi pasien dan tindakan keperawatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah tuntutan situasi dan pengaruh eksternal dimana seorang perawat akan melaksanakan tugas-tugas keperawatan di kamar bedah sehingga dirasa memberatkan perawat. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit di mana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari [6].

Stres merupakan reaksi tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban yang di terima. Stres dapat terjadi apabila seseorang menerima beban atau tugas berat yang tidak bisa dia selesaikan, maka tubuh akan berespon sehingga orang tersebut dapat mengalami stress [7].

(3)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|100 Terdapat berbagai faktor

penyebab dari stres. Faktor-faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stres dikelompokkan dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan serta struktur dan organisasi. Pertama, kategori faktor-faktor instrinsik dalam pekerjaan adalah fisik dan tugas, untuk fisik misalnya kebisingan, panas sedangkan tugas mencakup beban kerja, kerja malam dan penghayatan dari resiko dan bahaya. Kedua, peran individu dalam organisasi artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada. Ketiga, pengembangan karier merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih atau promosi yang kurang. Keempat, hubungan dalam pekerjaan yang tidak baik terlihat dari kepercayaan yang rendah, minat yang rendah dalam pemecahan masalah organisasi. Sedangkan untuk yang kelima yaitu struktur dan organisasi, kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam organisasi [8].

Pekerjaan seorang perawat merupakan pekerjaan yang memiliki stres yang tinggi, karena dalam bekerja, perawat berhubungan langsung dengan berbagai macam pasien dengan diagnosa penyakit dalam respon yang berbeda-beda. Sumber stres bagi perawat yaitu beban kerja yang berlebih, kurangnya jumlah tenaga perawat, konflik dengan rekan kerja atau dengan dokter, kurangnya pengalaman perawat, dan kepala

ruangan yang selalu memonitor ruangan kerja [9].

Penelitian yang dilakukan oleh Kawatu (2016) pada perawat di Rumah sakit Islam PDHI Yogyakarta menunjukkan bahwa 55,77 % perawat merasa lelah serta terdapat hubungan antara beban kerja , stres kerja , dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja.

Penelitian lain pada perawat IGD dan ICU di RSUD kota Bitung menunjukkan adanya perawat yang mengalami kelelahan kerja sebesar 43,8

%. dimana perawat yang mengalami kelelahan kerja disertai stres kerja 38,9% [10].

Hasil penelitian Asri, dkk (2017) Hubungan antara beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit Byangkara TK.

III Manado, Selama tiga bulan terakhir, jumlah pasien Rumah Sakit Bhayangkara Tk. III Manado mengalami peningkatan. Hal ini membuat beban kerja para perawat semakin bertambah, jika tidak adanya keseimbangan antara beban kerja dengan kemampuan fisik akan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan, dan jika hal ini terus berlanjut akan terjadi penurunan produktivitas kerja dan dapat memicu terjadinya stres kerja.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitasnya. Uji statistik yang di gunakan yaitu uji Chi Square. Perawat yang merasakan kelelahan sebanyak 57,1%. Perawat dengan beban kerja berat sebanyak 53,2%. Perawat yang mengalami stres sebanyak 55,1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan kelelahan kerja (p = 0,003) dan terdapat hubungan

(4)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|101 antara stres kerja dengan kelelahan

kerja (p = 0,001) [11].

Hasil penelitian Arlina (2016) Pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai, menunjukkan beban kerja perawat paling banyak berada pada tingkat berat yaitu 3 orang (52,4%).

Kelelahan kerja perawat yang diukur berdasarkan kuesioner paling banyak dengan kategori tinggi 27 orang (42,9%), Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja perawat berdasarkan kuesioner dengan nilai p = 0,003 (p <

0,05). Sedangkan kelelahan kerja perawat yang diukur berdasarkan Reaction Timer paling banyak dengan kategori sedang 29 orang (46,0%).

Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja perawat berdasarkan Reaction Timer Dengan nilai p= 0,002 (p < 0,05) [12].

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pongantung, dkk (2018) Hubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit GMIM Kaloran Amurang, menunjukkan antara stres kerja dan kelelahan kerja diperoleh data bahwa jumlah responden yang merasakan stres kerja ringan dan merasa kelelahan kerja ringan sebanyak 2 (28,6%), responden yang merasakan stres kerja berat dan merasakan kelelahan kerja ringan 0,0 (0,0%). Responden yang merasakan stres kerja ringan dan mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 5 (72,4%) responden, sedangkan responden yang merasakan stres kerja berat juga merasakan kelelahan kerja berat sebanyak 69 (100%) responden.

Dilihat dari p value sebesar 0,000 (p<0.05), maka terdapat ada hubungan antara stres kerja dengan kelelahan kerja [13].

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2017) Hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, Sebagian besar perawat yang mengalami stres kerja pada tingkta normal sebesar 69,2%. Dan sebanyak 69,2% perawat mengalami kelelahan pada tingkat yang rendah.

Hasil uji statistik untuk mengetahui hubungan antara stres kerja dan kelelahan diperoleh nilai p = 0,000 dengan nilai α = 0,05. Jadi nilai p lebih kecil dari nilai α (p < α), dengan demikian menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara stres kerja dengan kelelahan kerja [14].

Berdasarkan data dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa di Instalasi Bedah Sentral yang melayani pasien 24 jam setiap jumlah pasien yang dioperasi baik yang terprogram maupun yang butuh penanganan segera atau (cyto). Pada tahun 2017 mulai bulan januari sampai desember pasien yang dioperasi berjumlah 3.221 sedangkan pada tahun 2018 terjadinya peningkatan pasien yang dioperasi berjumlah 3.406.

Meningkatnya jumlah pasien setiap tahun dapat mengakibatkan beban kerja dan kelelahan kerja pada perawat di rumah sakit tersebut. Kamar operasi yang tersedia sebanyak 5 kamar operasi dengan perawat berjumlah 27 orang dibagi menjadi 2 shift yaitu shif pagi (08.00-16.45 wib) dan shift malam (17.00-08.00 wib).

Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan terhadap 10 perawat di ruang instalasi bedah sentral didapatkan

(5)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|102 bahwa 9 perawat merasa lelah karena

beban kerja yang banyak dimana jumlahnpasien yang harus ditangani rata-rata 14 pasien setiap harinya, sehingga menimbulkan stres terhadap perawat sedangkan perawat yang bertugas hanya sedikit dan 1 perawat mengatakan lelah berdiri apabila sudah melalukan beberapa operasi dikarenakan durasi operasi yang lama.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dan stress kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di instalasi bedah sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

Metode

Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional study, penelitian ini menggunakan

variabel independen yaitu beban kerja dan stres kerja serta menggunakan variabel dependen yaitu kelelahan kerja.

Menggunakan data primer dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh petugas instalasi bedah sentral Rumah sakit Umum Daerah Kota Langsa yang berjumlah 27 responden menggunakan teknik sampling jenuh. Data dianalisa secara univariat dan bivariat dengan uji chi-square disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 27 perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa, data yang diperoleh dari hasil tabulasi data primer berdasarkan jawaban kuesioner dari responden didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2019

No Kelelahan kerja Obat Frekuensi (f)

Persentase (%) 1

2 3

Sangat lelah Lelah

Kurang lelah

11 8 8

40,7 29,6 29,6

Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa dari 27 responden mayoritas sangat lelah dalam bekerja di Instalasi

Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa sebanyak 11

responden (40,7%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Beban Kerja di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2019

No Beban Kerja Frekuensi

(f)

Persentase (%) 1

2 3

Berat Sedang Ringan

13 9 5

48,1 33,3 18,5

(6)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|103

Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 27 responden mayoritas

memiliki stres kerja yang berat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa sebanyak

13 responden (48,1%).

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Stres Kerja di Ruang di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2019

No Stres Kerja Frekuensi

(f)

Persentase (%) 1

2 3

Berat Sedang Ringan

10 13 4

37,0 48,1 14,8

Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa dari 27 responden mayoritas memiliki stres kerja yang berat di Instalasi Bedah

Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa sebanyak 10 responden (37,0%).

2. Analisis Bivariat

Tabel 4 Hubungan Beban Kerja dengan Kelelahan Kerja di Instalasi

Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 responden dengan beban kerja berat dan merasa sangat lelah sebanyak 11 responden (84,6%). Dari hasil uji statistic Chi Square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh

nilai P-Value = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha di terima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

No. Beban kerja

Kelelahan Kerja

P-Value Sangat

Lelah

Lelah Kurang lelah Jumlah

F % F % f % F %

1 2 3

Berat Sedang Ringan

11 0 0

84,6 0 0

1 6 1

7,7 66,7 20,0

1 3 4

7,7 33,3 80,0

13 9 5

100 100 100

0,000 Jumlah 11 40,7 8 29,6 8 29,6 27 100

(7)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|104 Tabel 5 Hubungan Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Instalasi

Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa Tahun 2019

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 27 responden yang mengalami stres dan merasa sangat lelah berjumlah 9 responden (90 %). Dari hasil uji statistic Chi Square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05)

diperoleh nilai P-Value = 0,001 (p<0,05) yang berarti Ha di terima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan stress kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Langsa.

Pembahasan

1. Hubungan beban kerja dengan Kelelahan kerja Pada perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 27 responden terdapat 13 responden yang berat beban kerjanya mayoritas sangat lelah dalam bekerja sebanyak 11 responden (84,6%) sedangkan dari 9 responden yang sedang beban kerjanya mayoritas lelah dalam bekerja sebanyak 6 responden (66,7) dan dari 5 responden yang ringan beban kerjanya mayoritas kurang lelah dalam bekerja sebanyak 4 responden (80,0%). Dari hasil uji statistic Chi Square (Continuity Correction) pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai P-Value=0,000 (p<0,05) yang berarti Ha di terima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Bedah Sentral

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asri, dkk (2017) tentang hubungan antara beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit Byangkara TK. III Manado yang menyimpulkan bahwa ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat dengan nilai p=0,003 (p< 0,05) [11].

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arlina (2016) tentang pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai yang menyimpulkan bahwa ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat dengan nilai p=0,003 (p<

0,05) [12].

No. Stres kerja

Kelelahan Kerja

P-Value Sangat

Lelah

Lelah Kurang lelah

Jumlah

f % f % f % F %

1 2 3

Berat Sedang Ringan

9 2 0

90 15,4

0

1 6 1

10,0 46,2 25,0

0 5 3

0 38,5 75,0

10 13 4

100 100 100

0,001 Jumlah 11 40,7 8 29,6 8 29,6 27 100

(8)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|105 Pada tahun 2011 the USA Joint

Commission mengeluarkan peringatan peristiwa sentinel mengenai kelelahan pekerja kesehatan dan keselamatan pasien dari beberapa penelitian yang menghubungkan kelelahan dengan kejadian yang merugikan pasien serta meningkatkan resiko terhadap keselamatan dan kesejahteraan pekerja [4].

Kelelahan merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivasi (bersifat simpatis) dan inhibisi (bersifat para simpatis). Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan subjektif biasanya diakhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi rata- rata 30 – 40% dari tenaga aerobik maksimal [5].

Peneliti berasumsi bahwa Beban kerja terbanyak yang dilakukan oleh perawat yaitu kegiatan pelaporan rutin perawat kepada kepala ruangan terkait jumlah pasien, kondisi pasien dan tindakan keperawatan. Faktor- faktor yang mempengaruhi beban kerja perawat adalah tuntutan situasi dan pengaruh eksternal dimana seorang perawat akan melaksanakan tugas-tugas keperawatan di kamar bedah sehingga dirasa memberatkan perawat. Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau mental dan reaksi-reaksi emosional.

Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit di mana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari. Salah satu

karakteristik bekerja sebagai perawat kamar bedah adalah kebutuhan berdiri dalam waktu yang sangat lama, perawat kamar bedah disarankan agar tidak berdiri lebih dari 2 jam secara terus menerus karena hal tersebut dapat mengintervensi terjadinya kelelahan.

2. Hubungan Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 27 responden terdapat 10 responden yang berat stres kerjanya mayoritas sangat lelah dalam bekerja sebanyak 9 responden (90,0%) sedangkan dari 13 responden yang sedang stres kerjanya mayoritas lelah dalam bekerja sebanyak 6 responden (46,2%) dan dari 4 responden yang ringan stres kerjanya mayoritas kurang lelah dalam bekerja sebanyak 3 responden (75,0%). Dari hasil uji statistic Chi Square (Continuity Correction) pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai P-Value = 0,001 (p<0,05) yang berarti Ha di terima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lendombela (2017) tentang hubungan stress kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSU RSU GMIM Kalooran Amurang yang menyimpulkan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat dengan nilai p=value 0,01 (p<

0,05) [9].

(9)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|106 Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Kirana (2017) tentang hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, yang menyimpulkan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat dengan nilai p = 0,000 dengan nilai α =0,05. Jadi nilai p lebih kecil dari nilai α (p < α) [14].

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pongantung, dkk (2018) Hubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit GMIM Kaloran Amurang yang menyimpulkan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat dengan nilai p value sebesar 0,000 (p<0.05) [13].

Stres merupakan reaksi tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban yang di terima. Stres dapat terjadi apabila seseorang menerima beban atau tugas berat yang tidak bisa dia selesaikan, maka tubuh akan berespon sehingga orang tersebut dapat mengalami stress [7].

Terdapat berbagai faktor penyebab dari stres. Faktor-faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stres dikelompokkan dalam lima kategori besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan serta struktur dan organisasi. Pertama, kategori faktor-faktor instrinsik dalam pekerjaan adalah fisik dan tugas, untuk fisik misalnya kebisingan, panas sedangkan tugas mencakup beban kerja,

kerja malam dan penghayatan dari resiko dan bahaya [8].

Peneliti berasumsi bahwa jika seseorang mengalami stres kerja yang berat, maka akan mengganggu kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pekerjaannya. Ditemui peneliti di tempat saat penelitian, meskipun begitu banyak tuntutan kerja namun perawat sudah merencanakan dengan baik aktivitas apa saja yang harus dilakukan dan mendelegasikan sebagian tanggung jawab kepada rekan kerja sehingga tidak mengalami kelelahan kerja. Ada juga peneliti menemui perawat yang kelelahan dalam bekerja namun tidak mengalami stres.

Kesimpulan

1. Ada hubungan beban kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

Diperoleh nilai P-Value = 0,000 (p<0,05).

2. Ada hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Daerah Kota Langsa.

Diperoleh nilai P-Value=0,001 (p<0,05).

Saran

1. Kepada peneliti, dapat mengaplikasikan teori-teori yang telah dapat di bangku kuliah salah satunya tentang beban kerja, stress kerja dan kelelahan kerja agar terkelola dengan baik.

2. Kepada Institusi Pendidikan agar menambah sumber perpustakaan di STIKes Bustanul Ulum Langsa mengenai kelelahan kerja pada

(10)

Jurnal Edukes, Vol. 2, No. 1, Maret 2019|107 perawat yang dapat digunakan bagi

penelitian selanjutnya

3. Kepada RSUD Kota Langsa Agar menambahkan SDM di Ruang Instalasi Bedah Sentral untuk meningkatkan kinerja perawat yang baik dan meningkatkan kualitas kerja perawat.

Daftar Pustaka

1. World Health Organization (WHO). (2009). WHO Guidelines for Safe Surgery 2009: Save Surgery Save Lives. Geneva : WHO Press.

2. Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes RI (2015) Petunjuk Pelaksanaan Keperawatan.

3. Permendagri No.12 Tahun 2008. Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.

4. Rogers, A. E., Hwang, W., Scott, L.

D., Aiken, L. H., & Dinges, D.F.

(2015). The Working Hours of Hospital Nurses And Patient Safety. Journal of Health affairs : At the Intersection of Health, health care and policy.

5. Aini (2018) Hubungan Shift kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Instalasi Rawat Inap di Rumah Sakit Herna.

6. Rubbiana, N, I. (2015). Analisis Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat Pelaksana dengan Metode Workload Indicator staff need (WISN) di Instalasi Rawat Inap Tulip RSUD Kota Bekasi.

7. Pongantung, dkk (2018) Hubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat

Rumah Sakit GMIM Kaloran Amurang.

8. Fauzan (2013) Hubungan Kecerdasan Emosi dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang.

9. Lendombela (2017) Hubungan stress kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di ruang rawat inap RSU RSU GMIM Kalooran Amurang.

10. Kawatu, P.A.T., Sjanet U., & Budi T R. (2016). Hubungan Antara Kelelahan Kerja Dengan Stres Kerja Pada Perawat Unit Gawat Darurat (UGD) dan Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung.

Manado : FKM Universitas Sam Ratulangi.

11. Asri, dkk (2017) Hubungan antara beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit Byangkara TK. III Manado.

12. Arlina (2016) Pengaruh beban kerja terhadap kelelahan kerja pada perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Tentara Binjai Rekam Medis di RSUD Wangaya Kota Denpasar. Artikel

13. Pongantung, dkk (2018) Hubungan beban kerja dan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat Rumah Sakit GMIM Kaloran Amurang.

14. Kirana (2017) Hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan shift kerja dan kelelahan kerja dengan stres kerja perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.. Abdul Moeloek

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KELELAHAN KERJA SERTA IMPLIKASINYA PADA KINERJA KARYAWAN.. (Studi Pada Perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Mengetahui hubungan faktor pengulangan kerja dengan keluhan low back pain pada perawat di ruang instalasi gawat darurat (IGD) dan instalasi bedah sentral (IBS) RSUD

Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi kepala ruangan tentang hasil recruitment perawat berbasis kompetensi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan. Metode penelitian yang

pengaruh beban kerja mental terhadap kelelahan pada perawat Instalasi Rawat Inap. Rumah Sakit Pantai Indah

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis deskriptif, keseluruhan variabel (X1) atau stres kerja memiliki persentase sebesar 69,02% yang termasuk kategori tinggi,

Lampiran 4 : SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Judul : Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi Laparatomi di Instalasi Bedah Sentral RSUD

Hasil Uji Reliabilitas Tiga Kuesioner Kelelahan Kuesioner Alpha Cronbach Jumlah Butir Pertanyaan International Fatigue Research Committee IFRC 0,860 27 Fatigue Assessment Scale